Alisya baru saja keluar dari dalam mobilnya, waktu itu menunjukkan pukul 10.13 pagi.
"Kenapa jam segini udah panas banget ya." Gumam Alisya dalam hati sambil memperhatikan bangunan didepanya yang bergaya ala jaman belanda tempo dulu dengan pintu dan jendela yang tinggi, terlihat megah walaupun sudah termakan usia.
Saat itu Alisya masih berada di parkiran kantor Pencatatan perkawinan hendak menyerahkan syarat-syarat pernikahannya dengan Adrian pacarnya. Karna saat itu Adrian sedang ke luar negeri menyelesaikan urusan bisnis perusahaannya, jadi Alisya yang harus mengurus semua keperluan pernikahannya. Walau sebenarnya Alisya agak terpaksa melakukannya tapi itu sudah jadi kewajibannya menghormati perintah papanya yang sedang sakit.
Langkah kakinya terhenti saat pandangan matanya tertuju pada dua orang yang wajahnya tak asing bagi Alisya. Mereka berjalan beriringan dari arah berseberangan dengan Alisya.
"Bukankah itu Aldo dan tante Rahma." Kata Alisya bergumam sendiri sambil memastikan apakah matanya tidak salah lihat.
"Mau apa ya mereka kesini..?"
"Aduh kenapa malah ketemu Aldo saat seperti ini sih. Aldo lihat aku Ngga ya..? Apakah aku harus ngumpet dulu ya.. tapi sepertinya Ngga ada gunanya juga, nanti malah bisa malu aku kalau ketahuan berusaha menghindar."
"Aah.. bodok amat yang penting urusanku selesai." Alisya kemudian melanjutkan langkah kakinya.
Aldo yang saat itu menyadari keberadaan Alisya kemudian memanggil dengan mengangkat tangan kanannya, seolah ingin memberi tahu keberadaannya.
"Hi Alisya.. kemarilah ..!!"
Alisya yang merasa dirinya di panggil kemudian mendatangi Aldo dengan sedikit gundah di hatinya.
"Eeh kamu Al.."
"Hallo tante Rahma selamat pagi."
Salam Alisya kepada Tante Rahma sambil mencium punggung tangan kemudian cipika cipiki.
Alisya hanya memandang Aldo sebentar sambil tersenyum manis, Kemudian Alisya mengalungkan lengannya di tangan Tante Rahma.
"Ayo tante kita masuk, disini panas."
"Tunggu Alisya..!!" pekik Aldo seketika.
"Ada apa Al..?"
"Kenapa hanya mama aja yang dapet cipika cipiki. Aku kok Ngga..?"
"Wooo gundulmu.."Seru Alisya dengan nada agak tinggi.
"Aldo..." seru tante Rahma dengan membulatkan mata mencoba memperingatkan anaknya.
"Hehehe" nyengir kuda (aldo)
"Sudah ayo tante .. kita tinggal aja Aldo". tukas Alisya.
Aldo mengikuti dari belakang. Sesampai di dalam ruangan Alisya memandang sekeliling. terlihat hiruk pikuk petugas melayani dengan tugasnya masing-masing dan orang-orang yang sedang mengantri menunggu gilirannya. Kemudian Alisya mengambil dua nomor antrian dan menyerahkan yang satunya kepada tante Rahma.
"Tante kita duduk dulu disitu yuk..!" Alisya menunjuk bangku kosong yang berada di sebelah kirinya.
Aldo yang saat itu baru sampai kemudian duduk di bangku deretan belakang Alisya, karna memang waktu itu ruangan penuh dengan orang dengan kepentingannya masing-masing.
"Ngomong-ngomong tante mau bikin surat apa tan..? " tanya Alisya dengan lembut.
"Mau ngurus surat pernikahannya Rendi" (kakak Aldo). "Kebetulan Rendi masih di luar kota jadi mau tidak mau harus tante yang bantuin mempersiapkannya."
"Oooh begitu.."
Tiba-tiba Alisya dikagetkan dengan kejutan maut dari Aldo Yang berada persis di belakannya. Memang Aldo ini suka usil dengan sengaja menusuk pinggang bagian kanan dan kiri Alisya dengan kedua jari telunjuknya.
Sontak Alisya merasa kaget dan menegakkan punggungnya seraya memutar badan menghadap Aldo sambil mendaratkan pukulan ringan di kaki laki-laki yang sedang tersenyum picik di hadapannya.
"Lantas kamu sendiri mau ngapain kesini..?" tanya Aldo pada alisya.
Alisya yang saat itu masih merasa kesal dengan tingkah Aldo kemudian mengadukannya pada tante Rahma yang sedang tersenyum getir melihat polah Aldo dan Alisya.
"Tante.. ,Aldo jailin aku lagi nie tan." tutur Alisya dengan cemberut seraya mengerucutkan bibirnya.
"Aldo.."
tante Rahma mencoba memperingatkan Anaknya.
Namun Aldo sepertinya tidak mengguraukan teguran mamanya.
"Hei Alisya kamu belum jawab pertanyaanku."
Alisya masih terdiam..
"atau kamu masih mau aku tusuk lagi..?"
imbuh Aldo sambil mengangkat kedua tangan dan menggoyang-goyangkan jari telunjuknya.
"Eem.. aku kesini mau.."
"Mau apa..?"
"Mau ngurus surat nikah juga ".
Mata Aldo terbelalak bagai tak percaya apa yang sedang ia dengar barusan..
"Kamu bercanda ya.. ? mana ada yang mau sama kamu.."
"Ini buktinya ada.." tukas Alisya.
"Kau mau menikah dengan siapa..?"
"Ada deh.. mau tau aja.."
Alisya memutar badan menghindar dari pandangan Aldo yang menusuk tajam.
Kenapa perasaanku jadi Ngga karuan gini ya. Kata Alisya dalam hati. Begitu juga dengan Aldo, hatinya terasa sakit seperti pohon yang di pukul keras dengan kapak dan merobohkannya.
"Perasaan macam apa ini.. ? kenapa rasanya sakit sekali.. " gumam Aldo dalam hati.
Setelah percakapan itu dunia seperti hening seketika bagi Alisya dan Aldo. tak peduli keadaan di sekitar mereka yang sedang ramai.
Orang yang tadinya duduk di samping Alisya sepertinya sudah selesai dengan urusannya dan meninggalkan ruangan itu. Aldo yang melihat bangku itu kosong langsung mendaratkan diri pindah ke samping Alisya, namun kini Aldo hanya diam karna masih jelas terngiang ucapan Alisya tadi.
Alisya yang saat itu masih gundah gulana karna hatinya berkecamuk tak karuan berusaha menutupimya dengan berdiam diri dan bertingkah setenang mungkin supaya Aldo tak mendengar detak jantungnya yang kini sedang lari maraton.
*
*
~Bersambung~
*
*
Alisya dan Aldo yang duduk bersandingan, masih membisu tak bersuara dengan pikiran mereka masing-masing. Alisya menoleh ke arah Aldo, begitu juga dengan Aldo hingga kedua mata mereka bertemu.
"Perasaan macam apa ini...?" keluh Alisya dalam hati, kemudian secepat kilat memalingkan wajahnya berusaha menghidar dari tatapan tajam Aldo yang membuat hatinya berkecamuk.
Kini giliran Aldo yang berusaha menyembunyikan keadaan canggung diantara mereka berdua. Aldo mengedarkan pandangannya kesembarang arah sampai matanya dihentikan oleh sesosok wanita yang sepertinya dia kenal.
"Bukankah dia itu ka Winda kakak kelas kita waktu SMP..?" kata Aldo dengan menyenggol lengan Alisya.
Alisya tersentak kaget dengan tingkah Aldo.
Plakkkk.
Satu pukulan ringan mendarat di bahu Aldo.
"Aauuh.."
"Kenapa sih kau itu suka sekali memukulku..?" Keluh Aldo yang masih merasa kesakitan.
"Makanya kau juga jangan selalu mengagetkanku," Teriak Alisya dengan sedikit nada tinggi.
"Siapa juga yang mengagetkanmu. Aku kan cuma mau memberitahumu, disana ada ka Winda kaka kelas kita dulu di SMP."
"Dimana..? Dimana..?"
Tanya Alisya sambil mengedarkan pandangannya berusaha mencari sosok yang dicari.
Wanita yang bernama Winda itu kini juga menatap dua sosok yang di kenali itu, dia menoleh karna merasa namanya disebut-sebut.
"Kalian..!!"
Winda menunjuk kearah kedua orang yang dikenalinya itu dengan senyum lebar di bibirnya sambil menghampiri ke arah Alisya dan Aldo.
"Jadi kalian mau nikah..? "
"Ah sudah ku duga, kalian itu dulu di sekolah seperti kuncing dan ******, nggak taunya sekarang malah mau nikah," Seru Winda dengan begitu saja.
Alisya dan Aldo yang mendengar itu seketika saling menatap dan menahan tawa mereka.
"Tidak.."
"Bukan.."
Kata Alisya dan Aldo bebarengan dengan menggelengkan kepala.
"Hah apa maksud kalian..? Jadi kalian bukan pasangan yang ingin menikah..?"
"Maaf-maaf..!! aku tidak tau," Tukas Winda yang merasa bersalah dengan ucapan sembrononya.
"Iya nggak papa ka," Saut Alisya.
sedangkan Aldo masih terdiam memikirkan perkataan winda.
"Ka Winda ngapain kesini..?" Tanya Alisya dengan ramah.
"Mau ngurus akte kematian ayahku," Dengan wajah sedih Winda menjawab.
"Kami turut berduka ya ka." Alisya memeluk Winda merusaha memberi dukungan untuk temannya yang terlihat sedih itu.
"Winda Arandita."
Suara petugas itu menghentikan pelukan mereka.
"Ya saya.."
Winda kemudian mendatangi meja petugas dan meninggalkan dua orang yang masih berdiri mematung di depan kursinya.
Aldo kemudian duduk dan menarik tangan Alisya.
"Apa kau akan berdiri seharian..? Ayo cepat duduk."
"Hiiss kau ini menyebalkan sekali," Saut Alisya dengan air muka cemberut sambil mendudukan kembali tubuhnya.
"Nomor antrian delapan puluh tuju." Suara petugas terdengar kembali.
"Aldo itu kan nomor tante Rahma, kenapa tante belum kembali dari toilet ya, bagaimana ini nanti kalo terlewat bisa-bisa harus ambil nomor antrian baru."
"Kalau begitu kau dulu saja yang maju duluan, ini nomornya. Tadi mama nitip ke aku. Pasti nanti mama sudah kesini sementara kamu mengurus suratmu."
"Baiklah kalau begitu. " Alisya berdiri dan menerima nomor antrian dari tangan Aldo kemudian menyerahkan nomor antrian miliknya.
Alisya menuju meja petugas yang memanjang mengitari ruangan itu seolah sebagai penyekat antara petugas dan masyarakat umum. Meja itu lumayan tinggi kurang lebih dibawah dada orang dewasa, sehingga orang orang tetap berdiri saja saat disana. Alisya kemudian menyodorkan map miliknya yang berisi surat-surat persyaratan untuk pernikahannya.
Namun ternyata Aldo mengikuti Alisya dan berdiri di sampingnya. tanpa alisya sadari.
petugas itu tersenyum menyapa Alisya.
"Eeh ada Joon na "
(Nama artis ternama yang sangat cantik dan popular di kota itu). Laki-laki itu mencoba menggoda Alisya yang memang jika diperhatikan mirip dengan Joon na.
"Ah bapak ini bisa aja, " balas Alisya dengan diiringi senyuman.
"Ooh jadi ini to pasangannya." Petugas wanita mengangkat dagunya menunjuk laki-laki disamping alisya.
Alisya yang terkejut seketika menoleh dan memicingkan kedua matanya." Ngapain kamu ikut kesini..?" Seru Alisya dengan sedikit kesal.
"Aku hanya ingin menemanimu," Saut Aldo dengan wajah garangnya." Kau ini aku temani malah cemberut. Harusnya kau berterima kasih padaku."
"Aku bisa sendiri," Ketus Alisya.
Kedua petugas itu hanya terheran-heran dengan tingkah mereka.
"Bukan dia pak calon suamiku, dia sedang melakukan perjalanan bisnis di luar negeri jadi aku berbaik hati membantu mengurus persiapan penikahan kami," Kata Alisya mencoba menjelaskan.
"Ooh begitu. Kalau begitu berikan surat-suratnya kemari. Aku akan memeriksanya terlebih dulu, sementara kamu isilah blangko ini terlebih dahulu." Petugas laki-laki itu mengambil map milik Alisya kemudian menyodorkan selembar kertas berupa blangko yang harus di lengkapi datanya oleh Alisya dan meletakkan pena di atasnya.
Aldo yang masih berdiri di samping Alisya mencoba mengintip le lembaran-lembaran kertas yang sedang dibuka oleh petugas itu. Dia berusaha mencari tau siapa pria yang akan menikah dengan Alisya.
"Kenapa kau masih disini..?" Tegur Alisya tak ramah.
"Menganggu saja." Alisya menoleh ke arah Aldo dan berusaha menganggap Aldo tak berada di sampingnya karna itu membuat Alisya begitu tak nyaman. Apalagi orang itu adalah Aldo, laki-laki yang selama ini selalu membuat jantungnya berdebar ketika berada di dekatnya.
"Aku mau membantumu. Sini biar aku saja yang tuliskan. Tulisanmu kan jelek sekali. Kasian nanti Bapak ini dibuat kesulitan karnamu,"Ejek Aldo sambil berusaha merebut pena yang sedang dipegang Alisya.
"Enak saja.., Tulisanku itu cantik. Yang ada nanti mata Bapak ini nanti sakit membaca tulisanmu," Seru Alisya membalas ejekan Aldo.
"Hahahahaha kalian ini lucu sekali," Kata petugas wanita sambil tertawa dengan girangnya.
"Pasti orang akan berpikir kalau kalian ini adalah sepasang kekasih," Tambah petugas wanita yang masih menahan tawanya.
"Atau kalian ini dulu adalah mantan kekasih ya..? "Tanya petugas laki-laki penasaran.
Alisya dan Aldo kembali bertatapan dengan muka yang kebingungan bagaimana menyikapi keadaan tersebut.
Namun disana Aldo terlihat menahan senyumnya, sementara Alisya masih bertahan dengan kebingungan yang membuat Aldo gemas di buatnya karna melihat pipi Alisya yang terlihat memerah.
"Wkwkwkwk.." Aldo tertawa begitu lepas.
"Tidak-tidak."
Alisya berusaha meluruskan kesalahpahaman yang terjadi. Dia juga merasa tak enak hati pada Adrian calon suaminya jika dia tak menjelaskan praduga yang aneh ini.
"Dia ini teman dari sejak kami SD Pak Bu, jadi wajar kalau kami akrab, kami juga teman dekat jadi kami sering bercanda dan bertengkar seperti ini." Alisya menjelaskan dengan terbata bata.
Aldo yang mendengar penjelasan Alisya menghentikan senyumnya.
"Jangan-jangan kau mengharap aku jadi pacarmu ya..?" Seru Aldo menggoda Alisya. namun hal itu juga untuk menutupi perasaannya yang mendadak sakit karna penjelasan Alisya.
"Hah kau ini, selalu saja menggodaku. Nanti aku adukan pada ka Nesyah baru tau rasa..!!" (Nesyah adalah pacar Aldo saat ini).
"Kau kapan akan menikah dengan ka Nesyah..?" Tanya Alisya."Jika kau sudah menikah mungkin kau akan berhenti menggangguku," Imbuh Alisya sambil mengerucutkan bibirnya.
"Bagaimana kalau aku tidak ingin menikah dengan Nesyah..? "balas Aldo dengan memelototkan matanya pada Alisya.
"Hah dasar kau ini. Jadi kau akan menikah dengan siapa.?"
"Denganmu..!! Bagaimana apakah kau mau..?"
"Kau gila ya..?Aku kan sudah ingin menikah. lihat ini aku sedang mempersiapkannya."
"Hahahaha. aku cuma bercanda," Bisik Aldo di dekat telinga Alisya sehingga membuat Alisya merinding ketika hembusan nafas Aldo menyentuh kulitnya.
"Ok aku mau," Saut Alisya tiba-tiba. Sehingga membuat Aldo tak bisa berkata-kata. Aldo yang mendengar sontak membulatkan matanya.
"Hahahaha aku cuma bercanda,"Seru Alisya dengan girangnya karna berhasil membalas mengerjai Aldo.
"Mukamu lucu sekali Aldo.."
Aldo sontak mengacak-acak rambut di kepala Alisya.
"Tante lihat ini, Aldo masih saja selalu menggangguku," Keluh Alisya pada tante Rahma yang baru saja kembali dari toilet.
"Aldo kau ini seperti anak kecil saja. Hentikan..!!" Kata-kata itu sudah cukup menghentikan tingkah Aldo.
*
*
~Bersambung~
*
*
Saat itu Alisya telah selesai mengisi blangko, dan petugas itu juga berkata jika syarat-syaratnya sudah lengkap. Hanya ada beberapa surat yang jika diteliti dengan seksama terdapat sedikit perbedaan nama dari orangtua Alisya. dan itu harus di perbaiki dengan meminta surat pernyataan dari desa. Petugas itu menjelaskan dengan seksama.
"Apakah ada lagi yang perlu saya bantu nona?" Tanya petugas itu dengan ramah.
"Tidak ada pak, nanti kalau sudah saya perbaiki saya akan segera kembali ke sini," Jawab Alisya sambil tersenyum.
"Baiklah pak trima kasih atas bantuannya, senang bertemu dengan bapak," Alisya menjulurkan tangan untuk berjabatan kemudian pamit undur diri.
"Tante.., Alisya pulang duluan nggak papa kan..? Masih banyak urusan yang belum Alisya kerjakan tan."
"Baiklah., kamu pulang dulu saja Alisya, lagi pula tante kan bawa bodyguart disini."
Alisya kemudian mencium punggung tangan Tante Rahma dan disusul cipika cipiki.
"Enaknya yang dapet cipika-cipiki, sini sekarang giliranku," Rayu Aldo dengan nada menggoda.
"Iih amit-amit.. Untukmu ini saja," Tangan Alisya menepuk bahu Aldo.
"Tante, Aldo aku pulang ya.."
Alisya melangkahkan kaki meninggalkan mereka sambil melambaikan tangan.
Alisya mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Tadinya ia ingin mampir ke cave untuk sekedar bersantai sebentar. Tapi hasrat itu tiba-tiba hilang ketika perjumpaan tak sengaja dengan Aldo.
Kini Alisya memutuskan untuk langsung pulang kerumah. Pikirirannya dipenuhi dengan kejadian tadi selama bertemu dengan Aldo.
"Kenapa bisa kebetulan sekali seperti itu ya. Orang-orang itu mengira aku adalah kekasih Aldo. Kenapa aku jadi ngarep begini ya." Tiba- tiba Alisya membayangkan jika tadi memang dia dan Aldo datang bersama untuk menyiapkan pernikahan mereka.
*Tidak-tidak., Alisya kau tidak boleh seperti ini, Alisya berusaha menyadarkan dirinya sendiri. Sebentar lagi kamu akan menikah, dan laki-laki itu adalah ka Adrian. dia adalah laki-laki yang baik, lagi pula ka Adrian sangat mencintaimu, dia juga sangat perhatian padamu."
Ingatlah bahwa ka Adrianlah yang selalu ada untukmu, yang menghiburmu saat kamu sedang sedih. Bahkan ka Adrian juga sudah mengutarakan isi hatinya, bahwa ia akan menikahimu dan membuatmu selalu bahagia, lagi pula dia juga pernah bilang bahwa ka Adrian sudah jatuh cinta sejak pertama kali kita bertemu.
Aku tidak boleh seperti ini. aku harus buang jauh-jauh perasaan ini, dan mencoba untuk lebih mencintai ka Adrian sepenuhnya. sebentar lagi dia akan jadi suamimu Alisya. Sadarlah*.
Kata-kata itu selalu diulang ulang dalam hati Alisya untuk meyakinkan dirinya kembali. Hati dan pikiran Alisya begitu kalut sehingga dia tak sadar mobilnya sudah berada di halaman rumahnya.
Alisya masih duduk di kursi kemudi dengan tatapan kosong. entah apa yang membuatnya menahan diri untuk beranjak keluar dari mobilnya.
"Tok tok tok"
Suara ketukan kaca mobil membuyarkan lamunan Alisya.
"Kau ini mengagetkanku saja." Alisya menggerutu tak jelas merasa ketenangannya terusik.
"Ada apa Salisa..?"
Menurunkan kaca jendela mobil seketika sambil memandangi adiknya Salisa yang kini berdiri dihadapannya.
"Siapa juga yang mengagetkanmu. Makanya jangan suka bengong..!!" Kata Salisa sambil mencubit kedua pipi kakanya itu.
"Iih lepaskan., Sakit tau, kenapa kau kemari..? pasti mau pinjam mobil ya..?"
"Kok tau sih ka..? Aku mau ke toko buku ka, pinjam ya..!!" Salisa melebarkan senyumnya berharap kakaknya memijamkan mobilnya.
"Baiklah ini kuncinya." Alisya membuka pintu mobil dan menyerahkan kunci mobil pada adiknya.
"Tapi ingat jangan kebut-kebutan," Seru Alisya memperingatkan adiknya.
"Siap bos..!! Tenang saja. "
Salisa masuk kedalam mobil dengan girang dang berlalu meninggalkan Alisya.
Alisya masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamarnya. Dia langsung merebahkan tubuhnya di kasur yang berasa sangat nyaman dan empuk di tubuh Alisya.
"Hah capek juga ya" Alisya bergumam sendiri. Kini pandangannya menuju ke atap langit-langit kamarnya.
Tiba-tiba gambaran Aldo muncul lagi seperti sebuah film di dalam pikirannya.
waktu itu alisya dan aldo masih SMP, pagi itu Alisya berangkat sekolah lebih awal. Setiba di kelas ternyata belum uda temannya yang datang. Alisya meletakan tasnya kedalam laci dan duduk di bangkunya. Tak lama kemudian Aldo datang dengan memakai headset di telinganya.
"Pasti dia sedang mendengarkan lagu slow rock," Gumam Alisya dalam hati sambil memperhatikan Aldo yang semakin mendekat.
"Bruk.."
Aldo menjatuhkan tasnya di atas meja begitu saja, kemudian duduk di bangkunya. Alisya menoleh ke belakang karna Aldo memang duduk tepat di belakangnya.
Pandangan Alisya tak lepas dari tangan Aldo yang kini berada si atas meja menindih tasnya. Ada noda hitam disana, dan sepertinya itu adalah noda dari penggorengan yang menghitam.
"Wkwkwkwk
Alisya tidak tahan menahan tawanya.
"Ada apa denganmu..? Kesurupan ya..?" Tanya Aldo keheranan.
Secara sepontan Alisya memegang tangan Aldo dan menunjukan noda hitam itu pada Aldo..
"Kamu abis bantuin tante Rahma buat cuci perabotan dapur ya..?" Tanya Alisya dengan nada sedikit mengejek.
Aldo yang kaget karna tangannya digenggam oleh Alisya reflek langsung menariknya.
"Apa-apaan kau ini. Jangan sentuh tanganku sembarangan," Ketus Aldo dengan wajah tak bersahabat.
"Maaf-maaf aku tak sengaja, tadi cuma reflek aja," Saut Alisya dengan grogi karna itu pertama kalinya bagi Alisya memegang tangan lawan jenisnya.
Begitu juga dengan Aldo. Ada getaran tak terduga di dadanya ketika tangan Alisya meyentuh kulitnya.
"Sini-sini aku bersihkan tanganmu dengan tisu basah..!!" Peritah Alisya seraya memegang kembali tangan Aldo dan hendak membersihkan noda hitam di punggung tangan Aldo.
"Kemarikan tisunya, aku bisa sendiri," Balas aaldo sambil menyaut tisu ditangan Alisya.
"Kau ini kasar sekali. Aku kan cuma ingin membantu." Alisya bersungut sungut tak jelas.
Sebenarnya bukan maksut Aldo bertindak kasar kepada Alisya. Hanya saja Aldo takut tangannya nanti gemetar jika dipegang lama-lama oleh Alisya, pikirnya dalam hati.
Aldo juga tidak ingin Alisya tau kalau hatinya sekarang masih dak dik duk der karena Alisya. jadi dia memutuskan untuk bertingkah seolah tak suka dengan tindakan Alisya.
Aldo memang sangat menyayangi mamanya, jika di luar mungkin orang mengira Aldo adalah anak yang cool dan keren abis. Tapi di rumah dia adalah anak yang berbakti pada orang tuanya. Walau Aldo seorang pria tapi dia tak segan membantu membereskan rumah, seperti mencuci piring dan menyapu lantai.
*
*
~Bersambung~
*
*
**Untuk pembaca yang budiman.
mohon dukungannya ya..!!
biar penulis tambah semangat ngelanjutin ceritanya.
Jangan lupa like, coment dan klik tombol favorit untuk mendapatkan notifikasi jika novel ini sudah update.
Salam hangat dari sang penulis..🤗🤗🤗
\(^-^)/
《《《《《Gloria Origita**》》》》》
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!