NovelToon NovelToon

Dunia Viola

Prolog

"Baiklah mungkin hanya segitu saja yang bisa dibagikan ilmunya. Semoga di kesempatan lain bisa membagikan pengalaman yang lebih banyak lagi dan sekaligus sebelum penutupan, saya sebagai penulis Armoon ingin mengumumkan bahwa akan hiatus dalam waktu dekat. Mungkin bisa jadi waktunya sampai beberapa bulan kedepan mengingat ada pekerjaan yang terbengkalai. Terimakasih untuk teman-teman yang selalu mendukung dan menantikan setiap karya Armoon. Saya pasti akan kembali dengan karya yang lebih hebat lagi. Sekali lagi terimakasih banyak semuanya." setelah pernyataan gadis bernama Armoon itu selesai terdengar banyak tepuk tangan riuh dari peserta seminar yang hadir siang itu.

Acara telah selesai dan semua peserta bubar, Vio pergi meninggalkan aula dan berjalan menuju gudang bekas di belakang aula. Sesampainya disana, dia membuka wig dan atribut penyamarannya sebagai Armoon. Ditengah kesibukannya tiba-tiba ada yang memanggil Vio.

"Permisi.... Viola Arletta ?" Tanya seorang yang memanggil dengan suara bass dari belakang. Vio sempat terhenti dari kegiatannya.

Deg !

'Suara siapa itu ? Mati aku kalau sampai ada yang melihat dalam keadaan gini.' ujar Vio dalam hati sambil terdiam membeku dan tidak berani membalikkan badannya.

"Maaf.. sepertinya saya mengganggu kegiatan anda ? Ini saya dosen mata kuliah psikologi hukum." balas pria itu lagi.

'Pak Aldo ? ****** aku. Kenapa bisa sampai harus berurusan dengan dosen galak begitu sih ?' ujar Vio mengutuki diri dalam hati.

"Ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan anda, Vio. Tapi tidak bisa dibicarakan sekarang disini. Bagaimana kalau kita membuat janji untuk bertemu diluar kampus ? " tanya Aldo sekali lagi. Bagai tersengat petir, semua badan Vio kaku tidak bisa bergerak termasuk mulut. Ia pun mengangguk pelan pertanda setuju.

Melihat respon dari Vio, Aldo sudah tahu bahwa ia setuju meskipun masih terlihat jelas gadis itu masih sangat shock. Aldo ingin melanjutkan bicaranya namun ternyata ada pengumuman dari kampus speaker disetiap sudut lorong. Aldo mengurungkan niatnya dan pamit menuju ruangan dosen, karena sepertinya ada rapat dosen dadakan. Setelah Aldo pergi dari sana barulah Vio bisa menarik nafas dan balik badan melihat dosen nya itu pergi menjauh dari pandangannya.

"Apa yang terjadi barusan ? Gimana aku bisa tenang jika bertemu dan berhadapan dengan Pak Aldo lagi ? Mana mata kuliah terakhir dia lagi yang masuk" jawab Vio risau sambil mengacak rambut.

...******...

"Loh viola ? Kebetulan ketemu lo disini. Ngapain sendirian disini ? Pak Aldo bilang hari ini gak ada KBM, sebagai gantinya bimbingan aja." ujar teman Vio yang baru saja memasuki kelas karena ingin mengambil sesuatu yang tertinggal.

"Oh gitu Dil. Aku belum liat grup kelas. Makasih atas infonya." jawab Vio masih setengah sadar karena terbangun dari tidur lelapnya.

"Hari ini giliran gue yang bimbingan sama doi. Tapi doi suruh gue panggil elo ke ruangannya juga." balas temannya yang bernama Dila memberitahu

"Hah ? Perasaan giliran aku masih lama. Btw, thanks infonya Dil. Bentar lagi aku nyusul ke ruangan Pak Aldo" jawab Vio terkesiap dan segera bangun membereskan barang-barang miliknya yang berantakan di meja.

Viola berkali-berkali merutuki dirinya dalam hati. Semenjak penyamarannya terbongkar, dia malah harus berurusan terus dengan dosen galak yang paling terkenal seantero kampus. Herannya meski terkenal galak tapi banyak mahasiswi yang jatuh pada pesona pria itu. Vio akui dia memang sempurna dari aspek fisik, seperti wajah yang tampan, dada berbidang, dan tinggi semampai. Pokoknya tubuhnya bisa dikategorikan proporsional. Setelah selesai membereskan barang-barangnya, Vio segera menuju ruang Pak Aldo. Begitu sampai didalam dia melihat Dila sudah memulai bimbingan. Pak Aldo yang teralihkan dengan kehadiran Vio berhenti sebentar dan menyuruh gadis itu duduk di sofa dekat pintu masuk. Terlalu lama menunggu hingga Vio pun tertidur kembali.

"Saya rasa cukup untuk hari ini, Dila. Pertemuan selanjutnya tolong siapkan garis besar dari latar belakang penelitian kamu." Ujar Aldo menyudahi bimbingan hari ini dengan tegas.

"Baik Pak. Terimakasih bimbingannya hari ini." jawab Dila tegang dan membungkuk.

"Oh iya tolong bilang ke yang lain lusa saya akan masuk ke ruangan untuk membahas tugas kalian terkait studi kasus. Jangan sampai ada yang tidak masuk kelas." Ujar Aldo memperingatkan. Dila pun mengiyakan dan segera pergi dari ruangan dosennya itu.

Hoamm....

"Wah kamu sudah bangun ? Tadinya mau saya tinggalin terus dikunci dari luar." Jawab Aldo santai begitu melihat Vio bangun dan mengerjapkan matanya lucu.

"Jangan bercanda Pak. Eh ! Sekarang jam berapa ? Sudah sore ya Pak ?" Tanya Vio polos sambil panik.

"Masih jam 4. Kamu ternyata lucu juga kalau sedang panik." Jawab Aldo tersenyum geli. Vio tampak canggung setelah sadar bahwa dia melihat lawan bicaranya. Vio juga terheran melihat pertama kalinya dosen galak itu tersenyum dan tertawa lepas dihadapannya.

"Jadi alasan bapak tadi memanggil saya kenapa ya ?" tanya Vio langsung to the point.

"Iya saya memanggil kamu karena mau bicara soal perjanjian. Jangan lupa hari minggu di Kafe Star jam 10 pagi. Saya tunggu kamu disana ya." jawab Aldo cepat.

"O..okee Pak" balas Vio ragu.

...*****...

Hari ini adalah hari minggu. Kalau bukan karena memenuhi janji dengan sang dosen, mungkin Vio hanya akan bermalas-malasan di kasur. Sembari melanjutkan skripsi miliknya yang sedikit tertunda. Setelah mandi dan berpakaian rapi serta dengan sentuhan makeup tipis dan ringan, Vio pun mulai melangkah pergi menuju kafe tempat janjian. Sesampainya di dalam, sudah mulai banyak orang menempati tempat duduk. Vio terkejut melihat Aldo ternyata sudah tiba duluan dan segera menghampiri setelah melihat kode dari dosennya.

"Maaf Pak saya telat. Saya pikir Pak Aldo belum datang." ucap Vio begitu sampai di meja tempat duduk mereka.

"Gapapa Vio. Sepertinya saya yang kecepatan datang. Ayo duduk sekalian pesan minum atau makanan, biar saya yang traktir." balas Aldo canggung

"Nanti saja Pak, tadi saya sudah makan dulu sebelum kesini." jawab Vio segan.

"Langsung saja ke inti pembicaraan hari ini. Saya ada satu permintaan untuk kamu." ujar Aldo tanpa basa-basi. Vio hanya mengerutkan kening penasaran.

"Kamu akan menjadi asisten pribadi saya baik di kampus atau luar kampus. Ini bisa membuat kamu mendapat nilai tambah untuk tugas akhir dan studi penelitian nanti. Bagaimana ?" Ujar Aldo melanjutkan.

"Saya tentu saja bersedia Pak. Tapi bukankah terlalu mencurigakan ? Masih banyak mahasiswa yang lebih berkompeten daripada saya, tapi Bapak ngotot untuk memilih saya." jawab Vio santai namun tepat pada sasaran.

"Sebenarnya ada alasan lain kenapa saya milih kamu. Saya yakin kamu pasti sangat terkejut dan kesal karena identitas asli Armoon sudah diketahui oleh orang lain, apalagi itu adalah saya." Lanjut Aldo mulai memancing Vio.

"Intinya apa Bapak akan memberitahu pada orang lain ? Tentu saja saya sangat terkejut kemarin sampe tidak bisa bergerak dan berkata-kata. Bagi saya Armoon itu adalah sebuah aib." Ucap Vio sambil tertunduk.

"Bukan hak saya untuk memberitahu pada orang lain tentang identitas ganda kamu. Sekarang sudah terlanjur seperti ini, maka izinkan saya mengungkapkan sesuatu." pinta Aldo.

"Apa ? Sesuatu ?" tanya Vio sambil mendongakkan kepalanya.

"Saya Aldo Pratama adalah seorang dosen dan tergabung dalam Detektif Kepolisian Indonesia. Sama seperti kamu saya juga menyembunyikan identitas detektif ini untuk kepentingan pribadi. Bagaimana ? Kita impas kan." ujar Aldo memperkenalkan diri sambil mengeluarkan kartu anggota detektif miliknya.

'Detektif ? Hmm... menarik juga sepertinya' jawab Vio dalam hati.

"Saya ditugaskan oleh Pak Kombes mencari partner untuk membantu penyelidikan. Saya mau kamu sebagai partner sekaligus asisten dalam kedua tugas ini. Tolong terima permintaan ini !" Ujar Aldo membujuk Vio.

"Boleh saja Pak Aldo. Jika saya jadi partner dan asisten anda untuk waktu yang lama, otomatis kita harus mengenal sifat dan kepribadian yang asli satu sama lain bukan ? Saya harap bapak tidak terkejut menghadapi saya jika sudah tahu sifat partner bapak ini." Ujar Vio menekankan sambil tersenyum penuh arti.

"Oke saya setuju dan bersedia menghadapi sifat asli anda, Viola Arletta." Jawab Aldo ragu dan kaget. Viola yang biasa dilihatnya di kampus bukan begini. Gadis itu benar-benar berubah menjadi gadis dingin sekarang. Mungkin kedepannya lebih banyak sifat asli gadis itu yang akan dia ketahui. Aldo tentu tidak keberatan karena ini demi menjalankan misi yang diberikan oleh atasannya.

Kegiatan Baru

"Haahh !"

"Kenapa kamu dari tadi kerjaannya menghela nafas terus ?" tanya Aldo pada Vio disela-sela aktivitasnya didepan laptop.

"Masih lama Pak ? Saya bosan soalnya. Ini udah hampir 4 jam saya nemenin bapak di ruangan ini. Sementara saya ga ada kerjaan, cuma disuruh nemenin doang." jawab Vio malas.

"Baru juga 4 jam disuruh menunggu. Kamu kan bisa tidur enak selama 4 jam." balas Aldo sarkas.

"What ? Emang bapak pikir saya apaan yang kerjanya cuma tidur doang. Saya jadi ragu kalo bapak beneran detektif apa bukan." ujar Vio memancing Aldo agar melihat kearahnya. Berhasil ! Aldo pun segera menutup laptop dan menatap tajam Vio.

"Coba lihat dari tampang saya, apakah muka ini sangat meragukan ?" balas Aldo menyeringai.

"Tampang bapak itu bukan mencurigakan tapi menyeramkan." ujar Vio malas sambil tertawa kecil.

"Kurang ajar kamu. Dasar mahasiswi durhaka. Dosen sendiri dikatain, tapi itu fakta sih. Perempuan yang sering deketin saya pada gak percaya kalo saya itu dosen." ujar aldo menggumam sendiri.

"Kuy lah Pak. Cacing di perut saya daritadi konser nih." ujar vio memelas.

"Saya rencananya habis ini mau ke markas ngenalin kamu ke teman-teman yang lain. Ya itu kalau kamu gak keberatan." ucap Aldo ragu.

"Loh ? Gak kesorean pak kalau kesana ? Nanti saya sampai di rumah jam berapa ?" Jawab Vio protes.

"Tidak apa-apa, nanti saya yang nganterin kamu pulang. Balik dari markas baru saya traktir ayam geprek ya ?" ujar Aldo sambil mengelus kepala Vio. Mendengar kata traktir sontak Vio mengangguk dengan mata yang berbinar. Seminggu sudah Vio menjadi asisten sekaligus partner kerja dosennya sendiri, Aldo. Sehingga gadis itu mulai sedikit terbiasa dan mengetahui kebiasaan yang dilakukan oleh Aldo. Misalkan saja tadi mengelus kepala, mungkin jika dia memperlakukan gadis lain yang ada jatuhnya malah baper. Namun, Vio tahu kalau Aldo itu memang tipe orang yang perhatian dan juga suka berhubungan dengan kontak fisik namun bukan dalam artian yang negatif. Sehingga gadis itu tidak mempersalahkan hal tersebut dan dia juga sudah menganggap Aldo layaknya kakak kandung sendiri.

...*****...

Sesampainya di markas, banyak sepatu pria diluar pertanda tidak boleh memakai alas kaki kedalam. Vio pun melepaskan sepatu dan masuk. Sampai didalam kebetulan semua langsung menyambut termasuk Kombes. Aldo mengenalkan Vio pada semua rekan dan atasannya.

"Salam kenal nama saya Viola Arletta. Panggil saja Vio. Saya adalah mahasiswanya Pak Aldo. Mohon bantuan dan kerjasamanya." ucap Vio memperkenalkan diri.

"Ohh Aldo ternyata demen yang brondong guyss !!" celetuk salah satu dari mereka.

"Oi tak sopan lah kau ini, Tono. Maaf ya dek Vio dia kalau ngomong emang suka ceplas ceplos gitu." jawab rekan yang lain dengan logat bataknya yang kental.

"Eumm gapapa kak." Vio yang bingung ingin menjawab apa hanya tersenyum kikuk.

"Jadi yang ini Tono orang betawi asli, disebelahnya yang rambut merah Ardan orang jawa medok dan terakhir yang barusan itu Eddy orang batak karo. Harap dimaklumi ya kegilaan dan keanehan mereka bertiga. Mereka adalah satu tim dan dinamai dengan Tim Garuda merah." ucap Aldo memperkenalkan rekan kerja dari tim lain.

"Sepertinya aku tahu asal muasal tim ini dibentuk. Berawal dari sifat yang sama hingga dikumpulkan membentuk satu kesatuan sebuah kerjasama. Ya tidak heran sih." balas Vio meledek sambil tertawa kecil.

"Pintar kali lah Vio si bungsu kita ini. Btw dek kau sudah punya pacar ? Atau buka lowongan ndak buat cari pacar ?" jawab Eddy sambil mengedipkan matanya. Vio yang melihat itu tampak terkejut dan langsung membuang muka.

"Jangan mau sama mereka, Vio. Jomblo mah dimaklumi aja" ujar rekan yang lain. Kali ini adalah seorang wanita.

"Ohh biar kuganti deh namanya sekarang Tim Garuda Jomblo." ucap Vio malas sambil memutar matanya.

"Nah yang ini termasuk senior. Namanya Karin dan dia satu tim dengan saya dan juga kepala tim. Kamu kan partner saya, otomatis kamu akan masuk tim senior juga. Kebetulan kepala tim sedang ada tugas diluar kota belum bisa ketemu sama beliau." Jelas Aldo panjang lebar.

"Senang banget ada anggota baru. Akhirnya aku bukan satu-satunya perempuan dari kedua tim ini. Kalau ada sesuatu atau masalah bilang saja sama Mbak ya. Jangan sungkan sekarang kita sudah seperti keluarga." ucap Karin sebagai yang tertua.

"Iya makasih Mbak." jawab Vio senang.

Setelah itu Kombes langsung memanggil Aldo masuk ke ruangan khusus untuk berbicara. Sedangkan Vio disuruh menunggu sampai nanti ia dipanggil masuk ke ruangan khusus itu juga.

"Pak Bambang manggil saya ?" tanya Aldo begitu langsung membuka pintu ruangan Kombes Bambang.

"Iya Aldo. Maaf ya ngerepotin jadinya. Alan lagi ada tugas lain di Malang, terpaksa kamu yang saya kasih tugas. Sekalian perkenalan misi buat anggota baru. " Jawab Bambang terkekeh.

"Tidak repot kok Pak. Saya senang malah dikasih tugas banyak." Jawab Aldo ikut tertawa.

"Ini adalah urutan misi selingan yang akan menghubungkan pada misi utama. Soal misi utama apa ada yang tidak kamu mengerti ?" Tanya Bambang meyakinkan.

"Saya sudah paham garis besarnya. Tapi kalau bapak mau menjelaskan lebih detil lagi tentu akan saya dengar." Jawab Aldo yakin.

"Klien kita satu ini adalah seorang pengusaha sukses terkenal di seantero Indonesia, namanya Ratnaningsih. Dia meminta pihak kepolisian untuk mencarikan seseorang yang bernama Viola dan bawa orang itu menemuinya alias Nyonya Besar. Dari pencarian saya tentang orang itu, dia pasti akan menolak jika kita langsung to the point memintanya untuk bertemu Nyonya besar. Oleh sebab itu saya harus melakukannya dengan cara pendekatan seperti ini dan kebetulan orang tersebut adalah kenalan dari kamu. Maka dari itu kamu yang saya tugaskan." Ujar Bambang menjelaskan kembali detil misi utama Aldo.

"Maaf Pak. Kalau kita sudah mempertemukan Nyonya Ratna dan Vio, apakah misinya sudah selesai ?" tanya Aldo penasaran.

"Kita tinggal tunggu perintah selanjutnya dari Nyonya Ratna. Jika tidak adapun, kita masih harus tetap mengawasi kedua orang itu. Saya mendengar suatu rumor bahwa Nyonya Ratna terlibat kasus dan itu membuat saya ingin sekali mengungkap kasusnya. Oleh sebab itu, kita tetap mengawasi mereka sampai akhir. Mengerti kan Aldo ?" tanya Bambang

"Siap, mengerti Pak !" jawab Aldo lantang.

"Sekarang kamu bisa panggil target kesini. Biar saya jelasin ke dia tentang misi pertama." perintah Bambang pada Aldo. Segera Aldo memanggil Vio agar masuk kedalam. Tidak lama kemudian Vio pun sudah berada dalam ruangan Kombes Bambang. Pak Kombes pun menjelaskan misi pertama mereka adalah menangani permasalahan keluarga Pak Agus (mantan sopir Ratna).

Pak Agus diduga menghilang setelah ditemukan istrinya meninggal di rumah dan meninggalkan dua anak yaitu putra dan putri kembar (Vina dan Viko). Bambang menyuruh Vio untuk mendekati mereka sambil menemukan titik masalah dan temukan Pak Agus untuk meminta penjelasan. Vio pun menyetujui perintah dari Kombes. Setelah memahami misi pertama, mereka pamit dan Aldo mengantar Vio pulang. Karena sudah larut malam, akhirnya Aldo mentraktir Vio dengan nasi goreng dekat markas rahasia.

Misi Pertama

"Waah segar sekali rasanya kalau sudah mandi. Jam berapa ya sekarang ? Eh baru jam 8 toh. Bisalah lanjutin skripsi sebelum tidur." ucap Vio yang baru selesai mandi. Gadis itu mulai membuka laptop dan mengambil semua buku referensi sambil berbaring. Belum sampai 30 menit berlalu ada saja yang mengusik Vio dari skripsi nya.

Kring kring kring !

"Iya Pak, kenapa ? Perasaan baru beberapa jam gak ketemu udah kangen aja sama saya." jawab Vio saat tahu siapa orang yang memanggilnya lewat video call.

"Wahaha percaya diri sekali anda, Viola. Lagi apa kamu ?" tanya Aldo sambil meledek.

"Well, ini lagi lanjutin skripsi saya yang tercintah." balas Vio lagi masih tetap fokus ke laptopnya.

"Besok ada jadwal kuliah kah ?" tanya Aldo lagi.

"Kosong Pak. Mau ngajakin saya kencan ya ?" jawab Vio terbahak-bahak.

"Gak, saya mau kencan sama Pak Agus aja. Mumpung besok free besok kita mulai saja misinya ya ?" balas Aldo santai.

"Saya sih gak masalah, cuma bapak gak ada jadwal ngajarkah ?" ujar Vio sambil menutup buku referensinya dan berniat untuk menaruhnya kembali di meja belajar.

"Saya juga kosong sih. Menurut kamu besok kita harus ngapain ?" tanya Aldo lagi.

"Ngapain ? Ya ke rumah anaknya lah Pak buat cari informasi. Syukur kalau ketemu sekalian sama Pak Agus disana." jawab Vio ketus.

"Menurut saya gak mungkin kalau langsung ketemu disana. Anaknya saja tidak tahu keberadaannya." Jawab Aldo menganalisa.

"Kalo saya pribadi tidak mungkin kita besok kesana hanya bertanya perihal Pak Agus. Lebih baik kalo kita juga menyinggung untuk membantu mereka mengungkap kasus kematian sang ibu. Setelah itu sekalian kita membantu mencari Pak Agus." jelas Vio.

"Hmm boleh juga tuh. Kalo begitu yaudah gitu aja, sesuai rencana kamu barusan. Saya tutup ya. Besok saya jemput jam 9 di depan rumah ya. Bye." bersamaan dengan ditutup nya Video Call dari Aldo, gadis itu hanya menggerutu kesal menghadapi sikap dosen yang selalu seenaknya saja.

...*****...

Besoknya mereka segera berangkat jam 9 pagi menuju alamat yang tertera. Dalam perjalanan Vio sempat melihat kaca spion dan terlihat mobil mencurigakan yang mengikuti dari belakang.

"Dari tadi kamu lihat spion terus, ada siapa dibelakang ?" tanya Aldo yang menyadari pandangan Vio terpaku di spion.

"Bukan apa-apa Pak." jawab Vio menyadari bayangan mobil itu sudah tidak mengikuti mereka lagi. Aldo bertanya ada apa namun Vio mengatakan tidak apa-apa kemudian mobil itu menghilang dalam sekejap.

'Perasaanku saja atau memang mobil itu mengikuti kami. Sangat mencurigakan.' Vio bertanya-tanya dalam hati. Sesampainya di lokasi, mereka mengetuk pintu rumah si kembar dan disambut oleh Viko. Mereka pun mulai bertanya tentang masalah yang terjadi.

"Maaf mengganggu, kami dari kepolisian ingin meminta waktu sebentar untuk dimintai keterangan." ujar Aldo pada Viko, anak laki-laki Pak Agus.

"Oh tentu saja boleh, silahkan masuk dan duduk." jawab Viko mepersilahkan masuk.

"Jadi tolong jelaskan pada kami kronologi kematian Ibu nya saudara Viko." pinta Aldo.

"Malam itu saya baru pulang kuliah sekitar jam 8 an baru sampai di rumah. Begitu sampai di rumah, saya sama Vina niatnya mau keluar untuk beli makan malam. Kami pun keluar rumah dan menitipkan pada tetangga sebelah untuk mengawasi ibu, karena kejahatan sekarang tidak tahu bisa menyerang kapan dan dalam situasi apa saja. Pulang dari beli makanan kami melihat ibu sudah tergeletak di ruang tamu dengan bekas pisau di perutnya." Viko menjelaskan detil tanpa jeda.

"Memangnya bapak hari itu kemana ? Sedang kerja kah ?" tanya Vio lagi.

"Bapak memang suka jarang pulang, sekali pulang biasanya dua minggu sekali. Tapi ini terhitung sudah lebih dari dua bulan belum ada tanda bapak akan pulang." jawab Viko tertunduk.

"Kalian tidak mencari bapak ?" Tanya Aldo penasaran.

"Kami pikir jika berhasil menemukan bapak, dia juga tidak akan perduli soal kematian mama. Ya jadi kami diam saja." balas Viko masih tertunduk.

"Kalau begitu jangan khawatir, serahkan saja pada kami. Kasus ini pasti akan terpecahkan dan bapakmu pasti akan kami cari." ujar Aldo meyakinkan. Mereka pun berjanji akan menemukan Pak agus secepatnya sambil mencari pelaku yang membunuh ibu mereka. Viko izin ke kamar sebentar untuk mengambil sesuatu.

Mereka pun melihat-lihat sampai tertuju pada foto keluarga si kembar. Vio terkejut melihat foto pak Agus. Aldo yang melihat perubahan raut wajah Vio hanya bingung. Viko kembali ke ruang tamu sambil membawa sebuah buku terakhir yang dipegang ibunya saat dia meninggal dan memberikan pada mereka sebagai barang bukti.

"Terimakasih atas bukunya Viko." ujar Vio sambil tersenyum kecil.

"Sebelum kalian pamit, boleh aku tahu nama kalian ?" tanya Viko

"Saya Aldo dan dia..."

"Namaku Ola. Senang berkenalan denganmu." jawab Vio cepat memotong ucapan Aldo. Aldo langsung melihat kearah Vio tidak mengerti.

"Okee hati-hati di jalan." jawab Viko lega.

...*****...

Sepulang dari menjalankan misi hari sudah malam sekitar jam 11. Sesampai di kontrakan, Vio menawarkan Aldo untuk menginap saja karena ada kamar kosong daripada harus pulang larut malam begini.

"Pak, ini sudah hampir tengah malam mending nginep di saya aja. Ada satu kamar kosong dekat dapur tuh. Lagian besok pagi bapak ngajar kan ? Entar telat lagi karena saya. " tawar Vio pada Aldo.

"Tapi saya gak punya baju ganti dong kalau nginep di kamu." jawab Aldo bingung.

"Di lemari saya banyak baju ukuran pria. Pilih aja sesuka hati." jawab Vio enteng.

"Eumm... Pacar kamu sering nginep disini ?" tanya Aldo hati-hati.

"Whatt ? Gila aja kalo saya ngelakuin hal itu. Teman aja gak punya apalagi pacar." jawab Vio kesal.

"Oohh kirain..." balas Aldo canggung. Kebetulan daerah rumah Vio itu banyak sekali preman, tukang begal dan segala macam penjahat. Aldo berpikir dan menyetujuinya, kebetulan diluar hujan deras.

Masing-masing dari merekapun membersihkan diri sejenak, setelah itu serempak menuju ruang tamu. Vio dan Aldo larut dalam kegiatan masing-masing. Tiba-tiba ditengah keheningan mereka di ruang tamu, terdengar bunyi perut Aldo. Mendengar hal itu, Vio tahu mungkin dosen nya itu lapar karena belum makan sedari siang.

Kriuuk....

"Opps sepertinya itu bunyi perut saya." Jawab Aldo malu.

"Bapak lapar ya ? Diluar lagi hujan, saya masakin sesuatu sebentar ya Pak." tawar Vio sambil terkekeh.

"Tidak perlu repot-repot Vio, saya jadi ngerepotin." belum selesai Aldo melanjutkan bicaranya gadis itu sudah pergi duluan ke dapur. Vio pun mengecek kulkas dan mulai memasak. Setelah itu merekapun makan bersama di ruang makan.

"Wow telor dadarnya enak, ternyata kamu pintar masak ya." puji Aldo sambil terus melahap makanannya.

"Hidup sendiri mah harus bisa segalanya dong Pak. Hidup tuh jangan terlalu bergantung sama orang lain."ujar Vio asal. Aldo ingin bertanya lagi tapi ia urungkan.

"Menurutmu Pak Agus itu gimana ? Apa mungkin kalau dia membunuh istrinya sendiri ?" tanya Aldo mengalihkan pembicaraan.

'Pak Agus... Dia itu...' tanya Vio dalam hati.

Flashback.

"Neng Viola hari ini mau diantar kemana ? Mau ketemu Dokter Dianakah ?" tanya supir Vio dengan senyuman khasnya.

"Bapak gak capek kan nganterin aku setiap hari ?" tanya Vio kecil dengan nada khas anak kecil.

"Ya gapapa atuh neng. Itu kan tugas Bapak sebagai supir. Istri Bapak sedang sakit sekarang jadi saya harus kerja keras biar bisa beli obat heehhe" jawab supir tersebut lagi-lagi masih tersenyum.

"Ibu lagi sakit ? Aku belum pernah bertemu dengan istri Bapak, besok aku main kerumah ya Pak Agus." ucap Vio girang.

"Boleh dong Neng Vio yang cantik." jawab Pak Agus.

'Bahkan saat aku gak yakin bisa melewati hari-hari yang mencekam itu Pak Agus selalu ngasih semangat setiap hari. Dia bukanlah orang jahat.' gumam Vio dalam hati.

"Heyy kenapa malah melamun ?" tanya Aldo bingung melihat Vio.

"Saya gak yakin Pak Agus yang membunuh istrinya. Kita selidiki semua petunjuk supaya bisa dapat jawabannya." ujar Vio sambil melanjutkan makanannya.

"Ooh begitu. Yasudah." balas Aldo singkat. Pria itu hanya memilih diam meski sudah banyak pertanyaan terpatri di otaknya. Melihat reaksi dari Vio tadi sepertinya ada sesuatu yang aneh, mengapa Vio seyakin itu menjawab tentang Pak Agus.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!