NovelToon NovelToon

Heroes From Hell (With The System)

Perkenalan cerita—Heroes From Hells ( With The System)

HAHHH! !

.

.

.

Jangan bercanda!

.

.

.

Apa-apaan ini?!

.

.

.

Bagaimana bisa aku dibangkitkan kembali dalam bentuk seorang balita? Apalagi belum bisa berjalan seperti ini?!!

.

.

.

Sialan!!!

.

.

.

Perkenalan cerita:

Ini adalah sebuah cerita petualangan di mana seorang remaja yang dulunya dikenal lemah menjelma menjadi sosok yang paling kuat diantara yang terkuat. Dia yang dulunya dikenal sangat naif, berbalik menjadi dia yang paling ditakuti oleh semua orang.

Pengkhianatan, nasib buruk, kesialan, serta ketidakadilan yang Dewa berikan di kehidupan pertamanya tidak lain merupakan sebuah syarat sebelum dirinya dibangkitkan kembali di dunia barunya sebagai seorang Player yang akan dipandu oleh Sistem.

Dengan bantuan Sistem, dia akan mencapai segala hal yang dia inginkan, salah satunya yaitu menjadi yang terkuat.

Namun, sebelum semua itu terjadi, dia akan diuji terlebih dahulu pada sebuah ujian yang mengharuskan dia untuk menyelesaikan setiap rintangan di dalam tempat suci bernama Menara Agung yang mana di dalamnya terdapat lima puluh lantai yang harus bisa dia daki. Di setiap lantai yang berhasil dia daki akan membuatnya semakin bertambah kuat, kuat, dan terus bertambah kuat. 

Pertualangannya dalam menyelesaikan setiap lantai di dalam Menara Agung ini bermula setelah dirinya dibangkitkan kembali ke dalam bentuk sesosok balita mungil yang tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan untuk berjalan sekalipun. 

Sementara pertualangan yang sebenarnya baru akan dimulai setelah dirinya berhasil keluar dari dalam Menara Agung tersebut.

Dari sinilah dia akan mengukir namanya hingga ke segala penjuru dunia dan akan membuat semua makhluk gempar karena kehadirannya.

Di dunia barunya yang penuh dengan tumpahan darah di mana kekuatan adalah segalanya, dia akan dikenal oleh khalayak orang sebagai sosok pahlawan yang tidak biasa. Pahlawan yang akan membawa berkah sekaligus bencana di setiap aksinya! 

Dibenci atau dihormati. Dicaci atau dipuji. Ditakuti atau dikasihi. Semua orang menilai sosok pahlawan tersebut dengan caranya sendiri.

Namun, semua orang lebih mengenal sosok pahlawan tersebut dengan julukannya sebagai:

Pahlawan yang Terlahir dari Neraka.

Selamat datang di : Heroes from Hells (With the System)

--- 

Sekedar info yang perlu diketahui sebelum membaca cerita ini:

>Cerita utama dimulai dari bab 12 (Saya sarankan baca sampai sini)

>Cerita sebenarnya dimulai setelah MC keluar dari dalam Menara Agung (80 episode dihabiskan di dalam menara Agung) 

>Bagi kalian yang gak sabar pengen tahu cerita si MC pas keluar dari Menara Agung, kalian bisa loncat ke episode 80 ke atas (Tapi saya sarankan lebih baik bacanya ngikutin alur biar tahu lebih jauh tentang cerita ini) 

>Mc-nya gak langsung overpower, ya :) karena semuanya butuh proses biar ceritanya tidak cepat habis:)

> Per tiap episode nya akan dikupas secara matang supaya ceritanya tidak terlihat rancu dan terkesan terburu-buru. (Alurnya santai)

>Terinspirasi dari komik Solo Leveling, anime Arifuureta, Overlord, Tenseisitara Slime Datta Ken, Fairy Tail, Akamega kill, Tate no Yuusha, HxH, dan novel MMORpg lainnya, serta masih banyak lagi.

>Saya usahakan akan update cerita ini setiap hari:) dan saya usahakan akan buat cerita ini sampai tamat:)

>Jangan lupa like sama komennya ya :) kalau suka tambahin ke favorit:)

>Jangan berhenti di tengah jalan, ya:)

Ini hanya sebatas perkenalan singkat dari cerita yang akan kalian baca, ya. Semoga tertarik dengan ceritanya dan selamat membaca:)

Diperbarui: 1 Mei 2021

...

PS: Hati-hati MC-nya bikin greget...

Prolog—Naif

Tora Akira, seorang remaja yang biasa dikenal karena kebaikannya membuat dirinya jadi sering dimanfaatkan oleh orang-orang terdekatnya, baik itu teman maupun keluarganya.

Di dunia yang dipenuhi kebusukan ini, jarang sekali kita menemukan orang baik seperti dia.

"Aki...ra, tolong bantu kerjakan tugasku lagi dong..."

"Punyaku juga dong. "

"Aku juga aku juga! "

"Aku juga tolong, yah. "

Empat orang murid yang di antaranya dua orang laki-laki dan dua orang perempuan menghampiri Akira yang tengah duduk sendirian di bangkunya yang berada di depan. Masing-masing dari mereka membawa beberapa buku tugas dan menumpukannya di meja Akira sambil menunjukkan senyuman tak tahu malu.

"Lagi?"

"Iya… boleh, kan? " Salah seorang perempuan dari mereka membujuk Akira dengan cara menggodanya.

Ini bukan kali pertamanya mereka berempat memanfaatkan kebaikan seorang Akira. Bisa dibilang, hampir setiap ada tugas atau apapun itu yang berhubungan dengan pelajaran, mereka selalu memanfaatkan kebaikan serta kepintaran yang Akira miliki.

Seperti biasa, Akira selalu menyanggupi permintaan tersebut meskipun terkadang apa yang mereka lakukan tidak sebanding dengan apa yang mereka perbuat setelahnya.

"I-iya-iya, aku bantuin... " Akira tersenyum lemas dengan sedikit helaan kecil. Hati kecilnya merasa berat menuruti semua itu.

Namun mau bagaimana lagi. Di satu sisi dia tidak bisa menolak permintaan keempat orang seperti mereka.

"Yey… Makasih, Sobat. "

"Kau memang teman yang terbaik, Tora. "

"Kerjain yang benar, ya…"

Mereka berlalu keluar kelas begitu saja setelah memberikan pujian yang tak didasari arti pada Akira.

"Hahaha, seperti biasa, orang naif seperti dia ternyata mudah sekali ya kita manfaatkan. " Salah seorang laki-laki dari keempat murid itu tertawa pelan meledek Akira selagi berjalan keluar kelas.

Salah seorang perempuan dari mereka menyumpal mulutnya dengan tangan dan berbisik pelan agar tidak didengar oleh Akira.

"Shutt… Hei, jangan bicara seperti itu, kalau dia dengar nanti kita tidak bisa memanfaatkan dia lagi… "

Sudah terlambat, apa yang baru saja mereka ucapkan dan apa yang mereka coba tutupi masih bisa terdengar jelas oleh telinga Akira yang tampak masih dalam keadaan normal.

Biarpun demikian, seperti biasa, Akira berusaha untuk tidak mengambil hati.

Kenapa? Tentu saja karena dia orang baik.

Sekalipun kebaikannya tidak memiliki arti di mata mereka, dia akan selalu berbuat baik.

Sekalipun mereka membalas kebaikannya dengan cara yang berbeda, dia akan selalu berbuat baik. Apapun yang terjadi dia akan selalu berbuat baik.

Satu kata yang mungkin bisa menggambarkan orang sepertinya, Naif!

Selain dikenal karena kebaikan serta kepintarannya, Akira juga biasa dikenal karena kondisi fisiknya yang lemah.

Terlepas dari dirinya yang memiliki kepintaran serta pribadi yang amat baik seharusnya dia mempunyai banyak teman bukan? Ya, umumnya memang begitu. Akan tetapi, hal itu tidak terjadi pada Akira.

Kenapa bisa?

Semua itu karena fisiknya yang lemah dan sering sakit-sakitan membuat dirinya jadi sering dijauhi, diejek, dibully hingga pada akhirnya terisolasi oleh lingkungannya.

Alasan mereka berbuat demikian sebenarnya cukup sederhana, mereka hanya tidak mau tertular oleh penyakit Akira yang konon katanya bisa menular. Meskipun sebenarnya semua itu hanya sekedar rumor belaka yang disebarkan oleh mereka-mereka yang iri terhadap prestasi Akira.

Kesimpulannya, sejauh apapun dirinya berperilaku baik, pada akhirnya mereka semua selalu memperlakukan dirinya sama.

~

"Ok semuanya, untuk pelajaran olahraga kali ini kita akan melakukan ujian praktik. Sebelum itu, masing-masing dari kalian harus membentuk kelompok terlebih dahulu. " Para murid yang mendengarkan segera berpencar setelah mendapat komando dari guru olahraga.

Masing-masing murid mulai mencari pasangan untuk membentuk sebuah kelompok. Satu, dua, tiga kelompok sudah terbentuk.

Sementara itu, Akira yang sejak tadi meminta untuk bergabung ke satu-dua kelompok diantara teman sekelasnya sama sekali tidak ada yang mau menerimanya biarpun dirinya selama ini selalu membantu mereka.

Tidak heran jika mereka menolak, mengingat ini ujian praktik, orang yang mempunyai fisik lemah seperti Akira tentunya hanya akan menjadi beban, tidak berguna jika dia masuk ke salah satu kelompok yang akan mengikuti ujian.

Sungguh menyedihkan...

Sedikitpun tidak ada yang namanya solidaritas yang terjadi di lingkungan pertamanannya. Semuanya hanya berdasar pada yang berguna dan tidak berguna. Mereka mau berteman dengan Akira hanya ketika ada butuhnya saja.

Atau dengan kata lain, Akira sama sekali tidak memiliki yang namanya teman sejati.

"Eto~ Apa aku boleh ikut bergabung dengan kelompok kalian?" Kali ini Akira meminta ikut bergabung ke salah satu kelompok yang di dalamnya terdapat empat orang yang biasa merepotkannya. Berharap permintaan kecilnya ini bisa diterima.

Tampak dari raut wajah keempat orang itu menggambarkan seperti ragu untuk menerimanya. Mereka saling berbisik sinis mempertimbangkan permintaan Akira.

"Hei! Aku ikut kelompok kalian ya! "

Akan tetapi, ketika salah seorang berseru menghampiri mereka untuk ikut bergabung, mereka lebih memilih orang itu dibanding Akira.

"Ya… Maaf ya Akira, untuk kali ini kau cari kelompok yang lain saja, ya. " Keempat orang itu tersenyum hambar menolak pemintaan Akira.

"Hah? tapi..." Kata-kata Akira terhenti saat melihat ekspresi sinis mereka yang seolah ingin mengartikan sesuatu.

"Baiklah… " Akira mencoba menerima perlakuan mereka meskipun hatinya sakit.

Bak ibarat air susu dibalas air tuba. Tentu hal itu menyakitkan. Bagaimana tidak, orang yang selama ini selalu membantu mereka tanpa pernah mengharapkan imbalan apapun selain yang mereka berikan hanya pujian tak berarti, kini menolak satu permintaan kecilnya ini.

Sungguh tidak adil...

~

Tidak hanya di lingkungan sekolah, di lingkungan keluarganya pun dia sering mendapatkan perlakuan yang serupa. Bahkan bisa dibilang lebih buruk.

Sewaktu kecil, Akira dibuang di panti asuhan oleh orang tuanya dan berakhir tinggal di sana. Dirinya tinggal di sebuah panti asuhan bersama kakak dan adiknya. Perlakuan kakak dan adiknya tidak jauh berbeda dengan mereka-mereka yang berada di sekolah.

Kakak-kakaknya selalu mencemooh dirinya karena iri terhadap prestasi yang dia miliki yang menjadi alasan mengapa mereka jadi selalu dibanding-bandingkan karenanya. Tidak jarang mereka juga sering membullynya.

Sementara adiknya...

"Dik, kamu kenapa? " Akira yang saat itu berniat keluar rumah dengan membawa beberapa uang yang cukup besar di sakunya bertujuan ingin membeli sesuatu, mengurungkan niatnya begitu melihat kedua adiknya tengah menangis di pojokan.

"Mainanku… Mainanku dirusak sama kakak keempat, Kak..."

"Mainanku juga… "

Si Adik menangis cukup kencang sembari memperlihatkan mainan yang dimaksud. Akira yang naif merasa kasihan melihat keadaan mereka.

Dia tidak tahu saja jika sebenarnya hal itu hanyalah sebuah sandiwara belaka. Air mata yang mengalir di pipi kedua adiknya itu hanya sebatas kamuflase untuk menipu dirinya.

"Yasudah, kalau begitu biar Kakak beli yang baru, yah." Akira mengambil uang di sakunya, "Ini uangnya. Sudah jangan menangis lagi… " lalu memberi sebagian uangnya sambil mengelus kepala kedua adiknya itu sejenak sebelum kembali ke kamarya dengan membawa perasaan yang sedikit memberatkan.

Padahal uang itu adalah uang yang selama ini sudah dia kumpulkan mati-matian secara diam-diam agar tidak diketahui oleh kakaknya dan para pengurus panti demi membeli sebuah laptop untuk dirinya belajar. Sayangnya dia harus menunda keinginannya itu terlebih dulu karena dirinya yang naif lebih mementingkan keinginan adiknya dibanding dirinya sendiri.

"Hei-hei, sini..." Empat orang adiknya yang lain yang sejak tadi bersembunyi, keluar mengerubungi si adik yang tadi menerima uang dari Akira.

"Coba lihat…" Kedua adik itu memperlihatkan uang itu kepada yang lainnya membuat mereka berempat tercengang.

"Wah… "

"Uang dia ternyata lebih banyak dari yang semalam aku lihat... "

"Iyakah? "

"Iya benar, sesuai dugaanmu, dia selama ini menyembunyikan uang sebanyak ini dari kita..."

"Hahaha, kalau begini kita bisa puas dong hari ini… "

"Hahaha..."

Keenam adik tidak tahu diri itu tertawa jahat karena merasa berhasil menipu kakaknya yang naif.

Akira tidak benar-benar kembali ke kamarnya, dia bisa melihat dengan jelas perbuatan mereka dari balik tembok, tetapi bodohnya dia sama sekali tidak menegur mereka.

Sungguh, Akira tidak pernah menyangka jika mereka akan tega berbuat seperti itu, mengingat selama ini mereka selalu bersikap baik di depannya.

Sakit? Tentu. Siapa yang tidak sakit jika diperlakukan seperti itu? Terlebih oleh orang-orang terdekatnya.

Prolog 0,5 — Aku Ingin Tetap Hidup

Banyak pengalaman lainnya lagi yang mungkin lebih menyakitkan dari perihal seperti tadi. Baik itu pengkhianatan, kecaman maupun ketidakadilan yang mereka berikan membawa kehidupannya ke jalan yang dipenuhi kesialan. Meski begitu, sekali lagi, Akira masih bisa mengilhami hatinya untuk selalu bersabar karena dia yakin suatu saat yang di atas pasti akan membalas semuanya.

Benar saja, sewaktu Akira lulus sma dan melanjutkan kuliah di universitas terbaik, dia dipertemukan dengan seseorang yang berhasil membuat hidupnya menjadi sedikit lebih berwarna serta lebih berarti.

Namanya Yui. Dia merupakan sosok yang telah membuat dirinya kembali lagi percaya akan yang namanya suatu hubungan setelah sebelumnya dia sudah muak untuk mempercayainya lagi.

Dia menjadi orang kedua yang bisa dia percayai di dunia ini dan juga sosok yang menjadi segalanya baginya. Berkat kehadirannya, hari-hari yang dia lalui terasa begitu indah.

Namun, segala hal yang membuat hidupnya kembali mempunyai arti itu tidak bertahan terlalu lama. Seiring termakannya waktu, seiring bertambahnya perasaan yang semula hanya seukuran biji jeruk hingga berubah sebesar buah kelapa, lagi dan lagi sesuatu yang tidak ingin terjadi padanya kembali terulang.

Dari semua perihal yang begitu menyesakkan hatinya, perihal yang satu ini bahkan jauh lebih menyakitkan dibanding yang lain.

Bagaimana tidak, sosok yang sudah sangat dia percayai melebihi apapun yang ada di dunia ini, kini tertangkap basah telah berkhianat di hari yang begitu penting baginya, yakni di hari anniversary-nya.

Akira saat itu melihat dengan jelas kekasihnya tengah bercumbu mesra di sebuah taman yang tampak sepi dengan seorang laki-laki dewasa yang tidak dia kenali.

Akira masih tidak mau percaya dengan apa yang baru saja dia lihat. Hatinya berkecamuk menyaksikan dengan jelas pengkhianatan dari orang terkasihnya itu. Tatapan lemah lembut yang biasa terlukis di wajah Akira seketika berubah 180 derajat menjadi tatapan dingin kelam yang dipenuhi emosi yang membludak.

Hari itu menjadi hari dimana Akira tidak ingin lagi percaya dengan yang namanya suatu hubungan. Dia bersumpah tidak akan lagi percaya dengan semua orang yang ada di dunia ini. Dia juga sudah muak jika harus terus-terusan bersabar, bersabar dan bersabar menerima segala yang terjadi.

Karena pada akhirnya semuanya saja...

Pengkhianat...

Penjilat...

Pembohong...

Bedebah...

Sialan...

Semua emosi yang sudah Akira pendam selama ini dia luapkan dalam kalimat cacian tersebut. Wajah orang-orang yang tidak ingin dia lihat kembali terlintas di pikirannya, dan itu semakin menambah emosi yang ada pada dalam dirinya.

Dengan membawa perasaan tersebut, Akira mendekati kedua orang yang tengah bercumbu itu. Dia meraih kerah baju laki-laki itu, membalikkan tubuhnya secara kasar dan melepaskan sebuah pukulan telak yang berisi seluruh emosi yang sudah dia pendam selama ini.

Pukulan itu mendarat tepat di tepian bibirnya membuat laki-laki itu terkejut bukan main karena tidak sempat bereaksi.

Tangan Akira bergetar setelah menghempaskan pukulan yang begitu keras, diikuti nafas memburu dan gigi gemertak.

Sementara si pengkhianat menjerit histeris meliputi rasa takut dan terkejut, terlebih ketika melihat raut wajah Akira yang begitu mengintimidasi.

"Akira! Maaf! Ini tidak seperti yang kamu lihat! " Yui mencoba menjelaskan, tetapi segera dipotong oleh Akira.

"Diam kau jalangg! " Akira menunjuk kekasihnya yang telah berkhianat itu dengan tatapan dingin dipenuhi amarah.

Kata-kata tersebut tidak pernah Yui sangka akan keluar dari mulut Akira yang dikenal dengan tuturnya yang halus. Dia sampai bergidik ketakutan tidak tahu harus melakukan apa karena telah tertangkap basah.

Disaat fokus Akira lebih terarah pada Yui, laki-laki yang tadi terjatuh karena pukulannya kembali berdiri.

"Aw… sial! Siapa kau! Berani sekali kau melakukan ini padaku!" Laki-laki itu murka sambil menyeka darah yang keluar di tepian bibirnya.

Akira membelalakan matanya terkejut sewaktu melihat laki-laki itu masih bisa berdiri, padahal pukulannya tadi sudah dia kerahkan sekuat tenaga sampai-sampai tangannya pun menjadi bergetar serta mati rasa karenanya.

"Badjingan!! " Akira mengepalkan tangannya lagi dan melesatkan kembali sebuah pukulan pada laki-laki itu. Namun, sebelum pukulannya itu sampai, laki-laki itu sudah lebih dulu menghindar kemudian segera disusul dengan sebuah pukulan balasan darinya.

Pukulan yang mendarat tepat di wajah itu membuat Akira terpental hingga terjatuh. Akira yang tidak mempunyai keterampilan beladiri terlebih fisiknya yang lemah tentu saja kalah refleks sama laki-laki dewasa yang tampak seperti sudah ahli dalam berkelahi.

Sebelum Akira mencoba kembali berdiri, laki-laki itu sudah mengunci tubuhnya terlebih dulu dan mendaratkan beberapa pukulan ke wajahnya hingga membuat wajahnya itu hancur tak berbentuk.

"Hentikan! Sudah kumohon hentikan!"

Yui sendiri tak dapat menghentikan aksi beringas yang dilakukan laki-laki itu meski dia sudah berteriak memohon untuk berhenti, bahkan sampai menangis.

Setelah merasa puas memukuli Akira, barulah laki-laki itu menyudahi aksinya dan berdiri kemudian menyeret paksa Yui untuk meninggalkan Akira yang sudah dalam kondisi yang menyedihkan.

Meskipun dalam kondisi yang sudah babak belur, Akira masih tersadar dan sekilas masih bisa melihat kekasihnya yang telah berkhianat itu melambaikan tangan meninggalkan dia sambil menangis selagi terus diseret paksa oleh laki-laki itu. Raut wajahnya seperti mengartikan sebuah kata maaf yang sangat mendalam untuknya, tetapi Akira tidak bisa menangkap arti dari maksud tersebut.

"Sialan...sakit...sakit sekali...sialan...sialan..." Akira mengumpat kesal. Satu bulir air mata mengalir di pelipisnya.

"Kenapa selalu seperti ini... " Akira mempertanyakan takdirnya yang begitu kejam.

Akira terbaring lemah tak berdaya beberapa saat sebelum rasa sakit yang begitu hebat tiba-tiba menyerang dadanya sehingga memaksa dia harus bangkit.

"Agh..."

Akira mengeluarkan seteguk darah segar dari mulutnya dan mulai merasakan penyakit yang selama ini bersemayam di tubuhnya kembali muncul. Mungkin hal itu terjadi lantaran kejadian barusan.

Akira memaksakan kakinya untuk berdiri melawan rasa sakit yang menyelimuti seluruh tubuh. Dia berjalan tergontai-gontai mencoba mencari bantuan seseorang. Memaksakan tubuhnya untuk tetap fokus.

"Pak, bisa bantu saya tidak? Bisa tolong antar saya ke rumah sakit... " Setelah lama berjalan di atas trotoar yang tampak lengang, Akira akhirnya menemukan seseorang yang bisa dimintai tolong.

"Maaf saya sedang buru-buru. " Alih-alih merasa kasihan melihat kondisi Akira yang babak belur, orang itu malah lebih sibuk dengan ponselnya sambil berjalan mengabaikan permintaan Akira.

"Kak, tolongin saya kak, penyakit saya kambuh lagi... " Akira menemukan kembali orang lain yang bisa dimintai tolong. Dia memohon sambil mengerang kesakitan.

"Urus saja urusanmu sendiri, saya lagi sibuk. " Orang itu juga sama mengabaikan Akira, bahkan terlihat tidak peduli. Akira ingin sekali menghajar orang itu jika kondisinya tidak seperti ini.

Dia kembali mencari bantuan yang lain.

"Kak, tolong saya sebentar… saja... " Kali ini Akira memohon dengan sungguh-sungguh berharap orang yang dia temui kali ini iba dan mau membantunya.

"Aduh, maaf kak tidak bisa. Saya sedang dikejar deadline, nih. Kalau kakak mau cari rumah sakit, tidak jauh lagi kok dari sini… "

"Cih!"

Akira menggertakan giginya kesal dan membuat orang itu terkejut pada perubahan sikapnya yang tampak begitu menakutkan. Dengan segera Akira mengikuti arah yang tadi orang itu tunjuk.

Berjalan di atas trotoar sendirian dengan tubuh yang sudah kacau balau tanpa ada satupun orang yang bisa dimintai tolong membuat Akira merasa hidupnya ini sangat menyedihkan. Satu-dua kendaraan yang hilir mudik pun tidak ada yang mau berhenti untuk menolong.

Akira sungguh mengutuk semua orang yang ada di dunia ini termasuk penciptanya sendiri. Seluruh perasaanya kini diselimuti oleh amarah yang begitu besar. Untuk kali ini dia menyesal telah menjadi orang baik setelah mengetahui kebaikannya sama sekali tidak berarti.

Akira menggigit bibirnya hingga berdarah mencoba mempertahankan kesadarannya lewat rasa sakit tersebut. Dia sebisa mungkin memaksakan kakinya untuk melangkah selagi terus mengumpat dalam hatinya, menyesali apa yang telah dia perbuat selama ini.

Beberapa langkah kemudian, di seberang jalan akhirnya Akira menemukan sebuah bangunan rumah sakit yang tampak dari luar dalam keadaan sepi. Tanpa mau menunda waktu, Akira mulai melangkahkan kakinya menyebrangi jalan setelah merasa aman dari kendaraan yang lewat.

Naasnya di tengah-tengah langkahnya, tiba-tiba rasa sakit di dadanya kembali menyerang, memaksa Akira harus berhenti tepat di pertengahan jalan. Dia kembali mengeluarkan seteguk darah segar ke jalanan. Tidak satu dua kali, Akira terus mengeluarkannya berkali kali sambil terbatuk-batuk hingga membuat seluruh badannya kesakitan dan terjatuh.

"Agh! Sial! " Akira mengumpat pada keadaannya sekarang, "Aku tidak mau mati di sini…" Merasa panik mengetahui posisinya tidaklah baik, pandangan Akira segera berputar ke segala arah, berharap ada seseorang yang iba dengan keadaannya dan segera menolong.

Lengang...

Tidak ada sama sekali orang maupun kendaraan yang lewat. Seakan takdir memang sudah merencanakan skenario kesialan yang kali ini terjadi padanya.

"Sial!… Arggh! Berdiri! Kumohon berdiri… aku tidak mau mati di sini… " Akira menyeret kakinya yang tidak lagi mau berdiri itu menuju ke tepian jalan sambil mengerang meminta pertolongan. Darah segar yang keluar dari mulutnya bertumpahan di jalanan.

"Dewa sialan… kenapa kau begitu kejam? Apa ini balasan atas semua kebaikan yang selama ini telah aku berikan? Hah! Mengapa kau bertindak tidak adil seperti ini? Apa masih belum cukup kau membuatku menderita, hah? " Akira masih menyeret kakinya sedikit demi sedikit sambil terus mengumpat keras untuk kesekian kalinya.

"Sial! Setidaknya beri aku kesempatan untuk membalas perbuatan mereka… "

Harapannya untuk tetap hidup hanya satu, jika kali ini dia bisa selamat, dia bersumpah akan membalas semua orang yang pernah membuatnya menderita.

Namun sepertinya keinginannya untuk tetap hidup itu tidak akan pernah tercapai begitu dia menyadari dari kejauhan sebuah mobil melesat dengan kecepatan tinggi mendekatinya sambil terus membunyikan klaksonnya berkali-kali sampai memekakan telinga.

"Tidak! Aku masih ingin tetap hidup! Kakek tolong bantu aku! Aku sudah berjanji untuk tidak cepat-cepat menyusulmu! Aku akan tetap hidup dan mencari arti kehidupan yang pernah kau ucapkan, tetapi sebelum itu aku ingin membalas perbuatan mereka terlebih dahulu… "

Setelah sepuluh tahun berlalu, di detik kematiannya sekarang, Akira teringat kembali pada kakeknya yang telah tiada. Kakeknya menjadi alasan utama mengapa sampai sekarang Akira tidak pernah menyerah dan terus hidup.

"Sial! Sial! Sial! Sial!!! Kumohon Berdiri! Aku tidak mau mati seperti ini! "

Di detik-detik kematiannya, bayangan para bedebah yang tidak lagi ingin dia lihat tiba-tiba muncul berdiri di depannya dan tampak tersenyum mengejek menghalangi jalannya.

"Bedebah! Awas! jangan menghalangi jalanku sialan! Aku tidak ingin mati…

Awas! Kubilang Awas!!

Aku tidak ingin…

Tit!!!

Mati…

Bruk!!

Akira tidak bisa menghindari mobil yang melaju kencang itu sehingga pada akhirnya dia pun tertabrak. Mobil yang melaju kencang itu pun berakhir menabrak sebuah pohon di persimpangan jalan hingga meledak.

"Kakek, maaf… "

Darah segar mengalir deras keluar dari tubuhnya yang kini hanya tinggal setengah setelah terlindas membasahi jalanan. Kesadarannya mulai meredup diantara suara samar hiruk pikuk orang-orang yang mulai berkumpul penasaran menyaksikan apa yang baru saja terjadi.

"Kenapa kalian baru datang sekarang..." Akira menatap lemah orang-orang yang mengerubunginya.

"Kumohon…tolong aku...Aku...masih ingin… tetap hidup…" Meski dalam keadaan seperti itu, Akira masih berharap dirinya bisa hidup.

[Apa Anda sungguh ingin tetap hidup? ]

Di detik-detik kematiannya, disaat pandangannya mulai menggelap suara seorang wanita dengan logat yang terdengar kaku tiba-tiba muncul entah dari mana menjawab permintaan Akira.

"Ya…aku… ingin… tetap hidup…aku ingin membalas perbuatan mereka...aku ingin tetap hidup..."

Tring!

[Baik, permintaan untuk tetap hidup akan segera dikonfirmasi]

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!