NovelToon NovelToon

SELENA

satu

"Hiks ... Hiks ... Hiks ...."

Sinta terbangun dengan suara tangis sesengukan yang berasal dari balik punggungnya. Ia segera menoleh, dan benar dugaannya. Seorang wanita yang tak lain adalah sahabat karibnya sedang menangis dengan mata terpejam dan air mata yang mengalir deras membasahi pipi.

"Lena ... Bangun Len ...." Sinta mencoba membangunkan Lena.

"Selena, bangun Len ... Lo mimpi buruk lagi? Ayo banguuuun!" Sinta tetap berusaha membuat bangun sahabatnya itu. Dia goyangkan tubuh Lena agak keras.

"Aaaaaaaa ...." Lena terbangun dan segera duduk. Ia mengusap air mata yang membasahi pipinya.

Selena Diandra Winata, seorang yatim piatu. Ayah dan Bundanya meninggal sejak ia berumur 14 tahun. Tepatnya 9 tahun yang lalu. Lena adalah gadis yang ramah, dan sangat sopan bila berhadapan dengan orang yang lebih tua darinya. Dia tumbuh menjadi gadis yang cantik dan manis. Cantiknya itu lebih ke tidak bosan di pandang mata. Dengan tubuh yang putih bersih dan proposional sangat menunjang kecantikannya. Selepas kepergian orang tuanya, ia tinggal bersama bik Hana ART yang sudah mengabdi pada keluarga Winata sejak Lena lahir. Dia juga tinggal dengan Sinta Prameswari, sahabat dari kecil yang sudah ia anggap saudaranya.

Sebenarnya rumah Sinta masih satu komplek dengan Lena. Tapi ia memilih tinggal bersama sahabatnya karena orang tuanya yang harus pindah ke luar negeri untuk tuntutan pekerjaan. Orang tua Sinta mengiyakan saja permintaan Sinta, karena memang mereka sudah seperti keluarga. Selama ini, Lena dan Sinta hidup dengan aset peninggalan Ayah Lena dan juga uang kiriman dari orang tua Sinta. Dari situlah mereka dapat menyelesaikan kuliah S1 dan menjalankan resto & cafe (Len's) yang sudah memiliki beberapa cabang.

"Lo tu ya ... Kebiasaan tiap malam nangiiiiis Mulu. Makannya males gue kalo tidur sekamar sama lo. Nggak bisa nyenyak tidur gue." Sinta beranjak dari tempat tidur menuju sofa dan duduk disana.

"Iya ... Iya ... Maaf!" Lena menatap Sinta yang berlenggang menuju sofa lalu menunduk.

Setelah duduk Sinta segera mengambil sesuatu dalam tasnya.

Ya, dia mengeluarkan sebungkus rokok dan korek api. Ia segera mengambil isi rokok itu dan memindahkanya ke bibir tipisnya dan segera menyulut ujung rokok itu. Di sesapnya dalam-dalam asap rokoknya dan mengeluarkan perlahan dari mulutnya.

"Len!"

"Hmm?" Lena menoleh. Sinta masih menikmati rokoknya.

"Lo kenapa sih nggak ke psikiater aja? Gue rasa ini udah akut loh. 9 tahun lo mimpi buruk kaya gini. Gue sedih liat lo nangis terus tiap malem."

"Ngapain harus ke psikiater? Emang gue sakit jiwa? Lagian itu bukan mimpi buruk Sinta!" Lena tersenyum.

"Bukan mimpi buruk gimana? Elo sampai nangis sesengukan kaya gitu, apa coba kalo bukan mimpi buruk?"

"Itu tangis bahagia Sinta ... Gue bersyukur bisa mimpi itu tiap hari. Jadi gue bisa liat orang tua gue. Ya ... Walopun cuma dalam mimpi." Lena menjatuhkan kepalanya di atas bantal. Memejamkan mata dan menghela nafas kasar.

"Lena, itu mimpi buruk. Nggak seharusnya lo biarin masa lalu buruk lo itu lo simpen terus kaya gini." Sinta menatap Lena dengan penuh keyakinan.

Sudah ratusan kali Sinta memberi masukan seperti ini. Namun hasilnya tetap nihil. Lena tidak menggubrisnya.

Lena mencoba bangun kembali dan terduduk. Ia kembali menatap sahabatnya itu.

"Sin ... Satu-satunya cara biar gue bisa ketemu mereka itu ya cuma lewat mimpi. Gue bisa melepas kerinduan gue ke mereka." Senyum manis tergambar jelas dari bibir Selena.

"Haisshhh ... Terserah lo lah Len. Gue capek ngomong sama lo tentang ini. Udah, mending lo tidur lagi gih sekarang. Ini udah lewat tengah malam!" ujar Sinta yang sudah beranjak dari sofa dan berjalan keluar kamar.

"Mau kemana lo Sin? Lo nggak mau temenin gue tidur lagi di sini? Ayolah ... Temenin gue tidur!" Sambil menepuk-nepuk samping ranjang yang kosong Lena mengedipkan mata dengan senyum yang manis semanis manisnya. Sinta langsung menoleh.

"Ish ... Ngapain mata lo? Mau goda gue? Lo mau jeruk makan jeruk? Hiiiiii ogah gue ...."

Sinta bergidik jijik lalu bergegas pergi.

"Hahaha ...." Selena tertawa melihat tingkah sahabatnya itu. Ia segera menjatuhkan badan dan terlentang di atas ranjang.

"Haah ... ( Menghela nafas ) Ayah ... Bunda ... Lena kangen ...." Memejamkan mata dan Mencoba tidur kembali.

maaf ini karya pertama saya. Harap maklum dengan segala kekurangan saya 😊😊 mohon pencerahannya para sesepuh ....🙏🙏🙏

DUA

Di kafe miliknya, Lena sedang duduk di kursi atas podium. Dengan mic yang ada di depannya, ia memetik gitar yang sedang di pangkunya lalu segera bernyanyi. Dengan penampilanya yang tomboi, Lena memakai celana jeans hitam sepaha menampilkan kaki jenjangnya yang seksi dengan atasan kemeja putih yang sudah ia lipat separuh lengan dan satu kancing baju di bagian atas yang terbuka. ia benar benar cantik. Lagu "YANG TERDALAM" milik salah satu band ternama menjadi pilihannya.

Saat mendengar suara petikan gitar, semua mata langsung menatap menuju ke sumber suara. Mereka semua terpana melihat kecantikan sang penyanyi dan suara merdu darinya.

Dengan suara khas serak-serak basah, Lena mampu menghipnotis para pengunjung di kafe. Tepuk tangan para pengunjung mengakhiri penampilan lena.

"Oke ... Satu lagu sudah saya nyanyikan.

Emb, dan satu lagu lagi saya akan persembahkan untuk kalian yang masih berjuang untuk mendapatkan cinta dari dia ...."

Satu petikan gitar dan lena segera bernyanyi lagu " RISALAH HATI"

Para pengunjung langsung bersiul dan bertepuk tangan.

"LENA!" saat menuruni podium Lena mendengar samar memanggil namanya.

"Selena .... " Lena mencari sumber suara. Dan ketemu. Terlihat sepasang suami istri sedang duduk di kursi bagian belakang. Mereka sudah tidak muda lagi. Namun masih terlihat tampan dan cantik.

Si wanita melambaikan tangan. Lena segera tersenyum dan menghampiri pasangan itu.

"Om ... tante ...." dengan tersenyum Lena menjabat tangan mereka berdua.

Burhan Dinata dan Bella adalah keluarga kaya pemilik perusahaan DINATA GROUP yang sudah tidak di ragukan lagi kemasyhurannya. mereka adalah teman lama kedua orang tua Selena.

"Kapan datang? Kenapa nggak pesan makanan?" Lena melihat meja masih kosong.

"Kita baru saja datang kok Len. Kita juga udah pesan makanan." tante Bella menjawab dengan tersenyum.

"Selena, kenapa nggak duduk? Temani kita di sini. " om Burhan mempersilahkan duduk.

"Eh, iya Om .... " Lena segera duduk.

"Lena ... Tante salut loh sama kamu. Udah cantik, baik, mandiri, nggak manja, bisa nyanyi lagi (tersenyum) suara kamu itu bagus banget. Tante sampai terpana dengar kamu nyanyi tadi.

Aahhhh ... (menyenderkan tubuh ke kursi) kalau kamu jadi anak Tante, pasti Tante akan bersyukur banget punya anak seperti kamu. Ya kan Pah?" tante Bella menoleh ke suaminya dan tersenyum.

"Ah Tante bisa aja. Jangan bikin Lena besar kepala gini ...." Lena tersipu malu.

"Mah, kita kan juga bisa buat Lena jadi anak kita."

"Maksud papah?" tante Bella menyelidik.

"Iya. Buat saja Lena jadi menantu kita!" om Burhan tersenyum memandang Lena.

Lena terkejut dengan ucapan om Burhan. Ia tidak menyangka mendengar ucapan seperti itu. Ah mungkin hanya bercanda pikirnya.

Sebelum tante Bella menjawab, pelayan datang dengan membawa pesanan mereka.

"Eh ... Ini makanannya sudah datang. Silahkan Om, Tante. Dinikmati." Lena membantu pelayan menaruh makanan di meja.

"Kalau gitu Lena ke dalam dulu ya Om, Tante ...."

Lena hendak beranjak pergi.

"Len, temani kita di sini dulu. Kamu nggak sibuk kan?" tante Bella menghentikan langkah Selena.

dia lalu berbalik kembali duduk.

"Iya tante ... Lena akan temani Om sama Tante di sini." lena tersenyum.

Seketika hening. Om Burhan dan tante Bella masih sibuk melahap makanan mereka. Setelah selesai minum, om Burhan angkat bicara.

"Selena, ada yang ingin kita bicarakan sama kamu." ujar om Burhan sambil meletakan minumanya.

Wajah mereka terlihat serius. Apa yang ingin di bicarakan om Burhan? Jangan-jangan tentang ucapan om burhan tadi yang ingin menjadikan lena menantunya. Ah ... tidak mungkin. Itu kan hanya candaan mereka.

"Emb ... Ngomongin apa ya om?" manik matanya terlihat serius memandang om Burhan.

"Kamu tahu kan kalau om dan tante ini adalah teman dekat orang tua kamu?" om Burhan mulai bicara.

tuh kan bener ... Pasti perjodohan. Batin Lena

TIGA

"Kamu tahu kan kalau om dan tante adalah teman dekat orang tua kamu?" om Burhan mulai bicara.

Tuh kan bener ... Pasti perjodohan. Batin Lena.

"Sebagai teman kita sangat peduli terhadap orang tua kamu dan tentunya juga kamu. Yah ... Walaupun kejadian ini sudah lama terjadi, tapi Om merasa ada yang janggal dengan kematian orang tuamu. Apa kamu tidak merasakannya? Apa lagi dengan aset-aset Ayah kamu. Dia memiliki banyak aset Lena. Dia juga menanam saham di sebuah perusahaan luar negeri, dan saham itu bukan cuma 10 atau 20 persen. Setelah kepergian orang tua kamu, kemana semua kekayaan mereka Lena? Harusnya kamu mencari tau." jelas om Burhan.

Ah ... Gue salah kira. Ternyata masalah lain. Lena bernapas lega.

"Lena, bukannya apa apa. Om harap kamu tidak salah paham dengan perkataan Om barusan. Rasanya janggal saja Ayah kamu kecelakaan secara misterius, dan beberapa asetnya juga hilang." om Burhan tetap menjelaskan.

"Om, selama ini lena juga hidup dengan aset Ayah kok. Hotel Diandra, Diandra Diskotik di puncak, juga ada beberapa villa yang di sewakan di sana Om." Lena meyakinkan.

"Om tahu, kekayaan ayahmu bukan tidak hanya itu !" mencoba meyakinkan kembali. "Sebenarnya bukan tentang kekayaannya, tapi tentang kematian Ayah kamu yang sangat misterius. Seperti ada unsur kesengajaan."

"Om Burhan, Lena tahu apa yang Om maksud. Om bermaksud menyuruh Lena untuk menyelidiki kematian Ayah kan? Lena juga tahu kekayaan Ayah yang lain. Sudah lah Om, Ayah dan Bunda sudah tenang di sana. Lena dari dulu juga sudah ikhlas. Lena tidak peduli kemana aset Ayah yang lain. Toh sekarang juga Lena bisa cari uang sendiri (tersenyum)."

Aura kesedihan terpancar di raut wajah Selena. Mengingat akan sosok kedua orang tua yang sudah meninggalkan kita, pasti akan sangat menyakitkan.

"Maafkan kami Lena. Tante dan Om nggak bermaksud membuatmu sedih. kalau kamu sudah berubah pikiran, temui kami. Pasti kami akan bantu kamu menyelidiki kematian ayah kamu." tante Bella mencoba menenangkan dan menggenggam kedua tangan Lena.

"Nggak apa-apa Tante. Tante kan juga tau Lena masih kuat sampai sekarang (tersenyum)."

Sebenarnya om Burhan bisa saja langsung menyelidiki masalah ini semaunya. secara, koneksinya banyak dan dia bisa menyuruh orang untuk hal ini. Tapi dia urungkan. Yang bersangkutan saja tidak mempermasalahkannya.

...****************...

Beberapa hari telah berlalu. Terlihat Lena sedang duduk di kursi santai yang berada di balkon Kamarnya. Menikmati pemandangan indah langit sore yang akan berganti dengan malam. Asap rokok yang ia sesap semakin menambah ketenangan jiwanya sore itu.

Ya ... Lena adalah perokok aktif. Sama halnya dengan Sinta, mereka wanita perokok. Mungkin karna tidak adanya dampingan orang tua jadi mereka bisa saja melakukan keinginan mereka semaunya. Biarlah ... dua wanita itu sudah dewasa. Toh, bukan cuma mereka saja yang merokok di dunia ini. Banyak juga wanita perokok aktif di mana-mana.

Tap ...Tap ...Tap ....

Terdengar suara langkah kaki memasuki kamar. Seorang wanita memakai dress panjang tanpa lengan berwarna maroon dengan high heel warna senada menghiasi kaki indah wanita itu. Ia datang menghampiri Lena yang sedang rebahan di kursi santainya. Segera ia merebut rokok yang di sesap Lena dan langsung menyesapnya sendiri.

"Apa-apaan sih lo Sin? Emang lo nggak bisa ambil rokok lo sendiri? Main rebut aja." ucap Lena kesal.

"Eh ... Sejak kapan lo nggak mau berbagi sama gue? Lagian cuma rokok ini." Sinta melirik sahabatnya dengan sinis.

Lena terdiam. Ia mencoba memejamkan mata dan melipat tanganya di atas dada. Tidak mau berdebat lagi.

"Len, lusa ada yang mau sewa lo." ujar Sinta yang sedang bersender di pagar balkon.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!