NovelToon NovelToon

Perjodohan Yang Tidak Diinginkan

1. Malam Pertama yang menyesakkan dada

Di tengah pesta pernikahan meriah yang diadakan di hotel berbintang lima nan megah, dua mempelai yang tadi siang telah melakukan acara ijab kabul, malam ini tengah memelakukan resepsi pernikahan.

Di dalam ballrooom megah hotel, kilauan lampu kristal menari di antara tawa dan bisik para tamu yang terhanyut dalam alunan musik lembut, menciptakan elegan nan romatis yang seharusnya memancarkan kemewahan dan kebahagiaan abadi bagi pasangan mempelai.

Iya, kedua mempelai itu adalah Sagara Putra Mandala dan Thania Soebandono. Sagara adalah seoarang pria tampan yang berstatus sebagai CEO di perusahaan milik keluarganya.

CEO yang tampan berusia dua puluh tujuh tahun dengan rahang yang tegas dan tatapan mata yang tajam. CEO itu memancarkan karisma yang sulit ditolak, mengimbangi daya tarik fisiknya dengan aura kepemimpinan yang kuat.

Senyumannya yang hangat dan sorot matanya yang bijaksana, memberikan kesan ramah sekaligus berwibawa, membuat dia terlihat tampan sekaligus menawan.

Perpaduan postur tubuh yang gagah, wajah proporsional serta gaya berpakaian yang elegan, membuatnya tampak seperti seorang model bukan sekedar pemimpin perusahaan.

Namun sayang, ternyata ketampanan Sagara yang menjadi daya tarik bagi setiap perempuan yang memandang, tidak bisa membuat hati Thania bergetar sedikitpun.

Thania adalah gadis cantik dengan sejuta pesona. Usianya yang masih belia yaitu sembilan belas tahun masih duduk di bangku kuliah di universitas ternama, semester tiga.

Mata Thania berbinar seperti bintang dilangit malam. Senyumannya juga manis dan menawan yang menghasilkan kehangatan. Rambutnya panjang dan indah berkilau seperti sutra. Thania memiliki pesona yang memikat membuat siapa saja ingin berada di dekatnya.

Namun di malam resepsi pernikahannya dia terlihat murung. Tidak ada sedikitpun pancaran kebahagiaan di wajah cantiknya. Iya, kebahagiaan hanya terlihat dari wajah Sagara, namun tidak dengan wajah Thania yang menyembunyikan kesedihan di balik senyuman palsunya agar para tamu yang yang naik ke pelaminan untuk menyalami keduanya tidak curiga bahwa malam ini dia tidak bahagia.

Iya, pernikahan mereka terjadi akibat perjodohan dari kedua orang tuanya. Orang tua Sagara dan orang tua adalah rekan bisnis. Mereka sengaja menjodohkan anak mereka agar hubungan kerja mereka semakin erat dan perusahaan mereka semakin kuat.

Tapi walaupun karena perjodohan, Sagara bisa menerima Thania, karena Sagara sudah sejak lama menaruh hati padanya saat Thania masih duduk di bangku kelas tiga sekolah menengah atas. Thania yang beberapa kali terlihat ikut dengan sang papa ke kantor tak sengaja bertemu dengan Sagara saat papa Thania tuan Robert meeting dengan Sagara. Iya, Sagara jatuh cinta pada pandangan pertama pada Thania. Namun Sagara hanya memendam perasaannya di dalam hati.

Dan ketika kedua orang tua mereka menjodohkan keduanya, Sagara langsung menyetujui perjodohan tersebut. Sedangkan Thania berusaha menolak perjodohan tersebut dengan alasan dia masih belum memikirkan pernikahan dan ingin fokus kuliah untuk meraih cita- citanya sebagai sarjana.

Namun penolakan Thania ditentang oleh kedua orang tuanya. Iya, tentu saja kedua orang tua Thania tidak ingin menyia- nyiakan kesempatan untuk berbesanan dengan salah satu pengusaha terkaya di negri ini. Kedua orang tua Thania yaitu tuan Robert dan nyonya Melly memaksa Thania agar mau menerima Sagara.

Thania pun tidak bisa berbuat apa- apa selain hanya menerima perjodohan yang sama sekali tidak dia inginkan. Dengan hati sedih Thania harus dipinang oleh pemuda yang tidak dia cintai karena baginya yang masih berusia sembilan belas tahun belum ingin memikirian tentang pernikahan. Dia hanya ingin kuliah dan belajar meraih cita- citanya menjadi wanita karir.

🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓

Acara resepsi telah selesai, para tamu sudah meninggalkan hotel tempat acara resepsi diadakan. Begitu juga dengan kedua mempelai yang sudah dijemput dengan mobil mewah pulang ke rumah. Di sepanjang perjalanan, Thania terus diam sambil menundukkan kepalanya. Sagara pun terlihat heran kenapa sang istri terus diam sepanjang hari.

Sagara berfikir jika sang istri hanya malu saja karena mereka belum begitu mengenal satu sama lain.

"Apa kau lelah...?'' tanya Sagara sambil mengusap lengan sang istri.

Thania terlonjak kaget karena Sagara menyentuhnya.

"Lu...lumayan..." jawab Thania.

Sagara tersenyum sambil menatap wajah Thania dari samping.

"Sebentar lagi kita sampai rumah, kamu bisa istirahat di sana..." ucap Sagara dengan lembut.

Thania hanya mengangguk dan terus menunduk. Tak lama mobil yang mereka tumpangi memasuki halaman rumah mewah. Iya, ini adalah rumah kediaman keluarga Mandala. Sang sopir segera membukakan pintu mobil. Sagara lalu turun dari mobil lalu mengulurkan tangannya meraih tangan Thania untuk membantunya turun.

Mereka berdua lalu berjalan masuk ke dalam rumah. Para asisten rumah tangga menyambut kedatangan mereka di ruang tamu. Begitu juga dengan kedua orang tua Sagara yaitu tuan Daniel dan nyonya Fransiska.

"Kalian istirahatlah, kami sudah menyiapkan kamar pengantin untuk kalian di atas..." ucap tuan Daniel sambil memegang pundak Sagara.

Sagara mengangguk lalu mengenggam tangan Thania. Mereka berdua menaiki anak tangga. Sedangkan tuan Daniel dan nyonya Fransiska tersenyum sambil menatap anak dan menantunya yang berjalan menuju kamar pengantin.

"Semoga Thania cepat hamil ya Pah supaya kita bisa segera momong cucu..." ucap nyonya Fransiska.

"Kamu ini, mereka saja belum melakukan malam pertama, kamu sudah membicarakan cucu ..." sahut tuan Daniel.

Sementara itu begitu Sagara dan Thania sampai di depan pintu kamar pengantin mereka berhenti. Sagara menoleh ke arah sang istri sambil tersenyum manis. Sedangkan tangannya masih menggenggam tangan sang istri.

"To..tolong lepaskan tanganku..." ucap Thania sambil menarik tangannya kemudian dia menggeser tubuhnya menjauh dari Sagara beberapa centi.

Melihat tingkah sang istri Sagara kembali tersenyum.

"Kamu kenapa...? Apa kamu masih malu padaku...?'' tanya Sagara sambil tersenyum menatap wajah sang istri.

Thania diam menuduk sambil memainkan jari- jari lentiknya.

"Dengar sayang...kita sudah sah menjadi suami istri. Jadi kamu tidak usah malu lagi padaku ya..." ucap Sagara sambil menyentuh pundak Thania.

Lagi- lagi Thania diam.

"Ayo masuk..." Sagara membuka pintu kamar pengantin.

"Ayo..." Sagara meraih tangan Thania hendak menggandengnya namun dengan cepat Thania menarik tangannya. Iya, Thania tidak mau digandeng oleh Sagara.

Sagara menghela nafas. Iya, tapi Sagara memakluminya karena dia tahu bahwa Thania adalah gadis pemalu.

Thania melihat sekeliling kamar pengantin yang dihias sedemikian indahnya. Kamar yang cukup luas yang begitu indah dengan sentuhan lembut bunga dan cahaya lilin. Kamar pengantin inilah yang akan merubah menjadi oasis cinta, tempat di mana dua hati menemukan kedamaian dan keromantisan.

Kamar ini adalah pintu gerbang menuju kehidupan baru. Sebuah rumah yang akan menjadi saksi bisu perjalanan cinta yang tak akan pernah padam yang diwarnai tawa dan harapan.

Bukan sekedar tempat istirahat, melainkan pondasi kuat untuk rumah tangga yang akan dibangun. Setiap detailnya adalah janji akan cinta yang abadi dan kebahagiaan yang tak terhingga.

"Apa kau suka dengan kamarnya sayang...?'' tanya Sagara kembali menyentuh pundak Thania.

Dan lagi- lagi Thania terlonjak kaget saat Sagara menyentuhnya.

"Ehm... Ka...kamarnya bagus..." jawab Thania.

"Kau suka...?'' tanya Sagara sambil menatap wajah cantik sang istri.

"Ehm...i..iya..." jawab Thania.

"Sayang, mulai hari ini kamar ini akan menjadi tempat ternyaman buat kita berdua..." ucap Sagara sambil tersenyum dan tak mau melepaskan pandangannya dari wajah cantik gadis pujaan hatinya.

Thania menatap wajah Sagara beberapa saat lalu dia menunduk. Sagara lalu mengangkat dagu Thania agar Thania kembali menatapnya.

"Apa kamu bahagia hari ini...? Apa kau bahagia menjadi istriku...?'' tanya Sagara.

"A...aku..." jawab Thania dengan bibir bergetar.

Melihat reaksi sang istri Sagara kembali tersenyum.

"Kenapa sayang... Kau tegang sekali...? Rileks lah, aku suamimu sekarang... Aku yang akan melindungimu dan mencintaimu dengan sepenuh hati mulai hari ini..." ucap Sagara.

Thania menelan mudahnya, merasa gugup dan takut. Apa lagi Sagara terus menatapnya dengan inten dan perlahan Sagara mendekatkan bibirnya ke bibir Thania. Dan Thania semakin takut dibuatnya. Iya, selama ini Thania sama sekali belum pernah pacaran apa lagi berciuman dengan seorang laki- laki. Tak heran jika dia begitu ketakutan saat Sagara hendak menciumnya.

"Tolong jangan sentuh aku...!'' tiba- tiba Thania mendorong dada Sagara hingga membuat Sagara terkejut.

"Sa...sayang..." ucap Sagara memundurkan tubuhnya.

"Tolong... Tolong jangan sentuh aku... Hik..hik...aku mohon jangan sentuh aku... Hik...hik..." Thania menangis.

Sagara pun dibuat panik melihat sang istri tiba- tiba menangis dan terlihat takut padanya.

"Sayang... Kamu kenapa...? Kenapa kamu takut, aku suamimu, kita sudah resmi menjadi suami istri...?'' tanya Sagara.

"Nggak...aku nggak mau... Tolong jangan sentuh aku...hik..hik..." Thania semakin menangis.

"Kamu kenapa sayang...? Katakan sayang, apa yang membuatmu seperti ini...? Apa ada yang salah...?'' tanya Sagara kembali mendekat ke arah Thania namun Thania mundur ke belakang tidak mau didekati Sagara.

"Jangan... Jangan mendekat... Aku mohon aku tidak mau..hik..hik..." ucap Thania.

"Sayang, apa yang terjadi denganmu , aku suamimu...kita sudah menikah..."

"Tapi aku tidak mau, aku tidak ingin menjadi suamimu... Aku tidak menginginkan pernikahan ini.. Aku tidak menginginkan perjodohan ini. Aku dipaksa. Aku belum ingin menikah hik..hik.. Aku masih ingin kuliah, belajar meraih cita- citaku... Hik...hik.. Aku mohon tolong lepaskan aku... Biarkan aku melanjutkan kuliahku...hik..hik..." ucap Thania terus menangis .

Mendengar apa yang dikatakan oleh Thania, Sagara pun membeku. Dia tidak menyangka jika perempuan cantik yang sudah sejak lama dia cintai dalam diam dan sudah menjadi istrinya, ternyata dia tidak pernah menginginkan perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tua mereka.

"Sa...sayang... Apa yang kamu katakan...? Kalau kamu tidak menginginkan perjodohan ini kenapa kamu menyetujuinya...?'' tanya Sagara dengan dada naik turun karena nafasnya memburu.

"Aku tidak pernah menyetujuinya... Tapi aku dipaksa hik..hik... Aku dipaksa untuk menyetujuinya... Hik..hik..." jawab Thania terus menangis sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

"Aku mohon... Tolong lepaskan aku hik..hik... Biarkan aku melanjutkan kuliahku... Biarkan aku meraih cita- citaku... Hik...hik..." Thania memohon menangkupkan kedua telapak tangannya.

"Sayang... Aku tidak akan menghalangi kamu untuk kuliah dan meraih cita- citamu. Walaupun kita sudah menikah kamu masih bisa melanjutkan kuliahmu..." ucap Sagara.

"Nggak.. Aku nggak bisa..." Thania menggeleng- gelengkan kepalanya.

"Aku hanya mau fokus kuliah... hik..hik... aku mohon lepaskan aku, biarkan aku pergi..." sambung Thania.

Kali ini Sagara yang menggelengkan kepalanya, dia sungguh tidak bisa terima dengan ucapan Thania yang minta untuk dilepaskan yang artinya dia menginginkan pisah darinya.

"Jangan gila kamu Thania... Kamu istriku, kita sudah resmi menikah. Aku tidak akan melepaskanmu. Aku mencintai kamu..." Sagara menarik tangan Thania kemudian dengan cepat dia memeluknya.

"Lepaskan aku... Tolong jangan sentuh aku... Aku nggak bisa... Hik..hik... Tolong jangan paksa aku...hik...hik...aku mohon...hik..hik..." ucap Thania menangis di pelukan Sagara.

Mendengar tangisan Thania yang begitu menyayat hati, Sagara pun tak kuasa untuk tidak melepaskannya. Tangannya yang memeluk tubuh Thania dengan erat perlahan mengendur. Iya, Sagara melepaskan pelukannya.

"Maafkan aku... Maafkan aku... Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini...hik..hik... Tolong talak aku sekarang juga, tolong bebaskan aku dari pernikahan ini.. hik...hik..." ucap Thania.

Sagara kembali membeku sambil menatap nanar Thania yang terus saja menangis di hadapannya.

Melihat Sagara yang hanya diam, tubuh Thania merosot ke lantai.

"Tolong lepaskan aku... Bebaskan aku dari pernikahan ini hik..hik... Aku mohon... Aku belum siap menjalani ini semua. Aku nggak bisa...Tolong mengerti perasaanku...hik..hik..." ucap Thania sambil bersimpuh di kaki Sagara.

Sagara menghela nafas. Dadanya begitu sesak melihat Thania memohon padanya agar membebaskannya dari pernikahan yang tidak dia inginkan.

Iya, seharusnya malam ini menjadi malam pertama untuk merajut cinta menuju gerbang kebahagiaan. Namun bukan itu yang Sagara dapatkan. Istri yang baru dia nikahi beberapa jam lalu malah memintanya untuk berpisah darinya karena ternyata dia tidak menginginkan pernikahan atas perjodohan ini.

Iya, tentu saja hati Sagara terasa pedih dan hancur. Gadis yang selama ini begitu dia cintai ternyata tidak menginginkannya.

Sagara lalu meraih kedua pundak Thania dan membantunya untuk berdiri. Sagara menatap wajah cantik gadis yang sangat dia cintai tapi tidak membalas cintanya.

"Baiklah kalau memang itu maumu... Aku tidak akan memaksamu... Aku akan melepaskanmu dan mengembalikanmu kepada kedua orang tuamu. Pergilah dan kejarlah impianmu..." ucap Sagara dengan dada yang begitu sesak dan mata berkaca- kaca.

Sagara lalu memegang kepala Thania. Lalu dia mengucapkan kata talak pada istri yang baru dia nikahi tadi siang dengan suara bergetar menahan segala kepedihan dan sesak di dalam dada.

Sagara

Thania

Bersambung....

🍓🍅 Jangan lupa kasih dukungan, like dan koment ya 🍓🍅

2. Patah Hati

Sudah tiga hari ini Sagara terus mengurung diri di dalam kamarnya yang sudah berantakan seperti kapal pecah. Iya, setelah Sagara menjatuhkan talak pada Thania, dan mengantarkan Thania kembali ke rumah orang tuanya, Sagara mengamuk di dalam kamar. Semua benda yang ada di dalam kamar dia hancurkan sebagai ungkapan rasa kekecewaannya terhadap Thania.

Hati Sagara hancur berkeping- keping saat tahu gadis yang dia cintai dan berhasil dia nikahkan ternyata menolak untuk hidup bersamanya. Perasaan Sagara pun campur aduk, antara kecewa, marah, sedih dan malu bercampur menjadi satu.

Namun Sagara tidak bisa berbuat apa- apa selain hanya menerima takdir yang menyakitian ini.

Bagaimana tidak, cinta yang telah dia bangun hanya tinggal kenangan karena bunga yang dia berikan kepada Thania layu bahkan sebelum disentuh oleh tangannya.

Dan sekarang dalam senyap Sagara merasakan hampa karena hatinya meronta ingin Thania tahu bahwa cintanya begitu besar padanya. Namun Sagara tak berdaya karena Thania tidak pernah membalas cinta tulusnya.

Sungguh menyakitkan rasanya ketika Sagara tahu bahwa perasaannya hanya angin yang tak pernah terwujud.

"Tok...tok...tok..." terdengar suara pintu kamar di ketuk dari luar.

Namun Sagara tetap bergeming tanpa menghiraukannya. Dia sedang patah hati dan tidak ingin bertemu dengan siapapun.

Iya, sudah berkali- kali baik papa maupun mamanya memintanya agar keluar dari kamar untuk makan, namun Sagara tidak menginginkannya. Dia hanya ingin sendiri, tidak ingin diganggu siapapun.

"Tok..tok..tok..." suara ketukan kembali terdengar.

"Tuan... Ini saya..." ucap seseorang yang suaranya tidak asing lagi buat Sagara.

Iya, itu adalah suara sekertaris Jo. Sekertaris Jo adalah orang kepercayaan Sagara. Dia lah yang membantu Sagara dalam menjalankan bisnisnya. Jo, pria yang berusia dua puluh sembilan tahun, sudah lima tahun lamanya dia bekerja di perusahaan Putra Mandala Sentosa . Pria dingin dengan segala kemampuan yang mumpuni dan tentu saja menjadi kepercayaan keluarga Mandala.

"Tuan... Boleh saya masuk...?'' tanya sekertaris Jo.

Sagara menghela nafas. Lalu dia berdiri tertatih menuju pintu kamarnya. Tak lama kemudian Sagara membuka kamarnya dan terlihat sekertaris Jo sedang berdiri di depan pintu.

"Tuan..." sekertaris Jo nampak panik melihat kondisi Sagara yang pucat dan terdapat lingkaran hitam di sekitar matanya.

Iya bagaimana tidak pucat, Sagara tidak makan dan minum selama tiga hari. Sang mama yang sudah bolak - balik mengantar makanan pun tidak dibukakan pintu olehnya. Dan selama tiga hari pula Satria tidak bisa tidur dengan nyenyak. Hatinya dipenuhi kesedihan yang mendalam. Ini kali pertama dia jatuh cinta pada seoarang wanita. Tapi orang yang begitu dia cintai dengan tulus malah membuatnya patah hati yang begitu dalam.

"Brukk..." tiba- tiba tubuh Sagara jatuh ke lantai. Dia tidak sadarkan diri.

"Tuan..." seru sekertaris Jo.

Mendengar suara sekertaris Jo yang terdengar panik, nyonya Siska yang juga sedang menuju kamar Sagara pun kaget dan segera berlari menghampiri Sagara.

"Sagara...." ucap nyonya Siska begitu melihat Sagara sudah terbaring lemas di tempat tidur.

"Jo... Apa yang terjadi dengan Sagara...?" nyonya Siska nampak khawatir.

"Tuan muda pingsan nyonya..." jawab sekertaris Jo.

"Ya ampun... Sagara..." nyonya Siska.

"Apa kamu sudah menelpon dokter Angga...?'' tanya nyonya Siska.

"Sudah nyonya, dokter Angga sedang menuju ke sini..." jawab sekertaris Jo.

🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓

Sementara itu Thania yang sudah kembali ke rumah orang tuanya nampak sedih karena dia selalu saja dimarahi oleh sang mama. Iya, mamanya yaitu nyonya Betti begitu murka saat tahu jika sang putri minta dicerai oleh Sagara.

Kata- kata umpatan pun dia lontarkan kepada putri bungsunya. Bagaimana tidak, nyonya Beti dan tuan Robert sudah bersusah payah meyakinkan tuan Daniel untuk melakukan perjodohan anak mereka. Tapi baru menikah beberapa jam, Thania malah minta dicerai.

"Thania...! mau ke mana kamu...!'' tanya nyonya Beti yang duduk di sofa ruang tengah begitu melihat sang putri berjalan menuruni anak tangga dengan pakaian rapi dan menenteng tas.

"Thania mau ke kampus Mah...." jawab Thania sambil terus melangkah.

Nyonya Beti nampak geram. Dia lalu bangun dari duduknya kemudian menghampiri sang putri.

"Dasar anak tidak tahu diri...! Sudah nikahkan sama CEO kaya raya, kamu malah meninggalkannya dan memilih kuliah. Kamu ini sebenarnya punya otak nggak sih ...!'' nyonya Beti menarik tangan Thania.

"Aduh mah... Sakitt... " rengek Thania.

"Biarkan saja sakit...! Kamu sudah bikin mama dan papah mu malu sama tuan dan nyonya Daniel...! Mau ditaruh di mana muka mama , Thania...!'' seru nyonya Beti.

"Hik..hik..." Thania menangis.

"Kamu ini bisanya cuma nangis saja...!'' bentak nyonya Beti.

" Mama sama papa sampai tidak tahu harus ngomong apa sama tuan dan nyonya Daniel...!'' sambung nyonya Beti sambil bertolak pinggang.

"Mah... Kan Thania dari awal sudah menolak perjodohan itu. Thania masih muda mah... Thania belum berfikiran untuk menikah. Thania ingin kuliah mencapai cita- cita Thania...hik...hik..." ucap Thania sambil menangis.

"Halah dasar kamunya saja yang bodoh...! Walaupun sudah menikah tapi kan kamu bisa sambil kuliah...! Masa iya suamimu tidak akan mengijinkan...! " sahut nyonya Beti.

"Hik..hik...tapi Thania hanya mau fokus kuliah mah... Thania belum siap menikah...hik..hik..." jawab Thania.

"Halah... Banyak alasan kamu ..!'' bentak nyonya Beti.

"Sudahlah Mah... kamu jangan marahi Thania terus, nanti dia bisa stres karena dibentak- bentak terus..." tiba-tiba tuan Robert keluar dari kamar sudah berpakaian rapi hendak pergi ke kantor.

Nyonya Beti menoleh ke arah sang suami, lalu menghela nafas.

"Tapi kita malu Pah, sama tuan dan nyonya Daniel. Malu juga sama orang- orang. Nanti kita dianggap sebagai keluarga yang tidak tahu diri yang berani mempermainkan keluarga Mandala..." ucap nyonya Beti.

"Sudahlah mah, lagian kan kita sudah meminta maaf pada tuan dan Nyonya Daniel. Mereka juga berbesar hati memaafkan kita..." ucap tuan Robert menghampiri istri dan anak bungsunya.

"Ini memang kesalahan kita Mah, seharusnya kita tidak memaksa Thania. Dia masih sangat muda dan manja. Dia belum dewasa, tentu saja dia takut menghadapi pernikahan. Bahkan pacaran saja dia tidak pernah, lalu kita memaksa dia untuk menikah. Sudah pasti dia syok...." sambung tuan Robert sambil mengusap lengan Thania.

"Papa selalu saja membela Thania..." sahut nyonya Beti dengan ketus.

"Memang anak kita saja yang bodoh. Apa sih kekurangan Sagara, sudah ganteng, pintar, kaya lagi. Kok bisa Thania tidak tertarik padanya. Padahal kan di luar sana banyak perempuan yang tergila- gila padanya. Kenapa putri kita yang sudah dinikahkan sama dia malah minta cerai..." sambung nyonya Beti.

"Seperti yang kita bilang tadi Mah, putri kita ini masih belum dewasa pikirannya. Dia masih lugu...." jawab tuan Robert.

Nyonya Beti berdecak kesal karena sang suami terus membela Thania.

"Biarkan Thania melanjutkan kuliah dan meraih cita- citanya Mah... Nanti perceraiannya biar papa yang urus...." ucap tuan Robert.

"Jangan diurus dulu perceraiannya Pah, Mama tahu Sagara sangat mencintai Thania. Siapa tahu setelah Thania lulus kuliah dia berubah pikiran dan bisa kembali rujuk dengan Sagara..." sahut nyonya Beti.

Tuan Robert menghela nafas. Iya, tentu saja tuan Robert juga berharap seperti itu, bahwa suatu hari nanti mereka bisa rujuk kembali.

"Ya sudah, kamu berangkat kuliah saja sana Thania. Belajar yang rajin ya..." ucap Tuan Robert kembali mengusap lengan Thania.

"I...iya pah... Makasih ya pah..." sahut Thania.

Tuan Robert mengangguk.

"Kamu berangkat ke kampus diantar supir saja..." ucap tuan Robert.

"Iya pah..." jawab Thania.

🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓

Setelah selesai jam kuliah, Thania bersama kedua temannya Niken dan Jeni pergi untuk makan siang di kantin.

"Ayo ceritakan padaku kenapa mata kamu bengkak...? Kamu kan pengantin baru...?'' tanya Niken yang sudah sejak tadi penasaran apa yang terjadi dengan sahabatnya.

"Iya Thania... Kamu kenapa sih...? Pengantin baru itu kan harusnya sedang bahagia melakukan bulan madu. Kok kamu malah kuliah, bukannya kamu sudah mengajukan cuti kuliah selama satu minggu...?'' sahut Jeni.

Thania menghela nafas.

"Aku mau menjawab pertanyaan kalian, tapi kalian harus janji kalau kalian tidak akan memberitahu siapapun ,ini rahasia..." ucap Thania.

"Iya...iya .. Tenang aja... Kami akan jaga rahasia. Tapi cepetan dong, katakan ada apa...? Apa suamimu melakukan kdrt...?'' tanya Jeni.

Thania menggelangkan kepalanya.

"Aku dan tuan Sagara...." Thania tidak melanjutkan ucapannya.

"Kenapa...?'' Niken dan Jeni begitu tidak sabar ingin mendengar jawaban dari Thania.

Thania menggigit bibir bagian bawah merasa ragu apakah dia akan mengatakan pada sahabatnya atau tidak.

"Ayo dong Thania, cerita..." ucap Jeni.

"Sebenarnya.... Aku dan tuan Sagara sudah... Sudah bercerai..." jawab Thania.

"Apa...! Bercerai....!'' Jeni dan Niken kaget bukan main.

Iya, bagaimana tidak, beberapa hari yang lalu secara mengejutkan sahabatnya mengundangnya untuk datang ke pernikahannya yang tiba- tiba. Dan sekarang dia memberitahu jika dia dan suaminya sudah berceria. Padahal mereka baru saja menikah.

"Sssstttthhhh... Jangan keras- keras ngomongnya, nanti yang lain dengar..." bisik Thania.

"I..iya maaf... Maaaf..." Jeni dan Niken menutup mulutnya.

"Kamu serius Thania...?'' tanya Niken.

Thania mengangguk.

"Tapi kenapa...?'' tanya Niken.

"Iya ih Thania, apa kamu sudah kehilangan akal...? kamu ini gimana sih, tuan Sagara itu kan gantengnya nggak ketulungan. Bukan cuma ganteng ,tapi kaya raya. Kekeyaannya tidak akan habis tujuh turunan, kok kamu bisa bercerai. Memang masalahnya apa...? " ucap Jeni menyesalkan tindakan Thania yang menurutnya gegabah.

"Kamu nggak ngerti yang aku rasain Jeni, Niken..." sahut Thania sedih.

"Memangnya alasan apa yang membuat kamu bercerai darinya Thania...?'' tanya Niken.

Lalu Thania menjelaskan pada kedua sahabatnya jika dia belum siap menikah dan ingin tetap kuliah hingga dapat meraih cita- citanya.

"Hah.. jadi cuma itu alasannya....?'' tanya Jeni. Dan Thania pun mengangguk.

"Astaga Thania... Kamu ini benar- benar gila tahu nggak, masa gara- gara ingin kuliah kamu memilih bercerai. Memangnya suamimu nggak mengijinkan kamu melanjutkan kuliah setelah menikah...? " tanya Niken.

"Mengijinkan sih, tapi aku takut kuliahku jadi nggak fokus. Lagi pula aku belum siap menikah. Pokoknya aku belum kepikiran untuk menjalin hubungan rumah tangga..." sahut Thania.

"Aku nggak bisa ngebayangin kalau setelah menikah aku harus tidur dengan laki- laki yang nggak aku kenal, trus aku punya anak... Aku belum siap dengan itu semua Jen, Ken..." sambung Thania.

"Ya ampun... Padahal aku yakin di luar sana pasti banyak banget yang naksir sama tuan Sagara. Kamu yang sudah dipilih sama dia malah menolak. Kamu yakin nggak akan menyesal Thania...?'' tanya Jeni.

"Aku nggak tahu, kalau untuk sekarang sih aku nggak menyesal..." jawab Thania.

"Oh ya ampun..." ucap Niken yang merasa bahwa sahabatnya itu bodoh.

"Kalian pasti menganggap aku bodoh kan ? Sama seperti mama aku yang berulang kali mengatakan aku bodoh...." ucap Thania sedih.

"Maaf Thania... Aku tahu yang meraskan gimana- gimana nya kan kamu. Itu hak kamu kok kalau memang kamu belum siap. Aku sih sebagai sahabat hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu...." sahut Jeni menggenggam tangan Thania.

"Iya, Thania. Kalau memang ini yang terbaik menurutmu, kami sebagai sahabat akan mendukungmu kok. Dari pada memaksakan pernikahan yang tidak kamu inginkan malah akhirnya membuat kamu menderita..." sambung Niken sambil mengusap punggung Thania.

"Makasih ya...'' ucap Thania.

"Oya Thania... Tapi tuan Sagara nggak marah sama kamu kan...?'' tanya Jeni.

"Aku nggak tahu. Mungkin di dalam hatinya dia marah dan kecewa. Tapi aku benar- benar nggak bisa melanjutkan hubungan yang sama sekali tidak aku inginkan..." Thania menangis.

"Ya sudah Thania, kamu jangan nangis. Yang penting kan sekarang kamu masih bisa melanjutkan kuliah kamu, kamu harus semangat dong...." sahut Niken.

"Makasih ya... " ucap Thania.

Niken dan Jeni lalu memeluk Thania. Iya, mereka berdua tahu jika Thania memang belum mengenal cinta. Kesehariannya Thania hanya fokus belajar dan ingin meraih cita- citanya. Jadi wajar saja jika dia kaget ketika dipaksa untuk menikah. Apalagi tuan Sagara belum begitu dia kenal.

🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓

Sementara itu, Sagara yang sudah ditangani oleh dokter sudah bangun dari pingsan. Sang mama menyuapinya makan setelah selama tiga hari ini dia mogok makan.

"Makan yang banyak ya sayang, abis itu minum obat..." ucap nyonya Siska.

"Sudah kenyang Mah..." sahut Sagara.

"Lho... Baru beberapa suap..." ucap nyonya Siska.

"Sudah mah .." sahut Sagara.

"Ya sudah, minum obat dulu ya..."

"Mama tahu kamu begitu terpukul atas sikap Thania yang meminta untuk bercerai darimu. Tapi mama mohon sama kamu, jangan menyakiti diri sendiri seperti ini sayang... Mama jadi sedih..." ucap nyonya Siska.

Sagara hanya diam tidak bisa berkata apa- apa lagi.

"Kamu harus kuat menghadapi ujian ini. Masa depan kamu masih panjang. Kamu harus bangkit. Tidak boleh lemah. Kamu harus menerima takdir kamu kalau Thania bukan jodoh kamu..." ucap nyonya Siska.

"Iya mah, maafkan Sagara susah membuat mama khawatir..." jawab Sagara.

"Iya sayang..." nyonya Siska lalu memeluk sang putra.

Bersambung....

🍅🍓 Ditunggu koment, like dan dukungannya ya.... 🍓🍅

3. CEO Dingin

Seminggu telah berlalu, keadaan Sagara sudah mulai membaik. Dia sudah mulai beraktifitas lagi di perusahaannya. Pagi ini seperti sebelumnya, sekertaris Jo menjemput Sagara di rumah kediaman keluarga Mandala.

"Tuan sudah siap...?'' tanya sekertaris Jo.

"Iya..."

Sekertaris Jo menyalakan mesin mobilnya dan membawa tuannya pergi ke kantor. Sepanjang perjalanan Sagara yang duduk di jok belakang terlihat diam melamun. Sekertaris Jo melirik kaca spion yang ada di depannya memperhatikan tuannya yang terus diam. Sekertaris Jo masih bisa melihat gurat kesedihan di wajah tuannya tersebut.

Tentu saja sekertaris Jo sangat prihatin dengan apa yang menimpa tuannya. Sekertaris Jo adalah orang yang selama ini mengabdi untuk Sagara. Bahkan dia akan melakukan apapun demi tuannya.

Sekertaris Jo sudah sejak kecil mengenal Sagara. Dia adalah teman main Sagara. Ayah sekertaris Jo dulunya adalah sekertaris tuan Daniel. Namun dia sudah meninggal sepuluh tahun lalu karena penyakit.

Dan setelah sekertaris Jo sudah tidak punya orang tua, dia diangkat anak oleh tuan Daniel. Dan setelah lulus kuliah dia ditunjuk oleh tuan Daniel menjadi sekertaris Sagara untuk membantunya mengurus perusahaan. Karena tuan Daniel sendiri sudah cukup tua dan dia tidak mau fokus lagi dengan perusahaan. Semua perusahaan yang dia punya sudah diserahkan pada putranya yaitu Sagara.

Namun sesekali dia akan datang ke perusahaan untuk memastikan bahwa perusahaannya baik- baik saja di tangan sang putra. Sagara menuruni kecerdasan dari sang papa. Dia begitu handal menjalankan perusahaan hingga bisa bersaing di dunia bisnis. Ditambah lagi dengan adanya sekertaris Jo yang selalu mendampingi Sagara dalam menjalankan perusahaannya. Perusahannya pun masuk ke dalam salah satu perusahaan terbesar di negaranya.

Kekayaan keluarga Mandala pun tidak diragukan lagi. Apapun bisa dibeli kalau mereka mau.

"Apa tuan baik- baik saja...?'' tanya sekertaris Jo sambil fokus menyetir.

Sagara tidak menjawab pertanyaan sekertaris Jo, dan dia mengalihkan pandangannya ke luar mobil melihat jalanan yang penuh dengan kendaraan bermotor.

Sekertaris Jo pun tidak berani bertanya lagi jika Sagara diam. Dia sudah tahu bagaimana sifat tuannya itu. Kalau dia terus bertanya, bisa- bisa dia akan kena semprot.

Iya tentu saja sekertaris Jo paham dengan keadaan tuannya yang tentu saja masih sedih karena pernikahannya yang harus kandas. Apa lagi pernikahan mereka belum genap satu hari.

Setelah melakukan perjalanan sekitar lima belas menit, mobil yang dikendarai oleh sekertaris Jo, sampai di parkiran perusahaannya. Sekertaris Jo membukakan pintu mobil untuk Sagara. Dan mereka berdua langsung menuju lobby utama.

"Selamat pagi tuan Sagara..." ucap beberapa pegawai sambil membungkukkan badannya saat bertemu dengan Sagara di lobby utama.

Namun Sagara hanya diam saja tidak menyahut sapaan para pegawainya. Dia terus berjalan menuju lift khusus COE. Dan sekertaris Jo pun terus mengikutinya di belakang.

"Ada apa dengan tuan Sagara, dia terlihat cuek sekali. Tidak seperti biasanya...?'' tanya salah satu pegawai bagian resepsionis.

"Iya ya, biasanya dia ramah dan selalu tersenyum jika kita sapa ..." sahut pegawai yang lain.

"Iya aneh ya, pengantin baru kok mukanya asam begitu, terlihat tidak bahagia..." ucap pegawai yang satunya lagi.

"Hei... sudah- sudah kalian jangan bergosip ... Ayo cepat kerja..." ucap Satpam.

🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓

Setelah sampai di lantai tujuh Sagara langsung masuk ke dalam ruang kerjanya. Dan sebelumnya saat Sagara melewati ruang divisi keuangan, dia juga tidak menyahut sapaan dari para pegawai di sana.

Dan hal itu pun membuat para pegawai di sana merasa heran. Padahal mereka tahu bahwa bosnya baru saja mengambil cuti menikah. Tapi begitu dia kembali kerja, mukanya tidak menggambarkan kebahagiaan sedikitpun sebagaimana mestinya pengantin baru. Malah yang terlihat adalah ekspresi wajah galak dan menakutkan.

"Ada apa dengan tuan Sagara...?'' bisik Mona salah satu pegawai di divisi keuangan.

"Nggak tahu... Iya aneh ya... Wajahnya tegang begitu. Kaya orang sedang marah..." sahut Fandy.

"Sssshhhttt..." Bimo menempelkan telunjuknya di bibir sambil melirik sekertaris Jo yang baru saja keluar dari ruang kerja Sagara.

Para pegawai pun langsung terdiam dan segera melanjutkan pekerjaannya masing- masing. Sekertaris Jo mendekat ke arah mereka.

"Pagi sekertaris Jo..." ucap para pegawai.

"Pagi..." jawab sekertaris Jo.

"Siang ini ada meeting, dan kamu, Fandi ajak salah satu bawahan kamu untuk ikut meeting. Ada projek baru yang harus kita kerjakan..." ucap sekertaris Jo.

"Baik sekertaris Jo...." jawab Fandi sebagai manager di divisi keuangan.

"Siapkan diri kalian dan meeting akan dimulai lima belas menit lagi..." ucap sekertaris Jo.

"Baik..." jawab Fandi.

Meeting bersama para wakil dari beberapa divisi pun dimulai. Mereka membahas projek baru. Iya, Sagara akan membuka cabang baru di luar kota. Sagara berfikir dari pada dia terus- terusan memikirkan Thania yang telah membuat hatinya patah, dia memilih untuk melebarkan bisnisnya.

🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓

Sudah hampir tiga bulan persiapan pembukaan anak perusahaan terus dipersiapkan dengan matang. Sagara dengan para tim terus membahas persiapan anak perusahaan di luar kota. Meeting pun dilakukan seminggu dua kali. Namun ada yang berbeda dengan sikap Sagara beberapa bulan ini. Yang biasanya dia ramah terhadap para pegawainya, namun kini keramahannya nampak hilang begitu saja.

Iya, Sagara berubah menjadi CEO dingin, pemarah dan galak. Setiap kali melakukan meeting dengan para pegawainya dan jika ada yang melakukan kesalahan atau pun hasil kerjanya tidak memuaskan, maka Sagara akan memarahinya bahkan tak segan membentak mereka hingga nyali para pegawainya menciut.

"Hah...!" Mona menghembuskan nafasnya setelah dia mendudukkan bokongnya di kursi meja kerja.

"Ada apa Mona...?'' tanya Bimo.

"Hari ini benar- benar kacau..." jawab Mona terlihat lelah.

"Apanya...?'' tanya Bimo.

"Meetingnya. Tadi semua pegawai dimarahi oleh tuan Sagara..." Mona berpangku tangan.

"Kok bisa...?'' tanya Bimo.

"Ya karena hasil perencanaan tidak sesuai dengan harapan tuan Sagara..." jawab Mona.

"Tapi sejak menikah tuan Sagara nampak berbeda. Dia jadi gampang marah dan tidak seramah dulu. Mukanya garang banget. Saya jadi takut kalau lihat dia..." sahut Alfian.

"Iya kenapa bisa begitu ya...?'' tanya Mona.

"Jadi ini pekerjaan kalian...!" tiba- tiba terdengar suara seseorang sambil menggebrak meja.

Semua pegawai divisi keuangan pun kaget dan langsung menoleh ke sumber suara.

"Se...sekertaris Jo..."

Iya, tanpa mereka sadari ternyata di dekat pintu ruang divisi keuangan tengah berdiri sekertaris Jo bersama dengan Fandi manager divisi keuangan.

"Berani kalian ngobrol di jam kerja...! Pantas saja hasil perkerjaan kalian tidak ada yang beres hingga membuat tuan Sagara marah...!" seru sekertaris Jo sambil menatap tajam ke arah pegawai.

"Ma...maaf sekertaris Jo..."

"Lanjutkan pekerjaan kalian dan jangan banyak bicara...!'' ucap sekertaris Jo.

"Baik sekertaris Jo..." jawab para pegawai.

Sekertaris Jo lalu pergi dari ruang divisi keuangan. Sedangkan Fandi, berjalan menghampiri para bawahannya.

"Jangan ulangi lagi ngobrol di tengah- tengah perkerjaan, kalau kalian tidak ingin kena marah. Sekarang mod tuan Sagara dan sekertaris Jo sedang tidak baik. Kalian jangan menambah masalah..." ucap Fandi.

"Baik pak Fandi..."

🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓

Lima bulan kemudian perusahan cabang di luar kota sudah mulai dibangun. Pembangunannya sudah mencapai tujuh puluh persen. Hari ini Sagara dan sekertaris Jo, pergi untuk meninjau pembangunan perusahan cabang tersebut. Mereka berdua pagi ini berangkat dari bandara menuju kota kecil di mana perusahaan baru didirikan.

Setelah belasan menit berada dalam pesawat, akhirnya mereka berdua mendarat di bandara kota tersebut. Seorang sopir sudah siap menjemputnya. Dan mereka langsung diantar menuju hotel untuk istirahat.

Dan keesokan harinya baru Sagara dan sekertaris Jo akan meninjau pembangunan perusahaan barunya yang bergelut dalam produksi sepatu.

"Tuan sudah siap...?'' tanya Sekertaris Jo.

"Iya..."

Iya, siang ini mereka berdua meninjau pembangunan perusahaan barunya. Perjalanan dari hotel cukup jauh yaitu ditempuh selama tiga puluh menit.

Dan sampai di lokasi Sagara merasa sangat puas karena pembangunannya sesuai dengan keinginannya. Iya, Sagara sengaja membuka bisnis di kota kecil ini selain karena untuk melebarkan bisnisnya, dia juga ingin membuka lowongan kerja di kota ini.

Selama tiga jam berada di lokasi dan membahas perencanaan ke depan dengan orang- orang kepercayaannya, Sagara dan sekertaris Jo pun kembali ke hotel diantar oleh Agus sang supir.

Agus mengemudi mobilnya dengan fokus di jalanan yang ramai lancar. Namun di tengah perjalanan tiba- tiba ada sebuah mobil yang melaju dengan sangat kencang dan ugal- ugalan. Dan mobil tersebut menyerempet mobil yang dikemudi oleh Agus.

Dengan cepat Agus pun banting stir ke arah kiri. Namun naas, ternyata mobil mereka menghantam sebuah pohon besar di pinggir jalan.

"Aaawwwaass...!!

"Brrrraakkkk....!!!"

Kap mobil langsung terbuka dengan mesin mobil mengeluarkan asap. Namun untung saja mereka tidak mengalami luka serius. Hanya luka kecil saja. Termasuk Sagara yang pelipisnya terluka akibat terkena pecahan kaca.Dan begitu juga sekertaris Jo dan juga Agus. Mereka terkena serpihan kaca pada bagian tangan.

Sekertaris Jo langsung menoleh ke belakang ke arah Sagara. Melihat pelipis Sagara berdarah, sekertaris Jon pun kaget.

"Tuan... Kau tidak apa- apa.."

Sekertaris Jo langsung membuka pintu mobil dan bergegas menghampiri Sagara yang duduk di jok belakang tanpa memperdulikan tangannya sendiri yang juga terluka.

"Tuan..." sekertaris Jo membantu Sagara keluar dari mobil. Sedangkan Sagara hanya meringis karena luka di pelipisnya terasa nyeri.

"Dasar bodoh...! Apa kamu tidak bisa menyetir...!" seru sekertaris Jo pada Agus begitu mereka bertiga sudah berada di luar mobil.

"Ma...maaf tuan...ini di luar kendali saya..." jawab Agus tentu saja takut.

"Cepat ambil kotak obat di mobil...!'' ucap sekertaris Jo.

"Ba..baik tuan..."

Sekertaris Jo mengobati luka di pelipis Sagara kemudian menutupnya dengan kain kasa dan plester.

"Apa masih sakit tuan...?'' tanya sekertaris Jo.

"Sudahlah..kamu obati saja lukamu. Bersihkan darahnya..." jawab Sagara yang paling tidak suka melihat darah.

Setelah sekertaris Jo dan juga Agus mengobati lukanya, Agus mengusulkan untuk membawa kedua atasannya beristirahat di rumah orang tuanya. Karena mobil yang mereka tumpangi mengalami kerusakan. Kebetulan rumah orang tua Agus tidak jauh dari tempat di mana mereka mengalami kecelakaan. Hanya sekitar tiga ratus meter saja.

Sagara dan sekertaris Jo pun menerima usulan Agus. Apalagi langit mulai mendung, tidak mungkin juga mereka akan menunggu di pinggir jalan sampai mobil mereka selesai diperbaiki oleh mekanik yang sudah mereka panggil untuk datang ke lokasi.

"Tapi rumah orang tuamu tidak jauh dari sini kan Agus...?'' tanya sekertaris Jo.

"Tidak tuan.... Dekat kok dari sini, kita masuk ke gang itu..." jawab Agus menunjuk sebuah gang tidak jauh dari mereka.

"Baiklah... Mari tuan, kita ke rumah orang tua Agus, sudah mulai gerimis..." ucap Sagara.

Mereka bertiga pun berjalan menuju ke rumah orang tua Agus. Sedangkan mobilnya sedang diperbaiki oleh orang bengkel.

Namun sebelum mereka sampai di rumah orang tua Agus ,tiba- tiba hujan turun dengan deras. Mereka bertiga berlari agar cepat sampai ke rumah orang tua Agus.

"Pa...bapa..." Agus mengetuk- ngetuk pintu rumah orang tuanya.

Tak lama kemudian pintu terbuka dari dalam.

"Lho Agus... Kamu kok hujan- hujanan...?'' tanya pak Ahmad.

"Iya pak, tadi di jalan tiba- tiba hujan..." jawab Agus.

"Ayo...ayo masuk..." ucap pak Ahmad mempersilahkan Agus, Sagara dan sekertaris Jo masuk ke dalam rumahnya.

Agus pun menjelaskan pada sang bapa jika kedua orang yang dia bawa ke rumah adalah bosnya.

"Ini tuan Sagara dan ini sekertaris Jo..." ucap Agus.

"Oh... Jadi kalian ini dari kota...?'' tanya pak Ahmad.

Sagara dan sekertaris Jo mengangguk. Pak Ahmad lalu menyediakan minuman hangat dan camilan untuk Sagara dan sekertaris Jo dibantu oleh Agus. Iya, pak Ahmad tinggal sendiri di rumah ini, karena sang istri sudah meninggal. Sedangkan Agus tinggal di rumahnya bersama istri dan anaknya.

Karena pakaian mereka basah kuyup, pak Ahmad pun meminjamkan pakaiannya pada mereka bertiga. Dan setelah mereka minum dan makan, sekertaris Jo dan Agus kembali ke mobil karena orang bengkel sudah menelponnya bahwa mobil mereka sudah diperbaiki. Kebetulan saat itu hujan telah reda. Sedangkan Sagara tetap menunggu di rumah pak Ahmad.

"Tuan Sagara, saya tinggal dulu sebentar ya, saya mau ke warung, ada yang mau saya beli..." ucap pak Ahmad.

"Iya silahkan..."

"Tuan Sagara istirahat saja di kamar..." ucap pak Ahmad. Sagara mengangguk.

Sagara lalu masuk ke kamar, untuk istirahat. Namun sudah beberapa lama dia membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, dia tidak bisa memejamkan matanya. Maklumlah Sagara tidak biasa tidur di kamar sempit ditambah lagi kasur di kamar ini tidak seempuk kasur miliknya. Hal itu membuat Sagara tidak nyaman.

Tak lama kemudian datanglah seorang gadis ke rumah pak Ahmad.

"Pakde... Pakde..." gadis itu memanggil - manggil pak Ahmad.

"Pak de ke mana...? Pintu rumahnya terbuka tapi kok pakde tidak ada..." ucap gadis itu sambil masuk ke ruang tamu.

"Pakde...pakde di mana...?'' ucap gadis itu lagi.

Sagara yang ada di dalam kamar pun merasa terganggu dengan suara gadis tersebut. Dia lalu keluar dari kamar.

"Hah...si...siapa kamu...?'' tanya gadis itu kaget melihat Sagara keluar dari kamar pak Ahmad.

"Kamu maling ya...? Kamu pasti maling kan...!'' gadis itu menunjuk wajah Sagara.

Sekertaris Jo

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!