"Maafkan aku, aku memiliki anak dari wanita lain."
Awalnya, Carolline mengira semua itu hanya lelucon belaka, namun sekarang dia hanya bisa tersenyum miris saat melihat seorang anak laki laki yang tengah bersembunyi di belakang kaki sang ayah, tampak terlihat malu malu.
"Dia anakmu?" Suara Carolline terdengar sedikit bergetar, bahkan bukan hanya suara namun dari ujung kaki sampe ujung kepalanya pun ikut bergetar. Hatinya tengah berguncang dengan hebat, sakit yang begitu nyata, perih yang begitu terasa.
Victor mengangguk pelan. "Carol..--"
Carolline tersenyum, menghentikan ucapan Victor. Dengan hebatnya Carolline mendekat ke arah anak laki laki itu, berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan anak laki laki itu. "Siapa namamu?" tanya Carolline dengan suara yang teramat lembut.
Victor terdiam melihat itu, nyatanya bukan hanya Carolline yang merasa sakit teramat, dirinya juga. Tetapi dia sadar, sakitnya belum ada apa apanya di banding dengan Carolline.
Lihat lah, betapa brengseknya dia, menyakiti hati seorang wanita yang selama ini selalu menemaninya dikala senang maupun susah, yang selalu menguatkannya, dan selalu berusaha memberikan kebahagiaan untuknya.
"Abimanyu..." cicit anak laki laki itu dengan pelan. Lagi, hati Carolline berdentum kencang, sesaat Carolline menundukkan kepalanya sebelum akhirnya dia kembali mengangkat wajahnya dan menampilkan sebuah senyuman simpul. Abimanyu. Nama yang ia siapkan jika suatu saat nanti dia memiliki seorang putra, nama yang terdengar sangat kental dengan Indonesia. Salah satu negara yang memberikan kenangan indah dalam hidupnya. Termasuk pertama kalinya ia bertemu dengan suaminya, Victor. Ya, orang yang kini memberi luka paling dalam.
Carolline mengusap pucuk kepala Abimanyu dengan lembut. "Kenalkan Aunty, Carolline kamu boleh panggil Aunty Caroll," ucap Carolline yang langsung mendapat tatapan protes dari Victor.
"Carol..--"
Carolline menggeleng, lagi lagi menghentikan ucapan Victor. Dia paham, Victor mungkin ingin Abimanyu memanggilnya dengan panggilan mommy atau sejenisnya. Tetapi itu hanyalah kemauan Victor, sedangkan Carolline dia hanya tak ingin memberikan harapan lebih pada Abimanyu. Mungkin dia bisa menyayangi anak laki laki ini, tapi dia tak bisa menyangkal rasa sakit dihatinya.
"Dia masih memiliki mommy nya, Vic," kata Carolline. Membuat Victor langsung tersedak dengan nafasnya sendiri.
"Manyu, sudah makan?" Carolline mengusap rambut Abimanyu dengan lembut. Memberikan kesan nyaman pada si anak.
Abimanyu tak langsung menjawab, tetapi dia menatap Carolline terlebih dahulu. Sampai akhirnya Abimanyu memberikan jawaban dengan menggelengkan kepalanya.
"Emm... ayo, ikut Aunty. Kita makan bersama, Aunty sudah siapkan makanan untuk Manyu," ajak Carolline pada Abimanyu dan Abimanyu sama seperti sebelumnya, tak langsung menjawab dia lebih dulu menatap Victor untuk meminta persetujuan dan jelas Victor langsung menjawab dengan anggukan.
Abimanyu menerima ajakan Carolline sambil menampilkan senyum manis yang sedari tadi disembunyikan membuat Carolline pun ikut tertular dan melebarkan senyum di wajahnya.
"Baiklah, ayo..." Carolline menarik lembut tangan Abimanyu, menggandengnya membawa ke meja makan yang sudah tersedia berbagai macam makanan.
Victor mengelap wajahnya frustasi, menundukkan kepalanya, mengepalkan tangannya erat. Melihat semua itu membuat Victor merasa perasaan bersalah yang semakin menggerogotinya dirinya. Bagaimana bisa takdir ini menimpa dirinya dan Carolline, kehidupan yang hampir sempurna harus kembali ke awal. Dimana Victor harus kembali meluluhkan hati Carolline, meskipun kali ini akan lebih berat dari sebelumnya.
Victor bisa apa sekarang, dia tak tau. Otak cerdasnya tak bisa ia gunakan dengan benar, melihat Carolline begitu kuat membuat dirinya semakin rapuh. Sedasyat itu cinta, rasa takut kehilangan dan takut Carolline pergi menghantui setiap langkah Victor.
...***...
Sudah satu bulan Abimanyu berada di rumah ini. Victor sangat bahagia karena Carolline dengan sangat baik menerima Abimanyu, bahkan Carolline juga entah perasaannya saja atau tidak, tapi Carolline semakin manja kepadanya ditambah Abimanyu pun sudah sangat terlihat akrab dengan Carolline.
"Aku pulang!" Victor melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah, namun tak ada sahutan atau sambutan papun seperti biasanya.
"Sayang? Manyu... ."
Victor menaruh tas kerjanya di sofa lalu berjalan ke arah kamar Abimanyu, biasanya Carolline dan Abimanyu sedang bermain disana.
"Sayang..." Victor membuka pintu kamar Abimanyu, namun sepi. Victor mengernyit kan dahinya aneh, hanya ada Abimanyu yang sedang tertidur pulas di atas kasur, padahal biasanya Carolline tak membolehkan Abimanyu tertidur sore sore seperti ini.
Victor kembali menutup pintu kamar Abimanyu, beranjak untuk mencari Carolline. Dia masuk kedalam kamarnya dengan Carolline dan kosong, beralih ia mengecek kedalam kamar mandi, namun tak ada. Saat keluar kamar mandi matanya tak sengaja melihat meja rias yang tampak kosong tak ada make up atau botol botol milik Carolline yang biasanya berjejer rapih disana jantung Victor seketika langsung mencelos. Otaknya tak bisa lagi di ajak positif thinking, Victor berlari ke arah lemari baju lalu membukanya dengan kasar dan tubuh Victor langsung terpaku, benar, pikirannya benar. Lututnya mulai terasa seperti jeli, tak ada lagi sederet pakaian cantik disana, hanya ada pakian pakian miliknya.
Victor luruh ke lantai, rasanya jiwanya di renggut paksa, begitu menyakitkan. Matanya memanas menahan tangis, ingin rasanya membanting semua yang ada namun semuanya rasanya percuma saja, Carolline tak akan tiba-tiba kembali kepadanya.
Tangannya terkepal kuat, nafasnya mulai terdengar berat. Victor menutup matanya dengan erat bersamaan dengan air mata yang menetes di ujung matanya.
Menghela nafas Victor berjalan lemah ke arah meja rias Carolline, tersisa keperluan nya dan secarik kertas yang di tumpuk dengan cincin berlian pernikahan mereka. Victor mengambil cincin itu, menatapnya dengan pilu sebelum dia mengambil surat dibawahnya.
Dear Love.
Jika kamu mebaca surat ini, itu tandanya aku sudah pergi. Maafkan aku, tetapi aku tak bisa lagi bertahan untuk tetep disisimu.Terlalu sakit, ditambah setiap kali aku menatap Abimanyu, rasanya aku ingin marah pada Tuhan saat menyadari anak laki laki yang tengah aku peluk itu bukan terlahir dari rahimku dan semakin sakit saat sadar jika Abimanyu adalah anak dari wanita masalalumu. Aku sudah mencoba melupakan, mencoba memaafkan penghianat yang kamu lakukan, tetapi ternyata aku tak sanggup. Aku menyerah, memilih pergi. Aku berharap, kamu bisa bahagia dengan keluarga kecil kalian. Aku sudah menemui wanita itu dan aku pastikan dia mau menikah denganmu, wanita yang sejak kecil memang kamu cintai.
Dengan perginya aku, kamu bisa mewujudkan mimpimu dengannya, membangun keluarga kecil yang bahagia dan sempurna. Maaf jika aku pernah merusak mimpi kalian, ingatlah aku selalu mencintaimu, sebenci apapun aku padamu nyatanya hati ini memang tak bisa berkhianat. Jangan mencari ku lagi, surat cerai sudah aku tanda tangani ada dilaci bawah. Jikapun suatu saat nanti kita bertemu dengan tidak sengaja, anggap saja kita hanya orang asing yang tak pernah saling mengenal. Terima kasih atas segala yang telah kamu berikan selama 5 tahun ini dan maafkan aku, aku memberikan sedikit obat tidur pada Manyu.
Tertanda,
Your Ex Wife,
Carolline Angelin.
Buk.
Victor dengan keras langsung menonjok kaca dengan keras sampai tetesan darah mulai mengalir dari sela-sela buku jarinya.
"Maafkan aku sayang, kembali kumohon." Tangisan pun rasanya tak berguna lagi.
10 Tahun berlalu.
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu semua berjalan dengan sendirinya. Wanita cantik ini bergegas keluar meninggalkan rumah yang sepuluh tahun ini ia tempati, rumah dua tingkat sederhana yang ia tempati bersama sang anak.
Masuk kedalam mobil hitam yang sudah siap untuk melaju tinggal menunggu sang pengemudi. Mobil sederhana hasil kerja kerasnya selama ini.
Di kursi samping pengemudi sudah ada seorang anak perempuan cantik yang tengah memainkan permainan di ponsel pintar nya.
"Mami lama, Cla telat tau," ucap Clara sambil memanyunkan bibirnya kepada Sang Mami.
Dia Clara Adelina, anak dari seorang Guru cantik, Carolline Angelin. Umur Clara baru masuk 9 tahun, masih dengan seragam putih merah yang tampak menggemaskan.
"Masih setengah jam lagi, Cla." balas Carolline tersenyum simpul melirik Clara.
Carolline mulai menjalankan mobil, meninggalkan pekarangan rumah.
Clara semakin mengerucutkan bibirnya. "Ihh Mami... kan Cla belum kerjain tugas...-- eh!" Clara langsung menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya.
"Maksudnya-- emmm... Cla lupa kalau ada tugas..." Clara dengan cepat menyambung ucapannya dan diakhiri dengan nada menelan. Clara bukan tipe anak yang pandai berbohong, jadi Carolline dengan mudah mengetahui.
"Masa Clara lupa kalau ada tugas, si?" tanya Carolline menggoda Sang Anak.
"Eng-ga... kok Mam, emm... Cla beneran lupa," cicit Clara pelan dengan kepala menunduk, memilin milin rok merahnya.
"Kali ini Mami maafkan, tapi jika nanti Cla bohong lagi, Mami ambil ponsel dan laptop, Cla," tutur Carolline dengan suara biasa, namun bagi Clara itu sudah menunjukkan bahwa Maminya tak main main dengan ucapan.
Clara mengangguk."Emm... Clara minta maaf, Mami." Clara berbicara dengan penuh penyesalan.
Carolline mengusap kepala anaknya dengan sayang. "Mami percaya, Cla gak akan lagi bohong sama Mami, jadi Mami maafkan."
Clara mendongakkan kepalanya, menatap wajah Maminya dengan dengan mata yang telah berkaca kaca.
"Maafin Cla ya Mam hiks... Cla sayang banget sama Mami hiks... hiks..." Clara tak kuasa menahan air matanya dia langsung memeluk tubuh Carolline yang tengah menyetir dari samping.
Carolline tersenyum manis. "Iya tak apa Sayang, Mami percaya sama Cla, kok."
Clara bukannya tenang, dia malah semakin menangis. Penyesalan telah berbohong pada Maminya dan bahagia karena Sang Mami begitu mempercayainya. Bangga dihati Clara memiliki seorang ibu seperti Carolline, rasa cinta tak lagi terhingga. Bagi Clara, Carolline adalah Mami terbaik di dunia ini. Meskipun dia hidup tanpa seorang Ayah, namun Carolline selalu berusaha membuatnya bahagia dengan kasih sayang dan cinta yang selalu di curahkan kepadanya.
Mereka telah sampai di sekolah. Sekolah yang memang SD, SMP dan SMA nya menyatu, hanya beda gedung saja. Carolline menyekolahkan Clara di yayasan yang sama tempatnya mengajar, Carolline menjadi guru SMA disini.
"Sudah sampai. Ayo, katanya Cla telat kok malah peluk Mami terus si?" ucap Carolline saat melihat Clara yang masih saja memeluk dirinya.
Clara mengerucutkan bibirnya, menatap Maminya sebelum melepas pelukannya. "Huh... Clara masih mau peluk Mami, gak papa nanti Cla di hukum Bu Guru satu kali," kata Clara.
Carolline tersenyum lebar, tangannya mengusap lembut pipi Clara. "Gak boleh dong, masa anaknya Mami dihukum si, hemm. Ayo sekarang Clara masuk kelas," ujar Carolline memberikan pengertiannya pada Clara.
Clara menghembuskan nafasnya keras, menatap Maminya lalu mengangguk. "Hem... oke oke, Clara gak akan dihukum sama Bu Guru kali ini, Clara kan pinter jadi Clara bisa kerjain dengan cepet." Bangga Clara pada dirinya sendiri.
"Iya iya, anak Mami memang hebat!"
Mendengar itu semangat Clara semakin membara. Clara mengangguk patuh. "Ya udah, Clara pamit dulu ya. Love you Mami, muachhh." Sebelum keluar mobil Clara mencium pipi Maminya.
"Love you too, Sayang." Carolline membalas ucapan Sang Anak, ikut melambaikan tangannya pada Clara yang sudah berlari masuk ke dalam gedung SD.
Carolline pun bergegas keluar tak lupa mengunci mobil, lalu berjalan menuju gedung sekolah SMA tempatnya mengajar. Sepanjang jalan banyak yang menyapa dan di balas dengan senyum menawan dari Carolline.
Baru saja Carolline sampai kantor, seorang guru perempuan yang lebih muda dari dirinya, langsung menghalang langkahnya. "Miss Caroll, boleh minta tolong? Gantikan aku jam pelajaran pertama dong?" ucap Indira dengan penuh permohonan pada Carolline. Partner sekaligus sahabatnya ini memang kadang sering saling mengisi jika salah satu berhalangan dan yang pasti jika tak bertabrakan dengan jadwal mengajar masing masing.
"Emm... bisa saja si jam pertama aku kosong memangnya kamu mau kemana?" tanya Carolline.
"Akhirnya, thanks you Miss. Aku harus fitting baju untuk nanti, kamu tenang aja sebagai gantinya, nanti aku belikan makan buat istirahat, sepaket sama Clara deh," Indira dengan semangat mengatakan itu.
Carolline menggeleng kepalanya sambil terkekeh pelan. "Baiklah baiklah, sudah sana cepat berangkat."
"Uuuu... makasih banyak sahabat ku, aku berangkat dulu ya." Indira pun bergegas pergi dari sana. "Bye Miss, aku otw dulu ya hahaha..." Indira pun menghilang di telan oleh belokan koridor.
Carolline melanjutkan langkah menuju mejanya menyimpan tas, lalu menyiapkan buku untuk mengajar. Carolline mengajar kelas 10 sedangkan Indira mengajar kelas 11, meskipun begitu mereka tetap saling bantu.
Bel berbunyi menandakan bahwa jam pelajaran di mulai, Carolline bergegas pergi masuk kelas.
"Selamat pagi semua."
"Pagi, Miss," jawab serentak oleh Para Murid.
"Hari ini saya menggantikan Miss Indira untuk mengajar dan saya mendapat pesan dari Miss Indira untuk tugas minggu lalu di kumpulkan hari ini," terang Carolline.
Satu persatu murid maju ke depan, mengumpulkan buku tugas di meja Sang Guru.
"Baiklah, semua sudah mengumpulkan?" tanya Carolline memastikan.
"Sudah, Miss."
Caroline mengangguk. "Sampai mana pembelajaran kalian?"
Seorang murid menjawab, lalu dengan luwes Carolline melanjutkan menjelaskan materi selanjutnya, sampai tak terasa bel pergantian pelajaran berbunyi.
"Oke, segitu dulu pelajaran hari ini nanti di sambung kembali oleh Miss Indira di waktu yang akan datang," kata Carolline, lalu melangkah keluar kelas menuju kantor untuk menukar buku Indira dengan buku miliknya.
"Loh, Miss Carolline dari mana?" tanya Bu Indah, guru bahasa Indonesia kelas 10.
"Tadi ngajar, menggantikan Miss Indira, Bu," balas Carolline dengan sopan.
"Oh, sekarang masuk kelas lagi?" tanya Bu Indah.
"Iya Bu, duluan ya Bu." Carolline melangkah kaki ke lantai atas tepat di kelas 10 IPA 2 dan Carolline di percaya untuk menjadi Wali kelas.
"Selamat pagi semua," sapa Carolline yang di balas serentak oleh mereka semua.
"Pagi, Miss Caroll."
"Baiklah kali in..--"
Tok tok.
"Maaf Miss, permisi sebentar." Seorang pria dewasa menghentikan ucapannya, Pak Yudi. Guru Biologi sekaligus seorang Wakasek kesiswaan.
Carolline tersenyum. "Ada apa Pak?"
"Ada murid baru Miss, pindahan." Terang Pak Yudi dengan suara lembut yang begitu menyejukkan jika terdengar.
Carolline mengangguk. "Oh, lalu kok saya tidak tau ya Pak?" tanya Carolline.
"Aduh, maaf Miss, saya lupa memberi tau Miss," ucapnya menggaruk tengkuk tak gatal.
"Tidak apa apa Pak, suruh masuk saja."
Pak Yudi mengangguk, mempersilahkan murid baru itu masuk.
Seorang laki laki tampan yang begitu mempesona kaum hawa, tinggi tegap, matanya yang tajam dengan warna mata hitam pekat.
Beberapa Siswi menjerit tertahan saat melihatnya, sedangkan Para Siswa berdecit tak suka melihat tingkah centil Para Siswi.
"Ini Abimanyu Miss, Pindahan dari luar negeri." terang Pak Yudi lagi.
Sesaat Carolline tercengang melihat Abimanyu, terlebih namanya sama dengan... cek! Hapus ingatan itu Carolline nama Abimanyu itu sangat banyak di dunia.
"Abimanyu, perkenalkan ini Miss Carolline, Guru Matematika kelas 10 sekaligus wali kelas, kelas ini," ucap Pak Yudi pada Abimanyu.
"Silahkan perkenalkan diri kamu pada teman teman," kata Carolline.
Abimanyu menatap teman temannya tanpa senyum dengan muka datar. "Abimanyu, bias di panggil Bima. Pindahan dari Las Vegas." kata Abimanyu yang mampu mengejutkan orang orang yang berada dikelas, bahasa Indonesia Abimanyu terdengar sangat fasih bahkan seperti tak ada keraguan saat Abimanyu berbicara Bahasa Indonesia.
Carolline sedikit menghela nafasnya lega. Ya masa lalunya di London bukan Las Vegas.
"Baiklah kamu boleh duduk di sebelah Karina di pojok sana." Carolline menunjuk bangku kosong disebelah seorang gadis bernama Karina.
Abimanyu mengangguk, melangkah menuju bangku kosong di pojok sana.
"Jika begitu saya pamit, kembali ke kantor Miss," ucap Pak Yudi undur diri.
"Baik Pak, silahkan," balas Carolline.
Pak Yudi keluar, meninggalkan kelas.
"Baiklah, buka kita lanjutkan pelajaran kita."
...***...
"Dad, please. Aku tak ingin pindah. I promise, ini yang terakhir kalinya." Pemuda tampan itu tengah mencoba meyakinkan Sang Daddy agar tak lagi memindahkan dirinya.
"Terakhir kalinya kamu bilang? Kamu baru dua bulan di sana Abimanyu dan Daddy sudah berulang kali di panggil karena ulah mu! Apa sebenarnya mau mu hah?!" Wajah Victor memerah karena emosi, anak laki lakinya ini membuat kepalanya ingin pecah dengan berbagai tingkah yang dilakukan.
"Dad, come on. Aku hanya main main, mereka yang terlalu mengaggap serius dan terlalu berharap, aku tak melakukan apapun, Dad." Pemuda yang bernama Abimanyu itu terus mencoba menyangkal. Memang Abimanyu tak melakukan apapun hanya memancing saja, memancing keributan dan karena itu lah pemuda ini terus terseret kedalam masalah.
Entah itu dengan sikapnya yang sangat gemar tebar pesona, menjerat wanita dengan tak pandang bulu, entah itu sudah memiliki kekasih atau belum. Abimanyu tak pernah mendekat secara serius namun si perempuan terlanjur berharap dengan segudang sikap Abimanyu yang sudah lulus uji coba per fuvkboy-an. Abimanyu memang sedikit dingin namun tak menghalanginya untuk melakukan salah satu kesenangan nya itu selain berkelahi tentunya.
Abimanyu sedari kecil sangat sering bertengkar dengan teman sebayanya atau bahkan dengan dengan orang yang lebih tua, kedua orang tua Victor yang memanjakan mendukung Abimanyu untuk bertindak seenaknya, dan karena itu lah Victor memutuskan untuk menyeret Abimanyu masuk kedalam berbagai kursus bela diri, menurutnya itu lebih baik jadi dia bisa menemukan lawan yang sepadan tak lagi sembarangan memukul orang.
Victor memijat kepalanya pening. "Stop main main Abimanyu! Kali ini Daddy benar benar akan memindahkan mu." Putus Victor, tak bisa lagi di ganggu gugat, "jangan berharap Grandma dan Granpa mu akan membantu, kali ini tidak akan bisa," lanjut Victor yang seakan tau apa yang tengah ada dalam pikiran anaknya itu.
Abimanyu berdecak tak suka mendengar ucapan Daddy-nya itu. "Fine! Kemana? Masih di sini kan?" Abimanyu yakin pasti masih wilayah Las Vegas karena Daddy-nya tak mungkin meninggalkan pekerjaan dan tak mungkin membiarkan dia pergi tanpa pengawasan.
Victor menggeleng, menatap anaknya. "Kamu akan pindah ke Indonesia," ucap Victor. Abimanyu terjengkit kaget, apa dia tak salah dengar?
"Dad! Daddy bercanda? Daddy Kenapa harus ke negara itu?!"
"Agar kursus Bahasa Indonesia mu bisa berguna," kata Victor. Selain menyeret anaknya untuk belajar bela diri, dia juga menyeret Abimanyu untuk kursus Bahasa Indonesia, entah lah Victor ingin Abimanyu pun mencintai negara dimana dia bertemu dengan pemilik hatinya.
Abimanyu menatap tak percaya, hey bahkan kesehariannya disini pun terkadang dia menyelipkan Bahasa yang ia kuasai itu.
"Dad...--"
"Sudahlah, Daddy masih banyak pekerjaan. Minggu ini kamu akan berangkat." Putus Victor, lalu beranjak pergi meninggalkan Abimanyu yang masih tercenung tak percaya.
"DAD! AKU TAK MAU DAD! DADDY!! SIAL!"
Victor tak menanggapi umpatan sang anak, dia terus berjalan keluar rumah melanjutkan pekerjaannya yang menggunung di kantor.
...***...
Dan setelah itu, Abimanyu tak pernah pulang ke rumah dia bersembunyi di sebuah apartemen sederhana, milik temannya.
Harusnya hari ini dia berangkat ke Indonesia, tapi Abimanyu malah sedang bersantai ria dengan stik PS. Dia tak berangkat sekolah ataupun keluar dari apartemen ini, dia tak mau ambil resiko nanti ketahuan anak buah Daddy nya.
Teman pemilik Apartemen ini pergi ke sekolah, itu agar tidak membuat Daddy nya curiga bahwa ia ada di sini.
Abimanyu hanya berharap hari cepat berlalu.
"Astaga, membosankan sekali!!" teriaknya sambil membuang stik PS itu.
Dan Abimanyu sudah membuang handphone miliknya, agar tak terlacak oleh Sang Ayah dan itu semakin membuat seperti akan mati kebosan.
"Sial... sial... sial... ."
Saat sibuk dengan merutuki diri, suara bel apartemen menyentak kesadarannya.
"Ck!"
Dengan malas Abimanyu berjalan untuk membukakan pintu, dia pikir itu orang laundry karena Alex bilang akan ada orang laundry yang datang mengambil baju.
"Wait!" Abimanyu membukakan pintu dengan keresek yang berisi pakaian.
Namun dugaannya salah, saat membuka pintu, tampak dua orang pria berbadan gagah dengan setelan jas mahal. Abimanyu yang menyadari itu orang suruhan Daddy-nya dengan cepat menutup pintu kembali namun sayang salah satu dari mereka menahannya.
"Maaf, Tuan meminta kamu untuk membawa Tuan muda pulang," katanya.
Abimanyu masih berusaha menutupkan pintu nya. "No! Aku tak akan mau! Bilang pada Daddy, aku akan pulang jika Daddy membatalkan niatnya memindahkan ku."
Brak!
Pintu terbuka lebar, Bima yang kalah tenaga terjatuh kebelakang. "Aduh!!" Bima mengusap pinggangnya yang terasa sakit dan menjalar ke bokong seksinya.
"Maaf Tuan muda, tapi Tuan Victor menyuruh kami untuk segera membawa anda ke Indonesia, cara halus ataupun kasar."
Mereka langsung menarik Abimanyu, Abimanyu meronta meminta di lepaskan. "LEPASIN AKU! SIALAN!! BRENGSEK LEP--Mmmmpph!!"
Salah satu dari mereka membekap mulut Abimanyu dengan sebuah sapu tangan dan setelahnya pergerakan Abimanyu melemah seiring dengan perginya kesadaran Abimanyu.
...***...
Dengan kesal Abimanyu melangkahkan kaki memasuki mobil yang sudah di sediakan Victor untuk menjemput nya.
Ingin kabur tapi dia tak tau harus kabur kemana dengan keadaan seperti ini, hanya menggunakan kaos dan boxer. Tanpa dompet dan tanpa ponsel.
Setelah masuk mobil, mobil melaju membelah jalanan menuju sebuah rumah mewah dengan tingkat 3 lantai, interior yang memukau, simple dan elegan, Daddy nya sekali, pikir Abimanyu.
"Silahkan, Tuan muda." Seorang pengawal membukakan pintu mobil. Abimanyu langsung beranjak keluar, berjalan memasuki rumah dan langsung di sambut oleh para pelayan di sana.
"Selamat datang Tuan muda Abimanyu, saya Lili kepala pelayan di rumah ini."
Abimanyu hanya mengangguk. "Dimana kamar ku?" tanyanya singkat.
"Mari saya tunjukan," ucap Lili berjalan menuju lantai 2. Abimanyu pun tanpa kata lagi mengikuti langkah perempuan paruh baya itu dan tentu saja kedua pengawal yang tadi terus mengikuti.
"Ini Tuan, silahkan masuk."
Abimanyu langsung masuk kedalam sana, luas, kasur king size, Tv berlayar besar, satu set sofa lengkap dengan meja, dan masih banyak lagi pajangan disana. Kamar berwarna abu tua dan putih.
Abimanyu menjatuhkan tubuhnya di kasur.
"Tuan muda, ini semua keperluan anda selama di Indonesia." Salah satu pengawal memberikan satu kotak berukuran sedang pada Abimanyu.
Abimanyu menghela nafas kasar, bangun lalu langsung mengambil kotak itu. Membuka nya, ternyata isi nya hanya ponsel, dompet dan remot?
"Untuk apa ini?" tanya Abimanyu memegang remot itu.
"Itu remot untuk anda memanggil pelayan Tuan muda," balas Lili.
Abimanyu mengangguk paham, lalu dia menatap pada ketiga orang yang masih senantiasa berdiri disana. "Lalu apa? sana keluar, aku ingin istirahat."
"Baik, Tuan muda."
Mereka bertiga langsung melangkah keluar kamar, meninggalkan Abimanyu yang kembali menjatuhkan dirinya keatas kasur dan mulai tertidur.
...***...
Pagi harinya Abimanyu membuat ulah, dia tak ingin sekolah, dia mengunci pintu kamarnya, dan dengan malas dia masih bergelut dengan kasur, masih dengan boxer dan kaos tidur.
Menggunakan headset agar tak mendengar suara gedoran dari luar. Sampai akhirnya seorang pengawal berhasil masuk dengan menggunakan kunci cadangan.
"Tuan muda."
Abimanyu hanya diam, menutup matanya tak menyadari Sang Pengawal sudah masuk kedalam kamarnya, sampai headset di tarik dengan kasar.
"Sialan! Apa lagi?" Sentak Abimanyu dengan kesal.
"Waktunya anda sekolah Tuan," balas Si Pengawal dengan sopan.
"Aku tak mau, jadi sekarang keluarlah." Tolak Abimanyu, saat hendak akan memasang kembali headset nya, tangan Abimanyu ditarik dengan kuat.
"Maaf Tuan muda," kata Pengawal itu, dia menarik Abimanyu untuk masuk kedalam kamar mandi.
"Sial! Lepaskan!"
"Silahkan mandi atau saya yang akan memandikan anda."
Abimanyu Menatap pengawal itu dengan tajam lalu dia berdecit tak suka. "Fine! Keluar!" titah Abimanyu.
"Menyebalkan!"
Abimanyu bergegas mandi, setelahnya dia keluar dengan jubah mandi dengan namanya yang tertera di sana. Di atas kasur sudah terdapat satu set segaram putih abu, sepatu dan tas gendong.
Abimanyu tanpa banyak kata menggunakan baju itu lalu sepatu. Merapihkan tatanan rambutnya lalu menyemprotkan kan parfum ke badan dan mengambil tas. Abimanyu keluar dari kamar melangkah ke meja makan yang sudah tersaji berbagai makanan.
"Aku ingin roti selai coklat," ucap Abimanyu, Sang Pelayan langsung bergegas membuatkan apa yang Abimanyu katakan, lalu menyerahkan pada Abimanyu.
Abimanyu melahapnya dengan satu tangan bermain ponsel, mengabari temannya yang kemarin ia tumpangi dan menghubungi beberapa teman wanita yang menanyakan keberadaanya.
Waktu menunjukan jam 08.37 WIB dan Abimanyu baru berangkat sekolah, jelas di antar oleh dua pengawal.
Abimanyu sebenarnya sedikit bingung, kenapa Daddy-nya menanaminya dengan nama Abimanyu, sangat khas dengan negara ini padahal tak ada darah Indonesia yang mengalir di dalam tubuhnya dan anehnya lagi, kenapa sedari kecil dia sudah masuk kursus Bahasa Indonesia?
...***...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!