"AMELIA PUTRI BINTI HARDI ,AKU TALAK DAN CERAIKAN KAMU ,DAN MULAI HARI INI KAMU BUKAN LAGI ISTRIKU.!" suara keras dan menggema di sebuah ruangan di rumah mewah milik keluarga Baskoro .
Wanita yang sedang bersimpuh di lantai hanya bisa menangis mendengar kata Talak yang keluar dari mulut lelaki yang ia dampingi selama tiga tahun lamanya .
wanita itu bernama Amelia Putri saat ini dia berusia 23 tahun
Dia berasal dari sebuah desa yang Jauh dari perkotaan bernama Desa Keramat jati , dia masuk ke keluarga Baskoro karena dia dibawa oleh kakek Baskoro untuk menikahi cucunya yang bernama Rico demi membalas Budi ,karena Amelia menolongnya saat ia tersesat di hutan
Rico terpaksa menerima pernikahan itu,karena ancaman kakeknya ,yaitu Rico akan dicoret dari harta waris bila Rico tidak mau menikah dengan Amelia ,jadi dengan terpaksa ia menikahi Amelia ,selama menikah Rico tidak pernah memperlakukan Amelia selayaknya seorang istri tapi dia memperlakukannya selayaknya seorang pembantu ,dan Rico tidak pernah menyentuhnya ,apalagi saat menikah dengannya ,Amelia membawa bayi yang ia akui sebagai anaknya .
"Kamu menalakku Mas ?" tanya Amelia dengan menangis dan bersimpuh dilantai .
Rico tersenyum sinis dan tidak ada rasa penyesalan sedikitpun ,"Iya aku menalakmu ,dan sekarang kamu bukan siapa siapa lagi ,dan kamu jangan harap harta atau pembagian gono gini ,karena kamu kesini tidak membawa apa apa ,dan semua ini milikku ,dan aku tidak Sudi membaginya denganmu ."
Amelia hanya bisa diam ,dia tidak bisa melawan dan dia hanya pasrah .
"Sekarang kamu keluar dari rumah ini ! Dan bawa juga anak sialmu itu !" tunjuk ibu Rico menunjuk seorang anak yang sedang memeluk Amelia ketakutan .
"Dan ingat ! kamu jangan membawa apa-apa karena kamu kemari tidak membawa apapun kecuali baju yang kamu pakai !"suara ibunya Rico yang memang sedari Dulu tidak pernah menyukainya
'Tapi Bu ini sudah malam bagaimana dengan Bayu dia masih kecil, bu ." ucap Amelia dengan memelas
"Aku tidak peduli kamu keluar sekarang juga Kamu sekarang sudah tidak ada hubungan apa-apa dengan Riko ." usir ibunya Rico dengan tatapan tidak sukanya .
"Besok pagi saja ya Bu ,ini sudah malam ." Amelia mencoba bernegosiasi .
ibunya Rico hanya memandang dengan rasa tidak suka dan penuh hinaan "Tidak ! Aku tidak Sudi menatap wajah kamu lebih lama ,Sekarang kamu keluar dari rumah ini ,aku mau muntah melihat wajah Dekil kamu itu !"
"Tapi di luar hujan Bu ,"
"Aku tidak peduli ,Buruan kamu keluar dari sini !"
"Bayu masih kecil Bu ,masa ibu tega ,mengusir aku sama Bayu malam malam begini ,diluar hujan,Bu ."
"Bodo amat ! Aku tidak Sudi melihat kamu lama lama dirumah ini !
"sekarang kamu keluar dari rumah ini !
"Pak satpam! bawa wanita ini keluar !" usir ibunya Rico suara lantang ,sehingga anak yang sedang di gendong Amelia menangis ketakutan .
Kemudian Amelia diseret keluar oleh ibunya Rico ,Amelia hanya bisa pasrah dengan menggendong putranya yang masih kecil yang masih berusia belum genap 3 tahun,dan anaknya menangis ketakutan .
"Keluar kalian! Jangan pernah menunjukkan muka bulukmu itu dihadapanku !" begitu Amelia keluar dari pintu ,pintu segera ditutup rapat-rapat
"Mari mbak Amelia ,saya antar keluar ?" ucap pak satpam dengan iba .
Amelia berjalan keluar dengan diantar pak satpam
"Maafkan saya mbak Amelia ,saya tidak bisa berbuat apa apa ,Saya hanya menjalankan tugas." ujar pak satpam dengan tatapan iba
"Iya pak saya mengerti ,tapi saya bingung Saya harus ke mana malam-malam begini mana hujan lagi ."
"Pak satpam ! cepat usir wanita itu !" Teriak ibunya Rico dari lantai dua
"Maaf mbak , saya harus menjalankan tugas." dengan terpaksa ,pak satpam mengantarkan Amelia keluar dari gerbang ,sebelum itu ,pak satpam memberikan payung yang ia pakai untuk dipakainya ,karena Amelia menggendong anak kecil ,hati nurani pak satpam merasa tidak tega .
"Sekali lagi saya minta maaf mbak , saya tidak bisa membantu, saya juga sedang kesulitan ,Saya tidak mungkin harus kehilangan pekerjaan saya ." ucapan satpam dengan penuh rasa bersalah
"Iya pak ,saya mengerti ."
Malam semakin larut Amelia berjalan dia menggunakan payung yang di berikan pak satpam .
Setelah berjalan tidak tentu arah ,kaki Amelia terasa pegal ,dia memutuskan berteduh di pinggir toko yang sudah tutup .
"Alhamdulillah ,sementara kita berteduh di sini dulu ya ,sayang ,kamu jangan rewel ya ?" Amelia mengusap rambut Bayu yang sudah tertidur dalam gendongannya .
Malam,semakin larut saat dia hendak memejamkan matanya ,kembali Bayu anaknya menangis
"Kamu kenapa sayang ? kenapa kamu rewel ?" Amelia bingung ,karena tidak biasanya anaknya menangis seperti itu .
"astaghfirullah ,badan kamu panas banget nak."
Amelia memeriksa suhu tubuh putranya dengan menempelkan punggung tangannya di dahinya ,putranya yang berada dalam pangkuannya panas dan badannya menggigil dan menangis .
"Ya Allah ,aku harus bagaimana mana? badan kamu panas banget ,nak ."
Amelia hanya bisa menangis karena suhu badan anaknya semakin tinggi ,dia bingung harus melakukan apa .
"Aku harus minta tolong sama siapa? malam-malam begini ,mana aku nggak punya uang lagi ."Amelia hanya bisa menangis
Di saat ia sedang menangis karena bingung dia melihat sebuah mobil yang hendak melintas dengan kecepatan pelan .
"Stop ! Berhenti !"
Entah keberanian dari mana ,akhirnya dia menghadang mobil yang melaju pelan itu
pengemudi tampak terkejut dan dia nampak mengerem mendadak ,sehingga mobil berhenti sebelum menabrak tubuh Amelia .
"Hei !!;kamu gila ya ?" umpat pengemudi itu dengan nada marah .
"Maaf maaf ! tolong saya !"
"kamu siapa ?" tatap pengemudi mobil itu dengan selidik .
"Saya Amelia Tolong saya anak saya sakit !"
"Kenapa harus minta tolong sama saya ?saya bukan dokter ."
"Iya saya tahu anda bukan dokter ,tapi tolong saya anak saya sakit." Amelia memohon dengan menangis dengan menggendong anaknya ,sementara itu anaknya masih terus menangis
"Emang anak Kamu sakit apa ?"
"Panasnya tinggi banget ,aku takut terjadi apa apa dengannya ."
"Kenapa anak panas, kamu bawa keluar ? ini malam hujan lagi ?"
"Saya diusir dari rumah ."
"Kenapa kamu bisa di usir dari rumah ? apalagi bawa anak kecil kayak gitu ?"
"Saya habis dicerai sama suami saya, dan saya diusir dari rumah oleh mertua saya ."
"Kenapa kamu keluar begitu aja, walaupun kamu dicerai , paling tidak kan kamu harus minta harta gono gini jangan mau dong kamu keluar rumah begitu aja ."
"Saya tidak punya hak untu minta harta gono gini, karena saat pernikahan Saya hanya sekedar pernikahan sirih, jadi saya tidak punya akte ataupun surat nikah untuk menuntut suami saya ."
"Tolong saya ,kalau Anda punya Parasetamol,saya boleh minta ,karena saat ini saya tidak punya uang untuk membelinya ."
" kebetulan saya dari apotek ,dan saya tadi beli parasetamol,"
Mendengar ucapan lelaki itu wajah Amelia sumringah ,"Bolehkah saya minta ?"
"Boleh saja kamu minta, tapi saya punya satu persyaratan untuk kamu ."
"Persyaratan ? apa itu Tuan ?"
"Kamu menikah sama saya ,baru aku aku kasih parasetamol ini."
Amelia memeluk erat tubuh anaknya, tubuh kecil itu menggigil dalam pelukannya, wajahnya memerah, napasnya tersengal-sengal. Setiap detik terasa seperti abad. Panas tubuh Bayu tak kunjung turun, malah semakin tinggi. Amelia merasa dadanya sesak, napasnya berat, dan matanya sudah kering dari tangis,tapi hatinya masih menangis.
"Tuan ,tolonglah saya! anak saya membutuhkan obat itu ."
"Iya ,saya tahu ,semua keputusan ada ditanganmu ."
"Parasetamol ini aku akan berikan padamu ,asal kamu mau menikah denganku ."
Devan kembali memberi tawaran ,ia masih berdiri di samping mobil hitamnya yang mewah. Jas hujannya setengah basah, rambutnya sedikit berantakan, tapi sorot matanya tajam, penuh perhitungan. Dia bukan orang sembarangan. Amelia bisa merasakannya dari caranya bicara, dari postur tubuhnya yang tenang meski di tengah situasi kacau begini. Tapi justru itu yang membuatnya ragu.
“Menikah… sama kamu?” suara Amelia bergetar, hampir tak percaya.
Devan mengangguk sekali, tenang. “Ya. Itu syaratku. Kalau kamu setuju, aku kasih parasetamol ini. Bahkan, aku bisa antar kalian ke rumah sakit kalau perlu.”
Amelia menunduk. Matanya kembali berkaca-kaca. Dia menatap Bayu yang mulai melemah, tangisnya tak sekeras tadi, tapi napasnya jadi lebih berat. Anak itu butuh pertolongan sekarang juga ia tidak mau kalau sampai Bayu terjadi apa apa ,karena hanya dia yang ia miliki saat ini .
"Apa yang harus aku lakukan ? Bayu membutuhkan pereda demam ,tapi apakah aku harus kembali terjebak dengan pernikahan ? Apalagi aku tidak mengenalnya ?"
Didalam hati dan pikirannya berkecamuk ,dia ingin menolong Bayu ,Tapi dia bimbang karena ia harus menikah, Dengan orang asing,apalagi ia baru saja dia ditalak, diusir seperti sampah, dan sekarang harus menikah lagi hanya demi obat demam?
“Kenapa… kenapa kamu mau menikah denganku?” tanyanya pelan, suaranya nyaris tenggelam oleh derasnya hujan.
Devan menatapnya sejenak, lalu menghela napas. “Aku punya alasan pribadi. Tapi yang pasti, aku tidak akan menyakitimu. Aku butuh istri secara resmi,dan kamu butuh bantuan. Ini pertukaran yang adil.”
“Tapi aku tidak tahu siapa kamu. Aku bahkan tidak tahu namamu yang sebenarnya.”
Devan tersenyum ,"baiklah ,kita memang belum saling kenal "
"Namaku Devan Dirgantara Umur 30 Pengusaha properti. Tinggal di kawasan Menteng. Single. Tidak punya pacar. Dan...” dia berhenti sejenak, lalu menatap mata Amelia dengan tajam, "aku tidak suka bermain-main dengan pernikahan.”
Amelia terdiam. Semua itu terdengar terlalu cepat. Terlalu mudah. Terlalu nyata. Tapi di sisi lain, dia tidak punya pilihan. Tidak ada keluarga di kota ini. Kakek Baskoro sudah lama meninggal setahun lalu, satu-satunya orang yang pernah membelanya. Desa Keramat Jati jauh puluhan jam perjalanan, dan dia tidak punya uang sepeser pun. Bahkan baju yang melekat di tubuhnya pun bukan miliknya sepenuhnya itu hadiah dari ibu Rico yang kini justru mengusirnya.
"Bu ..dingin!" suara itu kembali terdengar lirih dari mulut si kecil Bayu ,bibirnya nampak bergetar dan membiru .
Bayu menangis lagi, kali ini lebih lemah. Amelia langsung mengusap keningnya. Panasnya belum turun.
“Bayu,maafkan Ibu ” bisiknya, suaranya pecah.
"Bertahanlah sayang ,kamu adalah anak kuat ,anak pintar ." Amelia memeluk dan mencium wajah pucat putranya .
Hatinya terbelah. Di satu sisi, dia ingin menolak. Menolak tawaran gila ini. Menolak menikah dengan orang yang bahkan belum dia kenal. Tapi di sisi lain… Bayu butuh pertolongan. Sekarang.
Melihat hal itu ,didalam hatinya Devan sebenarnya ada rasa iba ,tapi terpaksa ia melakukan itu ,karena hanya itu yang bisa ia lakukan agar dia juga bisa keluar dari permasalahannya .
“Kalau… kalau aku setuju?” suaranya bergetar, “apa yang akan kamu lakukan padaku setelah ini?”
Devan menatapnya lembut,atau mungkin hanya Amelia yang berharap itu lembut. “Aku akan mengurus kalian berdua. Memberimu tempat tinggal. Memastikan Bayu sehat. Dan kalau suatu hari kamu ingin pergi,aku tidak akan menghalangimu. Tapi selama kamu jadi istriku, kamu akan dilindungi.”
“Kenapa kamu butuh istri,dan kenapa aku harus menikah denganmu ?” tanya Amelia lagi, mencoba menggali lebih dalam.matanya masih mengembun ,menahan rasa sesak didadanya .
Devan diam sejenak. Matanya menatap ke kejauhan, seolah mengingat sesuatu. “Ada hal yang harus kukatakan nanti. Tapi bukan sekarang. Sekarang, kamu harus memutuskan. Anakmu tidak bisa menunggu.”
Amelia menunduk lagi. Tangannya menggenggam erat lengan Bayu. Dia menutup matanya, berdoa dalam hati.
*Ya Allah… tunjukkan jalan yang benar. Aku tidak tahu harus bagaimana, Aku takut, tapi aku tidak tega melihat Bayu menderita.*
Hujan semakin deras. Angin malam menusuk tulang. Bayu mulai batuk batuk kering yang membuat Amelia panik.
“Baik ” bisiknya akhirnya, suaranya nyaris tak terdengar. “Aku setuju.”
Devan mengangguk, seolah sudah menduga jawaban itu. Tanpa banyak bicara, dia membuka tas kecil di dalam mobil dan mengeluarkan sebotol parasetamol cair untuk anak-anak. Dia juga mengambil termometer kecil dan memberikannya pada Amelia.
“Berikan dua sendok takar. Jangan lebih. Kalau dalam satu jam panasnya belum turun, kita ke rumah sakit.”
Amelia mengangguk, tangannya gemetar saat menerima botol itu. Dia segera memberikan obat itu pada Bayu yang masih setengah sadar. Anak itu menelan dengan susah payah, tapi setidaknya mau minum.
Devan membuka pintu mobil. “Masuklah. Kita pergi dari sini.”
Amelia ragu sejenak. Tapi melihat kondisi Bayu, dia tidak punya pilihan lain. Dengan langkah gontai, dia masuk ke dalam mobil. Dinginnya AC langsung menyergap, tapi Devan segera menyalakan pemanas kecil di kursi penumpang.
“Kamu basah kuyup,” katanya singkat. “Ganti baju nanti di rumahku.”
Amelia hanya mengangguk. Dia memeluk Bayu erat-erat, berharap obat itu bekerja cepat.
Mobil melaju pelan di tengah hujan. Kota Jakarta yang biasanya ramai kini sunyi, hanya suara hujan dan mesin mobil yang terdengar. Amelia menatap keluar jendela, pikirannya kacau.
"Apa yang baru saja aku lakukan? Apakah ini keputusan yang benar? Apakah aku hanya menukar satu penderitaan dengan penderitaan lain?"
Tapi ketika dia menatap wajah Bayu yang mulai tenang, napasnya lebih teratur, dia tahu,dia tidak punya pilihan lain.
“Terima kasih ” bisiknya pelan.
Devan tidak menjawab. Tapi Amelia melihat sudut bibirnya sedikit melengkung,entah itu senyum atau hanya bayangan cahaya lampu jalan.
Malam itu, Amelia tidak tahu apa yang menantinya. Tapi untuk pertama kalinya sejak diusir dari rumah Baskoro, dia merasa… ada harapan. Meski samar. Meski datang dari orang asing yang memintanya menikah hanya demi sebotol parasetamol.
Dan di tengah hujan yang tak kunjung reda, mobil itu melaju menuju takdir baru yang entah membawa berkah atau malah petaka,dan Amelia hanya bisa pasrah dan menyerahkan semua takdirnya pada-Nya.
Mobil mewah warna hitam melaju pelan dijalan ,diluar hujan rintik-rintik menyapu kaca mobil Devan, mengaburkan pandangannya terhadap jalan yang mulai gelap. Ia baru saja keluar dari rumah sakit tempat yang kini terasa seperti penjara bagi ibunya, sekaligus penjara bagi hatinya sendiri. Dokter telah berkali-kali menyarankan operasi, bahkan mengatakan bahwa itu satu-satunya jalan agar ibunya bisa bertahan hidup lebih lama. Tapi ibunya menolak. Dengan suara lemah namun tegas, ia berkata, “Aku tidak mau dioperasi, Nak, kalau kamu belum punya istri.”
Kalimat itu terus berputar di kepala Devan sepanjang perjalanan pulang. Ia menggenggam setir erat-erat, jemarinya memutih karena tekanan. Usianya sudah 30 tahun. Karier mapan, rumah sendiri, tabungan cukup semua terlihat sempurna dari luar. Tapi di dalam, ia kosong. Ia tak pernah benar-benar jatuh cinta, tak pernah merasa perlu berbagi hidup dengan siapa pun. Sampai kini, ketika nyawa ibunya,satu-satunya keluarga yang tersisa,tergantung pada keputusannya untuk menikah.
“Gila,” gumamnya pelan, “Aku harus menikah hanya agar ibu mau berobat,dan dioperasi ?”
"Aku harus menikah secepatnya ,tapi menikah dengan siapa ? apa aku asal ambil perempuan untuk menjadi istriku ,tapi bagaimana kalau dia hanya mengincar hartaku saja ?" pikiran Devan semakin berkecamuk ,dia merasa bingung ibunya meminta menikah dalam Minggu ini ,kalau tidak ibunya tidak mau diobati ,padahal penyakitnya sudah parah .
Mobilnya melaju pelan di jalan samping yang jarang dilalui orang. Lampu jalan redup, dan hujan semakin deras.
"Sialan ,siapa sih orang itu ? apa dia bosan hidup !" umpatnya karena Tiba-tiba, sesosok tubuh muncul di tengah jalan, berdiri tegak di bawah payung plastik tipis yang nyaris tak berguna. Devan menginjak rem mendadak. Ban mobil berdecit, dan tubuhnya terdorong ke depan oleh sabuk pengaman.
"Sial ! apa sih maunya ? Dengan seenaknya dia berdiri di depan mobilku ,kalau sampai aku nabrak dia bagaimana ?" umpatnya setelah ia menghentikan mobilnya .
Nampak seorang wanita berdiri di depan mobil Devan ,Wanita itu muda, kurus, rambut basah menempel di wajahnya berlari mendekati jendela sopir. Di pelukannya, seorang anak kecil tidur pulas, wajahnya pucat, napasnya tersengal-sengal. Matanya memerah, tapi sorotnya penuh harap.
"Hai ! kamu ingin mati ,ya ? Kalau mau mati jangan disini ,aku tidak mau masuk penjara karena ulahmu !" teriak Devan begitu ia membuka kaca jendela mobilnya .
“Tuan … tolong… saya” katanya dengan suara serak. “Anak saya demam tinggi .kalau tuan punya parasetamol saya boleh minta tolong! ”
Devan terdiam. Ia memandang wanita itu,pakaian compang-camping, sepatu bolong, tangan gemetar. Ia tahu, di kotak obat mobilnya memang ada parasetamol. Ia selalu membawa obat-obatan ringan untuk jaga-jaga. Tapi sesuatu dalam dirinya,mungkin keputusasaan, mungkin kelelahan emosional,membuat pikirannya berputar liar,sehingga ia mempunyai sebuah ide.
“Kamu butuh parasetamol?” tanyanya pelan, suaranya datar.
Wanita itu mengangguk cepat, matanya berkaca-kaca. “Ya, tuan . Saat ini saya tidak mempunyai uang untuk membelinya .”
Devan merasa iba melihat wanita itu ,kemudian ia membuka pintu mobil. Ia turun, hujan langsung membasahi rambut dan bajunya. Ia berjalan perlahan ke bagasi, mengambil kotak P3K, lalu kembali menghadap wanita itu. Tapi ia tak langsung memberikan obatnya.
"Sepertinya ,ideku tidaklah buruk,dia tidak akan ada pilihan lain ,sepertinya dia sangat membutuhkannya parasetamol ini ." ucap Devan didalam hatinya .
“Namamu siapa?” tanyanya.
“Amelia ,” jawabnya cepat. “Amelia putri”
Devan menatapnya lekat-lekat. Amelia putri Nama yang sederhana, seperti dirinya yang rapuh tapi tegar. Ia melirik anak di pelukannya. Bayi itu tak lebih dari dua tahun, pipinya memerah oleh demam, napasnya berat.
Devan terus memperhatikan wanita itu ,dan dia bisa melihat kalau wanita itu cantik hanya tidak jerawat saja .
“Kalau aku beri parasetamol ini ? kamu mau menikah denganku?” tanyanya tiba-tiba.
Amelia terkejut. Matanya membelalak. “Apa? apa maksud Tuan ?”
Devan menarik napas dalam. Ia tahu ini gila. Ini tidak masuk akal. Tapi ia sudah lelah berpikir logis. Ia lelah menunggu cinta yang tak kunjung datang. Dan ibunya, ibunya sekarat,yang ada dalam fikirannya saat ini dia menikah ,dan ibunya mau berobat dan sembuh .
“Aku butuh istri. Sekarang. Hari ini. Kalau kamu setuju, aku beri obat ini. Aku juga akan bawa kalian berdua ke dokter. Aku bayar semuanya.”
Amelia terdiam. Tangannya yang menggendong anak itu bergetar. mungkin ia merasa ragu ,Ia menatap Devan,pria asing, berpakaian rapi, wajahnya tampan tapi murung. Ia tak tahu siapa devan , dari mana, apa pekerjaannya. Tapi ia melihat sesuatu di mata Devan , kesedihan yang sama seperti yang ia rasakan setiap hari.
“Kenapa ? kenapa tuan memilih saya?” tanyanya pelan.
“Karena kamu butuh bantuan. Dan aku butuh istri. Kita saling membutuhkan,” jawab Devan singkat.dan ia terus mengamati wanita yang ada di hadapannya itu .
sebenarnya apa yang dilakukan Devan itu terlalu buru - buru ,tapi ia tidak peduli ,yang penting ibunya mau berobat ,apalagi ia tahu kalau wanita yang ada di hadapannya sudah bercerai dan diusir dari rumah keluarga suaminya .
Wanita itu menunduk. Air matanya bercampur hujan. Devan tahu ini untuknya bukan keputusan yang bijak. Tapi ia juga tahu, jika anaknya tidak segera diobati, nyawanya bisa terancam. Dan Devan tahu saat ini ia tak punya uang. Tak punya siapa-siapa.
"Kenapa harus saya ? ,kenapa harus juga menikah ?" tanya Amelia selanjutnya .
"Aku punya alasan sendiri ,nanti aku akan ceritakan ,yang penting saat ini aku membutuhkan seorang istri ,dan makanya itu kita harus menikah ."
Perempuan yang bernama Amelia itu menggigit bibirnya. Devan tahu Ini bukan pernikahan. Ini transaksi. Tapi terpaksa ia lakukan karena ia tidak tega melihat penderitaan ibunya, dan ini mungkin satu-satunya jalan keluar.
“Baik,” katanya pelan. “Saya setuju.”
mendengar jawaban perempuan itu Devan merasa lega ,Devan tahu kalau mungkin itu jawaban keluar dari mulutnya ,dalam keadaan terpaksa .
kemudian Devan mengangguk. Ia menyerahkan parasetamol itu ke tangannya, lalu membukakan pintu penumpang depan. “Naik. Aku bawa kalian ke klinik dekat sini.”
perempuan itu nampak ragu sejenak, lalu naik dengan anaknya di pangkuannya. Devan kembali ke kemudi, menyalakan mesin, dan melaju pelan. Di dalam mobil yang hangat, perempuan itu segera memberikan parasetamol cair ke mulut putranya . Anak itu menelan dengan susah payah, lalu kembali tertidur.
“Terima kasih,” bisiknya.
Devan tak menjawab. Ia fokus menyetir, tapi pikirannya kacau. Apa yang baru saja ia lakukan? Ia baru saja membeli seorang istri dengan sebungkus parasetamol. Tapi di sisi lain, ia merasa lega. Ia punya jawaban untuk ibunya besok pagi,dan yang paling penting ibunya mau menjalani operasi dan pengobatannya .
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!