NovelToon NovelToon

SUSUK ANOMAN

CHAPTER 1 GADIS BURUK RUPA

Wardani adalah seorang gadis desa yang amat buruk rupa, ia selalu dikucilkan oleh teman serta masyarakat sekitarnya, semua yang melihatnya terasa ingin lari darinya, semua yang dekatnya terasa mau muntah- muntah serta jijik melihatnya, tetapi Wardani tidak sendirian ia masih memiliki sahabat yang masih menerimanya yaitu Sumarni dan Ningsih.

Sebagai sahabat kecilnya, mereka setiap hari menemai Wardani pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar dan mencuci pakaian di tengah hutan yang berada kampungnya, selepas selesai Wardani menghabiskan waktunya di tempat kesukaannya untuk menyenangkan diri dan bersantai ria bersama sahabatnya.

Selagi perjalanan pulang ke kampungnya, Wardani selalu tak lupa membawa kayu bakar dan cuciannya, Wardani tidak menyangka Wardani bertemu dengan seorang lelaki yang di cintainya, tetapi lelaki tersebut tak sama sekali mencintai dirinya, karena Wardani buruk rupa, Wardani juga berfikir bahwa yang di cintainya adalah anak seorang anak lurah di kampungnya, tetapi dia tetap mengejar cintanya.

Ketika itu Wardani diejek oleh seorang yang dicintainya, Wardani tetap diam dan menerima apa yang Trimoko katakan karena Wardani mencintainya, Trimoko bersama kawannya, Sofyan, Arya, Arman,Slamet dan Maryono serta lelaki lainnya.

Ternyata masih ada sosok salah satu lelaki yang mencintai Wardani secara sembunyi yang menerimanya apa adanya, dia adalah seoarang anak kyiai di kampungnya yaitu Hartono, Setiap Wardani diejek oleh Trimoko berserta temannya Hartono selalu membelanya.

Wardani sangat mencintai Trimoko pujaan hatinya, tetapi mereka dipisahkan oleh beda kasta yang tidak mungkin untuk memilihnya, Wardani orang buruk rupa serta anak orang yang tidak mempunyai harta, pasti Trimoko tidak suka padanya.

Setiap pulang dari hutan Wardani tak lupa melewati rumah sang pujaan hatinya, walaupun hanya melewati rumahnya untuk melihatnya, Wardani merasa senang walaupun hanya sekedar lewati rumahnya untuk melepaskan semua kegundaan dan rasa kerinduan terhadap pujaan hatinya itu.

Setiap malam Wardani selalu menatap purnama yang terang di balik jendela kamarnya, hanya untuk mengingat sang pujaan hatinya itu. Trimoko anak pak lurah di kampungnya yang begitu rupawan, tampan, kasar, kulit putih bersih serta tinggi yang tak mampu Wardani lupakan. Tak kalah dengan Hartono sangat tampan, halus, kulit putih dan alim ulama serta tinggi sempai.

Wardani selalu berpikir, apakah Trimoko dapat aku memiliki ?, gumam mulut manisnya, orang yang aku sayangi, anak orang kaya dan rupa yang rupawan, beda denganku tapi, apa yang harus aku lakukan agar Trimoko menyukaiku dan mampu memilikinya,Wardani binggung karena dia hanya anak orang tak mampu apa lagi dia memiliki wajah yang tidak cantik alias buruk rupa.

maukah dia memiliki ku untuk jadi pasangannya?, batinnya, Wardani terus mencoba mendekati Trimoko, segala apapun ia lakukan, melakukan berbagai cara untuk mencuri hati Trimoko.

Trimoko muak dengan cara Wardani mendekatinya, hampir membuat Wardani malu di khalayak umum, tidak dengan Hartono ia makin yakin bahwa dirinya adalah pujaan hatinya yang di tunggu selama ini, segala cara yang di lakukan untuk mendapatkan Trimoko tersebut adalah suatu cara yang menarik kesukaan Hartono.

Suatu hari di kampungnya akan dilaksanakan acara setiap tahunnya yang disebut acara jeng ayu yang diikuti seluruh gadis kampung, Wardani salah satu gadis yang memberanikan diri untuk mengikutinya, jeng ayu ini diikuti oleh seluruh gadis prosok kampungnya, semua gadis bebas untuk mengikutinya.

Wardani pun memberanikan diri untuk mengikutinya ia meminta doa restu dan meminta izin kepada Biyung dan Abahnya.

" Abah...Wardani ingin meminta izin untuk mengikuti jeng ayu di kampung" ucap Wardani.

" Lho... Nduk..., kamu yakin to, apa ya kau katakan, Abah takut kamu nanti di hujat serta caci maki, Abah tak rela kamu di permalukan di kalayak ramai, Nduk" Sahut Abah.

" Wardani mau mencoba Abah, Wardani mengejar orang yang Wardani cintai Abah, Wardani tak hiraukan apa yang di bilang sekitar Abah, tolong...! berilah Wardani izin Abah" ( bersimbah sungkem ke Abah).

" Nduk..., cah ayu biyung setuju, apa yang selama ini, Wardani yang membuat hatimu senang dan bahagia Biyung merestui dan mengizinkan, selama itu menjadi tujuan cah ayu. Sahut Biyung.

" Entah bagaimana Biyung mu setuju, Abah juga setuju, selama kamu mempunyai keinginan dan tujuan baik Abah akan merestui mu, buat Putri Abah, Abah merestui mu" ( sungkem dan menangis).

" Sudah... Sudah Nduk cah Ayu" ( menghapus air matanya).

Wardani pun mendapatkan doa restu oleh kedua orang tuanya, Wardani merasa bahagia, Wardani mampu melihat orang yang dia cintai selama ini, Wardani mampu melihat dengan jelas di hadapan matanya, Wardani berharap untuk menjadi pemenang yang akan menjadi pendamping untuknya, Wardani gadis buruk rupa yang memiliki percaya diri, apa yang dilakukan selama itu benar dan masuk akal akan di terjal.

Keesokan harinya Wardani bersama sahabat kecilnya ia menuju ke sebuah tempat yang sering membuat mereka senang, Wardani untuk menenangkan diri dan bercurhat bersama sahabatnya, Wardani bercerita bahwa Wardani akan ikut jeng ayu di kampungnya untuk menunggu si pujaan hatinya.

Sahabat-sahabat karibnya selalu mendukung apa yang Wardani lakukan untuk kesenangan dan kebahagiaan sahabat tercintanya.

Menceritakan semua keluh kesah dan rasa ingin bertemu sang pujaan hatinya, seorang anak lurah di kampungnya, walaupun sahabatnya pernah memberitahukan bahwa Wardani yakin untuk mengikuti jeng ayu di kampungnya, sahabatnya takut yang aka membuat Wardani bersedih dan dihina saat acara dimulai nanti, sahabatnya pun berfikir dua kali untuk itu, dan akhirnya para sahabatnya menyetujui apa yang di lakukan Wardani, sahabatnya selalu dukung.

Wardani bahagia diberi restu oleh Abah dan Biyungnya, kebahagiannya pun membuat Wardani semangat mencari kayu bakar yang begitu banyak untuk dijual untuk biaya jeng ayu di kampungnya serta untuk membeli bahan membuat baju sendiri, dia semangat mengambil ranting dan dahan yang ada di hutan sebanyak- banyaknya, agar mendapat uang untuk memberi keperluan jen ayu nanti.

Hingga larut sore Wardani tak menghiraukannya, hampir-hampir malam menghampiri, Wardani lupa pulang ke rumah, membuat binggung Abah dan Biyungnya serta saudaranya, Abah dan Biyungnya pun memarahinya serta menyusulnya sampai akhirnya Abah dan Biyung mengajak pulang ke rumah, Wardani mengikuti Abah dan Biyungnya pulang dan membawa kayu bakar hasil cariannya.

Wardani melanjutkan pencarian kayu bakar untuk di tampung agar banyak dan cukup untuk dijual, apakah Wardani tepat mencari kayu bakar untuk membantu membeli keperluannya ?.

CHAPTER 2 KAYU BAKAR DI HUTAN BELANTARA

Keesokan harinya Wardani pergi ke sebuah hutan untuk mengumpulkan kayu bakar sebanyaknya, Wardani berangkat dengan pagi-pagi sekali, langit masih gelap gulita.

Wardani sudah berangkat ke hutan belantara, jalan untuk menuju hutan tersebut sangatlah sepi dari kerumunan warga kampungnya, jalan yang penuh dengan semak-semak, pohon bambu yang begitu luas serta pohon-pohon tinggi menjulang, suara serem pun bersuara, dan sepi sunyi di tengah hutan belantara, Wardani seolah tak mengubrisnya tak sadarkan diri, Wardani sangat semangat untuk mengumpulkan kayu bakar, hingga sama sekali tak menghiraukan disekitar dirinya.

Kesana kemari Wardani mengambil satu-persatu kayu bakar itu, seketika itu Wardani sontak merasakan ada bayangan yang melintas secara cepat, yang membuat wardani kaget dan menjatuhkan kayu bakarnya, Wardani tak mengubrisnya lagi, Wardani asyik mengambil dan menata kayu bakarnya.

Suara burung yang seram muncul dengan keras. wuk...wuk...Wuk... Suara burung hantu yang bersuara keras, seketika itu Wardani merasakan merinding bulu romanya, Wardani pun tetap melanjutkan mencari kayu bakar tersebut. Saat Wardani duduk beristirahat dari belakang pundaknya dipegang oleh nenek tua, Wardani pun kaget dan terjatuh.

" Nenek siapa? ." Tanya Wardani ketakutan.

" Cu..., jangan takut nenek ini orang baik,

nenek dari kampung sebrang " Sahut dengan tertawa.

" Nenek, dini hari Nenek berada di hutan ada apa nek" Tanya sambil menuju ke nenek tua itu.

" Cu... Nenek dihutan mau ke kampung Sindang untuk bertemu saudara nenek di sana" Sahut nenek tua itu.

" Nenek nanti bareng sama Wardani aja, itu kampung tempat tinggal Wardani, nanti Wardani antar ke rumah saudara nenek" ( memegang nenek tua itu).

" Gak usah Cu merepotkan cucu " Sahut Nenek tua.

" Tak apa -apa nenek, Wardani suka menolong nenek yang lagi kesusahan" Tertawa manis.

" Cu nenek berpesan jika cucu pergi ke hutan berantakan ini jangan setiap hari, cucu bisa cari di hutan yang lain saja" ( berpesan ke Wardani) .

"Kenapa nenek bilang begitu, apakah hutan belantara ini menakutkan atau menyimpan sesuatu Nek," Tanya Wardani penasaran.

" Cu.. Belum waktunya kau tau, nenek hanya berpesan kepadamu untuk berhati dan jangan sering ke hutan belantara ini Cu, " Sahut nenek tua dengan memohon.

" Iya Nek..., "Jawab manis.

" Nenek duduk disini saja ya, Wardani mau melanjutkan mencari kayu bakar ." Ucap Wardani

" Iya Cu." Jawab Nenek Tua.

Wardani melanjutkan untuk mengumpulkan dan menata kayu bakar, kayu bakar pun telah terkumpul banyak, yang membuat Wardani tersenyum, kayu bakar nanti akan di jual untuk menghasilkan uang, untuk membeli bahan gaun untuk jeng ayu yang akan di laksanakan nanti.

Hari mulai Pagi, sinar matahari menyinari sangat indah, cuaca yang begitu indah, kicauan burung bersahutan dan hutan yang begitu hijau serta suasana sejuk di pagi hari, Wardani segera pulang dan mengantar sang nenek tua tersebut untuk ke desa Sindang, nenek tua pun bergegas untuk berjalan mengikuti Wardani, Wardani yang sambil membawa kayu bakar yang di gendong di pundak belakang serta membawanya di samping pinggangnya, sungguh keberatan yang dibawanya hingga harus beristirahat.

" Cu... Kenapa kau banyak mencari kayu Bakar sebanyak itu Cu?, " Tanya Nenek tua itu.

" Oh.... Kayu bakar ini nanti Wardani jual untuk membeli bahan gaun buat jeng ayu nek dikampung Wardani, " Jawab Wardani.

" Cu... Memang kau sungguh semangat untuk membuat hatimu bahagia, usahamu demi mendapatkan bahan gaun untuk jen ayu akan terkabul, " Doa Nenek itu.

" Terima kasih Nek..., " Jawab Wardani.

Sejenak beristirahat Wardani dan nenek pun melanjutkan ke kampung halaman Wardani, tak lama kemudian perbatasan desa dengan Hutan pun terlihat di balik, ia berjalan bersama sang Nenek tua.

" Nek itu kampung sindang, kampung tempat Wardani tinggal, " Sahut Wardani.

" Iya Cu" . jawab Nenek tua

" Mari buruan Nek, " Ucap Wardani.

Wardani berjalan duluan didepan sebagai penjuru, ketika saat Wardani berbicara padanya, Nenek tersebut sudah tiada di tempatnya.

" Nek... Buruan Nek, "( membalikan badan).

" Nek... Nek... Teriakan Wardani keras memanggilnya,"

Wardani pun langsung berlari menuju rumahnya. serta Wardani binggung dimana Nenek tua itu menghilang secara tiba-tiba, apakah Wardani akan bertemu dengan Nenek tua itu lagi ?.

CHAPTER 3 ULAH TRIMOKO

Kayu bakar yang ditaruh dibelakang rumah wardani hilang secara tiba-tiba. Kayu bakar yang selama ini ia kumpulkan hilang tak tersisa. Wardani menaruh kayu bakar di bawah dekat kandang kelincinya. Wardani kebingungan dengan tiba -tiba menghilangnya kayu bakar cariannya.

" Seingatku aku menaruh di sini. Mengapa hilang secara tiba-tiba?" Membuatku penasaran,"Batin Wardani.

" Biyung..., Apakah Biyung tau Kayu bakar dibawa sini, " Tanya Wardani.

" Ada apa Nduk..., " Jawab Biyung sambil menanak nasi didapur.

" Kayu bakarku hilang Biyung tak tau kemana" Jawab Wardani sambil kebingungan.

" Kamu taruh dimana Nduk, Biyung tidak mengurusi kayu bakar carianmu, " Jawab Biyung.

" Wardani taruh disini Biyung, kayu bakar sudah siap untuk di jual di pasar buat nambah beli bahan kebaya Biyung, " Jawab Wardani sambil menangis.

" Sudah Nduk, kan bisa cari lagi, tidak usah di tangisi, lupakan ayo ikut Biyung memasak buat makan malam nanti sama abah dan adik-adik mu !, " Jawab Biyung memeluknya.

Wardani pun melupakannya, sejenak ia merasa ada yang canggung di sekitar rumahnya. Wardani mencoba kembali melihat kebawah untuk mencari sesuatu. Seketika itu Wardani menuju ke tempat kayu bakar ia taruh, ternyata Wardani menginjak sesuatu yang terasa sakit di kakinya. Wardani langsung duduk dan melihat apa yang ia h

injak, tak disangka terdapat cincin akik berwarna hitam yang terkena kakinya.

" Akik siapa ini, aku yakin ini pasti pemilik orang yang mengambil kayu bakarku, seorang yang ingin membatalkan kan ku untuk mengikuti jeng ayu. Tapi siapa, " Batin Wardani serta membawanya untuk disimpan.

Wardani pun langsung kembali membantu Biyungnya yang ia tinggalkan tadi, dengan suasana senang karena ia menyimpan sebuah bukti untuk mencari siapa yang memilikinya yang mau menghalangi dirinya. Namun ia merasa binggung siapa pemiliknya, Wardani pun sejenak mengingat- ingatnya walaupun butuh waktu. wardani meminta bantuan sahabatnya.

Keesokan harinya Wardani bertemu dengan sahabatnya Suwarni dan Ningsih ditempat biasa ia bertemu. Wardani menceritakan kepada sahabatnya. Namun ia merasa binggung siapa yang perlu di curigai, Wardani menceritakan sebuah cincin akik berwarna hitam ke sahabatnya, Wardani merasa lupa dengan sosok cincin akik tersebut. semoga sahabatnya mampu memberitahukan solusi serta jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang di hadapi Wardani.

Sekian lama ia berbincang-bincang akhirnya Wardani dan Sahabatnya pun menemukan ide.bagaimana cara mengetahui si pelaku yang mencuri kayu bakarnya. Sontak Ningsih mencurigai seseorang yaitu Trimoko sebagai pelakunya, tetapi Wardani tak setuju karena ia tak percaya orang yang di cintai serta pujaan hati di kampungnya. Ningsih hanya berpendapatan. Suwarni juga merasa yang dibilang Ningsih ada betulnya karena dia sama sekali tidak menyukai Wardani. Saat itu Wardani mulai menerima pendapat sahabatnya untuk mencari kebenarannya. Ia melakukan strategi yang dirancang bertiga untuk mencari pelakunya.

Wardani mengatur strategi, serta memberikan tugas untuk sahabatnya mencari info di luar. Wardani memiliki sebuah ide yang dimana di dinding rumahnya diberikan lubang kecil yaitu memasang lubang kecil di bagian dinding untuk melihat siapa orang yang mencuri kayu bakar.

Kepulangannya Wardani dari perkumpulan dengan sahabatnya ia langsung menuju tempat yang ingin di buat lubang kecil. ia mengambil pisau untuk melubangi dinding tersebut. Dinding yang terbuat dari anyaman bambu yang masih sederhana itu. Namun Wardani tak bisa sendiri ia meminta bantuan saudara laki-lakinya yang bernama Rahma. Rahma sang adik memberikan saran baru, dengan salah satu dari kayu bakar di beri pengikat yang berwarna tidak jelas yang diikatkan ke sebuah kayu yang lain. dimana ketika ia membawanya akan ikut runtuh dan bersuara.

Keesokan harinya, suasana pagi yang cerah Wardani mengumpulkan kayu bakar untuk mengetes ide para sahabatnya dan Rahma. Ia mencari kayu bakar yang begitu banyak jumlahnya. Ia mengumpulkan kayu bakar hingga pagi sampai larut sore. Rahma tak sendiri ia di bantu oleh sang adik laki-lakinya. membantu membawa pulang ke rumah. Ia tata dengan rapi serta mulai memasangkan sebuah tali yang di ikatkan ke suatu yang bisa berbunyi.

Sore harinya Suwarni dan Ningsih melihat Trimoko bersama komplotannya berkumpul di balik pohon besar jalan menuju desa sebrang. Sahabatnya pun tergugah untuk diam - diam dan tidak sengaja mendengarkan percakapannya.

" Bos.., lho gila gak takut dan gak ada berubahnya, kau menganggu hidupnya Wardani, ia berhak untuk itu sobat, " Ucap Sofyan salah satu dari komprotannya.

" Haha..., aku tidak suka dengan cewek yang buruk rupa yang sok mau ikut jeng ayu, mau bilang apa nanti warga kampung kita dengan kepemimpinan romo ku, " Jawab Trimoko dengan tertawa terbahak sinis.

" Ia perlu berhak mengikuti Mo, ia juga salah satu gadis di kampung kita. jadi biarkan dia untuk mengikutinya, toh ia juga akan kalah dan dihina banyak orang nanti, " Sahut Arman dengan meremehkan.

" Sekali tidak ya tidak kita harus atur strategi lagi, saat Wardani sudah mengumpulkan kayu bakarnya untuk acara jen ayu, kita harus beraksi untuk nanti malam, kita harus beraksi membuangnya lagi, " Jawab Trimoko.

" Gila lho, " Sahut berbareng sahabatnya Trimoko.

Suwarni dan Ningsih pelan-pelan meninggalkan tempat itu secara perlahan-lahan ia langsung menuju ke rumah Wardani untuk menceritakan semua rencana Trimoko. Namun mereka tak menyangka orang yang dicintai Wardani mampu melakukannya, sama sekali Wardani tak percaya karena ia sangat menyukainya, mereka berani untuk bertemu Wardani berhak untuk mengerti apa yang ia dengar tentang rencana Trimoko akan lakukan kepada Wardani, untuk tidak bisa mengikuti jen ayu.

Mereka bertemu binggung mulai dari mana untuk mengatakan semua yang ia dengar barusan, akhirnya ia mampu memberi tahukan semua rencana Trimoko, yang nanti malam untuk mencuri dan membuang kayu bakar carian Wardani.

" Dani, tadi kami berdua tidak sengaja mendengarkan apa yang diucapkan Trimoko bahwa dia malam ini mau beraksi untuk mencuri kayu bakar mu, " Ucap Ningsih.

" Aku tak percaya itu, apa yang kau bilang Ning, " jawab Wardani.

" Bener yang dikatakan Ningsih, " Sahut Suwarni.

" Aku tidak mempercayai itu, setega itu orang yang aku cintai, ia berani menggagalkan semua keinginan ku mengikuti jen ayu, "jawab Wardani.

" Iya pertama saya juga tidak percaya bahwa Trimoko setega itu dengan mu sahabat, "jawab sahabatnya.

" Kita buktikan saja untuk nanti malam kita berjaga secara bergantian agar kita tau apa bener Trimoko dalang dari penyebab hilangnya kayu bakarmu Wardani, " Sahut Ningsih.

" Iya silakan nanti malam kalian datang ke rumahku untuk bermalam disini, Terima kasih sahabat atas bantuan kalian, " Jawab Wardani sambil memeluknya.

" Sampai jumpa nanti ya, " Sahut Suwarni

Sahabatnya pun sejenak pulang ke rumahnya untuk bersiap -siap, Wardani pun menyiapkan sebuah alat untuk memukul pelaku, dengan sepotong bambu yang sudah di siapkan untuk memukul si pelaku, serta seikat tali untuk mengikatnya.

Hari makin larut malam, suara adzan magrib mulai berkumandang yang di kumandangkan oleh Hartono, Wardani pun ke mushola sejenak untuk beribadah, tak lama kemudian sahabatnya pun datang ke rumah Wardani, Wardani pun menjamu sahabatnya dengan suka cita bak sebagai raja.

Malam yang begitu sepi angin yang sepoi-sepoi suasana yang mencekram, larut malam bulan tak bersinar, terdengar suara kecil di sekitar rumah Wardani, Ningsih saat itu menjadi penjaga pertama, ia sontak langsung membangunkan Wardani dan Suwarni, Wardani langsung bergegas menuju ke lubang kecil itu balik dinding tersebut, ternyata di arah kejauhan ada tiga orang yang sedang membindik - bindik. Namun Wardani tak menunggu lama ia langsung bersiap untuk bersembunyi membawa bambu yang sudah disiapkan bersama sahabatnya, dengan berhati-hati ia mampu mengerjakannya.

Bluk !!!

Terjatuh didekatnya. Wardani pun mengikat bertiga dengan tali.

Keesokan harinya, Warga kampung di rumah Wardani melihat keramaian disana. Yang terdapat Trimoko dan kawannya sudah terikat.

" Kaget ya kau bisa terikat, ternyata dalang di balik ini semua ini adalah ulah kamu Trimoko dan kawanmu, " Tanya Wardani.

Terdiam sejenak Trimoko.

" Aku juga menemukan sesuatu didekat sini sebelum aku tau kau yang mencurinya, " Tanya Wardani.

" Memang ulah ku , " jawab Trimoko dengan kasar.

" Kenapa kau tega dengan ku, aku Wardani gadis kampung yang menyukai mu, " Ucap Wardani.

" Beh..., tak sudi aku di suka gadis buruk rupa seperti mu, gadis cantik di kampung saja masih banyak yang mengejar ku yang lebih aku suka, ketimbang kamu gadis jelek, " Jawab Trimoko dengan marah.

" Kau memang anak lurah di sini tapi kau tak pantas menghina keluarga ku den bagus, " Sahut Biyung sambil menangis.

" Sudah Biyung ini urusan Wardani dengan Trimoko, aku sama sekali tak takut dengan mu dan Romo mu, " Jawab Wardani dengan halus.

Warga hanya terdiam, serta Hartono yang terdiam yang tak ikut campur dimasalah ini.

" Lepaskan aku atau kau akan ku aduhkan ke Romo ku, " Ucap Trimoko.

" Dasar anak tak tau diri beraninya adu ke Romonya, dasar remaja kuno, " Jawab Wardani.

" Cepat lepaskan sakit terasa di badanku, " Jawab Trimoko dengan teriak.

" Aku lepaskan, tetapi kamu harus janji jangan pernah untuk berani menganggu keluargaku, " Jawab Wardani dengan wanti-wanti.

Wardani serta sahabatnya melepaskannya. Trimoko langsung berdiri meninggalkannya melewati kerumunan warga kampungnya. apakah Trimoko masih menganggu Wardani.

###

yuk vote, like dan share di semua orang ya

karena semua sangat bermanfaat bagi saya.

jangan lupa komentar, kritik dan saran untuk author ya, salam oc ( ochim chim).

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!