---
Angin sore membawa debu dan hiruk pikuk kota yang rama, hal itu membuat kontras yang tajam dari kesunyian yang biasa Edward temukan di perpustakaan panti. Dia berdiri di depan gerbang Panti Asuhan Kasih Ibu, gerbang yang selama sepuluh tahun menjadi batas antara dunianya dan dunia luar.
"Edward, ini semua yang bisa kami berikan." Pak Budi, kepala panti, menyerahkan sebuah amplop tebal. "Aturannya begitu, nak. Anak yang genap 18 tahun harus mandiri. Ini Rp. 10 juta. Hanya segini yang bisa bapak berikan . Pakailah dengan baik. Jangan lupa doa yah, nak."
Edward menerima amplop itu dengan kedua tangan, sebuah tanda hormat yang dia pelajari sejak kecil. "Terima kasih banyak, Pak Budi. Terimakasih untuk semuanya" Suaranya rendah, tapi penuh bobot. Dia bukan anak yang banyak bicara, tapi tindakannya selalu berbicara lebih keras. Dia adalah batu karang yang kokoh bagi anak-anak lain, pelindung yang diam, dan otak di balik beberapa "proyek" perbaikan kecil di panti.
Dia tidak menoleh saat berjalan pergi. Menoleh hanya akan memperpanjang kesedihan dan dia tidak suka itu. Dunia di depannya menunggu.
***
Beberapa jam kemudian, setelah berjalan kaki dari satu kos-kosan ke kos-kosan yang lain, Edward mulai merasakan realitas yang cukup menyakitkan. Uang Rp 10 juta yang dia genggam itu mulai terasa tipis. Harga sewa tempat yang layak, apalagi dekat sekolah bagus, sepertinya hanya mimpi di siang bolong.
Edward duduk di sebuah bangku taman, memandangi lalu lalang kendaraan dengan tatapan kosong. Logikanya bilang dia harus mencari kerja dulu, mungkin sebagai buruh harian atau pelayan di cafe atau restoran, lalu menabung. Tapi itu akan memakan waktu, dan waktu adalah komoditas yang tidak dia miliki jika ingin kembali bersekolah tahun ini.
Tiba-tiba, sebuah suara yang jernih dan netral terdengar langsung di dalam kepalanya, bukan dari telinga.
[Deteksi potensi host... Kriteria terpenuhi: Integritas tinggi, ketahanan mental superior, potensi intelektual dan fisik melampaui batas.]
[Mengaktifkan Sistem Hidup Sempurna...]
[Instalasi selesai. Selamat datang, Host. Christian Edward.]
Edward mengedipkan mata perlahan. Dia menepuk pelipisnya. Apa dia kelelahan? Mungkin kah dia sedang berhalusinasi karena terlalu banyak pikiran? Tapi suara itu terlalu nyata, seolah menggema di kepalanya. Tiba-tiba Sebuah layar semi-transparan muncul di depannya, menampilkan data yang sangat personal dan... akurat.
```
[ SISTEM HIDUP SEMPURNA ]
[ Host: Christian Edward ]
[ Usia: 18 Tahun ]
------------------------
[ Atribut Fisik: ]
[ Kekuatan: 85/100 ] [ Stamina: 88/100 ]
[ Kecepatan: 82/100 ] [ Pesona: 75/100 ]
------------------------
[ Atribut Mental: ]
[ Kecerdasan: 95/100 ]
------------------------
[ Skill: ]
- Bela Diri Komposit (Master)
- Analisis Cepat (Ahli)
------------------------
[ Kekayaan Tersedia: Rp 10.000.000 ]
[ Properti: - ]
```
Edward menatap layar itu selama beberapa menit, otak jeniusnya bekerja keras memproses informasi yang tidak masuk akal ini. Ini bukan mimpi. Dia tidak tidur. Detak jantungnya stabil. Ini adalah sebuah anomali.
"Sistem?" bisiknya, lebih untuk mengkonfirmasi hipotesisnya daripada bertanya.
[Ya, Host. Sistem Hidup Sempurna siap membantu Anda mencapai potensi maksimal.]
"Maksudnya 'membantu'?"
[Mekanisme utama: Penggandaan Aset. Setiap pengeluaran yang Anda lakukan akan dikembalikan dalam bentuk uang. Besaran penggandaan acak, mulai dari 1.1x hingga 10x, bergantung pada relevansi dan dampak pengeluaran terhadap pertumbuhan Host. Sistem juga akan memberikan misi untuk membantu perkembangan Anda.]
Edward mengerutkan kening. "Jadi, aku harus menghabiskan uang untuk mendapatkan lebih banyak uang? kenapa aku harus percaya padamu?."
[Logika tidak berlaku dengan sistem , Host. Ini adalah investasi terhadap diri sendiri. Untuk membuktikan hal itu, sistem menawarkan misi pertama.]
Sebuah notifikasi baru muncul.
---
**Misi Perdana: Fondasi**
**Deskripsi:** Sebuah bangunan kokoh dimulai dari fondasi yang kuat. Fondasi Anda saat ini adalah kebutuhan dasar: makanan dan tempat tinggal. Lakukan investasi pertama Anda pada diri sendiri.
**Tugas:** Belilah makan malam di restoran dengan nilai minimal Rp 500.000.
**Waktu:** 3 Jam
**Hadiah:**
- Penggandaan Uang (acak, minimal 2x)
- Skill Pasif: [Penciuman & Perasa Tajam (Level 1)]
**Gagal:** Tidak ada hukuman. Kesempatan akan datang kembali.
---
Edward menatap restoran di seberang jalan. Bukan yang paling mewah, tapi sebuah kafe steak yang terlihat cukup bagus. Rp 500.000 masih sepertiga dari uangnya. Ini adalah risiko besar dan bisa di bilang Edward cukup takut, bagaimana kalau dia hanya sedang berhalusinasi? . Tapi... Bagaimana dia bisa tau jika tidak mencoba?. Skill dan hadiahnya juga bisa sangat berguna.
Edward adalah pria yang perhitungan. Dia selalu mempertimbangkan pro dan kontra.
' Kontra: kehilangan Rp 500.000. Pro: kemungkinan besar mendapatkan Rp 1 juta atau lebih, plus skill baru. Rasio risiko dan imbalan menguntungkan, Haruskah aku mencoba?.'
"Baik," keputusannya final. "Akan kucoba."
Dia berdiri lalu menyeberang dan berjalan dengan langkah pasti.
Kafe "The Rustic Fork" memiliki suasana yang hangat dengan lampu-lampu kuning yang redup. Seorang pelayan ramah menyambut Edward. "Selamat malam, Kak. Meja untuk berapa orang?"
"Satu," jawab Edward singkat.
Pelayan itu memandang pakaian sederhana Edward sebentar, tapi profesionalismenya segera mengambil alih. "Silakan ikuti saya, kak."
Edward duduk di meja kecil di dekat jendela. Dia tidak merasa tidak nyaman dengan tatapan beberapa pengunjung yang mungkin heran melihat seorang pemuda dengan ransel dan pakaian usang di tempat seperti ini. Fokus Edward hanya satu, yaitu menyelesaikan misi.
Dia membuka menu, matanya langsung mencari harga. Steak Rib Eye, Rp 450.000. Ditambah minuman maka harganya akan melebihi target Rp 500.000. "Saya pesan Rib Eye-nya, medium rare. Dan air mineral dan pudding cokelat satu" katanya pada pelayan.
"Baik, kak. Ada lagi yang ingin di pesan kak?."
"Itu saja."
Sambil menunggu makanannya, Edward memikirkan kemungkinan dari sistem ini. Jika berhasil, dia tidak akan lagi terikat oleh masalah finansial jangka pendek. Tapi dia juga sadar, kekayaan yang tiba-tiba bisa mengubah seseorang. Dia sudah melihat beberapa "kakak senior" dari panti yang setelah keluar dan mendapatkan sedikit uang, mereka jadi lupa diri dan melupakan bantuan panti yang selama ini selalu membantu mereka. Edward akan pastikan kalau hal Itu tidak akan terjadi padanya. Uang adalah alat, bukan tujuan. Integritasnya lebih berharga.
Tak lama kemudian makanan datang. Steaknya terlihat sempurna. Edward memotongnya, lalu memasukkan sepotong ke mulutnya. Rasanya enak, tapi di dalam hatinya, dia sedang berdoa agar sistem ini bukan lelucon atau halusinasi nya belaka.
Setelah selesai makan, dia memanggil pelayan dan meminta bon. "Totalnya Rp 520.000, Tuan."
Edward mengeluarkan dompetnya, membayar dengan uang pas. Saat pelayan itu pergi, jantungnya berdegup sedikit lebih kencang. Dia menatap layar sistem yang masih melayang di pandangannya.
[Transaksi terdeteksi: Rp 520.000]
[Menghitung penggandaan...]
[Penggandaan acak: x2.5]
[Total pengembalian: Rp 1.300.000]
[Transfer ke rekening sistem Host... Selesai.]
Ponselnya bergetar. Sebuah SMS dari bank.
`[BANK MAJU JAYA] Telah diterima transfer sebesar Rp 1.300.000. Saldo Anda saat ini: Rp 1.300.000.`
Edward menghembuskan napas yang tidak disadari telah ditahannya cukup lama karena cemas. Sistem ini nyata dan bukan halusinasinya. Dia mendapat keuntungan bersih Rp 780.000 dari satu makan malam.
[Selamat, Host. Misi 'Fondasi' selesai.]
[Hadiah: Skill [Penciuman & Perasa Tajam (Level 1)] telah ditambahkan.]
Tiba-tiba, aromanya berubah. Dia bisa mencium bumbu rempah yang halus pada daging sisa di piringnya, aroma kopi dari meja sebelah, dan bahkan aroma sabun dari tangan pelayan yang baru saja lewat. Skill ini berguna.
Dia berdiri, mengangguk pada pelayan, dan keluar dari kafe dengan langkah yang lebih ringan. Tapi di kepalanya, otaknya sudah bekerja dengan kecepatan penuh.
"Rp 10 juta + Rp 780.000 \= Rp 10.780.000," bisiknya. "Penggandaannya 2.5x. Itu berarti sistem ini tidak akan memberikan penggandaan besar-besaran di awal. aku harus menggunakannya dengan bijaksana."
Membeli properti besar sekarang adalah hal yang bodoh. Dia tidak punya cukup uang untuk memicu penggandaan yang berarti. Dia perlu mengumpulkan modal secara bertahap. Membeli sesuatu yang mahal tapi tidak terlalu mahal. Sesuatu yang menjadi aset.
Idenya mengerucut pada satu hal: sebuah tempat tinggal. Tapi bukan apartemen mewah. Mungkin sebuah studio apartemen yang kecil dan sedikit usang, atau sebuah kamar kos yang dijual pemiliknya. Sesuatu yang bisa dia dapatkan dengan harga di bawah Rp 20 juta. Itu adalah target yang realistis.
Dia membuka ponselnya, mencari "apartemen studio yang dijual murah". Ini adalah investasi pertamanya yang sesungguhnya. Bukan untuk makan malam, tapi untuk masa depan.
Dua hari berlalu. Edward menggunakan uangnya dengan sangat hemat. Dia hanya makan di warteg dan menginap di penginapan murah per malam. Setiap malam, dia berusaha memicu misi kecil dengan membelanjakan uang.
Edward menemukan sebuah iklan dan membacanya dengan seksama
"Apartemen Studio Dijual Cepat. Lokasi agak masuk ke dalam, butuh renovasi ringan. Sertifikat hak milik. Harga Rp 18 juta (nego)."
Sepertinya ini bagus. Harganya masih berada didalam jangkauannya, dan jika dia bisa menawar, dia bisa menyisakan lebih banyak uang untuk membelanjakan hal lain.
Edward menghubungi pemiliknya, seorang bapak paruh baya yang suaranya terdengar putus asa. Setelah mereka mengobrol sebentar, Mereka pun sepakat untuk bertemu keesokan harinya.
Edward menyadari dia butuh pakaian yang lebih layak. Dia tidak bisa menawar sebuah properti dengan kaos compang-camping. Dia pun pergi ke sebuah pusat perbelanjaan kelas menengah, tentu saja bukan pakaian yang mewah.
Di sana, Edward mulai merasakan tatapan intens dari beberapa wanita. Salah satunya, seorang gadis dengan pakaian trendi yang cukup terbuka dan tas mahal, yang dengan sengaja berjalan mendekat kemudian "tidak sengaja" menjatuhkan barangnya di dekat Edward.
"Aduh, dompetku jatuh," katanya dengan suara manis sambil membungkuk, memberikan Edward pandangan yang jelas seolah olah memberikan isyarat agar Edward membantunya untuk mengambil dompetnya.
Edward dengan tenang mengambil dompet itu dan menyerahkannya tanpa sedikit pun matanya bergerak untuk melihat lebih dari yang seharusnya.
"Ini, mbak," katanya singkat, lalu berbalik untuk melanjutkan mencari kaos.
Gadis itu sedikit terkejut dengan reaksi Edward yang datar. "Eh, iya. Makasih, ya. Namaku Cindy. Kamu?" katanya dengan senyum menggoda.
Edward menoleh, tatapannya datar tapi tetap sopan juga terlihat dingin. "Maaf, saya sedang terburu-buru." Edward lalu pergi begitu saja, meninggalkan Cindy yang tersipu malu.
***
Bagi Edward, interaksi seperti itu adalah gangguan yang tidak perlu. Dia tidak tertarik pada hubungan dan ketertarikan sesaat. Jika suatu hari nanti dia menyukai seseorang, itu akan karena karakter dan kedewasaan mereka, bukan karena pancingan yang murahan. Dia tidak akan pernah membiarkan siapa pun, apalagi wanita, mendekatinya hanya untuk iseng.
Dia membeli dua kaos polos berkualitas bagus, sepasang jeans, dan sepatu sneakers. Totalnya Rp 1.500.000. Sistem langsung bereaksi.
[Transaksi terdeteksi: Rp 1.500.000]
[Penggandaan acak: x1.8]
[Total pengembalian: Rp 2.700.000]
[Saldo saat ini: Rp 11.980.000]
Keuntungannya tidak sebesar sebelumnya, tapi tetap signifikan. Modalnya terus bertahap.
***
Keesokan harinya, Edward bertemu dengan pemilik apartemen, Pak Jaya. Pak Jaya menjelaskan bahwa dia butuh uang untuk biaya pengobatan istrinya. Apartemen itu memang kecil, catnya mengelupas, dan ada beberapa keretakan di dinding, tapi strukturnya kokoh.
"Saya mau ambil harga Rp 15 juta, Pak. Kondisinya butuh banyak perbaikan," kata Edward setelah memeriksa seluruh ruangan dengan teliti.
Pak Jaya tampak keberatan. "Tapi nak, ini sudah harga murah sekali..."
"Saya mengerti, Pak. Tapi 15 juta adalah semua yang saya miliki saat ini. Ini yang terbaik yang bisa saya berikan," kata Edward dengan suara yang tulus namun tegas. Edward tidak berbohong, dan dengan rendah hati menunjukkan batasnya.
Pak Jaya menatap Edward, melihat ketulusan di mata pemuda itu. Dia menghela napas panjang. "Baiklah, nak. Karena saya lihat kamu anak baik. Saya terima dengan harga Rp 15 juta. Semoga bisa membantu saya dan membawa keberuntungan untukmu."
[Notifikasi! Misi Utama Tersedia!]
---
**Misi Utama: Pondok Pertama**
**Deskripsi:** Rumah adalah cerminan jiwa. Misi Anda adalah memiliki tempat perlindungan pertama Anda dengan tangan Anda sendiri, melalui negosiasi yang adil dan jujur.
**Tugas:** Selesaikan pembelian apartemen studio ini.
**Hadiah:**
- Properti: Apartemen Studio (Sertifikat Hak Milik)
- Skill: [Perbaikan Rumah Dasar (Ahli)]
- Bakat: [Seni Mengatur Ruang]
- Penggandaan Uang (x2) untuk transaksi ini.
**Gagal:** Misi akan ditunda selama 30 hari.
---
Edward tersenyum dalam hati. Dia mentransfer uangnya ke Pak Jaya. Dan Beberapa saat kemudian, ponselnya bergetar.
[Transfer selesai. Penggandaan x2. Rp 30.000.000 telah ditambahkan ke saldo Anda.]
[Saldo saat ini: Rp 26.980.000]
Dia baru saja membeli sebuah apartemen seharga Rp 15 juta, dan saldo uangnya malah bertambah. Ini adalah kekuatan dari sistem dan jika digunakan dengan benar pasti akan sangat membantunya nanti.
Setelah semua urusan selesai, Edward berdiri sendirian di apartemen barunya yang kosong dan usang. Tempat Ini memang bukan istana. bahkan tidak terasa nyaman. Tapi tempat ini adalah miliknya.
Edward membuka jendela, memandang kota yang mulai gelap. 2 hari yang lalu dia masih Christian Edward, anak yatim piatu dari panti asuhan yang masih memikirkan mencari kos kos yang murah agar dapat melanjutkan sekolah nya. Tapi sekarang, dia tidak perlu lagi memikirkan tentang uang lagi..
'semoga kedepannya bisa berjalan lancar '
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!