Akhir tahun 90-an
"Pergi dari sini dan bawa monster itu keluar dari rumah ku."
Suara pria dewasa itu tajam tanpa perasaan.
Dia mendorong seorang wanita bertubuh lemah dan seorang gadis kecil,keluar dari pintu rumah mewah nya dengan kejam.
"Ini putri mu Baskara,bukan monster.Lagi pula apa yang dikatan putri mu benarkan?
Kau sedang bermain gila dengan jalang itu di kamar kita."
Meski wanita itu tampak lemah,tetapi dia tidak takut pada pria yang ada di hadapan nya.
Cuih
Baskara meludahi wajah wanita itu.
"Terserah apa kata mu,yang jelas pergi dari sini dan jangan pernah bermimpi untuk bisa masuk kembali ke keluarga Paramitha lagi.
Bawa putri mu itu,aku tidak sudi memiliki putri yang lebih pantas di sebut monster."
Tanpa rasa bersalah sedikitpun ,Baskara menutup pintu dan membiarkan ibu dan anak itu di luar.
Padahal hujan turun sangat deras malam ini,disertai dengan petir menyala-nyala,tapi tanpa belas kasihan Baskara mengusir istri dan anak nya.
Gadis kecil berkepang dua itu menatap ibu nya yang sedang menangis.
Tangan kecil nya menarik baju yang di kenakan oleh ibunya,sehingga perhatian sang ibu tertuju pada nya.
"Ada apa sayang?" tanya nya dengan lembut.
Mata nya yang sudah bengkak karna menangis,tampak sangat memerah.
"Jangan menangis ibu."
Lembut dan manis.
Huu huu
Wanita itu menangis lebih keras lagi,dia membawa tubuh mungil putri nya kedalam pelukan nya.
"Mereka akan menyesal,putri ku bukan monster,putri ku hanya terlalu pintar dan tidak suka berbicara."
Wanita itu tergugu dalam tangisnya.
Nama nya Hanna,seorang gadis sederhana yang beruntung dinikahi oleh pria kaya raya,Baskara.
Di tahun kedua pernikahan mereka,Hanna melahirkan seorang putri cantik yang di beri nama Mawar Paramitha.
Awal nya semua berjalan bahagia,sampai ketika usia Mawar memasuki tahun keempat.
Dia dapat mengetahui banyak hal,tapi tidak pernah mau berbicara,terlebih lagi jika ada banyak orang.
Sehingga membuat keluarga Paramitha khawatir.
Ibu mertua Hanna,Sartika Paramitha memilik pola pikir yang mudah percaya terhadap hal-hal yang berbau takhayul.
Sehingga atas rekomendasi seorang kenalan,Sartika mengundang seorang peramal untuk menghitung keberuntungan cucu nya,Mawar Paramitha.
Namun perkataan peramal itu mengubah seluruh hidup Hanna dan putri nya.
"Tidak baik!" seru peramal itu dengan ketakutan.
"Ada apa guru?" tanya Sartika dengan penuh kepanikan.
"Dia adalah bintang bencana !!! Bintang bencana."
Teriak guru itu sebanyak dua kali sebelum bergegas mengumpulkan semua barang-barang nya,dan berniat pergi begitu saja.
"Tunggu guru,apa yang guru maksud dengan bintang bencana ini?"
Meski sudah memiliki tebakan di dalam hatinya,tetapi Sartika masih menyimpan sedikit harapan,apalagi Mawar adalah cucu pertama nya.
"Kemalangan yang tidak berkesudahan,umur pendek dan kehancuran.Keturunan dermawan mengerikan sekali,jika ingin selamat,dermawan hanya bisa menjauhkan cucu ini sejauh mungkin."
Setelah mengatakan hal itu,peramal itu pergi dengan tergesa-gesa.
Tanpa dia ketahui perkataan nya membuat hidup ibu dan anak berada dalam kesulitan.
Dua tahun setelah itu Hanna dan Mawar resmi diusir dari keluarga Paramitha tanpa belas kasihan.
Dibawah hujan yang deras dan petir menyala-nyala,Hanna dan Mawar berjalan beriringan.
Tubuh kurus mereka sudah mengigil sejak tadi,tapi seperti nya tujuan mereka tampak nya masih jauh.
"Kau kedinginan sayang?" tanya Hanna dengan tubuh yang sudah kedinginan.
Mawar mengangguk,hati Hanna sangat sakit melihat putri nya yang sudah kedinginan sejak tadi.
Saat mereka melewati sebuah toko perhiasan,Mawar tiba-tiba menghentikan langkah nya dan menarik tangan ibu nya.
"Ada apa sayang?" meski tubuh nya sudah mengigil tetapi Hanna tetap berbicara dengan lembut kepada putri nya.
Mawar tidak banyak berbicara,hanya merogoh kantong kecil di pakaian dalam nya dan mengeluarkan sebuah gelang yang terbuat dari emas putih dengan batu zamrud sebagai hiasan nya.
Lalu memberikan nya kepada Hanna.
Mata Hanna terbelalak lebar melihat kearah putri nya dengan tidak percaya.
"Jual bu,harga nya harus mencapai dua hingga tiga juta saat ini."
Hanna tidak mampu menggambarkan perasaan nya saat ini,putri yang dianggap monster oleh orang lain,sangat pintar dan bijaksana di mata nya.
Melihat sang ibu tidak mengambil gelang dari tangan nya,Mawar menggoyangkan gelang itu lagi.
Cup
Hanna mencium kening Mawar dengan lembut dan meraih gelang dari tangan putri nya.
"Permisi." sapa Hanna dengan pelan saat melihat si penjaga toko yang tampak sudah tertidur.
Buk buk buk
Kaki mungil Mawar menendang kursi yang di sediakan untuk pengunjung.
Mungkin karna suara itulah,seorang paman tua yang tampak tertidur itu pun terbangun.
"Oh..ada pengunjung malam-malam begini."
Dengan berbasa basi sebentar paman itu menanyakan ada keperluan apa,sehingga Hanna harus hujan-hujanan malam-malam begini.
"Saya ingin menjual gelang ini,paman."
Dengan tangan yang pucat dan mengigil,Hanna menyerahkan gelang yang ada di tangan nya pada paman itu.
Paman itu menerima gelang dari Hanna dan mengamati nya dengan cermat.
Lama dia melihat,lalu dia menghela nafas dan menatap Hanna sejenak.
"Gelang ini palsu dan tidak berharga sama sekali nona,maaf aku tidak bisa membeli nya."
Kata paman itu memandang dengan penuh permintaan maaf kepada Hanna.
"Bagaimana mungkin..?" cahaya yang baru saja menyala di mata Hanna kini kembali redup.
Buk
Aw
Jerit paman itu ketika dia merasakan rasa sakit yang tajam di jari kakinya.
Paman itu melihat kebawah dan menemukan seorang gadis kecil yang basah kuyup,dengan kepang dua yang sudah mulai layu di kepala nya,sedang menatap nya dengan penuh amarah.
"Aduh gadis kecil kenapa kau memukul kaki paman?" tanya paman itu dengan kesal.
Mawar berusaha memanjat kursi kosong yang ada di depan konter paman itu,dan memukul meja konter dengan keras,saat Mawar mengangkat tangan mungil nya,ada sebuah kertas disana.
Hening seketika.
Lalu paman itu tiba-tiba tertawa terbahak-bahak.
Ha ha ha ha
"Nyonya putri mu benar-benar jenius,ha ha ha."
Air mata paman itu sampai mengalir dari sudut mata nya karna banyak tertawa.
Berkat kepintaran Mawar,malam itu Hanna dan putri nya memiliki uang untuk menyewa penginapan dan makan makanan yang hangat hingga mereka kekenyangan.
Rasa nya sudah sangat lama mereka berdua tidak pernah makan dengan kenyang seperti ini.
Keesokan hari nya mereka berdua berangkat ke desa Bulan,kampung halaman Hanna,tempat keluarga nya berada.
Dan satu minggu kemudian.
TV nasional menyiarkan keluarga Paramitha telah mengakui cucu-cucu kandung mereka yang selama ini hidup di luar keluarga.
Dua cucu laki-laki dan satu cucu perempuan.
Berita ini menjadi pukulan telak bagi Hanna yang saat itu langsung jatuh sakit berhari-hari lamanya.
Mawar kecil masih berdiam diri melihat tubuh kurus Ibu nya yang berbaring tidak berdaya diatas kasur.
Jika dia ingat dengan benar,ini sudah hari ke lima sang Ibu jatuh sakit.
Sentuhan hangat menyapa Mawar.
Dia mendongak dan melihat Nenek nya tersenyum lebar kearah nya,dan di tangan Nenek ada semangkuk bubur untuk Ibunya.
"Jangan bersedih sayang,Ibu mu akan baik-baik saja."
Kata Nenek dengan lembut sembari menepuk pelan kepala Mawar.
"Ibu sakit."
Suara nya yang lembut dan serak menandakan betapa frustasi nya anak malang itu,saat ini.
"Ibu mu akan sembuh,sekarang makan lah dulu bersama Paman kecil mu,Nenek akan menyuapi Ibu mu dulu."
Bujuk sang Nenek,yang diangguki oleh Mawar.
Kaki mungil nya pun berjalan menuju meja makan,dimana Paman kecil nya sudah menunggu.
"Ayo makan gadis kecil,Ibu mu akan baik-baik saja.Paman akan membawa mu ke ladang sebentar lagi."
Sang Paman berusaha membuat Mawar merasa nyaman ketika berada di dekat nya.
Karna sejak Mawar dan sang Kakak kembali hingga saat ini,Mawar tidak pernah mau banyak berbicara.
Mawar duduk di kursi dan mulai memakan makanan yang di sajikan oleh sang Nenek.
Meski mulut kecil nya dipenuhi makanan,tetapi mata hitam jernih nya masih tertuju ke kamar,dimana sang ibu berada.
Puk
Tepukan lembut di kepala nya,menarik kembali perhatian Mawar dari kamar sang Ibu.
Dilihatnya Paman kecilnya tengah tersenyum kepada nya,dengan penuh kasih Paman kecil mengelus rambut Mawar yang panjang.
"Ayo,kita akan segera berangkat."
Suara sang Paman sangat lembut persis seperti Ibu.
Mawar kembali melanjutkan makannya,lalu setelah selesai,dia bersama dengan Paman kecil nya segera berangkat menuju ladang mereka.
Sang Paman membawa cangkul dan parang di tangan nya,sementara Mawar kecil membawa sebotol air,berjalan dengan perlahan mengikuti Paman nya.
Di pertengahan jalan,seorang pria paruh baya yang berminyak menghadang langkah mereka.
"Oh,Panji Gemilang.Bagaimana keadaan Kakak mu?"
Sapa pria paruh baya itu dengan senyum yang cerah.
"Kakak saya baik-baik saja ,tuan Bima.Terimakasih atas perhatian anda."
Jawab Panji dengan penuh kecanggungan,lalu dengan cepat berjalan melewati pria berminyak yang di panggil tuan Bima tersebut.
Namun niat Paman yang segera menjauh gagal,karna Tuan Bima kembali memanggil nama nya.
"Panji."
Langkah Paman dan Mawar kecil pun kembali berhenti.Mereka dengan kompak berbalik melihat kearah Tuan Bima yang masih menatap mereka dengan senyuman ceria.
"Kau tidak lupa kan tentang hutang Ayah mu? Yah,itu semakin membengkak karna bunga nya naik terus menerus,kapan kalian akan membayar nya?"
Tubuh Paman seketika menegang,dan Mawar mengetahui itu.
"Kami akan segera membayar nya Tuan Bima,mohon anda memberi kami waktu."
Nada bicara Paman menjadi lebih lembut,bahkan ketidak nyamanan dapat dilihat dari sikap Paman.
Ha ha ha ha
"Tentu,tentu.Tetapi Panji,aku juga tidak bisa jika terus-terusan menunggu lama.Sebenar nya hutang ini bisa saja lunas,asal kan kalian memenuhi satu syarat saja."
Tuan Bima kembali mendekati Panji dan Mawar.
Tatapan mata nya yang cabul mendarat ke tubuh mungil Mawar.
Panji yang mengetahui tentang sifat cabul tuan tanah ini,segera menarik Mawar ke belakang tubuh nya.
"Ah,jika ada yang ingin anda katakan,sebaiknya anda katakan sekarang Tuan,.Karna kami juga ingin segera pergi ke ladang."
Panji mencari alasan yang kira-kira tidak menyinggung Tuan Bima.
Namun dengan sikap nya yang menyembunyikan Mawar ke belakang nya sudah menyinggung Tuan Bima.
Kilatan gelap melintas di mata nya yang kecil,tetapi langsung hilang ketika dia tersenyum kembali.
"Kenapa kau terburu-buru seperti itu? Lagi pula kau adalah anak laki-laki,satu-satu nya dirumah.Sehingga kata-kata mu pasti sangat di perhitungkan kan?"
Panji kebingungan mengahadapi pernyataan dari Tuan Bima,namun dia tidak memiliki keinginan untuk menanyakan nya.
"Saya juga tidak tau,Tuan.Saya hanya mengikuti perintah Ibu saya.Mari Tuan."
Lagi dan lagi,Panji ingin segera meninggalkan Tuan Bima.Tetapi kali ini mereka di hentikan lagi,namun bukan oleh Tuan Bima melainkan seorang bocah laki-laki yang tampak ngos-ngosan berlari menghampiri mereka.
"Paman Panji,Paman tunggu,Paman..."
Teriakan itu membuat kedua nya berhenti lagi,namun kali ini Mawar langsung berlari menuju anak laki-laki yang berlari menuju mereka.
"Ada apa Bara?"
Panji yang mengenali ini adalah anak laki-laki yang tinggal di sebelah rumah mereka.
"Ada seorang pria berpakaian bagus dan menggunakan mobil datang ke rumah Paman,lalu..."
Mata bocah laki-laki bernama Bara itu,melirik ke arah Mawar yang menatap nya dengan lekat.
"Lalu..?" suara Mawar yang lembut membawa aura penindasan yang sangat tidak cocok untuk usia nya.
"Lalu,lalu ibu mu menangis."
Entah kenapa Bara bergidik di bawah tatapan mata bulat nan jernih itu.
Mendengar informasi yang di sampaikan oleh Bara,membuat Panji dan Mawar seketika syok.
Mereka bergegas kembali pulang menuju rumah mereka.
♧♧♧♧♧♧
Hanna yang tengah terbaring di ranjang,menatap hampa ke arah langit-langit rumah yang di penuhi sarang laba-laba.
Di samping nya,Sang Ibu senantiasa merawat nya.
"Sudahlah,Han.Untuk apa kau terus-terusan memikirkan pria bajingan seperti itu?.Kau hanya perlu hidup dengan baik bersama putri mu."
Sang Ibu kembali menasehati putri nya yang tengah patah hati.
"Dia bukan hanya berselingkuh Bu,dia juga membuang ku dan Mawar,putri kandung nya.Dan yang lebih menyakitkan adalah dia memiliki banyak anak haram yang usia nya jauh lebih tua dari putri ku.Aku marasa aku sangat bodoh,Bu."
Air mata kembali mengalir dari sudut mata nya yang sudah membengkak dan sembab.
Hanna masih mengingat betapa dingin nya,Baskara dua tahun belakangan ini terhadap nya dan putri mereka.
Tidak jarang Hanna dan Mawar harus kekaparan di rumah megah itu.
Lalu mereka dibuang begitu saja tanpa membawa apapun.
"Lalu kau ingin bagaimana lagi? Tidak masalah jika kalian di buang.Aku Ibu mu dan Adik mu masih sanggup menghidupi kalian berdua."
Bujuk sang Ibu lagi.
Ditengah perbincangan mereka,tiba-tiba terdengar suara mobil di luar rumah.
Di masa ini keberadaan mobil di desa Bulan adalah sebuah hal yang sangat langka.
Jadi ketika mendengar sebuah mobil berhenti di depan rumah,pikiran pertama Hanna adalah Baskara Paramitha.
Tubuh nya yang tadi nya lemah,langsung bersemangat kembali.
Apalagi mendengar teriakan pria yang menyebut nama nya.
"Hanna,kelaur lah.Hanna."
Bukan hanya Hanna dan Sang Ibu,bahkan para tetangga pun langsung keluar dari rumah mereka untuk melihat tontonan gratis ini.
Ceklek
Pintu kayu yang sudah tua itu pun terbuka,dan memperlihatkan wajah kuyu Hanna yang masih sangat pucat.
"Wah,ini adalah suami Hanna yang kaya raya itu."
"Benar,aku kira dia sudah tidak di inginkan oleh suami nya lagi,ternyata aku salah."
"Huh,itu belum tentu.Coba kalian perhatikan wajah pria itu,tidak ramah sama sekali.Aku yakin kali ini Hanna benar-benar di buang."
Para tetangga yang menonton kegembiraan itu juga ikut berkomentar.
Sementara itu wajah Hanna tampak semakin pucat ketika dia melihat jika bukan hanya Baskara yang hadir,tetapi seorang wanita modis yang tampak berdiri dengan jijik di sebelah Baskara.
"Dasar jalang penggoda."
Maki Hanna dengan suara lemah nya.
Kata-kata nya yang lemah sama sekali tidak membuat sepasang manusia menjijikan itu tersinggung.
Aulia bahkan melempar senyum provokatif kepada Hanna.
"Siapa wanita ini,Hanna?"
Tanya Sang Ibu yang rupa-rupa nya mengikuti nya keluar.
Air mata kesakitan kembali mengalir di wajah tirus Hanna.
"Aku tidak akan berlama-lama lagi dengan mu,aku sudah mengajukan pembatalan pernikahan kita,karna aku akan menikahi Aulia secara resmi minggu depan.Jadi si monster itu tidak lagi berada dalam catatan kartu keluarga ku.
Ini adalah kompensasi atas kerja keras mu selama ini."
Dengan mengatakan hal itu,Baskara memberikan sebuah amplop yang cukup tebal untuk Hanna.
Lalu segera beranjak dari depan rumah orang tua Hanna,bahkan tanpa sempat masuk terlebih dahulu.
Hanna yang diperlakukan seperti itu di depan Ibu nya dan para tetangga yang melihat,sontak menjerit kuat.
Ahhhh
Isak tangis nya pilu menggema namun tidak mampu merobohkan kekerasan hati Baskara.
Aulia yang melihat wanita desa menyedihkan itu,menghentikan langkah nya dan menatap Hanna.
"Tenang saja Kak,aku akan merawat suami ku dengan baik.Maaf jika aku harus menggantikan mu,lagi pula tidak mungkin keluarga Paramitha mau memiliki keturunan yang aneh seperti putri mu itu."
Kata-kata Aulia seolah-olah menambahkan garam ke luka Hanna yang masih menganga.
"Diam mulut mu jalang!!!." teriak Hanna.
Lalu dia memaksa tubuh lemah nya kearah Aulia dan menarik rambut panjang itu sekuat tenaga.
Akhhh
Jeritan Aulia mengagetkan Baskara yang sudah berada di dalam mobil.
"Hanna lepaskan!!" bentak nya,lalu mencoba menyingkirkan tangan Hanna yang tengah menarik rambut Aulia.
Terjadi aksi saling tarik menarik diantara mereka,yang membuat kerumunan semakin padat.
Apalagi ini masih pagi,dimana waktu yang tepat bagi petani berangkat ke ladang mereka.
Plak
Tamparan kuat dari Baskara membuat tubuh kurus Hanna terpelanting,hingga genggaman nya terlepas.
Baskara langsung membawa Aulia masuk ke dalam mobil dan menginjak gas dengan cepat,namun naas Hanna yang tadi masih terbaring tidak berdaya kini berlari menghalangi mobil Baskara.
Alhasil Baskara tidak mampu menginjak rem dengan tepat,dan..
Brug
Akhhh
Jeritan ketakutan menggema di didesa Bulan,ketika mobil milik Baskara menghantam tubuh Hanna dengan kuat.
Tubuh Hanna bergetar hebat dengan darah yang mengucur deras,dan semua itu terjadi tepat di depan mata putri kecilnya, Mawar.
Mawar yang berlari dengan kaki mungil nya,kini sampai terlebih dahulu dari Paman dan bocah laki-laki yang menyampaikan pesan tadi.
Dia melihat Ayah nya berdiri angkuh dihadapan Ibunya yang lemah,sembari menggandeng seorang wanita yang pernah dilihat nya tidur dengan Ayah nya.
Ketika dia ingin mendekat,dia langsung berhenti karna mendengar kata 'monster' terucap dari mulut Ayahnya.
"Aku tidak akan berlama-lama dengan mu.Aku telah mengajukan pembatalan pernikahan kita,karna aku akan menikahi Aulia secara resmi,minggu depan.
Dengan begitu,monster itu tidak akan lagi masuk didalam catatan kartu keluarga ku."
Kejam tanpa ampun.
Tangan mungil Mawar terkepal dengan erat.
Meskipun biasanya dia diabaikan olah Ayah nya,namun dia msih menyimpan sedikit rasa rindu pada Ayahnya.
Namun pagi ini semua sirna karna kalimat tanpa perasaan yang terucap dari mulut Ayah nya.
Apalagi ketika dia melihat wajah Ibu nya yang menggambarkan kehancuran,sementara wanita sialan itu tersenyum dengan penuh kegirangan.
Kakinya ingin kembali melangkah,namun kembali terhenti ketika Sang Ibu menarik rambut wanita itu dengan kuat.
Tanpa sadar bibir mungilnya tersenyum tipis,karna Sang Ibu mampu membalas wanita itu,meski hanya dengan menarik rambut nya saja.
Tapi setidaknya itu lebih dari cukup.
Hanya saja senyum yang baru merekah itu kembali sirna ketika dia melihat Ayahnya membentak Ibunya demi membela wanita perusak itu.
"Hanna lepaskannn"
Begitu panik nya sang Ayah melihat wanita itu kesakitan,padahal dia dan Ibu nya pernah mengalami hal yang lebih menyakitkan lagi dari pada ini.
Tangan nya kembali mengepal erat,bahkan mata hitam nya yang bagai lubang tanpa dasar itu,menajam ketika tangan Ayah nya melayang ke wajah Ibu nya.
Plak
Mata nya terpejam begitu melihat tubuh sang Ibu yang terpelanting tanah dengan kuat.
"Ibu" lirih nya dengan kelu.
Tetapi mimpi buruk itu hadir ketika dia melihat,Sang Ibu yang bangkit dan segera berlari untuk menghalangi mobil Ayah nya yang akan pergi.
Kekuatan penuh dari mobil itu tidak mampu di hentikan tepat waktu oleh Sang Ayah,sehingga terjadilah tabrakan yang sangat kuat.
Brug
Akhhh
Tubuh Mawar mengigil ketika tubuh ringkih Ibunya terhantam dan terlempar kuat ke arahnya.
Mata Mawar melebar ketika melihat banyak nya darah yang memuncrat dari mulut Ibunya,bahkan ada yang sampai mengenai wajahnya.
Sekeliling nya tampak membeku,hanya tubuh Ibu yang berkedut yang ada di hadapan nya.
Bau anyir darah langsung menghantam indra penciuman nya,sementara air mata sudah membasahi wajah mungil nya.
"Ibu" bisik nya.
Tapi kaki dan tubuh nya tidak mampu bergerak untuk lebih dekat kearah Sang Ibu.
"Hhiduph denngan bbaik,nak."
Mata nya Ibu nya mendelik lebar sebelum tubuh nya berhenti bergerak.
Namun ada senyum lega yang tersungging dari bibir yang pucat tidak bernyawa itu.
"Bu." dengan sekuat tenaga Mawar mengucapkan kalimat itu,sebelum tubuh kecil nya luruh ketanah.
Diam-diam dia merangkak kearah Ibu nya dan mencoba meraih jemari nya yang mulai mendingin.
Namun sebelum tangan nya bisa meraih jemari Ibunya,sepasang tangan kekar mengangkat tubuh mungil nya dan masuk ke dalam pelukan hangat Sang Paman.
"Jangan Nak,kemarilah bersama Paman."
Suara Paman nya yang bergetar hebat dapat di dengar oleh Mawar,kepala nya menjadi pusing dan semuanya gelap.
Sebelum benar-benar hilang kesadaran sepenuh nya,Mawar dapat mendengar suara Ayahnya yang bajingan tengah ketakutan.
"Bukan aku,bukan.Salah dia sendiri,itu salah nya."
Suara itu perlahan-lahan menghilang ditelan kegelapan malam.
♧♧♧♧♧♧
Ketika Mawar membuka mata nya,dia sudah berada di sebuah padang rumput nya luas dan hampa.
Tidak ada apapun kecuali padang rumput dan dirinya.
Mawar kecil mengedarkan pandangan nya ke segala arah,dan memang benar bahwa hanya dia sendiri di tempat itu.
Kaki mungil nya berjalan tanpa arah,berharap ada yang dapat dia temui atau dia lihat selain dari pada padang rumput ini.
Lama kaki nya melangkah namun semua tempat yang dia lalui hanyalah padang rumput.
Karna kesal,Mawar memilih duduk saja.
Matanya memandang ke arah langit yang cerah.
Du du du du
Tiba-tiba telinga nya mendengar suara dendangan merdu dari seorang wanita.
Namun ketika dia mencoba mendengar nya lebih jelas lagi,suara itu menghilang.
Dan kita dia mencoba menghiraukannya suara dendangan itu kembali terdengar.
"Siapa disanaaaa?" teriak nya namun Mawar langsung menutup mulut nya karna suara nya terdengar sangat serak,terlebih lagi tenggorokan nya sangat sakit hanya untuk mengucapkan sepatah dua patah kata.
Hening.
Mawar kembali terdiam,wajah mungil nya berkerut kebingungan.
Cup
Kecupan lembut itu membuat nya terkejut,apalagi saat kehadiran sosok yang tiba-tiba muncul di hadapan nya.
Mata nya yang bulat itu melebar karna terkejut.
"Ibu." panggil nya di tengah keterkejutan nya.
"Iya sayang.Ini Ibu,pulang lah Nak.Hiduplah dengan baik, jaga Nenek dan Paman mu.Jangan pernah sembarangan memberikan hati mu kepada orang lain,sayang.Jaga hati mu."
Ketika mata nya berkedip,sosok Ibu nya itu telah menghilang,membuat Mawar dilanda kepanikan.
"Buuu"
"Ibuuu"
"Mawar!!"
♧♧♧♧♧♧
Wajah kecil yang memerah itu berkerut tidak nyaman,bibir nya kering pecah-pecah.
Sementara suhu tubuh nya sangat tinggi.
"Buuu"
"Ibuuu"
"Mawar!!" teriakan kuat itu berhasil membuat gadis kecil itu membuka mata nya.
Demam tinggi yang tidak kunjung turun membuat mata nya merah dan kering.
Suara nya juga sangat serak.Mata Mawar memindai ruangan serba putih di tempat dia berada saat ini.
"Syukurlah kau bangun,Nak.Kau akan menakuti Nenek mu sampai mati jika tidak bangun lagi hari ini."
Perhatian Mawar langsung tertarik pada Nenek nya yang tampak letih,bahkan wajah tuanya tampak lebih menua dalam semalam.
Ini merupakan bukti yang nyata dari kemalangan yang menimpa mereka secara bertubi-tubi.
"Jangan terus menerus menangis,Bu.Ibu akan menakuti anak itu."
Suara Paman kecil nya juga terdengar serak di telingan Mawar,Mawar melihat ke arah Paman nya dan melihat wajah Paman nya yang di penuh lebam.
"Wajah Paman".
Panji yang sadar akan kondisi wajah nya,segera mencoba menutupi nya.
"Bukan apa-apa,Nak.Paman mu sangat ceroboh,sehingga dia bisa jatuh dan terluka seperti itu.Tetapi kau tenang saja,kulit Paman mu sangat tebal."
Sang Nenek mencoba menghibur Mawar.
Namun seperti nya Nenek dan Paman nya tidak menyadari jika Mawar di sebut MONSTER oleh Baskara,karna kepintaran dan kepekaan nya yang diatas rata-rata untuk anak seusia nya.
Jadi kebohongan yang di karang oleh Nenek nya tidak mampu mengelabui nya sedikit pun,terlebih lagi Mawar dapat melihat jika Paman nya tampak pincang saat berjalan.
Dan akan meringis setiap kali dia bergerak.
Tetapi karna dia tidak ingin menambah kekhawatiran Nenek dan Paman nya,Mawar lebih memilih untuk diam.
Siang hari nya,Mawar dibawa berjalan-jalan oleh Nenek nya.
Mereka duduk di bawah pohon rindang,yang ada di taman rumah sakit.
"Tunggu dulu disini,jangan kemana-mana.Nenek akan membelikan mu puding dulu."
Sang Nenek menasehati Mawar,lalu pergi ke arah kantin rumah sakit berada.
Mawar yang melihat kepergian Nenek nya yang tampak terburu-buru,langsung mengetahui jika Sang Nenek mungkin ingin melihat kondisi Paman kecil nya.
Mawar yakin akan hal itu.
Mawar bertekad jika dia akan menjadi kuat,dan kembali untuk membalas dendam kepada orang-orang sialan itu.
Buk buk buk
Suara bola yang menggelinding tiba-tiba terdengar mendekat kearah nya.
Mata nya hanya menatap tanpa minat kearah bola tersebut.
Langkah kaki yang beriringan terdengar kemudian.
"Tuan muda,anda tidak boleh berlari seperti itu.Nanti saya dimarahi oleh Tuan Besar."
Tampak seorang bocah remaja cantik berlarian menuju ke tempat bola itu berhenti menggelinding.
Di belakang nya tampak seorang remaja yang mungkin seusia nya,sibuk mengejar si bocah cantik.
"Anak kecil,lemparkan bola nya kepada ku."
'Ternyata seorang remaja pria'
Batin Mawar namun hanya melirik sekilas sebelum membuang pandangan nya dari kedua remaja itu.
"Hey,kau dengar tidak?"
Suara muda itu penuh dengan kesombongan,namun bukan Mawar nama nya jika dia menurut begitu saja.
Dia tidak bergeming sama sekali,dan hal itu membuat remaja cantik itu marah.
"Kau mendengar ku tidak?? Kau ini masih kecil tetapi sudah tuli,benar-benar beban di dalam hidup."
"Tuan muda..."
Remaja muda yang datang bersama bocah cantik itu tampak nya merasa kurang nyaman dengan ucapan Tuan Muda nya.
Jadi dia hanya bisa meminta maaf pada Mawar.
Mawar yang dikatai 'tuli' dan 'beban' masih tidak memiliki perubahan di dalam wajah nya,namun dia segera berdiri dari duduk nya dan mengambil bola yang dua kali lebih besar dari kepalanya.
Remaja cantik itu benar-benar puas melihat Mawar yang menurut,tetapi ternyata dia salah besar.
Karna detik itu juga,bola itu di lemparkan dengan kuat kearah wajah nya yang cantik.
Duakhhh
Bug
Akhhh
Tubuh kurus remaja itu langsung terpelanting ketanah.
"Tuan mudaaa" remaja yang juga datang bersama remaja cantik itu berteriak panik,melihat Tuan Muda nya meringis kesakitan sembari menutupi hidung nya.
"Lainkali gunakan etiket dasar dalam hal meminta tolong,BOCAH."
Cantik dan manis namun sangat berduri.
Hanya itu yang mampu terlintas di benak remaja cantik itu,ketika melihat tingkah Mawar.
Apalagi ketika gadis kecil itu berlalu begitu saja setelah melukai nya dengan kejam.
"Tuan Muda,ayo saya bantu berdiri."
Remaja yang menjadi pelayan nya ini segera menarik Tuan Muda nya agar bisa berdiri.
"Lepas!!." temperament remaja cantik itu tampak sangat buruk sekali.
"Hei,gadis sialan,kau sangat galak sekali.Aku yakin tidak ada yang akan mau menikahi mu kelak."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!