Hanna Fauziah atau sering di sapa Ziah wanita berumur 23 tahun dengan perawakan sedikit pendek kulit putih dan jangan lupakan dia sangat manis tersenyum apalagi di tambah lesung Pipit di pipi sebelah kanannya, Ziah anak ke dua dari empat bersaudara, dia bekerja di salah satu sekolah SMK negeri favorit di desanya sudah hampir 2 tahun ini dia bekerja di sini setelah salah satu tetangga mengabari lowongan pekerjaan di sini.
Sebenarnya Ziah juga alumni di sekolah ini, banyak kenangan manis yang dia ingat di sekolah ini meski begitu ada juga kenangan yang membuat hatinya sakit, hingga saat ini Ziah belum bisa melupakan kejadian itu.
tadinya dia enggan menerima tawaran bekerja di sini tapi dia sadar sampai kapan dirinya akan terus menghindar dari orang-orang di masa lalunya.
Ziah mempunyai seorang sahabat bernama Mariam persahabatan mereka terjalin dari awal mereka masuk kelas 10 di sekolah ini. Kepribadian mereka hampir sama yaitu sama2 pemalu dan irit bicara tapi sekalinya akrab mereka berdua sama-sama cerewet seperti wanita pada umumnya hanya saja mungkin kedunya emang pemalu jadi sedikit susah untuk di dekati.
Mariam sendiri bekerja sebagai guru TK di dekat rumah nya. Mariam sudah mempunyai seorang kekasih sementara Ziah masih menikmati kesendirian nya kadang kala Ziah menjadi obat nyamuk saat keduanya sedang berkencan.
Andreas Wijaya laki-laki tampan di usianya yang menginjak 33 tahun dulu dia seorang Guru olah raga di SMK Negeri, iya dia dulu sempat mengajar saat Ziah SMK namun saat Ziah kelas 12 Andreas memilih mengundurkan diri dan pindah ke sekolah lain , Sekarang dia juga mengelola beberapa cafe. meski cafenya hanya cafe kecil tapi dia sudah mempunyai cabang sampai luar kota.
Andreas sudah menikah dan memiliki satu orang anak yang bernama Arkana Wijaya, berumur 4 tahun. Namun sayang pernikahan nya kandas saat Arka berumur 2 tahun, untung nya gak asuh anak di dapatkan Andreas. Iya Andreas adalah duda satu anak namun tidak ada yg menyangka kalau dia sudah memiliki anak.
Sejauh Apa engkau melangkah menjauh dari kenangan masa lalu tapi takdir seolah menginginkan aku kembali pada mu. (Andreas Wijaya)
Pagi ini Ziah tengah bersiap untuk berangkat ke tempat kerja, sekolah itu merupakan sekolah favorit meskipun sudah termasuk sekolah negeri tapi lebih biaya sekolah di sana cukup murah di bandingkan sekolah yang lain.
Ziah sedang merapihkan kerudung yang di pakainya, dia masih ingat kejadian dua tahun yang lalu saat dirinya menelpon sahabat nya Mariam, menceritakan tentang pekerjaan ini, sahabatnya sempat memarahinya karena pekerjaan ini.
"Hallo, Assalamualaikum.'' salam Ziah saat telpon sudah tersambung.
"iya waalaikumsalam, kenapa zi?." tanya Mariam di sebrang telpon.
"lagi sibuk gak? Aku pengen cerita nih!" jawab Ziah sambil berfikir takutnya dia mengganggu sahabatnya istrahat, apalagi ini sudah jam 8 malam.
"enggak kok, aku lagi nyiapin materi buat anak-anak besok. Ayo mau cerita apaan?" Desak Mariam karena jarang-jarang Ziah mau cerita.
" Ada yg nawarin aku kerjaan di sekolah jadi penjaga perpustakaan tapi masalah nya itu tempat dulu kita sekolah Iam, gimana? Aku takut ketemu lagi sama dia." jelas Ziah, ada nada khawatir saat dia mengatakan itu.
" Zi, mau sampai kapan kamu menghindar dari masa lalu. Kamu harus hadapi itu emang mau sampai kapan kamu sendiri kayak gini.?" tegas Mariam, dia sangat kasihan dengan sahabat nya itu di bilang belum move on belum bisa di bilang sudah move on juga belum bisa.
" lagian kan dari waktu kita kelas 12 juga dia udah gak kerja di situ, jadi ya gak mungkin kalo kamu ketemu lagi. Udah mending sekarang terima aja kerjaan ini kan gajinya juga lumayan dari pada kamu kerja di tempat yg sekarang." jelas Mariam lagi, dia akan membantu sahabatnya agar mau bangkit lagi.
Tok.tok.tok.
Ziah tersadar dari lamunannya saat terdengar ketukan pintu kamarnya. Dia beranjak dari duduknya sambil membawa tas Selempang berisi keperluan pribadi nya. Saat di buka ternyata Adiknya yang bungsu mengetuk pintu.
"Teteh mau berangkat jam berapa, Ega mau bareng?" tanya adiknya yg bernama Ega Saputra. Yg kini duduk di kelas 2 SMA.
"Ini teteh udah siap, gak bareng sama bang Rio?" tanya Ziah, Rio adalah adik pertama nya.
"bang Rio udh berangkat, soalnya dia jadi petugas upacara hari ini." jelas Ega.
Mereka berdua pamitan kepada Bu Aminah ibu mereka, sedangkan pak Budi Ayah mereka bekerja sebagai kuli bangunan di luar kota pulang ke rumah hanya satu Minggu sekali.
Meski terlahir dari keluarga sederhana tak membuat Ziah dan adik-adiknya merasa minder, justru mereka bangga dengan keadaan keluarga seperti ini.
Mereka berangkat bersama menaiki motor matic sejuta umat punya Ziah, meskipun motor sederhana tapi dia bersyukur untuk itu, masih ada orang lain yang hidupnya di bawah mereka.
Ziah mengantarkan dulu adiknya menju SMK bina muda sekolah yang hanya di khususkan untuk laki-laki karena jurusan nya hanya tentang mesin dan mekanik. 15 menit mereka sudah sampai sekolah Ega, setelah Ega turun dan salin kepada Ziah , Ziah melajukan motornya ke tempat dia bekerja. Jarak sekolah SMK Negeri dan SMK bina muda lumayan dekat hanya 5 menit jika menggunakan sepeda motor.
Ziah memarkirkan sepeda motor nya di parkiran yang di khususkan untuk guru dan pegawai di sekolah. Ziah tersenyum ramah saat berpapasan dengan satpam. Hanya tinggal beberapa guru yang dulu mengajar Ziah, masih mengajar di sini. Yang lainnya ada yang pindah dan sudah pensiun.
Ziah berpapasan dengan pak usep penjaga lab. Pak usep salah satunya pekerja yang masih bertahan di sini, Ziah awalnya merasa canggung namun karena pak usep emang orangnya humoris dan baik jadi Ziah bisa gampang mengakrabkan diri.
"Ziah baru Dateng?' tanya pak usep sambil tersenyum.
"iya pak, barusan nganter dulu adik jadinya agak telat." jelas Ziah sambil tersenyum.
"ya udah ayok bareng ke lapangan bentar lagi upacaranya." ajak pak usep, Ziah mengangguk dan jalan berdampingan dengan pak usep.
Mereka sampai di lapangan, mengambil barisan bersama guru yang lainnya. Upacara pun berlangsung selama hampir satu jam, karena pembina upacara kepala sekolah ini jadi banyak hal yang di sampaikan. Banyak murid yang terlihat mulai bosan, Ziah jadi ingat dulu dia juga merasakan hal yang sama. Dia tersenyum saat mengenang masa-masa sekolah dulu. Namun dia terkejut dengan perkataan guru di samping nya.
"Bu Megi tau gak? pak Andreas katanya mau ngajar lagi di sekolah ini?" ucap Bu Ani, jika mereka guru lama pasti tau apa yang terjadi antara Ziah dan pak Andreas.
Ziah duduk di kursi khusus penjaga perpustakaan, masih terngiang di otak nya saat nama pak Andreas jadi bahan perbincangan guru lain. Apakah itu orang yang sama atau orang lain tapi memiliki nama yang sama.
Ziah menarik nafas dalam-dalam, dia hanya berdoa semoga semuanya berjalan dengan lancar. Kalo itu benar orang yang sama dia merasa usahanya selama ini sia-sia, Dia sudah sejauh ini tapi mengapa harus di pertemukan lagi.
Ziah beranjak dari duduknya dia mencoba mengalihkan pikirannya dengan membereskan rak-rak buku yang terlihat berantakan. setelah dirasa beres dia mulai menyapu dan membereskan meja-meja, takutnya akan ada murid yang belajar di kelas.
Tok Tok Tok
ketukan pintu mengalihkan perhatian Ziah yang sedang membereskan kursi dan meja. Namun saat tau siapa yang datang Ziah malah terpaku di tempatnya, dia seolah-olah tidak berpijak, jantung nya berdebar sangat cepat.
"Assalamualaikum zi." ucap salam seorang laki-laki yang harus saja mengetuk pintu. Menyadarkan Ziah dari keterpakunnya.
"Wa..waalaikumsalam pak." jawab Ziah sedikit gagap, karena masih terkejut melihat seseorang di depan pintu perpustakaan.
"Boleh saya masuk?" tanyanya. Karena melihat Ziah masih diam di tempat nya tidak menghampiri nya.
"Oh iya, silahkan masuk pak." ucap Ziah, dia segera mengontrol dirinya agar terlihat biasa saja.
Ziah duduk di kursinya, sementara laki-laki itu duduk di sebrang Ziah, keduanya duduk berhadap-hadapan hanya terhalang meja kerja Ziah. Laki-laki itu menatap Ziah sangat lama, seolah ada rasa rindu yang menyeruak begitu saja. Setelah 5 tahun tidak bertemu mereka di pertemukan seperti ini.
"kamu apa kabar Zi?" tanya nya. Dia tidak mengalihkan tatapannya pada Ziah padahal dari tadi Ziah hanya menunduk melihat ujung lipatan kerudung nya.
"Alhamdulillah baik." ucap Ziah, dia tidak bertanya balik, bukan tidak sopan atau apapun itu. Dia hanya ingin cepat-cepat keluar dari situasi ini.
"Kamu tidak penasaran, kenapa saya bisa berada di sekolah ini?" tanya nya, dia sebenarnya merasa sakit hati melihat Ziah seolah tidak peduli dengan kehadirannya.
"saya sudah tau dari guru yang lain, kalo pak Andreas akan mulai lagi mengajar di sekolah ini." jelas Ziah.
Yah ternyata orang itu adalah pak Andreas orang yang sama, orang yang selama ini ingin Ziah hindari.
"ya sudah saya ke ruangan saya dulu, nanti kalo sempat waktu istirahat saya ke sini lagi." Andreas beranjak dari duduknya, namun hal tak terduga yang terjadi sebelum dia benar-benar meninggalkan ruangan itu dia mengelus kepala Ziah. Ziah yang di perlakukan seperti itu tentu saja terkejut, dia hanya diam tak bisa menyembunyikan keterkejutan nya.
"Aku bukan pelakor, aku bukan pelakor ." ucap Diah dalam hati sambil mengelus dadanya, setelah berhasil menguasai keterkejutan nya.
Tak selang lama banyak murid-murid berdatangan, karena masuk perpustakaan di wajibkan melepas sepatu, di samping pintu sudah di sediakan rak khusus sepatu jadi tidak berantakan.
"Assalamualaikum Bu Hanna." ucap semua murid sambil masuk ke perpustakaan. Iya hampir semua murid dan guru memanggil Ziah dengan sebutan Bu Hanna hanya guru lama yang dulu sempat jadi guru Ziah yang memanggil dengan nama Ziah.
Ternyata jam pelajaran mereka kosong guru yang mengajar berhalangan hadir tapi mereka di beri tugas untuk belajar di perpustakaan. Ziah mengawasi mereka dari tempat duduknya.
teng.. Teng.. Teng
Bel tanda istrahat berbunyi, setelah hampir satu setengah jam murid kelas 10 di sana mereka akhirnya membubarkan diri, sebelum itu mereka menyusun kembali buku-buku di rak karena itu peraturan di perpustakaan.
Setelah anak-anak tidak terlihat Ziah yang biasanya pergi ke kantin dekat lab pun memilih untuk istrahat di dapur yang di sediakan untuk stap sekolah tapi pekerja honorer seperti Ziah pun di ijinkan untuk bergabung. Meski tidak setiap hari karena Ziah merasa sungkan jika harus bergabung dengan guru senior, karena Ziah yang terlihat lebih muda di sana.
Ziah duduk sambil memakan Roti miliknya, dia ingin ke kantin tapi di urungkan karena takut bertemu dengan pak Andreas, karena dia hapal sekali kebiasaan orang itu.
Namun saat sedang asik makan roti dan memainkan handphone nya, seseorang mengetuk pintu ternyata itu bi Asih penjaga kantin sekaligus istrinya pak usep dia datang dengan nampan di tangannya berisi bakso dan juga es jeruk . perut Ziah jadi keroncongan melihat itu namun dia tahan demi tidak berpapasan dengan pak Andreas.
Ziah terkejut saat bi Asih malah menghampiri nya yang duduk di pojokan, bia Asih tersenyum melihat Ziah senyum bi Asih seolah meledek Ziah.
"Adek Ziah ini ada kiriman dari bang reas, katanya jangan sampe perutnya kosong nanti sakit ." Bi Asih tertawa cekikikan setelah mengatakan itu. Dia yang paling tau kisah di Antara keduanya.
" cie Bu Hanna akhirnya ada yang perhatian." ledek guru-guru yang lain. Ziah hanya tersenyum pipi nya sudah merah merona karena di ledekin guru yang ada di sana.
"bi bawa lagi aja, Ziah gak laper. Lagian ngapain sampe nganterin makan segala." gerutu Ziah.
"ya Alhamdulillah atuh sekarang ada yang perhatian, udah makan aja ya nanti mangkok nya sama gelasnya simpen aja di sini biar bibi ambil nanti." jawab bi Asih sambil nyelonong pergi tanpa menunggu jawaban Ziah.
Ziah menarik nafas melihat kelakuan Andreas yang seperti ini, Ziah gak mau di anggap perusak rumah tangga orang lain. Dia hanya ingin hidupnya kembali bebas seperti sebelumnya.
Semua guru juga heran kenapa baru pertama kali masuk Andreas seolah-olah sudah sangat mengenal Ziah.
" Bu Hanna kok bisa Deket sama pak Andreas?" tanya Bu Ani yang merupakan guru matematika. Dan dia juga guru baru di sini. Jadi tidak mengerti tentang kedekatan Ziah dan Andreas.
"Maklum mungkin karena dulu Bu Hanna kan alumni sekolah ini, jadi udah kenal sama pak Andreas." ucap Bu Rani, guru fisika di sana.
Ziah hanya tersenyum kaku saat mendengar pertanyaan itu dia tak tahu harus menjawab apa. Kalo berbohong dia takut harus terus menerus berbohong jika jujurpun dia tidak mau takut berdampak pada dirinya dan Andreas.
Ziah menghabiskan makan siang nya setelah itu dia kembali ke perpustakaan, daripada harus terus menerus di cerca pertanyaan yang dia sendiri pun bingung harus menjawab apa. Untuk sementara dia lebih baik menghindar jangan sampai berpapasan.
Tapi bagaimana jika ternyata Ziah sudah menghindar agar tidak di pertemukan dengan Andreas sedangkan tempat kerja mereka di lokasi yang sama? Ada hubungan apa sebenarnya mereka di masa lalu?
POV Ziah
Aku menatap langit malam lewat jendela kamar, dingin menyelimuti tubuh ini. Tapi aku nyaman saat terpaan angin menerpa wajah ku. Lamunan ku menerawang jauh, kenangan masa-masa remaja berlarian di ingatan ku. Saat aku bahagia karena kehadirannya di dalam hidup ku, hingga Akhirnya dia pergi meninggalkan aku tanpa penjelasan yang jelas. Setidaknya jelaskan dimana salah ku atau mengapa dia berbuat seperti itu.
Masih ingat jelas saat sebuah undangan pernikahan datang ke rumah yang ternyata undangan pernikahan nya tapi wanitanya bukan aku, dunia ku runtuh hatiku rasanya tertusuk ribuan jarum.
Aku ingin melupakan nyayang telah menggoreskan luka pada hati ini, aku juga ingin membenci nya tapi hatiku tidak bisa melakukan nya atau memang diriku yang tidak mau melakukannya. Kalian boleh mengatakan aku bodoh, tapi memang ini kenyataan nya aku sudah mencoba menjauh dari segala hal yang berhubungan dengan nya tapi apa 2 tahun yang lalu lowongan pekerjaan yang datang padaku seolah mengatakan bahwa aku tak akan bisa lari dari masalalu.
Ingin ku tolak pekerjaan itu, tapi aku juga membutuhkan uang untuk membantu keluarga ku. Aku tersesat sesaat saat sahabat ku mengatakan belum tentu aku bertemu dengan nya jika aku bekerja di sana, tapi kejadian tadi siang seolah menampar ku.
Ya Allah apa kurang serius ketika aku berdoa pada-Mu bahwa aku tidak ingin bertemu lagi dengannya. Aku tidak bisa menyalahkan siapa pun takdir seolah menarik ku untuk terus menerus berhubungan dengan masa lalu.
Aku merebahkan tubuh pada kasur di kamar ini, menatap langit-langit kamar padahal otak ku menerawang jauh, aku tersenyum menangis bahkan marah tidak jelas. Apa aku sudah gila? Aku menangis sendirian di kamar ini, mereka tidak tau bagaimana perasaan ku sekarang.
Aku masih ingat matanya saat memandang ku penuh cinta, Bibirnya saat mengatakan Neng Zizi. Yah semua itu masih tercetak jelas di ingatan ku.
"Jangan jadi pelakor Ziah, ingat kamu juga wanita." Aku menggrutu dalam hati ketika bayangan wajahnya tiba-tiba muncul.
Aku tidak bisa bercerita kepada sahabat ku, dia yang selama ini mendukung aku untuk melupakan nya. Tapi jika dia melihat aku seperti ini, aku takut dia pun kecewa. Karena semudah ini aku memantapkan hati pada seseorang meski telah di khianati.
"apa yang salah pada hati ini, ya Tuhan?" rutuk ku dalam hati sambil menangis.
POV Andreas
Kau tahu sejauh apapun kau menghindar atau menjauh jiga takdir terus menuntun ku padamu, untuk apa lagi engkau berlari Karena sejauh apapun kamu pasti kembali padaku.
Malam itu aku menelpon sahabat ku yang juga merupakan Guru di mana dulu aku mengajar.
"Hallo, Assalamualaikum ger." salam ku, saat sambungan telpon terhubung.
"Waalaikumsalam ada apa ndre tumben telpon?" Tanya Gery, salah satu guru yang menetap di SMK Negeri dari sewaktu Ziah masih sekolah.
"gua kan rencana mau ngajar lagi di sekolah sana, kemarin sempet ngurus2 dulu berkas pemindahan nya. Ya informasi aja takutnya ada yang kurang waktu gua pindah ke sana ato gak ternyata udah ada guru yang lain." jelas Andreas, karena waktu pengajuan pindah mengajarnya telat dari waktu yang di tentukan takutnya guru olah raga sudah terisi.
"Belum soalnya kan pihak sekolah juga sudah di kabarin kalo loe yang mau pindah lagi ke sini." terang Gery, sambil tersenyum jahil karena dia juga akan memberi tahukan kabar gembira yang lainnya.
" okeh terimakasih kalo gitu, Alhamdulillah berarti masih Rizkinya buat ngajar di sana lagi."ungkap Andre bahagia .
"loe udah nyari tau belum siapa aja guru-guru baru yang ada di sini?" Gery bertanya sambil menahan senyum nya.
"belum lagian entar pas masuk juga kan bisa sekalian kenalan." ucap Andreas karena menurut nya percuma juga mencari tahu toh bisa kenalan sekalian nanti.
" Gua kasih bocoran deh biar loe tambah semangat masuk buat ngajar lagi." terangnya.
"Apaan kok gua jadi penasaran?" tanya Andreas.
"kekasih hati loe, sekarang kerja di sini. Di bagian perpus. Seneng kan loe akhirnya bisa ketemu lagi?" tawa jahil Gery terdengar mengesalkan. Sialnya dia yang punya teman modelan Gery yang tau persis cerita dan rahasia nya. Andreas menutup teleponnya secara sepihak.
Aku tertawa saat mengingat percakapan itu, yah jujur aku tambah bersemangat. Begitu upacara beres sebenarnya Aku melihatnya berjalan memasuki perpustakaan, Aku tidak sabar ingin melihat lagi wajahnya tapi ku tahan karena aku harus menyapa guru yang lain tak sopan rasanya hari pertama gak ada sapaan.
Aku berjalan menyusuri koridor menuju perpustakaan, rasanya tak sabar aku ingin melihat wajah bukan hanya itu ingin ku lihat senyuman nya apakah masih sama.
Aku mengetuk pintu sambil melihat seorang wanita sedang membereskan meja dan kursi, dia masih mungil apa tinggi badannya tidak bertambah? Tapi itu terlihat lebih menggemaskan di mataku. Ah aku jadi tertawa sendiri ingin aku langsung menghampiri nya dan memeluk dengan erat. Namun aku menghargai dirinya jika aku melakukan itu dia pasti akan kaget.
Ku ucapkan salam sambil tersenyum, ku lihat dia berbalik dan terlihat t raut keterkejutan dari mukanya, bahkan dia tergagap saat menjawab salam ku. Iyah mungkin dia terkejut tidak menyangka akan bertemu dengan ku di sini.
Ku akui dia tumbuh menjadi wanita dewasa yang cantik, Dia menghampiri ku sambil tersenyum. Senyum yang masih sama seperti dulu lesung pipi di sebelah kanan menambah kesan manis saat dia tersenyum. Aku duduk berhadap-hadapan dengannya hanya meja penghalang kamu tapi aku merasa jarak kami seakan terbentang.
Cara bicara nya berbeda, dulu dia akan berbicara sambil tersenyum dan menatap ke arah ku tapi sekarang lihat dia hanya menunduk, seolah tak ingin menatap ku.
"apakah dia tidak merindukan aku?" ucap ku dalam hati
"atau jangan-jangan dia sudah punya kekasih." ucapku lagi. Ah aku tidak sanggup membayangkan hal itu.
Setelah mengobrol basa basi aku pamit dan akan menyempatkan bertemu saat jam istirahat, namun saat menuju kantin 10menit menunggu tidak ada tanda-tanda dia akan datang.
Aku melihat sekeliling kantin tempat dimana dulu aku menghabiskan waktu bersamanya di tempat ini, bahkan pak usep dan istrinya tau sejarahnya masa lalu kami.
"bi buatkan bakso ya kayak biasanya sama es jeruk." titahku pada bi Asih, yang sedang melayani pembeli.
"buat siapa pak? Buat neng Zizi?" tanya bi Asih sambil tersenyum usil.
"jangan bi, nanti pacarnya marah. Buat saya aja" jawabku sambil tersenyum.
"pacar siapa, Bu Hanna mah masih single gak punya pacar apalagi suami." jelas bi Asih.
Aku sangat bahagia mendengar kabar itu, masih ada kesempatan untuk diri ku memperbaiki semuanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!