NovelToon NovelToon

Dokter Cinta Mas Ojol

Ojol Cinta 1

_________

Klontang gubrakkkkk duaarrrrr

"Bangunlah wahai anak bujang!!!!!" Teriak seorang wanita paruh baya didepan pintu kamar.

"Sebentar sayang." Jawab seorang pemuda yang masih mencetak pulau sumatera dibantalnya.

"Sayang, sayang kepalamu goyang. Ini udah jam 7 Paiz, kamu nggak mau kerja?" Teriak wanita itu lagi.

"Bentar lagi istriku." Jawab pemuda itu semakin ngelantur.

"Mimpi teros, makanya buruan nikah biar gak cuma merajut mimpi!!". Sewot wanita paruh baya itu melihat kelakuan sang anak bungsu.

"Kenapa sih Bu? Pagi pagi kok malah latihan dagang panci." Seorang lelaki paruh baya menghampiri wanita paruh baya yang sedang dilanda emosi jiwa itu.

"Ini loh pak, anak bungsu kita bukannya bangun malah ngehalu. Ibu bangunin malah jawabnya, iya sayang bentar lagi istriku, wong edan." Gerutu wanita yang ternyata adalah Bu Leni, ibu dari Faiz.

"Ngebet nikah kalik buk anak bujang kita, makanya mimpi nya gitu." Jawab laki-laki paruh baya itu, beliau adalah Ayah dari faiz, Pak Aji namanya.

"Disuruh nikah aja gak mau, ditanyain mana pacar malah pura-pura amnesia. Udahlah bapak aja yang bangunin, ibu lama-lama stroke kalo begini caranya." Bu Leni meninggalkan pintu kamar Faiz dengan segala dumelan nya yang menghiasi pagi.

Dengan senyum pasrah, Pak Aji masuk ke kamar sang putra dan melihat keadaan anak bujang nya masih tengkurap bagaikan ikan dugong kesambar petir.

"Paiz bangun, didepan ada cewe cantik nyariin, katanya mau ngajakin kamu beli ikan asin." Ucap Pak Aji seraya menggoyang kan bahu Faiz, berharap Faiz akan segera terbangun. Dan ternyata memang benar benar manjur.

"Mana pak? Beneran? Emang ada cewe jaman sekarang mau beli ikan asin?" Tanya Faiz beruntun saat sudah terduduk dari rebahannya.

"Lah iya nggak ada, bapak cuma bangunin kamu kok." Jawab Pak Aji dengan polosnya.

"Yah bapak tipu-tipu." Lemas Faiz karena telah dibohongi sepagi ini.

"Udahlah kamu mandi sana, bukannya kamu kerja." Pak Aji meninggalkan kamar Faiz.

"Morning sayang. Morning too cinta." Gumam Faiz mencium gulingnya sambil berkhayal bahwa dirinya sedang sapa pagi dengan sang istri.

"Dah lah mandi dulu biar makin ganteng uwwuuu." Faiz menenteng handuknya dan segera beranjak menuju kamar mandi.

____

Setelah bersiap, Faiz menyusul keluarga nya untuk melaksanakan sarapan bersama. Disana sudah ada kedua orangtuanya serta Mbak Mela dan suaminya, Mas Edo.

"Good pagi semunya." Sapa Faiz seraya mendudukkan diri disalah satu kursi di meja makan tersebut.

"Anak bujang baru keliatan, ntar jodohnya dipatuk ayam loh." Sindir Mela kepada adik laki-laki nya itu.

"Aman mbak Mela, ayam gak doyan cewe cantik." Jawab Faiz yang sudah mulai melahap sarapannya.

"Kamu tu ya mbok cepetan nikah, temen mu lo dah pada gendong anak Mas lihat." Ucap Edo menasehati adik iparnya.

"Iya bener kata mas mu, masak kamu mau jadi bujang lapuk." Tambah Bu Leni.

"Gini ya Bu, kalo sampai sekarang Paiz belom nikah juga tandanya jodoh Paiz masih belom ada." Bela Faiz yang jengah dengan pembahasan tentang nikah, nikah dan nikah.

"Ya gimana mau ada to, lah kamunya nggak usaha, dideketin cewe macem macem bentuk kamu tolak." Sambung Pak Aji.

"Lah iya kerjaan cuma ngojek aja sok jual mahal, kalo ceo atau dokter gitu masih mending, pantes jual mahal." Sewot Mela.

"Bukannya kamu itu lulusan s1 teknik, kok malah ngojek tu kamu waras?" Tanya Edo yang penasaran dengan alasan kenapa Faiz pilih ngojek daripada kerja yang lain.

"Gini lo mas Edo, aku sekolah lulus SMP masuk STM, kuliah ngambil teknik, terus kerja harus yang berhubungan dengan itu juga?" Faiz beralih menatap kakak iparnya dengan tatapan tak bisa diartikan.

"Ya bosen aku, hidup kok cuma suruh mainan baut sama obeng. Suruh ngerasain getaran kesetrum, ya aku maunya getaran dag dig dug pas boncengin cewe lah." Sambungnya lagi dengan santai.

"Lah modus mu, ditembak cewe pas kuliah aja kamu tolak kok. Sok sok an nyari cewe dengan alesan ngojek." Lagi-lagi Mela mengungkit bagaimana Faiz yang selalu menghindari cewek yang berusaha mendekatinya.

"Udahlah Pak Buk, aku berangkat dulu." Faiz menyalami kedua orang tuanya dan kemudian kedua kakaknya sebelum pergi melalang buana bersama anggota helm ijo lainnya.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

"Umurnya anak bujang mu tu berapa sih Bu?" Tanya Pak Aji setelah Faiz sudah tak terlihat lagi.

"28 bulan depan kalo nggak salah, ya kan Mel?" Ucap Bu Leni yang malah bertanya kepada anak sulung nya.

"Lah ibu yang melahirkan kok nanya ke aku sih bu?" Bukannya menjawab Mela malah balik mengajukan pertanyaan kepada sang ibu.

"Iya pas tanggal 29 kalo nggak salah." Jawab Edo.

"Lah kok malah kamu hapal Do?" Heran Pak Aji, menantunya ini emang hebat bisa hafal dengan tanggal lahir adik iparnya.

"Kan aku petugas sensus tahun lalu Pak, ya tahulah. Tukang goreng pengkolan aja aku tau." Jelas Edo lengkap dengan cengirannya.

____

Ting!

"Orderan pagi semoga cewe seksi, Bismillah." Harapan Faiz setiap pagi saat mendapat notif orderan.

"Wehhh Komplek Vilatama Jl. Garuda nomor 2, oke siap meluncur." Gumam Faiz yang langsung melajukan motornya menuju lokasi dimana pelanggan pertamanya berada.

Namun saat dalam perjalanan tiba-tiba ponselnya bergetar didalam saku celananya. Mau tak mau dirinya harus menepikan motornya dan melihat siapa yang telah menganggu perjalan nya menjemput rezeki pagi hari.

"Oalah Saripudin ganggu aja." Gumam Faiz setelah melihat nama pemanggil dilayar ponsel nya.

"Halo Assalamu'alaikum dengan Faiz ganteng disini." Ucap Faiz setelah sambungan telepon terhubung.

"Waalaikumsalam. Dimana kamu Paiz? Tumben nggak ngopi dulu?" Tanya sesorang disebrang telpon.

"Langsung dapet orderan bro Ardi, rezeki anak Sholeh." Faiz membanggakan dirinya sendiri.

"Baru buka lapak langsung dapet aja lu." Ucap Ardi yang disebrang telpon.

"Iya dong, ya udah ya mau jemput calon istri." Cengegesan Faiz. Bukan hal baru jika Faiz akan menyebut setiap pengorder wanita muda adalah calon istrinya.

"Serah lu ah, aku sih doain nya kamu beneran ketemu calon istri." Kekeh Ardi disebrang sana.

"Aamiin, makasih bang, mikoooom." Sambungan Telepon terputus dan kemudian Faiz kembali melanjutkan aksinya menjemput calon istri khayalan Faiz.

Dengan begitu riang dan gembira Faiz mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Motor scoopy hitam kesayangannya itulah yang selalu menjadi teman setia dalam suka mau pun duka.

Menjadi saksi bagaimana Faiz menjalani hari-harinya dengan julukan Jomblo Ikan Asin. Ntah mengapa banyak gadis yang mengincarnya namun ditolaknya begitu saja dengan alasan nggak mampu ngidupin skincare para gadis itu.

Memang Faiz memiliki paras yang manis dengan kulit sawo matang serta kumis tipis yang menjadi nilai plus dalam penampilan fisiknya. Banyak yang menginginkan menjadi pacarnya walaupun status nya hanya tukang ojek online, namun Faiz masih betah menutup hati.

Ojol Cinta 2

"Gusti Allah salah apa aku ini." Panik seorang gadis muda nan cantik didalam kamarnya.

"Berisik banget kak, ada apa?" Tanya wanita paruh baya menghampiri gadis itu.

"Bunda kok gak bangunin kakak sih, telat ini nanti pasti kenal omel mbak Caca pas nyampe tempat praktek." Jawab gadis itu yang masih sibuk dengan jas putih serta tasnya.

"Lah kakak kan udah di panggil si adek tadi tapi nggak nyaut, ya kira bunda kakak gak buka praktek." Ucap wanita paruh baya itu.

"Udahlah Bun gakpapa, Nara pergi dulu yaa." Pamitnya kepada sang ibu.

"Lah kamu mau pakek sendal jepit itu kak?" Heran Bu Tika, bunda dari Nazra yang melihat kelakuan putri sulung nya.

"Udah gakpapa Bun, lagian dokter gak wajib pakai sepatu kan?." Teriak Nazra yang sudah berada diluar kamar.

"Ya Allah aku ngidam apa dulu, kok anak gadisku otaknya cuma 2 ons gitu." Gumam Bu Tika seraya menggelengkan kepala. Bagaimana bisa jas putih dipadukan dengan sandal jepit 12 an rebu.

___

"Lah dalah ini kenapa mas ojol nya gak nongol nongol lagi ngopi dulu apa sih ya?" Gumam Nazra yang mondar mandir didepan pagar rumahnya.

Drrtt drrrtt drrrttt

"Wohh elah siapa ini pagi-pagi dah telepun aja, gatau apa kalo aku lagi piknik, eh salah panik maksudnya." Gerutu Nazra seraya meraih ponselnya dari dalam saku jas kebanggaan nya.

"Iya mbak Caca ada apa?" Ucap Nazra setelah sambungan telpon terhubung.

"Kamu kok tumben belom dateng, ada masalah?" Tanya Caca dari sebrang telpon. Caca adalah sahabat baik Nazra yang berperan sebagai perawat ditempat Nazra membuka praktek.

"Kesiangan mbak, ini lagi nunggu ojol ngak nongol nongol." Jawab Nazra sambil celingukan.

"Oh ya udah kamu Hati-hati, mbak tunggu." Ucap Caca dan kemudian sambungan telpon pun terputus.

"Selamat pagi, dengan mbak Nara bukan?" Tiba-tiba suara laki-laki mengejutkan Nazra yang sedang dilanda risau.

"Ehhh haa apa?" Jawab Nazra kikuk karena masih terkejut dan ditambah dengan terpesona akan laki-laki didepannya saat ini.

"Dengan mbak Nara?" Tanya laki-laki itu sekali lagi.

"Ah iya saya." Jawab Nazra seraya tersenyum kikuk.

"Silahkan mbak." Ucap laki-laki itu seraya menyerah kan helm, dan yang ternyata adalah Faiz, mas ojol yang diorder oleh Nazra.

"Makasih, sesuai aplikasi ya mas." Ucap Nazra yang sudah berada dibelakang Faiz siap berangkat.

____

Dengan kecepatan sedang Faiz melajukan motornya menuju tempat tujuan yang sudah Nazra tentukan saat membuat orderan tadi pagi. Tak ada obrolan selama perjalanan, hingga akhirnya sampai dimana Nazra praktek.

"Makasih mas, ini duitnya dan saya kasih bintang 3 aja dulu karena masnya telat jemput saya." Cerocos Nazra saat turun dari motor Faiz.

"Tambahin setengah lah mbak dokter bintangnya, masak 3 ?" Faiz memelas.

"Haduh saya tambahin seperempat aja ya masnya." Jawab Nazra.

"Setengah lah mbak nanggung itu." Tawar Faiz masih kekeh.

"Loh kok malah nawar kayak dipasar aja nih masnya, mau nggak 3 seperempat? Kalo gak mau gak jadi nih." Ucap Nazra mengancam.

"Yodah iya makasih ya mbak, order saya lagi kalo butuh antar jemput." Ucap Faiz cengegesan sebelum pergi meninggalkan tempat praktek Nazra.

"Oalah mas ojol nggak jelas." Gumam Nazra saat memasuki tempat prakteknya.

"Selamat siang Bu Dokter." Sindiri Caca yang melihat kedatangan Nazra.

"Baru jam setengah 9 mbak, masih pagi." Jawab Nazra tanpa dosa.

"Kamu kesiangannya keterlaluan Ra, harusnya kita buka jam 8 kan?" Ucap Caca yang kembali disibukkan dengan menyusun obat-obatan kedalam etalase.

"Ya maaf mbak, aku habis subuh ketiduran lagi." Jelas Nazra.

"Kok tumben Bulek Tika gak bangunin kamu?" Tanya Caca penasaran, padahal biasanya Bu Tika selalu membangunkan putri sulung nya ini jika hari kerja.

"Bunda kira kita gak buka praktek hari ini mbak." Jawab Nazra yang fokus membaca laporan pasien pasien nya bulan ini.

"Pantesan, kamu udah sarapan?" Tanya Caca.

"Belom mbak, mana sempet sarapan kan habis siap-siap langsung otewe kesini." Jawab Nazra.

"Mau sarapan apa? Mbak beliin mumpung belum ada pasien." Tawar Caca.

"Nasi goreng depan aja mbak yang deket." Jawab Nazra.

___

Setelah sarapan keduanya sudah langsung mendapatkan pasien. Tanpa harus menunggu nasi dalam perutnya turun, Nazra langsung memeriksa pasiennya dengan sangat teliti.

"Bu, ini sidedek demam. Kemaren pas cuaca panas apa ada minum yang dingin dingin?" Tanya Nazra Ramah.

"Iya dok, kemaren minum es tebu. Saya larang nggak mau." Jawab ibu dari pasien.

"Pantesan, kalo bisa jangan dibiarin ya bu. Cuaca nya lagi nggak bagus, kurangi minum dingin. Dan untuk adeknya dengerin apa yang ibu bilang ya biar gak sakit." Ucap Nazra dengan senyum menghiasi wajah cantiknya.

"Iya bu dokter." Ucap anak kecil itu patuh.

"Mbak Caca, ini resep nya aku udah tulis tolong disiapin obatnya ya." Ucap Nazra dan diangguki Caca.

"Ibu bisa ambil obatnya ke mbak Caca ya." Ucap Nazra memberitau siibu untuk mengambil obat anaknya.

"Terimakasih dokter saya permisi." Jawab si Ibu dengan ramah, dan kemudian berlalu menyusul Caca untuk menebus obat.

____

Hari sudah menunjukkan pukul 12, yang mana tandanya memasuki waktu makan siang. Setelah menangani beberapa pasien dengan berbagai keluhan, kini saatnya Nazra dan Caca mengistirahatkan tubuh mereka dan mengisi perut mereka yang keroncongan.

"Ra, kamu gak ada niatan gitu buat pacaran?" Tanya Caca disela sela makannya.

"Belum nemu yang cocok mbak." Jawab Nazra.

"Kalo gitu terus kapan kamu nyusulin mbak, Ra?"

"Ya kapan kapan lah mbak, manatau kenal langsung dilamar terus nikah." Jawab Nazra dengan santainya.

"Nggak semudah itu Ra, mbak aja baru bisa tunangan dulu." Ucap Caca.

"Takdir gak ada yang tau mbak gimananya."

"Hah kamu ini aneh kok, disaat orang nyari suami yang kaya mapan tampan, kamu malah nyari yang biasa aja." Gerutu Caca yang mengomentari kriteria jodoh menurut Nazra.

"Lah mbak salah nya dimana? Aku itu cuma mau hidup sederhana yang kadang makan nasi sama garem doang, gak melulu ikan daging cumi dan udang." Jawab Nazra percaya diri.

"Kamu pikir cari yang kayak gitu gampang Ra? Kalo iya ada pasti mereka udah minder duluan, secara kamu anak dosen terus kamunya sendiri dokter yang udah praktek sendiri." Jelas Caca mengingat kan posisi Nazra saat ini.

"Harus mandang nya gitu ya mbak?" Tanya Nazra tak mengerti dengan apa yang Caca sampaikan kepadanya.

"Ya namanya juga laki-laki Ra, pasti mereka nggak mau kalo perempuannya lebih unggul dari mereka. Perasaan minder itu pasti ada kalo perempuannya kayak kamu." Jawab Caca.

"Walaupun gitu aku tetep cari laki-laki sederhana yang mau sama aku tulus dari hati mbak." Yakin Nazra akan keputusan nya.

"Terserah kamu sih Ra, dan semoga aja Allah kabulin." Pasrah Caca.

"Aamiin, tapi mbak menurut mbak dijaa uhuk uhuk." Ucapan Nazra terputus karena tiba-tiba dirinya keselek sesuatu. Sontak membuat Caca panik dan langsung menyodorkan segelas air untuk Nazra.

"Pelan pelan dong Ra, telen dulu baru ngomong." Nasehat Caca yang masih cemas dengan keadaan Nazra.

"Aman mbak, si*lan juga nih terong bikin keselek." Gerutu Nazra setelah Mengahabiskan segelas air pemberian Caca.

"Mau nanya apa kamu tadi?"

"Ehh itu ha, emang dijaman sekarang masih ada nggak ya laki-laki yang sesuai kriteria aku?" Tanya Nazra menaik turunkan alisnya.

"Lah masih banyak Ra, tapi yang tulus ya mbak nggak tau aja." Jawab Caca.

Dan bukannya merespon jawaban Caca, Nazra malah senyum senyum nggak jelas membuat Caca merinding melihatnya.

Tanpa bertanya atau menegur, Caca langsung meninggalkan Nazra sendiri diruangan itu. Takut takut jika nanti Nazra tiba-tiba tertawa atau menangis kan serem.

"Mbak, kalo mas ojol tadi pagi gimana?" Tanya Nazra yang masih menengadahkan muka keatas dan tak menyadari bahwa Caca telah meninggalkannya.

"Mbak jawan malah diem." Ucap Nazra lagi.

"Mbak kok nggak jaaa....." Kalimat Nazra terhenti saat melihat bahwa Caca sudah tak lagi ada di hadapan nya.

"Bagus kok memang ya anaknya Bude Tari, awas aja nanti pas sebelum pulang tak suntik mati kamu mbak terus tak amplas mukamu biar aluss kayak aspal." Geram Nazra.

"Diajak ngomong kok malah ngilang, mbok ya pamit dulu gitu." Sambungnya lagi sambil membereskan bekas makannya.

___

Setelah makan siang ternyata pasien yang datang lebih banyak dari pada sebelum zuhur tadi. Dan dengan sigap Nazra maupun Caca melayani pasien itu dengan ramah.

Banyak yang memuji keramahan Nazra sebagai seorang dokter umum, bahkan tak sedikit pula yang memilih berobat ketempat praktek Nazra dibandingkan ke puskesmas.

Ojol Cinta 3

______

Sudah hampir 10 hari, Nazra tak lagi mendapat tukang ojek yang waktu itu. Dan karena hal itu dirinya sering ngedumel setiap pagi. Bahkan semua yang ada didekatnya menjadi sasaran ke bad mood an hatinya.

"Ayah, kunci mobil kakak mana?" Tanya Nazra saat sudah duduk di samping sang ayah diruang makan.

"Tumben kakak nanyain kunci mobil, biasanya kan pesen ojek online." Tanya Pak Rizal bingung dengan polah sang putri yang tumbenan mau naik mobil sendiri.

"Ayah belum tau ya kalo kakak akhir-akhir ini suka aneh?". Saut Fatih, yang notabe nya adalah adik dari Nazra.

" Aneh gimana dek?" Tanya Bu Tika yang baru datang dengan semangkuk nasi goreng ditangannya.

"Lah iya kamu ngadi ngadi dek bilang kakak aneh." Sambung Pak Rizal.

"Lah iya lo masak 3 hari kemarin tu kan ojol pesenan kakak udah didepan tapi malah kakak cancel." Ucap Fatih menjelaskan kepada kedua orangtuanya tentang kelakuan sang kakak.

"Loh kenapa kakak cancel? Harus nya gak boleh gitu kak gak sopan." Nasehat Pak Rizal kepada sang putri.

"Gak sesuai driver ojol nya Yah, kakak nggak mau." Jawan Nazra tanpa rasa bersalah.

"Emang kakak nyari nya yang gimana? Setau bunda kan kalo kita order ntar sistem yang tentuin driver terdekat dengan lokasi kita kak." Ucap sang Bunda mengingatkan, kalik aja Nazra lupa akan hal itu.

"Pokoknya kakak gak mau, tetep nggak sesuai." Jawab Nazra kekeh dengan pendapat nya.

"Semerdeka kakak lah bun, paling ntar ujung-ujungnya kakak gak bisa lagi order ojol karena keseringan cancel." Sambung Fatih yang sudah lahap dengan nasi goreng nya.

"Iya biar mobil yang Ayah beliin jadi ada faedahnya." Sambung Pak Rizal.

"Enak ngojek Yah dapet angin tornado dijalan sambil menghirup aroma orang dagang gorengan sama bakso." Sanggah Nazra.

"Enak ngangkot, walaupun baunya gak sedep tapi banyak temennya." Sambung Fatih dengan pendapatnya.

"Anak Ayah tu hobi nya macem macem, percumah Ayah beliin motor sama mobil kalo ujung-ujungnya jadi sampah garasi." Sewot Bu Tika.

"Lah ngomongin anak Ayah, bunda sendiri gimana? Dikasih supir malah disuruh jadi kurir di toko, terus kemana mana malah naek becak." Ucap Pak Rizal yang ikutan sewot karena perdebatan masalah kendaraan keluarganya.

"Lo biar sekalian bunda tamasya kok Yah." Sanggah Bu Tika dengan tanpa dosanya.

"Semerdeka Ayah Bunda ajalah, ayok dek berangkat." Ucap Nazra yang menyambar tangan ayah dan bundanya untuk berpamitan dan diikuti oleh Fatih.

"Loh kak gak jadi bawa mobil?" Tanya Pak Rizal yang melihat kedua anaknya sudah hendak keluar rumah.

"Nggak jadi Yah males, SIM nya lagi ngambek." Daut Nazra tanpa menoleh kearah sang ayah.

"Adek gak dibawa motor nya?" Sambung Bu Tika menanyai anak bungsu nya.

"SIM Patih juga ikutan ngambek gegara SIM kakak." Saut Fatih yang sama gesreknya dengan sang kakak.

"Loh? Apa hubungannya?" Tanya Pak Rizal dengan kebingungan nya.

"Pacaran kalik SIM nya kakak sama SIM nya adek Yah." Jawab Bu Tika sekenanya.

"Bisa gitu?" Tanya Pak Rizal dan hanya diangguki oleh Bu Tika.

____

Diluar pagar Rumah, Nazra dan sang adik masih berdiri termenung, keduanya sedang memikirkan bagaimana caranya sampai ketujuan dengan selamat dan nyaman.

"Kak bosen naek angkot, nyamanya naek apa ya?" Tanya Fatih yang masih setia berdiri disamping sang kakak.

"Naik roller coaster dek. Yakin deh rasanya seperti anda menjadi gatot kaca." Jawab Nazra seadanya.

"Bosen jadi baek kak, bagusnya tu jadi Rahwana huahahahaha." Jawab Fatih diiringi dengan tawa jahatnya.

"Busett mulutmu dek lebar bener kayak itu lo apa namanya emm anu gua itu lo." Ucap Nazra dengan ketidakjelasan nya.

"Apa toh kak, anu itu satu kata berjuta makna kalo kakak tau." Jawab Fatih.

"Udahlah seterah mu kakak dinausurus." Jawab Nazra dengan bodo amat.

"Ndak ngurus Naraaaakaaaa bukan dinasaurus." Geram Fatih yang mendengar ucapan sang kakak.

"Ini kakak mu lo Tih, kualat jadi kendi kamu nanti." Ucap Nazra.

"Udah nih mau pergi naek apa kak? Keburu telat ini."

"Lah kamu bukannya buruan berangkat ngapain nunggu kakak ?" Tanya Nazra yang baru sadar dengan keberadaan sang adik.

"Tadinya mau nebeng kakak, lah malah kakak masih berdiri disini kayak gapura selamat datang." Jawab Fatih.

"Dasar bocah."

Saat Nazra sedang asik melamun, Fatih lebih memilih untuk celingukan kekanan dan ke kiri mencari sesuatu yang menarik menurutnya. Dan hingga pandangannya tertuju pada satu titik, dimana titik itu adalah sebuah jawaban untuk kebingungan nya pagi.

"Kak aku punya ide." Ucap Fatih seraya memukul lengan Nazra.

"Apa sih Pat?" Tanya Nazra yang masih asik dengan pandangan kosongnya.

"Liat itu." Ucap Fatih seraya mengarahkan kepala sang kakak agar melihat suatu benda yang menjadi incaran Fatih.

"Hohh peninggalan kanjeng romo itu Tih, bisalah." Ucap Nazra yang melihat sepeda onthel bersejarah didepam garasi rumahnya.

"Skuy lah kakak bonceng aku yang ngonthel, lagi pula lewat jalur belakang gak jauh amat." Ucap Fatih yang sudah menyambar sepeda onthel itu.

Akhirnya keduanya mengendarai sepeda onthel peninggalan sang kakek. Dengan sesekali tertawa riang keduanya melewati jalanan komplek yang lebih dekat menuju tempat praktek Nazra dan sekolah Fatih. Kebetulan juga sekolah Fatih tidak terlalu jauh dengan tempat praktek sang kakak, jadi keduanya tidak akan terlambat walaupun hanya mengendarai sepeda.

"Ntar jemput kakak dek, jangan ditinggal." Ucap Nazra saat sudah berada didepan tempat prakteknya.

"Aman kak, asal kakak yang ngonthel gantian ya." Jawab Fatih yang kemudian melajukan sepedanya dengan kecepatan diatas rata-rata.

____

Setelah kepergian Fatih, Nazra langsung membuka tempat prakteknya karena ternyata Caca belum menampakkan batang hidungnya. Dan pagi yang cerah ini Nazra hiasi dengan kicauannya yang unfaedah.

"Kan aku maunya mas ojol kemarin, udah ganteng lucu lagi jadi gemes pengen nyuntik." Ucap Nazra setelah berada di ruangan nya.

"Gakpapa kali ya disuntik pakek bibir." Gumamnya lagi.

"Siapa yang mau kamu suntik pakek bibir?" Tanya Caca yang ntah sejak kapan sudah berada diruangan itu dan sontak membuat Nazra terlonjak kaget.

"Astagfirullah, Mas ojol yang waktu itu bibir nya seksi ada kumis lele nya." Jawab Nazra spontan karena masih dalam mode terkejut.

"Ups, eh mbak Caca kapan dateng kok gak salam." Ucap Nazra lengkap dengan senyum kikuknya.

"Oohh jadi lagi naksir mas ojol nih?" Goda Caca.

"Enggak kok mbak Caca, jangan ngaco deh." Jawab Nazra mengelak.

"Muka nya aja merah gitu masih nggak ngaku dasar bocil." Ucap Caca yang kemudian meninggalkan Nazra sendirian.

"Oalah dasar orang tua." Gumam Nazra.

"Mbak masih denger Ra." Saut Caca yang masih dapat mendengar ucapan Nazra.

"Bodo amat lah ya kan, yang penting mas ojol ganteng awokawok." Ucap Nazra dengan kekehannya.

____

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!