NovelToon NovelToon

Menikah Dengan Laki Laki Tengil

Bab 1, Drama di pagi hari

Sinar matahari pagi mulai menampakan diri dengan malu malu, waktu sekarang sudah menunjukkan pukul  06:30 .

Seorang laki laki tampan berusia 23 tahun tampak masih tertidur begitu pulas di atas kasur king sizenya, laki laki itu sama sekali tidak terusik sedikitpun padahal dari sela sela gorden sinar matahari merembes masuk ke dalam kamar, bahkan alarm yang berbunyi sejak tadi tidak membuat laki laki itu berkutik dari tidur pulasnya.

Sementara itu, di lantai bawah lebih tepatnya di dapur, tampak seorang wanita stengah baya sedang menyiapkan sarapan di bantu oleh dua Artnya.

Sedangkan di ruang tamu, ada laki laki  setengah baya yang sedang membaca koran sambil menikmati secangkir kopi buatan sang istri.

Tidak lama kemudian, seorang pemuda turun dari lantai dua menggunakan seragam SMA. " Pagi pa". Pemuda itu menyapa laki laki setengah baya yang begitu asyik membaca koran tanpa terganggu dengan suara bising para perempuan yang sedang sibuk di dapur.

Ahmad yang mendengar suara salah satu putranya seketika mengalihkan perhatiannya. " Pagi Andre". Laki laki itu menjawab sapaaan putra keduanya itu sambil tersenyum yang di balas senyum kecil oleh Andre.

Pemuda itu duduk di samping sang papa yang kembali melanjutkan sesi membaca koran sambil menghabiskan kopinya. Dari arah dapur, Lita datang untuk menyuruh suami dan anak nya untuk segera sarapan.

" Pa, Andre , ayo sarapan ". Ahmad dan Andre kompak mengangkat kepala mereka ketika mendengar suara Lita. " Bang Ar belum turun ma". Andre menatap ke lantai atas seperti mencari seseorang yang tak kunjung turun. Sementara Lita berdecak kesal ketika lagi lagi putra sulungnya belum juga menampakan barang hidungnya sejak tadi. Namanya Ardiy, dia adalah anak tertua di keluarga itu namun dia akan selalu menjadi yang terakhir  bangun, bahkan adik bungsunya yang masih berusia 4 tahun pun bisa lebih pagi bangun dari pada dirinya.

" Udah sana, kalian sarapan aja dulu, Ardiy biar mama yang bangunkan ". Ahmad dan Andre mengangguk saja, kedua laki laki beda usia itu berjalan menuju meja makan, sementara Lita berjalan menuju lift karna kamar Ardiy, ada di lantai 3 jadi harus memakai lift biar cepet.

Tidak sampai satu menit, lift akhirnya berhenti di lantai tiga, Lita dengan segera berjalan menuju salah satu kamar yang di tempati oleh Ardiy.

Tok.... Tok.... Tokkkk

"ARDIY BANGUN,UDAH SIANG, KAMU HARUS KULIAH".  Jangan kalian kira Lita menggedor dengan anggun, oh tidak, cara Lita menggedor pintu udah kayak rentenir mau nagih hutang.

Ardiy yang tadinya masuh tertidur pulas, seketika langsung terduduk akibat kaget oleh suara gedoran pintu dan juga terikan Lita.

" Astaga... Bisa bisa copot jantung gue kalo tiap hari kayak gini"  . Ardiy menggerutu sambil sedikit menyugar rambutnya yang acak acakan. Dengan ogah ogahan laki laki itu berjalan menuju pintu kamarnya, karna kalo gak segera di buka bisa bisa roboh pintu itu nanti.

" Iya ma, sabar dulu astagaa". Ardiy menggelengkan kepala mendengar Lita tidak berhenti memanggilnya sejak tadi.

Ceklek

Lita berkacak pinggang sambil melotot melihat Penampilan Ardiy yang masih acak acakan, dan Ardiy hanya bisa nyengir  bodoh melihat wajah garang Lita.

Set..

" Kamu ini ya, kalau gak di bangunin gak bangun bangun". Lita mengomel sambil menjewer kuping Ardiy, dan Ardiy, hanya bisa meringis dan pasrah merasakan sensasi panas di telinganya.

" Mama tuh capek tau gak, harus ke lantai tiga setiap pagi cuma buat bangunin kamu ya, liat tuh adik kamu, pagi pagi udah rapi dan wangi tanpa harus di bangunin".

" Akhh... Iya ma iya, ampun , jangan makin di tarik telinganya entar panjang sebelah ". Ardiy akhirnya tidak tahan untuk tidak mengaduh karna Lita semakin keras menarik telinganya.

" Cepet sana mandi, jangan lama lama". Lita melepaskan jewerannya dari telinga Ardiy dan segera kembali ke lantai bawah, sementara Ardiy mengusap usap telinganya mencoba menghilangkan rasa panas yang menjalar akibat jeweran maut sang mama.

" Akhirnya di lepas juga, untung kaga copot nih telinga , mama kalo marah emang serem banget kayak singa mau melahirkan".

Kurang ajar emang si Ardiy ini ya yeorobun, ini kalau Lita denger abis sudah riwayat Ardiy, untung Lita udah turun.

Dua puluh menit kemudian, Ardiy sudah rapih dengan gaya casualnya, pemuda itu dengan segera turun ke lantai bawah, pemuda itu langsung berjalan menuju meja makan ketika lift sudah terbuka sempurna, tidak lupa laki laki itu akan menyapa semua orang seperti biasa di sertai dengan senyuman khasnya.

" Pagi semuaa". Ardiy duduk di samping  kursi Andre ketika sapannya sudah di balas oleh semua orang. Akan tetapi semua sudah selesai sarapan tinggal dirinya saja yang belum.

" Biar saya ambilkan nasinya kak". Salah satu Art yang masih terlihat muda mencoba berinisiatif mengambilkan makanan untuk Ardiy, dia adalah sarah, dia bisa menjadi Art di rumah itu karna dia ikut ibunya yang udah lama kerja di sana.

" Gak usah saya bisa sendiri ". Sarah yang tadinya maju kembali mundur mendengar kalimat penolakan Ardiy, bukan rahasia umum lagi sarah emang sudah lama menyimpan perasaan untuk salah satu tuan mudanya itu, namun Ardiy tidak pernah sekalipun meliriknya.

Dari arah samping, Andre hanya menatap datar raut wajah kecewa sarah, pemuda itu sepertinya tidak suka melihat sang abang di dekati oleh sarah, entahlah raut datar andre tidak bisa di tebak.

" Gue berangkat duluan bang".  Ardiy hanya mengangguk sambil tersenyum karna mulutnya sedang penuh oleh nasi goreng. Andre beranjak dari kursinya, tidak lupa bersalaman ke orang tuanya barulah dia keluar menuju garasi untuk mengambil motornya.

Tidak lama kemudian Ahmad juga ikut pamit, laki laki itu harus segera ke kantor karna ada rapat dengan para petinggi hotel. " Ma, papa berangkat dulu ya". Ahmad mencium kening Lita, dan Lita juga melakukan hal yang sama setelah mencium tangan suaminya terlebih dahulu.

" Papa berangkat dulu ya sayang, jangan nakal ya di rumah ". Ahmad berjongkok untuk berpamitan kepada putri bungsunya yang masih berusia empat tahun, anak itu baru saja bangun jadi tidak ikut sarapan.

" Iya papa, Lizka gak akan nakal kok plomise". Ahmad terkekeh geli mendengar cara bicara putrinya yang masih saja cadel. " Oke papa pergi dulu ya bay sayang". Rizka melambaikan tanganya mengantar kepergian sang papa.

Karna waktu sudah mepet, Ardiy juga segera menyelesaikan sarapannya, setelah selesai sarapan laki laki itu segera berpamitan kepada Lita sang mama dan juga Rizka yaitu adik bungsunya.

" Ma, Ardiy pergi dulu ". Ardiy mencium tangan Lita dan juga memeluk lita sebentar, Ardiy menatap adik bungsunya dengan senyum manis yang di balas tak kalah manis oleh Rizka. " Abang pergi dulu ya, ingat gak boleh nyusahin mama oke cantik".  Ardiy mengelus rambut Rizka dengan sayang.

" Iya abang".  Setelah mencium kening sang Adik, Ardiy akhirnya berangkat menuju kampus tempatnya belajar selama hampir 3 tahun.

Bab 2 , murid nakal

Kurang dari tiga puluh menit, motor sport Ardiy kini sudah terparkir sempurna di parkiran luas sebuah universitas  ternama, yaitu universitas bangsa, universitas itu adalah salah satu dari 3 universitas ternama di kota itu, tidak mudah masuk ke dalam universitas itu, hanya anak anak yang iq nya di atas rata rata yang bisa lolos untuk berkuliah di sana.

Selain terkenal dengan para mahasiswa yang berprestasi, universitas itu juga tidak pernah menerima suap dari siapapun agar di kasih masuk berkuliah di sana, karna universitas itu berada di bawah kekuasaan keluarga syah reza.

Yaahh kampus itu merupakan salah satu aset kekayaan keluarga syah reza, namun kampus itu di kelola oleh adik dari Ahmad syah reza yaitu pratama syahreza. Untuk sementara pratama menugaskan bawahannya untuk mengelola kampus itu, karna dia sudah menetap kurang lebih sepuluh tahun di luar negri bersama anak perempuan dan juga istrinya.

Ardiy melirik dua motor sport yang sangat dia kenali, motor itu adalah milik kedua sahabatnya yang bernama joshua dan jhonny, dua kk beradik kembar yang sejak dulu menjadi gengnya dari bangku SMA sampe sekarang.

Sebelum turun dari atas motor, Ardiy menyempatkan untuk merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Setelah di rasa rapi laki laki itu akhirnya turun dan segera masuk dalam gedung kampus.

Ardiy berjalan menuju lantai dua dimana fakultas administrasi bisnis berada, hari ini dia ada jadwal pagi sampe jam dua belas siang. Rencananya, Ardiy akan mengecek hotel seperti yang di perintahkan oleh Ahmad beberapa hari yang lalu setelah dia selesai kuliah nanti.

Sambil menunggu dosen masuk, laki laki itu memainkan game yang ada di ponselnya untuk menghilangkan rasa bosan, beberapa mahasiswa sudah ada di dalam kelas sejak tadi, sisanya masih entah dimana. Saking asyiknya bermain game, Ardiy jadi tidak sadar kalo sekarang sudah tiga puluh menit waktu berlalu namun dosen belum juga ada yang masuk.

" Hy bro". Ardiy sedikit menoleh ketika salah satu mahasiswa yang tidak begitu dia kenali menyapanya. " Oh hay, iya ada apa? ". Ardiy kembali melanjutkan bermain game setelah membalas sapaan dari laki laki itu.

" Gue boleh nanya tentang materi ini enggak?, sebelum dosennya masuk, soalnya gue kurang faham ". Laki-laki itu tersenyum ramah sambil membuka buku yang akan menjadi materinya hari ini. Ardiy yang memang terkenal ramah, dengan terpaksa mempause game yang sedang dia mainkan dan mulai menjelaskan materi yang di tanyakan oleh teman sekelasnya itu.

Beberapa menit menjelaskan, laki laki itu akhirnya faham dan segera kembali ke bangkunya setelah mengucapkan Terima kasih terlebih dahulu.  Tidak lama kemudian, dosen akhirnya masuk tepat pukul setengah sembilan, para mahasiswa sudah pada bete baru tuh dosen nongol.

" Oke sebelum memulai pelajaran, bapak akan meng absen kalian satu satu dulu". Sesi absen berlangsung kurang lebih dua menit karna mahasiswa fakultas administrasi bisnis cukup banyak. " Baik semunya sudah hadir, mari kita mulai materinya". Semuanya akhirnya fokus mendengarkan dosen menjelaskan tentang materi hari ini.

Sementara itu di tempat lain, lebih tepatnya di sma tempat andre bersekolah yang di kenal dengan sma nusantara, kini pemuda dengan wajah datar itu sedang berdiri di depan para murid yang telat datang ke sekolah.

Di antaranya ada dua adik sepupunya yang juga ikut telat hari ini, oh bukan cuma hari ini, emang udah keseringan sih yang dua itu.  " Kenapa kalian terlambat?, kalian pikir sekolah ini milik bapak kalian kah sampe bisa semena mena mau dateng kapan aja? ".

Ada lima orang murid yang terlambat di antaranya ada dua perempuan dan tiga laki laki. Mereka berlima hanya bisa diam tidak berani menjawab perkataan Andre, karna Andre merupakan ketua OSIS yang sangat tegas dan tidak pandang bulu untuk menghukum siapa saja.

" Kalian yang dua perempuan ". Dua perempuan yang bernama salma dan Tara dengan canggung tersenyum kecil tanpa berani mengeluarkan suara. " Abis ngapain sampe telat?, sibuk dandan? Atau sibuk bersihin rumah dulu baru ke sekolah? ".  Salma dan Tara sama sekali tidak berani menjawab satupun pertanyaan Andre. " Kenapa diam saya bertanya ini? ". Andre menatap kedua siswi itu dengan mata elangnya, namun tidak ada satupun  dari mereka yang berani menjawab.

" Bisu kalian haa, pergi ke toilet sekarang dan bersihkan seluruh toilet perempuan sampai ke lantai lantainya, cepat ".  Dengan segera Salma dan Tara berlari terbirit birit menuju ke toilet perempuan.

" Kalian bertiga harus di hukum pake apa lagi haaa? ". Andre menatap ke tiga siswa yang sudah menjadi langganan terlambat dan juga bolos,  yang satu bernama erlangga dan dua sepupu andre sendiri bernama Aditya syahreza,pemuda itu adalah anak kedua dari pratama syahreza dan juga erina syahreza,dan yang kedua ada juga Rayhan aditama syahreza, Rayhan adalah anak dari Burhan syahreza dan sena az zahra sayhreza.

" Gue capek harus hukum kalian kayak gimana lagi, sekarang kalian langsung saja berlari keliling lapangan lima puluh kali, setelah itu bersihkan semua toilet bagian laki laki, harus bersih".  Ketiga laki laki itu melotot mendengar hukuman yang di berikan oleh andre kepada mereka.

" Jangan lah sebanyak itu bang, kita lari seratus kali aja deh ". Adit mencoba bernegosiasi dan di balas anggukan oleh angga dan Rayhan, pdahal merdeka biasanya gak pernah akur.

" Gak ada nego, kerjakan saya apa yang gue suruh, nikmati hukuman kalian , bay". Tanpa peduli dengan protes ketiga laki laki itu, Andre dengan ringan berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai tiga.

Sementara ketiga siswa bandel itu akhirnya berlari keliling lapangan. " Gara gara lo tuh, kita jadi di hukum kan". Rayhan melotot mendengar tuduhan Adit, sementara erlangga hanya bisa mendengus kesal.

" Heh pantat kuali, lo yang ngajak gue debat ya tadi, harusnya lo yang salah bukan gue". Adit yang tidak Terima di samakan seperti pantat kuali jadi melotot ke arah Rayhan yang tersenyum mengejek karna berhasil membuat Adit kesal.

" Muka gue semulus ini lo samain kayak pantat kuali?, muka lo tuh kayak biawak". Kali ini Adit yang tersenyum tengil karna berhasil memancing kekesalan Rayhan.

" Udah diem anj, kalian sama aja jeleknya puass, selesein dulu nih hukuman baru kalian mau adu bacot kek, adu tonjok kek, terserah, asal hukumannya udah selesai, gue gak mau ya hukumannya nambah gara gara kalian bertengkar lagi".  Erlangga menatap kedua teman sekelasnya itu dengan kesal.

" LO YANG JELEK ANJ". Adit dan Rayhan dengan kompak meneriaki Erlangga, setelah itu keduanya berlari meninggalkan Erlangga yang terdiam karna terkejut oleh suara kompak Adit dan Rayhan.

Tepat saat bell keluar main, ketiga laki laki itu menyelesaikan hukuman mereka, sementara dia siswa perempuan itu sudah selesai sejak bell pelajaran kedua di mulai.

" Akhirnya selesai juga, capek banget gue ". Adit keluar lebih dulu dari salah satu bilik toilet, di ikuti oleh Rayhan dan Erlangga. Kali ini ketiganya kompak membersihkan toilet dan mengepel lantai meskipun mereka terus terusan memberikan tatapan tajam satu sama lain.

Bab 3,,menggoda

Seorang gadis cantik tampak terburu buru keluar dari fakultas Akutansi, entah apa yang membuat gadis itu tampak seperti di buru waktu, sampai dia tidak memperhatikan jalan saking terburu burunya.

Sementara itu dari arah berlawanan, Ada juga seorang pemuda yang berjalan sambil memainkan  ponsel.pemuda itu sangat konsentrasi melihat ke arah ponsel tanpa memperhatikan jalan.

Bruk....

Karna tidak fokus melihat jalan, pemuda itu menabrak seorang perempuan yang baru dia lihat kali ini.

"Auuu.... ". Perempuan itu meringis merasakan bokongnya yang terasa perih akibat benturan keras dari badan orang yang di tabraknya. Pemuda itu dengan segera membantu perempuan itu untuk bangun.

" Gue minta maaf, gue gak sengaja". Ardiy dengan cepat meraih tangan perempuan itu dan membantunya untuk segera berdiri. " Ada yang sakit enggak?, gue bner bner minta maaf karna gak liat jalan". Ardiy menatap perempuan yang tampak sangat mungil berada di hadapannya.

" Gue gak papa kok". Suara lembut perempuan itu, seketika membuat Ardiy terdiam, bahkan ketika perempuan itu mendongak, Ardiy seperti terhipnotis untuk beberapa detik.

" Gue juga minta maaf kak, gue tadi buru buru jalannya".  Perempuan itu tersenyum canggung, takut Ardiy akan marah, siapa sih yang gak ngenal seorang Ardiy syahreza, hampir semua anak anak di kampus itu mengenal siapa Ardiy.

Bukan hanya karna paras tampannya, namun Ardiy juga terkenal karna sifat ramah dan humblenya, belum lagi dengan segudang prestasinya.

" Ah iya tidak papa, kita sama sama bersalah". Ardiy mencoba tersenyum untuk menormalkan detak jantungnya yang tiba tiba berdentum dengan keras tanpa sebab.

" Astaga.... Handphone lo rusak kak". Ardiy seketika menoleh ke arah benda pipih yang tadi dia mainkan kini sudah mati bahkan kacanya pecah akibat terlempar terlalu jauh.

" Ohh iya gak papa, bisa di perbaiki nanti" . Perempuan itu dengan rasa bersalah memungut handphone Ardiy dan mengembalikan benda pipih yang sudah rusak itu kepada pemiliknya.

" Gue benar benar minta maaf kak". Perempuan itu menunduk merasa sangat bersalah, perempuan itu takut kalo harus ganti rugi, karna dia tau harga handphone itu sangatlah mahal, sementara dirinya tidak punya uang banyak untuk menggantikan handphone itu.

" Lo gak usah minta maaf, gue juga salah kok". Ardiy mencoba menenangkan perempuan yang menabraknya tadi, karna sejujurnya dia juga merasa bersalah telah membuat perempuan se mungil itu sedikit terpental.

" Nama gue putri kak, kalo lo emang mau pertanggungjawaban cari aja gue di Fakultas akuntasi". Perempuan yang mengaku bernama putri itu mengulurkan tangannya, Ardiy yang melihat tangan mungil itu jadi tertawa kecil sambil menyambut uluran tangan putri. " Gue Ardiy , lo juga kalo merasa sakit di salah satu anggota tubuh lo bilang aja sama gue". Ardiy tersenyum ramah seperti biasa.

Beberapa mahasiswi yang melihat Ardiy sedang bersalaman dengan putri jadi iri, karna Ardiy sangat jarang suka bersentuhan dengan lawan jenis, kecuali dengan orang orang terdekatnya.

" Cihhh,,, pakai pelet apa si miskin itu sampe berani kenalan sama kak Ardiy ". Salah satu mahasiswi yang merupakan fans fanatik Ardiy berdecihh sinis.

" Emang gak tau diri si putri itu, udah miskin belagu banget mau deketin kak Ardiy ". Mahasiswi yang lainnya menimpali. Dan beberapa di antaranya ikut mencibir dan ada juga yang cuma diem tanpa ingin berkomentar.

" Sayangg.... ". Seorang perempuan berpenampilan seksi tiba tiba datang, sehingga membuat Ardiy dengan reflek melepas tangan Putri. Perempuan itu tanpa rasa malu, langsung memeluk lengan Ardiy dengan manja.

" Kamu ngapain salam salaman sama dia?, kamu selingkuh. Iya? ". Perempuan itu memberikan tatapan tajam ke arah putri yang cuma bisa menggeleng menyangkal tuduhan perempuan seksi itu.

" Enggak, tadi aku gak sengaja nabrak dia sayang, makannya aku minta maaf sama dia " . Ardiy mencoba menjelaskan sebaik mungkin supaya tidak terjadi kesalahan pahaman antara dia dan sang kekasih, maupun dengan putri.

" Ya udah kalo emang enggak, ayo pergi dari sini , jangan deket deket sama dia ". Perempuan itu dengan ketus menyeret Ardiy pergi sehingga membuat pemuda itu merasa tidak enak, sementara putri hanya bisa menghela napasnya.

Dengan gontai perempuan itu melanjutkan langkah kakinya, namun perempuan itu kembali membuang napas kasar mendengar salah satu mahasiswi sedang menyindir dirinya.

" Makannya gak usah gatal salam salaman sama pacar orang, minimal sadar diri lah anjir, gak setara, hahahha".  Putri hanya bisa mencoba menyabarkan hatinya untuk tidak membalas perkataan perempuan yang menyindirnya itu.

Sementara itu Ardiy dan Rebecca kini sudah sampai di parkiran, perempuan dengan penampilan seksi itu merengek minta di antar pulang.

" Tapi hari ini aku bawa motor Ca, dan kamu cuma makai rok mini kayak gini? ". Ardiy menatap penampilan perempuan yang sudah menjadi kekasihnya selama dua tahun ini. Terkadang Ardiy hanya bisa berdecak melihat betapa seksinya sang kekasih dalam berpakaian. Ardiy bahkan sudah sering menegur rebecca, namun perkataan Ardiy tidak pernah di gubrisnya.

" Ya gak papa lah, entar juga cuma ke angkat sedikit ". Ardiy menyugar rambutnya mendengar perkataan Rebecca, apanya yang kerangkat sedikit coba?, padahal rok itu panjangnya beberapa jengkal di atas lutut, kalo naik motor bisa bisa semua paha perempuan itu akan terekspos.

" Kan sudah aku bilang, jangan terlalu seksi dalam berpakaian, kamu gak tau seberapa kotornya otak para laki laki yang menatap tubuh kamu".  Ardiy mencoba memberikan pengertian kepada Rebecca, namun perempuan itu malah tersenyum centil ke arah Ardiy.

" Termasuk kamukan sayang". Rebecca menempelkan tubuhnya sambil membelai rahang Ardiy.

" Jangan seperti ini, kita masih berada di tempat umum". Ardiy mencoba mengalihkan pandangannya ke arah lain, laki laki itu mencoba tetep sadar dengan akal sehatnya.

" Kalo di tempat sepi gimana hmmm? ". Ardiy hanya bisa menelan salivanya dengan kasar ketika Rebecca semakin berani mengusap rahang dan lehernya.

" Udah Ca, ayo aku antar pulang". Peresetan dengan rok mini, Ardiy lebih memilih segera mengantar Rebecca pulang dari pada dia lepas kendali.

Brum...

Suara motor matic lewat membuat Rebecca dengan segera menjauhkan tubuhnya dari tubuh Ardiy. Sementara Ardiy langsung melebarkan matanya melihat siapa yang baru saja lewat.

 "Apa dia melihat adengan yang tadi". Ardiy membatin, entah kenapa dia merasa takut kalo putri melihat apa yang terjadi tadi. "Kenapa gue malah kayak takut dia tau?, ah ini pasti karna gue gak mau nama baik gue tercoreng di mata siapa pun, iyah pasti itu".  Ardiy mencoba menyakinkan dirinya dengan perkataan nya sendiri.

" Ayo, katanya mau anter aku pulang sayangg". Ardiy tersadar ketika mendengar suara manja dari Rebecca yang sekarang sedang mengerucutkan bibirnya. " Ah iya ayo". Dengan segera Ardiy mengambil motornya dan melaju meninggalkan area kampus setelah Rebecca duduk dengan tenang di belakang tubuhnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!