...Happy Reading !!!...
Zizi termenung disudut kamarnya dalam keadaan yang sangat kacau. Dengan mata sembab dan rambut yang berantakan. Sepertinya gadis itu baru saja menangis mengingat kejadian tadi siang. Sebuah pengakuan yang sangat menyakitkan dan langsung membuatnya hancur seketika.
"Jujur aja, Na. Gue jatuh cinta sejak pertama kali ketemu Lo dihari pertama kita masuk kuliah." Nana terdiam karena terkejut mendengar pengakuan dari Tristan. "Lo ingat ga ! Kejadian pertama kali yang mempertemukan kita ?" Tanya Tristan yang tidak dijawab oleh Nana.
"Saat itu, gue ga sangaja nambak lo sampai buku-buku yang gue pegang jatuh kelantai. Dan akhirnya lo nolongin gue anterin buku itu ke Perpustakaan." Tristan terdiam saat mengingat kembali kejadian itu. "Sejak saat itu juga gue mulai nyaman sama Lo, tapi bodohnya gue ga berani ungkapin perasaan gue sendiri. Gue takut ditolak dan akhirnya saling menjauh. Makanya gue lebih milih jadi sahabat lo karena menurut gue dengan hal itu setidaknya bisa buat kita selalu dekat."
Zizi kembali menangis saat mengingat hal itu. Airmata yang sedari tadi berusaha ditahannya akhirnya kembali jatuh. Hatinya sakit dan semua terasa begitu menyesakkan.
Apalagi yang lebih menyakitkan selain mendengar langsung laki-laki yang kita cintai menyatakan perasaannya pada wanita lain. Dan yang lebih menyakitkan adalah wanita itu merupakan sahabatnya sendiri.
Zizi tidak menyalahkan siapapun dalam hal ini karena ia pun sadar, dia ikut bersalah. Ia salah karena lebih memilih menyembunyikan perasaan nya sendiri dalam diam.
Selama ini, Zizi memilih bungkam karena takut merusak persahabatan mereka dengan ungkapan perasaannya. Dan hari ini, dia harus menanggung hasil dari kebungkamannya sendiri.
Meskipun, Zizi tahu jika Nana tidak akan menerima pernyataan Tristan. Karena wanita itu telah menikah dan sangat mencintai suaminya. Tapi tetap saja membuat Zizi terluka.
Hari berlalu dengan sangat cepat. Sakit dan sesak yang harus dirasakan oleh Zizi tidak hanya berakhir sampai disitu saja. Karena ternyata masih banyak luka yang harus ia hadapi kedepannya.
Hari ini, ia harus kembali menelan pil pahit. Laki-laki yang ia cintai kembali menyatakan perasaannya pada wanita lain. Yang lebih menyakitkan lagi adalah, wanita itu adalah adik sepupunya sendiri.
Disuatu malam, Zizi mengikuti tristan kesuatu restoran. Yang ia dengar dari telefon tadi siang, tristan akan menemui seorang perempuan dari masa lalunya.
Zizi terus saja mendengar percakapan mereka berdua dari kejauhan. Iya, saat ini gadis itu sedang menyamar untuk bisa mengikuti tristan. Hingga tiba pada akhirnya, Tristan mengucapkan kalimat yang berhasil membuatnya kembali patah hati.
"Sebenarnya aku hanya ingin mengatakan kalau sebenarnya aku... Aku sangat menyukai mu sejak dari Sekolah Menengah Pertama. Maukah kau menjadi kekasihku Chika ?"
Malam itu Zizi kembali terluka. Bahkan ini lebih sakit dari pada saat tristan mengatakan perasaannya pada nana.
"Apa aku sangat tidak pantas dicintainya olehnya ? Kenapa dia tidak pernah melihat pada ku walau hanya sebentar."
"Apa aku seburuk itu dimatanya ? Kenapa dia hanya menganggap ku hanya sebagai sahabatnya saja."
"Tidak bisa kah dia merasakan perasaan ku pada nya ? Aku mencintai nya sejak pertama kali bertemu dikampus itu."
Zizi terus saja bergumam disela-sela tangisnya. Tak ada seorangpun yang tau tentang perasaannya. Tidak ada yang mengerti betapa hancurnya dia saat ini.
Sejak malam itu juga, Zizi memutuskan untuk menjaga jarak dari Tristan. Ia tidak mau mengambil resiko, hatinya terlalu sering terluka hanya karena cinta yang tak terbalaskan. Gadis itu tak akan sanggup melihat orang yang ia cintai bermesraan dengan adik sepupunya sendiri.
Keesokan harinya, semua berjalan seperti sebelumnnya. Zizi tetap pergi bekerja dirumah sakit. Dan siang harinya ia juga tetap menikmati makan siang nya bersama nana, namun ia tetap menghindari tristan.
"Selamat siang my Queen, selamat siang My Princess," sapa Tristan pada kedua sahabatnya. Laki-laki itu langsung mengambil tempat duduk dihadapan Zizi.
"Selamat siang My Prince," jawab Nana santai.
"Siang," jawab Zizi dengan cuek. "Oh iya Na, gue baru ingat kalau gue ada janji sama pasien. Jadi gue keruangan duluan ya." Zizi langsung pergi setelah mengatakan itu. Nampaknya gadis itu memang sengaja menghindari Tristan saat ini.
Gadis itu langsung pergi meninggalkan kedua sahabatnya. Ia takut tidak bisa menahan air matanya saat bersama tristan, makanya ia memilih pergi.
Zizi selalu menyimpan setiap luka, setiap kenangan, setiap cinta di dalam sebuah buku yang ia namakan Catatan Cinta.
♡♡♡
Zizi adalah gadis yang cantik, lagi pula pemilik nama lengkap Azizah Ghaffara Dananjaya itu adalah seorang dokter spesialis. Laki-laki mana yang tidak akan tertarik dengan gadis yang hampir mendekati kata sempurna itu.
Banyak sekali laki-laki yang datang di mendekati Zizi, banyak juga diantara mereka yang berusaha merebut hati dan perhatian gadis ini. Namun tak sedikit juga diantara mereka yang ditolak oleh gadis itu secara mentah-mentah.
Hingga suatu saat orang tua Zizi mendesaknya untuk segera menikah dengan laki-laki yang mereka pilihkan. Awalnya gadis yang berprofesi sebagai dokter kandungan itu juga menolaknya secara terang-terangan.
Namun orang tau Zizi mengancam akan mengakhiri hidupnya jika zizi menolak perjodohan ini. Dengan sangat terpaksa Zizi harus merelakan kehidupannya demi orang yang sangat ia cintai.
Gadis itu tidak mau kehilangan orang tuanya. Makanya ia memutuskan untuk menerima perjodohan ini. Meskipun itu dengan sebuah keterpaksaan. Tapi ia akan mencoba membuka hatinya untuk laki-laki yang akan menjadi suaminya itu.
Sebenarnya orang tua Zizi bukan tipe orang tua yang suka mengekang anaknya. Awalnya mereka memberi kebebasan untuk putri semata wayangnya itu memilih pasangan hidupnya sendiri.
Namun, hingga saat ini Zizi belum menunjukan tanda-tanda apapun. Tidak ada seorang laki-laki yang ia kenalkan pada mereka. Sementara umur Zizi semakin hari semakin bertambah, gadis itu tidak akan selamanya muda. Dan sampai kapan mereka akan menunggu kedatangan laki-laki yang akan menjadi menantu mereka itu.
Mereka hanya takut jika Zizi menjadi perawan tua saja. Makanya mereka memutuskan untuk menjodohkan gadis itu dengan seorang anak dari sahabat mama Zizi.
Hingga secara tidak sengaja, tristan menemukan sebuah buku milik Zizi terjatuh didalam ruangan kerja gadis itu ketika tristan hendak mencari Zizi. Buku yang selalu menjadi tempat curhat zizi selama ini. Tristan membuka lembaran demi lembarannya. Ia membaca semua isi hati Zizi. Matanya membola saat tau perasaan Zizi terhadap nya selama ini.
Akan kah Tristan berhasil menggagalkan pernikahan Zizi, atau dia membiarkan pernikahan itu terjadi ?
Hallo Gengs !!!
Selamat datang di ceritanya Dokter Zizi dan perjalanan kisah cintanya. Jangan lupa tinggalin jejaknya ya dengan cara Vote, Like, dan Koment.
With Love,
Author ☺
15.10.2020
...~Terkadang memendam adalah pilihan satu-satunya agar semua terlihat baik-baik saja~...
Happy Reading !!!
Hari ini adalah hari pertama memasuki bangku perkuliahan. Zizi dengan sengenap semangatnya segera berangkat kekampusnya. Memakai jasa taksi adalah pilihannya karena saat itu dia tidak memiliki kendaraan pribadi di Amerika.
Setelah menempuh perjalanan selama lebih kurang 20 Menit. Gadis itu akhirnya sampai di gerbang kampus. Ia membayar taksi itu lalu segera melangkahkan kakinya memasuki gedung universitas.
Gadis itu memilih duduk sendiri ditaman kampus, karena memang saat itu ia tidak memiliki teman. Hingga seseorang datang mendekatinya.
"Hay.. Apa aku boleh duduk" Ujar seorang gadis berbasa basi. Zizi menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Lalu gadis itu langsung mengulurkan tangannya pada zizi. "Aku navya, kamu bisa panggil aku nana" Seru gadis itu memperkenalkan dirinya.
"Hay.. Namaku Azizah, panggil saja zizi" Balas zizi menyambut uluran tangan nana.
"Apa kamu mau ?" Tawar zizi pada nana. Kebetulan zizi belum sarapan diapartement jadi ia membawa bekalnya untuk dimakan di universitas saja.
"Tidak, aku sudah sarapan di apartemen tadi" Tolak nana dengan halus. Nana memperhatikan wajah zizi dengan seksama.
"Ada apa ? Apa ada yang salah dengan wajah ku ?" Tanya zizi ketika ekor matanya menangkap nana sedang memperhatikannya sejak tadi.
"Tidak-tidak.. Tidak ada yang salah dengan wajah mu. Tapi apakah kau dari Indonesia ?" Tanya nana kemudian.
"Iya, aku dari Indonesia. Dari mana kau tau ?" Tanya zizi bingung. Pasalnya ia tidak mengatakan dari negara mana ia berasal. Lalu dari mana gadis dihadapannya ini bisa tau. Apakah dia seorang peramal ? Pikir zizi.
"Aku bukan seorang peramal" Seru nana menebak isi pikiran zizi. "Aku tadi hanya menebak-nebak saja" Sambung nana dengan tawanya.
"By the way, aku juga dari Indonesia" Nana mengatakan itu tanpa ditanya oleh zizi.
"Benarkah ? Waw ini sungguh suatu kebetulan. Mungkin kita juga bisa menjadi teman atau sahabat" Tutur zizi.
Sebenarnya zizi bukanlah orang yang mudah bergaul dengan orang baru. Tapi entah kenapa ia begitu nyaman saat berada didekat nana meskipun mereka baru saling mengenal.
"Mungkin lo adalah jawaban dari doa gue" Seru nana menanggapi ucapannya zizi.
"Maksudnya ?" Tanya zizi bingung. Gadis itu tidak mengerti dengan ucapan dari teman baru nya ini.
"Iya, aku berdoa supaya Allah mengirimkan aku orang baik yang akan menjadi sahabatku disini" Jawab nana.
Mendengar itu, zizi tertawa. Itu adalah jawaban konyol menurut gadis itu.
"Kita baru saja mengenal satu sama lain. Lalu bagaimana kau tau kalau aku adalah orang baik. Bagaimana kalau seandainya aku ini adalah orang jahat yang bisa mencelakai mu kapan saja" Tutur zizi.
"Itu tidak mungkin. Aku percaya pada hatiku. Dan hatiku mengatakan kalau kau adalah orang baik" Jawab nana dengan penuh keyakinan.
"Hhahah.. Terserah kau saja. Tapi jangan pernah mempercayai orang asing dengan begitu mudah" Peringat zizi pada nana sembari berjalan pergi dari taman itu.
Nana tampak mengikuti langkah zizi. "Apa itu artinya kau tidak mempercayaimu ?" Tanya nana.
"Aku tidak mengatakan seperti itu. Aku percaya kalau kau adalah orang baik" Seru zizi dengan tersenyum lembut.
☀☀☀
Kini jam telah menunjukan pukul 08.00 Pagi menurut waktu di Amerika Serikat. Semua Mahasiswa baru dikumpulkan ditengah lapangan untuk diberikan arahan mengenai Ospek yang akan mereka jalani.
Begitupun dengan zizi dan nana, mereka juga ikut berkumpul dilapangan itu. Hari ini mereka belum melakukan kegiatan apapun, hanya perkenalan saja.
Satu persatu dari mahasiswa baru diminta untuk maju kedepan memperkenalkan dirinya.
Hingga kini tiba waktunya zizi untuk maju kedepan.
Gadis itu maju dengan penuh percaya diri. Berdiri diantara ratusan hingga ribuan orang. Belum lagi kakak-kakak senior yang berbaris didepan dengan wajam seramnya.
Tapi itu tidak pernah mengentarkan seorang zizi. Prinsipnya hanya satu, ia tidak takut pada siapapun kecuali pada penciptanya.
"Hay semuanya. Senang bisa bertemu dan berkenalan dengan kalian. Nama ku Azizah Ghaffara Dananjaya. Orang-orang terdekatku memanggil ku dengan panggilan zizi tapi kalian bisa panggil aku sesuai dengan keinginan kalian" Seru zizi dengan percaya diri dari depan sana.
"Ada yang ingin bertanya ?" Zizi memberikan kesempatan pada mereka semua bertanya pada dirinya.
"Saya" Seru seseorang mengangkat tangannya.
"Silakan."
"Kamu berasal dari mana ? Apakah dari negara ini ?."
"Bukan. Saya berasal dari negara dengan seribu candi, negari seribu pulau, negara agraris, Paru-paru dunia, surga dunia, Nusantara."
Zizi sengaja menyebutkan julukan-julukan untuk negara Indonesia agar mereka mudah mengenali negaranya.
"Tanah air beta adalah Indonesia" Sambung zizi yang dihadiahi sorakan oleh semua orang.
Hingga kini, tiba waktunya nana yang memperkenalkan namanya. Gadis ini tidak sepercaya diri zizi tapi ia berusaha bersikap tenang dihadapan semua orang.
"Hallo guys.. Salam kenal dari saya gadis dari Zambrud Khatulistiwa. Nama saya, Navya Paramesti Abimanyu, panggil saja Navya atau yang lebih akrab nana."
"Ada yang ingin bertanya ?" Tanya nana memberikan kesempatan pada mereka untuk bertanya. Namun tidak ada yang ingin bertanya padanya.
☀☀☀
Acara perkenalan telah usai, kini haripun sudah semakin siang. Zizi dan nana berniat untuk makan siang dikantin kampus.
"Makan yuk, gue laper nih" Seru nana dengan suara yang sedikit manja.
"Ya udah yuk, gue juga kebetulan juga lapar." Jawab zizi, namun tiba-tiba zizi menghentikan langkahnya.
"Kenapa berhenti ?." Tanya nana mengerutkan dahinya.
"Lo duluan aja kekantinnya, nanti gue akan nyusul. Gue mau ketoilet sebentar." Jawab zizi. Tanpa membantah lagi nana segera pergi kekantin duluan sementara zizi pergi ketoilet.
Zizi keluar dari kamar mandi dengan wajah yang tertunduk. Hingga tanpa sengaja ia menabrak seseorang yang sedang berjalan dari arah berlawanan.
"Aww." Seru zizi saat lengannya menabrak lengan orang itu. Semua buku yang dipengang oleh pria itupun jug ikut terjatuh kelantai.
"Maaf.. Maafkan aku. Aku tidak sengaja menabrak mu." Ucap zizi yang kini tengah berjongkok membantu pria itu memunguti buku-bukunya yang terjatuh.
"Tidak apa-apa. Aku juga salah karena berjalan dengan terburu-buru." Jawab pria itu. Setelah semua bukunya terkumpul dia segera berdiri. "Maaf aku duluan, aku sedang terburu-buru saat ini." Sambung pria itu. Zizi mengangguk kan kepalanya pelan dengan sedikit senyuman.
Pria itu segera berlalu dari hadapan zizi. Sementara gadis itu tak henti-hentinya memandang pria yang tidak sengaja ia tabrak itu.
"Tampan sekali." Ucap zizi mengangumi ketampanan pria itu.
☀☀☀
"Maaf, gue kelamaan ya ?" Tanya zizi yang saat ini sudah berada di depan nana.
"Ngak kok, santai aja." Jawab nana sembari menikmati juice yang ia pesan.
"Lo udah pesan makanan nya ?" Tanya zizi lagi sembari mendudukan tubuhnya dikursi depan nana.
"Belum. Gue tungguin lo tadi." Seru nana apa adanya. Mendengar itu, zizi langsung memanggil pelayan dan segera memesan makanannya.
Setelah begitu lama menikmati makanannya, mereka akhirnya selesai juga. Saat ini mereka berencana akan pergi jalan-jalan sembari menikmati waktu senggang. Namun siapa sangka, nana melihat seseorang yang hampir saja ditabrak dijalanan.
"Awas." Teriak nana sembari berlari menarik tangan pria itu. Untung saja, nana datang tepat waktu jika tidak mungkin pria itu tidak akan selamat.
Sementara zizi berlari kearah nana dan juga pria itu dengan panik. "Ya ampun nana, lo ngak apa-apa kan ?" Tanya zizi dengan cemas. Ia segera memeriksa seluruh tubuh nana, melihat itu nana merasa sangat terharu. Ternyata masih ada orang baik yang menyayanginya saat berada jauh dari orang terdekatnya seperti saat ini.
"Gue ngak apa-apa kok. Terima kasih karena udah khawatirin gue." Ucap nana dengan tulus.
"Syukurlah kalau gitu." Jawab zizi. Lalu matanya beralih menatap pria yang ditolong oleh nana tadi.
"Kamu." Seru zizi menunjuk pria itu. "Kamu pria yang tidak sengaja aku tabrak dikamar mandi tadi kan ?" Tanya zizi.
Pria itu tampak berfikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan zizi. "Iya, tapi kita tadi belum sempat kenalan kan ?." Ucapnya kemudian.
"Perkenalkan nama gue Tristan Xavier Wardana. Panggil saja Tristan." Ucapnya mengulurkan tangannya.
"Nama gue Azizah Ghaffara Dananjaya. Panggil aja zizi." Balas zizi sembari membalas uluran tangan tristan.
Tristan segera beralih pada nana, ia juga melakukan hal yang sama. "Tristan." Ucapnya.
"Navya Paramesti Abimanyu. Panggil aja Nana biar lebih akrab" Balas nana dengan senyumannya.
"Oh iya, makasih ya karena usah selamatin gue tadi. Kalau ngak ada lo, ngak tau deh apa yang terjadi." Ujarnya dengan tulus.
Nana tersenyum. "Iya, sama-sama." Jawab nana.
"Oh iya lo mau kemana sekarang ?" Zizi mencoba mengakrabkan diri dengan pria itu. Dari tatapan zizi, sepertinya gadis itu sudah jatuh cinta dengan pria yang ada dihadapannya. Mungkin ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama.
"Ngak kemana-mana sih. Paling mau langsung pulang keapartement." Jawab tristan.
"Gimana kalau lo ikut kita aja. Rencananya kita mau jalan-jalan sembari menikmati waktu sengang." Ajak Zizi pada tristan.
"Boleh. Tapi kalian ngak keberatan kan kalau gue ikut." Seru tristan mencoba sedikit bercanda. Mana mungkin mereka keberatan, sementara mereka mengajaknya.
"Tentu saja tidak. Ayo kita pergi." Ujar nana. Mereka segera pergi kesuatu tempat menikmati waktu senggangnya. Tak membutuhkan waktu lama bagi mereka untuk bisa akrab. Sejak saat itu, mereka telah bersahabat dan berbagi suka dan duka.
Hallo Readers !!!
Ketemu lagi di ceritanya Dokter Zizi dan perjalanan kisah cintanya. Jangan lupa tinggalin jejaknya ya dengan cara Vote, Like, dan Koment.
Oh iya, btw author mau kasih tau kalau novel ini akan author update 2 hari sekali. Tapi jika Vote, Like, dan komentnya banyak nanti author pikir-pikir lagi, mana tau author bisa berubah pikiran dan update tiap hari 😁
With Love,
Author ☺
17.10.2020
...~Tanyalah pada angin, apakah ia bisa patah hati ? Sejauh ini ia tidak pernah menjawabnya. Tanyalah padaku, bisakah aku patah hati ? Sejauh ini kau membuatku seperti angin~ Alfin Rizal....
Happy Reading !!!
Sang surya kini telah menampakkan dirinya, memancarkan cahaya memberi kehangatan. Selalu tersenyum menyapa dunia meskipun kadang ia dikeluhkan para penghuni bumi. Sementara di kamar apartement tampak seorang gadis cantik terlihat sedang bersiap-siap, menandungkan sebuah lagu didepan meja rias sembari memoles wajahnya dengan make up tipis.
“Sudah siap.” Ucapnya tersenyum memandang puas karya ciptaan tangannya. Meskipun dengan make up tipis, dia masih terlihat sangat cantik. Tangannya bergerak mengambil sebuah benda pipih diatas tempat tidur lalu segera mencari Nama “My Queen”. Setelah berhasil mendapatkannya ia segera menghubungkan sambungannya.
“Hay Queen.” Sapa Zizi setelah sambungannya tersambung.
“Iya zi, ada apa ?.” Tanya Nana pada Zizi dari balik telefon.
“Lo udah berangkat belum ?.”
“Ini udah dijalan, bentar lagi gue sampai disana kok.”
“Okee, gue tunggu lo di loby hotel aja ya.”
“Okee.” Jawab Nana sebelum memutuskan sambungan teleponnya.
Hari ini mereka ada seminar kedokteran di Hotel terkenal, di Los Angeles. Semua dokter wajib menghadiri acara seminar itu tanpa terkecuali. Lagi pula tiga sekawan itu memang senang menghadari acara seperti ini. Hitung-hitung tambah ilmu, itu kata mereka.
Setelah selesai bersiap-siap, Zizi langsung berangkat ketempat acara itu menggunakan sebuah taksi yang telah ia pesan terlebih dahulu. Butuh waktu yang lumanyan lama untuk bisa sampai dihotel itu. Setelah 30 menit, gadis itu akhirnya sampai juga. Sesuai dengan janjinya tadi, ia segera keloby untuk menemui sahabatnya – Nana. Namun sayang, orang yang dicarinya belum datang. Jadi terpaksa Zizi menunggu kedatangan gadis itu.
“Zizi.” Panggil Nana dari kejauhan. Mendengar namanya dipanggil, Zizi segera menoleh kesumber suara.
“Eh, hay na.” Balas Zizi langsung berdiri dari duduknya.
“Udah lama ya nunggu nya ? Maaf ya, tadi gue ada urusan mendadak.” Ucap Nana merasa tidak enak karena membuat sahabatnya menunggu terlalu lama.
“Ngak kok, santai aja.” Jawab Zizi dengan senyuman tipis dibibirnya.
“Oh iya, Tristan mana ? Belum datang ya ?.” Tanya Nana sembari mengedarkan pandangannya mencari sosok sahabat laki-lakinya itu.
“Ngak tau, kayaknya belum datang deh.” Jawab Zizi dengan mengangkat kedua bahunya. Namun tiba-tiba orang yang sedang mereka bicarakan muncul dihadapan mereka.
“Hay My Queen.. Hay My Princess.” Sapa Tristan. Laki-laki itu telah terbiasa memanggil kedua sahabat perempuannya dengan panggilan itu.
“Hay juga Prince.” Begitu kedua gadis itu memanggil Tristan. Mereka memang memiliki panggilan sayang antara satu dengan yang lainnya. Setelah puas bertegur sapa, mereka akhirnya memutuskan untuk masuk kedalam aula tempat dimana acaranya akan dimulai. Kebetulan acara kali ini mereka bertiga bersama 4 dokter lainnya yang menjadi panitianya. Makanya meraka datang lebih awal dari pada peserta.
Acara pun berlangsung selama kurang lebih 3 jam. Saat ini para peserta seminar sudah bubar dan kembali pada aktivitas mereka masing-masing. Disana hanya tinggal para panitia saja.
“Huft… Akhirnya acara ini selesai juga. Gue lega banget.” Ucap gadis cantik yang selalu dipanggil zizi itu menghela nafasnya dengan kasar. Bagaimana tidak, untuk mempersiapkan acara ini dengan matang, Ia harus mengorbankan tidur nyenyaknya selama 3 hari.
“Iya, gue lega banget.” Sahut Tristan. “Eh.. Gimana kalau kita makan bareng direstoran biasanya. Hitung-hitung sebagai tanda kelancaran seminar kita.” KataTristan memberi saran. Namun siapa sangkat sarannya itu hanya akan merugikannya saja. Karena kedua gadis kesayangannya itu malah meminta dia untuk mentraktir mereka. Dengan sangat terpaksa, Tristan menyetujuinya jika tidak mereka tidak akan berbicara dengannya selama satu bulan.
Mereka menghabiskan waktu mereka direstoran sembari menikmati makan siang. Bersenda gurau dan tertawa bersama. Hingga waktu berjalan dengan sangat tepat, hari-hari mereka selalu penuh tawa karena kesebersamaan dari ketiga sahabat itu.
Zizi mengangkat pergelangan tangannya untuk melihat. “Eh guys..Gue duluan, soalnya mau kerumah sakit ada janji sama pasien gue.” Seru Zizi.
Lebih kurang 5 Tahun yang lalu mereka telah lulus dari pendidikan mereka. Mereka juga telah mengambil Spesialis saat ini. Zizi memutuskan untuk mengambil spesialis Obstetri dan Ginekologi sementara Tristan dan Nana memilih mengambil spesialis yang sama yaitu, spesialis Bedah Saraf. Dan saat ini mereka memilih bekerja di Rumah Sakit terkenal di Amerika Serikat.
Iya, Mereka memutuskan untuk menetap di Amerika dan mencari kerja disana. Sepertinya mereka belum siap berpisah dengan negeri paman sam itu. Mungkin tempat itu telah memberikan kenyamanan hingga mereka begitu enggan pulang ketanah air.
“Bareng aja zi, gue juga mau kerumah sakit. Mau cek rekam medis pasien yang mau operasi besok pagi.” Seru Nana. Zizi pun menganggukkan kepalanya tanda setuju.
“Lo gimana Tris ?.” Tanya Zizi.
“Kalian duluan aja. Gue ngak kerumah sakit soalnya juga ngak yang harus gue kerjain hari ini.” Jawab Tristan.
“Terus lo kemana ?.” Tanya Nana kemudian.
“Biasalah mau kencan gue sama seseorang.” Jawab Tristan dengan muka sok tampannya. Hingga membuat kedua gadis itu mendelik karena kenarsisan dari sahabat mereka itu.
“Gaya nya kayak punya pacar aja, padahal dianya jomblo.” Sahut Azizah.
“Eh.. Jangan salah, gue emang ngak pacar tapi banyak cewek yang mau dekatin gue dan mencari perhatian dari gue. Dari pada lo, jomblo tapi ngak ada yang dekatin” Ucap Tristan dengan nada sombong, ia tidak terima zizi mengatakannya jomblo. Padahal emang jomblo sih, wkwkwk.
Nana hanya memutar bola matanya jenuh melihat perdebatan dari kedua sahabatnya itu. “Mulai lagi deh debat kandidatnya.” Gumam Nana.
***
Hari pun telah sore, Zizi berniat singgah kesebuah café untuk memesan makanan karena ia merasa sangat malas jika harus masak sampai di apartement. Sementara Nana sudah kembali keapartement dari tadi.
Zizi tidak sengaja melihat Tristan sedang mengobrol bersama seorang cewek di café tempat ia akan memesan makanan. “Itu bukannya Tristan ya ?.” Seru Zizi seakan mengenal seseorang yang ada di meja sebelah sana.
Karena penasaran, Zizi pun segera mendekat kearah meja itu tapi tanpa sepengetahuan Tristan. “Iya, benar itu Tristan.” Gumam Zizi sembari berfikir, “Tapi siapa wanita itu ?.” Tanyanya kemudian.
Sementara sebuah meja, Tristan tampak mengusap kepala gadis itu dengan lembut. Tak lupa dengan sebuah senyuman yang sangat manis dibibirnya.
“Iya sayangku.” Ucapan itu yang sempat didengar oleh Zizi dari mulut Tristan. Kata sayang yang sangat romantis ditelinga Zizi namun begitu menyesakkan didadanya.
“Sayang ? Apa dia pacarnya Tristan ?.” Tanya Zizi pada dirinya sendiri. Otaknya dipenuhi dengan begitu banyak pertanyaan namun matanya berespon lain, tiba-tiba saja mata nya berkaca-kaca setelah mendengar kata itu.
Zizi melupakan niatnya untuk membeli makanan. Ia memilih langsung pulang ke apartementnya karena suasana hatinya saat ini sedang tidak baik. Setelah sampai dikamar apartementnya, Zizi langsung membuang tas nya kesembarang tempat, lalu menangis sejadi-jadinya.
“Kenapa rasanya begitu sesak mendengar kata itu keluar dari mulutnya untuk wanita lain.” Ucap zizi menangis dengan terisak-isak.
Seperti biasanya, ia selalu menuangkan isi hatinya pada buku yang sering disebutnya sebagai Catatan Cinta. Karena ia merasa lebih nyaman bercerita pada buku dari pada orang lain jika dalam masalah perasaan.
[Hay Diary… Hari ini aku ketemu dia sedang berkencan dengan wanita lain disebuah kafe. Awalnya aku tidak sengaja bertemu dengannya. Aku sempat ragu kalau itu memang benar dia, hingga akhirnya aku memutuskan untuk memastikannya dengan lebih dekat lagi. Kau tau diary, hatiku rasanya begitu sesak saat mendengar dia memanggil wanita itu dengan kata sayang].
Hallo Readers !!!
Ketemu lagi di ceritanya Dokter Zizi dan perjalanan kisah cintanya. Jangan lupa tinggalin jejaknya ya dengan cara Vote, Like, dan Koment.
With Love,
Author ☺
19.10.2020
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!