NovelToon NovelToon

Takdir Gadis Pelunas Hutang

Bab 01 - Takdir Jingga Anindya

Dirumah sederhana yang terbuat dari bambu ada seorang keluarga konglomerat yang sedang bertamu untuk menagih hutang.

"Bagaimana Wina apakah kalian sudah ada uangnya?" tanya seorang perempuan yang sudah lanjut usia namun terlihat masih sehat dan modis. Ia adalah Eyang Putri pemilik perkebunan teh.

"Ma'af Eyang, kami sudah berusaha untuk melunasi hutang-hutang kami, namun sampai sekarang kami tidak memiliki uang sebesar itu." sahut suami dari Wina sambil menunduk.

Eyang putri pun mengangkat satu alisnya dalam hatinya sangat bahagia karena tujuannya akan tercapai.

"Baik lah, aku ada tawaran untuk kalian, karena dalam bertahun-tahun sekalipun, kalian tidak mungkin untuk melunasi hutang kalian yang berjumlah ratusan juta itu. Aku menginginkan putrimu Jingga untuk menikahi cucuku!"

"Ma-maksud Eyang, mau menikahkan putriku dengan cucu Eyang yang mana? Bukan kah cucu Eyang ada tiga?" tanya Wina dengan tergagap.

"Cucuku yang pertama, Satria."

Rudi dan Wina pun saling memandang mereka berdua tengah berperang dalam pikirannya masing-masing, karena cucu pertama Eyang Putri sudah terkenal Kejam, Dingin dan sudah dewasa.

"Eyang ma'af putriku masih 19 tahun, bagaimana mungkin menikah dengan cucu Eyang yang pertama usia mereka sangat jauh berbeda." Rudi bersuara dengan pelan.

"Aku tidak peduli hanya itu jalannya dan aku tidak ingin ada kata penolakan dari siapa pun! Besok ajudanku akan kemari lagi untuk menjemput Jingga." kata Eyang putri lalu melenggang pergi bersama para ajudannya.

"Ya Allah Pak, bagaimana ini, apa jadinya kalau benar terjadi, putri kita pendiam dan Den Satria itu terkenal kejam dan Arogan." ucap Wina dengan khawatir.

"Entah lah bu, aku juga bingung, kita memang sudah dibantu oleh Eyang, tapi orang mana yang ikhlas membantu sampai ratusan juta pasti mereka minta timbal balik. Ma'af ya bu gara-gara pengobatan sakitku dulu, kalian jadi kena batunya." Rudi begitu merasa bersalah atas apa yang telah terjadi.

"Tidak apa-apa Pak, ini sudah jalannya, sebenarnya Ibu tidak rela jika Jingga menikah dengan Satria tapi gimana kita tidak berdaya."

Di balik pintu kamar Jingga telah menguping pembicara'an orang tuanya dari awal bicara dengan Eyang Putri sampai orang tuanya yang telah kebingungan.

"Kasian Ibu dan Bapak, aku harus bagaimana, sekarang saja aku bekerja dengan gajih tidak seberapa, kalau Ibu dan Bapak menolak perjodohannya pasti akan berdampak buruk." Gumam Jingga sambil meneteskan airmatanya. Lalu Jingga pun keluar dari kamar untuk menghampiri kedua orang tuanya.

"Bu, Pak, jangan bersedih ma'af ya aku tidak bisa bantu permasalan Ibu dan Bapak. Jika hanya itu jalannya aku siap dinikahi oleh cucu Eyang Putri."

"Sayang apa kamu serius lalu bagaimana dengan nasibmu? Kamu tahu sendiri kan, Den Satria bagaimana, walau pun Ibu juga tidak tahu wajahnya, namun orang-orang telah membicarakannya dengan serius kalau dia seorang duda yang sudah mempunyai anak dia pun sudah dewasa. Kalau Den Arya memang baik dan ramah begitu pun dengan cucu bungsunya Den Raka. Mereka sering kali mengunjungi para pekerjanya, namun Den Satria ini jarang muncul dipublik."

"Tidak apa-apa bu, anggap saja ini adalah baktiku sama Ibu dan Bapak. Lagian Eyang Putri juga baik kan sama aku, sedari aku kecil beliau suka memberiku uang dan makanan."

"Baik lah nak, Ma'afin bapak ya, masa depanmu harus dinikahi oleh pria dewasa dan Bapak tidak tahu jelas bagaimana rupa dan kepribadiannya, semoga gusti Allah selalu melindungimu."

"Amin... Sudah Ibu dan Bapak jangan sedih, Bapak harus sehat, Ibu juga, itu adalah kebahagia'anku" Ucap Jingga sambil memeluk kedua orangtuanya.

***

Dikediaman Eyang Putri. Hati Eyang Putri begitu gembira yang akan menikahkan Satria dengan Jingga. Eyang putri sudah menyukai Jingga sejak kecil selain Cantik Jingga juga sangat pendiam dan pintar. Eyang putri sengaja melakukan Jingga sebagai pelunas hutang demi menjadi istri cucunya.

"Eyang memanggilku?" Tanya seorang pria bertubuh tinggi dan raut wajah yang dingin ia adalah Satria cucu pertama Eyang Putri.

"Duduk lah, ada kabar baik, kamu akan menikah dalam waktu dekat. Satria, Eyang ingin melihat hidupmu bahagia apa lagi Dennis yang sedang membutuhkan kasih sayang dari seorang Ibu, Eyang harap pernikahan ini adalah pernikahan terakhirmu."

Degh... Satria pun terdiam yang mendengar ucapan dari Eyang putri. "Eyang tahu sendiri kan aku tidak suka dengan perempuan selain Mommy dari Dennis."

"Jangan menyebut perempuan lacur itu di hadapanku! Sudah berapa kali Eyang bilang kepadamu Satria! perempuan itu tidak baik untukmu!" ucap Eyang dengan emosi.

"Eyang Viona itu di jebak Eyang, aku lagi mencari buktinya sekarang."

"Kamu itu bodoh kalau soal Cinta Satria buka matamu dan hatimu, sampai mati pun aku tidak akan menerima kembali perempuan itu! dan kamu tidak bisa menolak pernikahan ini! Kamu sudah bercerai dengan perempuan itu ya sudah Dennis juga bahagia disini tapi kamu malah jadi bodoh!" ucap Eyang lalu melenggang pergi.

Satria pun mendengus kesal yang mendengar ucapan dari Eyangnya yang menurutnya sangat keras kepala.

"Sudah lah Mas, aku setuju dengan Eyang come on, moveon mas, masih banyak wanita cantik diluaran sana" ucap Arya cucu kedua Eyang Putri.

"Diam kau! Atau aku robek mulutmu!" ucap Satria lalu melenggang pergi.

"Hahaa... hahaa... Kan kena semprot Om Arya." ucap Dennis putra dari Satria dan. Viona yang berumur 7 tahun.

"Tidak aneh lagi Daddy mu itu sedikit gila siap-siap saja dia akan uring-uringan terus." sambung Raka cucu bungsu Eyang Putri.

Raden Satria Wijaya berusia 35 tahun, Raden Arya Wijaya berusia 25 tahun, Raden Raka Wijaya berusia 20 tahun. Kedua orang tuanya meninggal kecelaka'an di sa'at mereka masih kecil. Ketiga saudara tersebut di besarkan oleh Eyang Putri sedangkan Mbah kakung

sibuk dalam bisnis lainnya.

***

Keesokan harinya. Sebuah mobil mewah pun terparkir dihalaman rumah Rudi dan Wina untuk menjemput jingga.

"Permisi Pak Rudi kami diutus oleh Eyang untuk menjemput mbak Jingga." ucap salah salah satu ajudan Eyang Putri.

Rudi dan Wina pun mengangguk sambil memeluk putrinya. "Nanti kita ketemu lagi dihari pernikahanmu nak, jaga kesehatan ya" ucap Wina sambil menciumi wajah putrinya.

"Baik bu, aku pergi dulu." Pamit Jingga sambil menyeret koper kecilnya. Lalu masuk kedalam mobil.

Kedua Ajudan melihat Jingga dari kaca spion mobil. mereka melihat Jingga yang sedang duduk sambil melihat kearah luar jendela, terlihat jelas perkebunan teh yang membentang luas disepanjang perjalanan.

"Mbak, kamu baik-baik saja?" tanya salah satu ajudan sambil mengemudikan mobil.

Jingga tidak menjawab. Ia hanya mengangguk. Kedua ajudan tersebut saling memandang karena Jingga hanya diam seolah-olah tidak melihat dirinya.

"Kita seperti setan." bisiknya kepada temannya.

"Iya dia cantik tapi kaya putri salju." balasnya sambil berbisik.

Tidak lama kemudian mobil yang di tumpangi jingga pun sampai dirumah Eyang Putri yang begitu luas dan megah.

Jingga pun turun dengan pakaian lusuhnya namun tidak mengurangi kecantikannya yang natural. Rambut panjang dan kulit putih bersih dengan tubuhnya yang sedikit mungil.

"Mari Mbak masuk Eyang sudah menunggu." ucap salah satu pelayan sambil membawa kopernya Jingga.

Jingga hanya mengangguk lalu menyalami Eyang Putri yang tengah duduk disofa. "Jingga, duduk nak, apa kamu lapar?"

"Aku sudah makan." sahutnya.

"Baiklah, apa kamu mau istirahat?"

Jingga mengangguk. Karena ia sangat mengantuk semalaman tidak bisa tidur. Ia sedang memikirkan nasib kedepannya bagaimna.

"Antar jingga ke kamarnya!" perintah Eyang.

"Baik Eyang, Mari Mbak." ucap pelayan sambil menggandeng tangan Jingga.

"Jangan menyentuhku! Aku tidak suka di sentuh oleh siapa pun"

"Ah ma'af Mbak, ini kamarnya kalau butuh apa-apa pencet Bell ini nanti saya datang dan perkenalkan nama saya Maryati."

Jingga hanya mengangguk dan langsung menutup pintu kamarnya. Maryati hanya bengong saja Ia sudah bicara panjang lebar namun Jingga hanya mengangguk saja.

"Eyang, Mbak Jingga sudah di kamar, tapi aku merasa ada yang kurang dengan Mbak Jingga." ucap Maryati.

"Dia memang seperti itu bukan karena dia sombong tapi memang sudah dari sananya, hanya sama orang dekat saja dia akan banyak bicara, aku sudah hafal betul dengan Jingga." tutur Eyang Putri.

"Oh begitu, ya sudah aku permisi Eyang."

"Lihat saja kamu Satria, setelah kamu melihat Jingga kamu akan terpesona oleh kecantikannya dan sikap dinginnya, dan itu akan membuatmu lupa dengan mantan istrimu itu, dan aku pastikan kamu akan mencintai Jingga, walaupun entah itu kapan." batin Eyang Putri.

Bab 02 - Pertemuan

Sore hari semua pelayan tengah sibuk mempersiapkan makanan untuk makan malam keluarga Wijaya.

"Mar, apa semuanya sudah siap?" tanya Eyang.

"Sudah Eyang, tinggal menunggu Den Satria, Den Arya, sama Den Raka pulang, saya akan panggil nona Jingga dan Dennis," Balas Maryati lalu melenggang pergi.

Tidak lama kemudian. _____ Ketiga Cucu Eyang putri pun sampai dirumah.

"Selamat malam Eyang." sapa Arya dan Raka sambil memeluk Eyang Putri.

"Daddy... Daddy..." pekik Dennis sambil berlarian.

"Hai Boy, kamu sudah wangi"

"Sudah dong, aku sudah tampan." sahutnya.

"Sudah, kalian semua cuci tangan, dan jaga sikap, Dennis nanti ada calon Mamahmu, kamu yang sopan ya." ucap Eyang putri.

"Yes Eyang, lalu bagaimana dengan Mommy?" tanya Dennis dengan polosnya.

"Sudah makan, kamu sudah lapar kan?" Sela Arya sambil mengusap kepala ponakannya.

"Yes, aku sangat lapar."

Lalu semuanya duduk untuk bersiap makan. Begitu pun dengan Jingga yang sedang berjalan untuk menuju meja makan. Semuanya menoleh ke arah jingga yang hanya memakai kaos oblong dan celana santainya dengan rambut yang dicepol asal. Terlihat jelas kulit putihnya.

"Malam Eyang." sapa Jingga lalu duduk.

"Malam sayang, makanlah jangan malu-malu kita ini keluarga."

"Terimakasih." balas Jingga.

Dennis, Arya dan Raka pun tak hentinya memandang Jingga. "Mbak ini siapa cantik sekali" ucap Dennis dengan polosnya.

"Duduk dan makan Dennis jangan banyak bicara!" sahut Eyang.

Berbeda halnya dengan Satria yang tak menoleh sedikit pun. "Aku sudah kenyang." ucapnya lalu melenggang pergi.

Jingga pun melirik sekilas kearah Satria yang hanya terlihat punggungnya saja.

"Satria memanglah seperti itu Jingga, jika kamu sudah menikah Eyang harap kamu bisa merubah sikapnya."

Jingga hanya mengangguk sambil mengunyah makanannya.

Arya dan Raka saling menyenggol karena ia melihat Jingga hanya diam tanpa bicara apa pun. "Eyang aku sudah kenyang aku ke kamar dulu. Selamat malam." ucap Arya dan Raka.

"Mbak siapa?" tanya Dennis dengan penasaran.

"Calon Mamah mu." sahut Eyang.

"Mamah, semuda ini?"

Jingga hanya tersenyum tipis. "Eyang aku ke kamar dulu." pamit Jingga lalu melenggang pergi.

"Dia aneh sekali seperti Es, apa dia jelma'an putri salju?" gumam Dennis.

"Kamu harus berteman dengannya ya, dia baik dan pintar." ucap Eyang Putri sambil mengusap kepala Dennis.

"Baik Eyang, lalu bagaimana dengan Mommy?"

"Mommy mu hanya menginginkan Daddy mu saja Dennis, apa pernah dia datang untuk menemuimu?"

Dennis pun menggelengkan kepalanya. "Aku sayang Eyang, aku tidak butuh siapa pun selagi ada Eyang bersamaku."

"Sudah sana belajar terus tidur ya." ucap Eyang putri sambil mencium kepala cucunya.

***

Dikamar Satria sedang sibuk membalas pesan dari Viona. "Fuck... Sungguh ini membuatku serba salah." gumam Satria sambil mengambil kunci mobil lalu pergi.

Berbeda halnya dengan Jingga. Ia sedang sibuk dengan laptopnya. Laptop keluaran lama yang sudah bertahun-tahun menemaninya.

"Semua Bisnis itu membutuhkan modal yang besar, bagaimana aku bisa menghasilkan uang kalau tidak ada modal, sayang sekali bursa sahamku tidak berkembang." gumam Jingga dengan sendu.

"Ibu, Bapak, lagi apa aku kangen sama kalian." Jingga merebahkan tubuhnya lalu memejamkan matanya.

***

Di restoran Satria dan Viona pun sedang berbincang. "Sat, bagaimana kalau kita pergi jalan-jalan keluar negri bersama Dennis?"

"Sorry aku tidak bisa Vio, ada apa memanggilku malam-malam untuk kesini?"

"Aku merindukanmu Sat, sungguh aku ingin mengulang semuanya dari awal lagi, kita berumah tangga yang bahagia, pasti Dennis senang." ucap Viona sambil memegang tangan Satria.

"Imposible Vio, kau tahu kan bagaimana Eyang, bersabarlah aku sedang mencari bukti kalau kamu tidak bersalah, setelah Eyang tahu kebenarannya aku akan menikahimu kembali."

"Hm... Aku tunggu Sat," Vio pun bangun dan hendak duduk di pangkuan satria.

"Vio, apa yang kamu lakukan ini tempat umum, kita sudah tidak ada ikatan apa pun don't do like this!"

"Ck... Kamu kenapa aneh sekali, kita itu pisah hanya diatas kertas saja Sat, tapi hati kita tidak kan."

"Sudah malam aku mau pulang, aku lelah." Ucap Satria lalu melenggang pergi.

"Dia bukan Satria yang aku kenal semenjak pisah dia sulit sekali untuk ditaklukan lihat saja Sat, kau akan kembali lagi kepadaku!" gumam Viona dengan tersenyum smirik.

"Muak sekali rasanya di sisi lain Eyang memaksaku menikah lagi dengan gadis tidak jelas itu, disisi lain aku masih mencintai Viona tapi entah kenapa aku tidak ingin berdekatan dengannya, apa aku sudah gila sekarang" gumam Satria dengan kesal sambil mengemudikan mobilnya.

Tidak lama kemudian. ______ Satria sampai di rumahnya. Sa'at hendak masuk Satria terkejut karena ada Eyang yang sudah bersedekap dada sedang menunggu dirinya.

"Eyang ada apa ini sudah malam, kenapa belum tidur?"

"Pasti kamu habis bertemu dengan perempuan lacur itu kan? Satria besok kamu dan Jingga akan menikah secara sederhana dulu, kamu keterlaluan sekali, ada Jingga bukannya disapa atau diajak bicara kamu malah pergi dengan perempuan itu!" ucap Eyang dengan kesal.

"Eyang please beri aku waktu."

"Tidak ada! kalau aku memberimu waktu kamu akan semakin bodoh!" ucap Eyang lalu melenggang pergi.

Satria pun mendengus dengan kesal sambil menendang kursi yang ada didepannya. Brakk... "Kenapa gadis itu mau di jodohkan, apa dia butuh uang?" gumam Satria lalu menuju kamar jingga.

Satria pun mengetuk pintu kamar Jingga dengan keras. Brak... Brak... Jingga pun membuka pintunya. Satria terkejut yang melihat Jingga yang terlihat masih muda dengan wajah yang cantik natural.

sedangkan Jingga hanya berexpresi biasa saja padahal hatinya berdebar-debar tidak karuan, karena ia melihat calon suaminya tinggi besar dengan sorot mata yang tajam dan terlihat jelas sedang menahan emosinya.

"Cepat katakan! Berapa uang yang kamu inginkan?" tanya Satria to the point.

Jingga tak membalas Ia hendak menutup pintunya kembali. Namun Satria menahannya. "I talking to you"

"Kau mau bicara atau mau menghina?" balas Jingga dengan santai.

"Aku tahu kamu mau dijodohkan denganku hanya karena kekaya'an ini kan? katakan berapa yang kamu inginkan lalu pergi dari sini!"

"Anda bicara saja dengan Eyang!" kata Jingga lalu menutup pintu kamarnya.

Satria pun mengetatkan rahangnya karena baru kali ini ia merasa tidak dihargai oleh seorang perempuan muda yang tak lain adalah calon istrinya.

Bab 03 - Pernikahan yang tidak diinginkan

Rumah Eyang putri sedang ramai oleh para Wo yang sibuk mendekor untuk pernikahan dadakan Satria dan Jingga yang akan di adakan sore hari.

Dalam setengah hari _______ Rumah pun sudah di siap untuk mengadakan pesta pernikahan kecil-kecilan dari keluarga Wijaya. tetapi bagi orang biasa itu bukanlah pesta kecil-kecilan tetapi pesta megah walau pun dengan cara yang mendadak.

"Ya Allah, Ya Gusti, Kamu ini membuat acara sangat mendadak sekali Putri, aku sampai terburu-buru pulang." ucap Eyang kakung yang baru sampai rumah.

"Kalau tidak seperti ini cucumu itu akan selalu mencari alasan untuk membatalkan pernikahan ini mas dan dia akan mengejar perempuan lacur itu." seru Eyang dengan kesal.

"Aku percaya denganmu Putri, kamu tidak akan mengambil keputusan yang besar jika kamu tidak melihat dan menyaksikannya sendiri."

"Ya jelas, orang aku melihat perempuan lacur itu masuk ke hotel bersama pria lain di sa'at Satria sedang ke luar negri apa pantas menantu dari Wijaya seperti itu, aku kurang apa kepadanya, tapi cucumu itu malah membela perempuan itu!"

"Hm... Sudah semoga Jingga gadis kesayanganmu bisa membuat Satria sadar, sudah ya jangan marah-marah lagi, ayo kita keluar aku rasa penghulunya sudah datang."

Eyang Putri pun mengangguk lalu berjalan keluar dari kamar untuk menyaksikan pernikahan Satria dan Jingga.

Eyang Putri duduk disebelah suaminya dan juga Dennis begitu pun dengan kedua cucu lainnya.

Satria sudah berada didepan penghulu dan Ayah Jingga yang akan menjadi wali. dengan perasa'an yang tidak karuan Satria ingin mengamuk namun tidak bisa.

"Saudara Satria apa anda sudah siap?" tanya Penghulu. Satria pun mengangguk. Lalu penghulu menjabat tangan Satria dan melakukan proses Ijab kabulnya. _______

Berbeda halnya dengan Jingga yang masih didalam kamar bersama Ibunya. "Nak, semoga ini jalan yang terbaik buat kamu ya, Ibu baru melihat wajah asli den Satria dia sangat tampan sekali, semoga hatinya juga setampan wajahnya dan bisa membuatmu bahagia, Ibu akan selalu mendoakanmu nak,"

Jingga pun memeluk Wina. "Terima kasih Bu, doa Ibu adalah sangat penting untukku."

Tok... Tok... Suara pintu diketuk. "Ma'af Mbak, acara Ijab kabulnya sudah selesai, Mbak dipanggil buat keluar untuk didoakan dan melakukan serangkaian adat." ucap Maryati dengan sopan.

"Ayo keluar." ucap Wina sambil menuntun putrinya.

Jingga terlihat lebih cantik yang memakai pakaian pengantin khas Jawa terlihat jelas kulit putih nya dan serangkaian kembang goyang di atas kepalanya dengan sanggul yang dibalut bunga melati.

Jingga berjalan dengan pelan untuk menuju suaminya berada. Semua tamu melihat ke arah Jingga dengan begitu kagum.

"Istrinya Den Satria benar-benar cantik ya, istri pertamanya tidak ada apa-apanya, selain cantik mbak Jingga juga masih muda sekali, wah ini sih rejeki Den Satria." Para tamu undangan berdesas desus yang melihat Jingga begitu cantik layaknya seperti anak bangsawan.

Berbeda halnya dengan Satria yang tak melirik sedikit pun ke arah Jingga ia hanya memasang wajah datarnya saja.

"Mas tengok apa, Mbak Jingga cantik sekali." ucap Raka sambil menyenggol tangan Satria.

"Biasa aja, turunkan mata kalian!" sahut Satria dengan kesal.

"Silakan duduk dan tanda tangan di sini." ucap penghulu.

Jingga dan Satria pun menandatangani surat-surat nikah tersebut lalu Jingga menyalami tangan Satria. Setelah selesai akad, tamu mulai memberikan selamat kepada Jingga dan Satria.

Tamu yang datang adalah hanya orang tertentu saja terutama pegawai dekat Satria dan teman bisnis Eyang Kakung, karena pernikahan tersebut belum dipublikasi.

Jingga dan Satria diatas pelaminan benar-benar tanpa expresi tidak ada senyuman dan kebahagia'an diwajahnya mereka saling membuang wajahnya sampai acara selesai.

"Eyang aku akan tinggal di rumah sebelah nanti aku akan tetap kerumah utama." ucap Satria.

"Baik lah, Jingga kamu kenapa sayang?" tanya Eyang Putri yang melihat Jingga begitu gelisah.

"Kepalaku pusing Eyang, aku tidak bisa bertemu banyak orang dengan cukup lama." balas Jingga dengan lemas.

"Ya sudah, Satria bawa istrimu istirahat!"

Satria mengangguk lalu melenggang pergi sedangkan Jingga di tinggal begitu saja. Jingga berjalan dengan pelan sambil mengangkat gaunnya. Jingga berjalan menunduk. Bruuk... Jingga pun terjatuh.

"Ck... Kamu punya mata tidak? main tabrak saja, dan yah kamarmu disana, aku tidak mau sekamar denganmu dan ingat jangan sampai tahu Eyang Putri tentang ini!" kata Satria lalu melenggang pergi menuju kamarnya.

Jingga pun hanya diam dan masuk ke kamarnya hatinya begitu senang karena ia bisa tidur sendiri, karena Jingga tidak suka disentuh Ia lebih menyukai sendiri dikamar karena baginya itulah adalah sebuah ketenangan.

Jingga membersihkankan dirinya lalu rebahan diatas tempat tidur. Ia merasa energinya terkuras setelah berinteraksi dengan banyak orang.

Sedangkan Satria sedang membasuh wajahnya tiba-tiba ponselnya berdering. Satria mengangkat panggilan tersebut.

"Sat, keluar aku di bawah kamarmu!" ucap Viona.

Satria langsung bergegas keluar untuk menemui Viona.

"Kamu tega Sat, kenapa kamu tidak memberitahuku kalau kamu akan menikah." Ucap Viona sambil menangis.

"Vio, ini diluar kendaliku, ini semua keinginan Eyang, kamu jangan salah paham dulu oke, sabar lah aku sedang mencari bukti."

Viona pun mengangguk lalu memeluk Satria. Tanpa Satria sadari ia berpelukan dengan mantan istrinya terlihat oleh Jingga dari lantai atas. Jingga hanya melihat suaminya sambil meneguk minuman kalengnya, Jingga pun merebahkan tubuhnya kembali.

"Aku akan memanfa'atkan sebagai menantu Wijaya, aku tidak mau hidup dalam ketergantungan, aku akan mengembangkan bisnis bursa sahamku, jika sewaktu-waktu aku di tendang aku sudah sukses." gumamnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!