...Jangan pernah untuk memplagiat cerita ini....
...Budayakan Vote sebelum membaca dan Komentar sesudah membaca....
...Hargailah penulis jika kalian sendiri ingin dihargai ✔...
...-BANYAK TYPO BERTEBARAN DARI PART INI-PART AKHIR NANTI!...
...-Di cerita ini akan mengisahkan tentang kehidupan di kampus nanti, jadi bagi kalian yang merasa ada salah, yang berhubungan dengan kampus nanti, mohon dimaafkan 🙏...
...***...
"Triple A nanti kalau mama dan papa pergi ke kampus. Kalian jangan nakal ya, baik-baik di mansion kalian." ucap Andrian tegas membuat Triple A mengganggukan kepalanya.
"Siap pa!" kompak Triple A seperti biasanya yang membuat Andrian pun menghelakan nafasnya lega. Setidaknya putra-putranya dapat dipercaya dan dapat mengerti.
"Pa nanti gak bakal lama kan sama mama?"tanya putra bungsunya yang bernama Andrey Daylon Valentino yang kerap disapa Rey.
"Gak bakal lama nak, yang penting mama dan papa pasti pulang. Kalian juga kalau mau kemana-mana harus ijin sama papa dulu ya hubungi papa. Jangan sampai kejadian waktu itu, Rae dan Re pergi gitu aja tanpa hubungi papa atau mama sama sekali. Setidaknya jika papa lagi tidak bisa dihubungi, kalian bisa hubungi mama paham?" tanya Andrian tidak main-main dalam menjaga ketiga putranya ini.
Andrian Daylon Valentino adalah sesosok suami dan ayah yang tegas, disiplin, dan possesif. Tidak boleh ada seorang pun yang menyentuh keluarga kecilnya ini jika tidak mau berhubungan dengan sosok Andrian.
"Paham."
"Anak-anak coba lihat deh mama ada buatin apa buat kalian?"tanya Jeniffer sambil membawakan pudding kesukaan mereka yang membuat Triple A pun bersorak senang dan langsung mencium kedua pipi mamanya secara bergantian.
Andrian yang melihat interaksi mereka pun tersenyum karena dirinya yang sangat menyukai pemandangan didepannya ini. Dan dia bersumpah akan menjaga keluarga kecilnya ini dan tidak akan membiarkan siapapun untuk berani mengusiknya.
"Terima kasih mama."
"Sama-sama anak mama sayang." ucap Jeniffer sambil tersenyum dan setelah itu dirinya pun menatap ke arah suaminya yang kini juga sedang menatapnya.
Disaat Triple A sedang sibuk dengan pudding mereka, Andrian pun memeluk istrinya dari arah belakang sambil meletakkan kepalanya di pundak istrinya yang selalu menjadi tempat ternyaman untuknya.
"Aku bahagia mas, bahagia bisa melihat anak-anak senang seperti itu. Emm mas boleh aku minta satu hal sama mas?"tanya Jeniffer ragu-ragu yang membuat Andrian membalikkan badan istrinya dan kini posisi mereka pun saling berhadapan.
"Apa yang mau kamu minta sayang?" tanya Andrian heran ketika melihat sikap istrinya yang tidak biasanya.
"Aku pengen bilang tapi mas harus janji gak bakal marah dulu?" Jeniffer menundukkan kepalanya, tidak berani melihat kearah mata suaminya yang kini sedang menatapnya penuh curiga. "Janji mas?"
Andrian yang melihatnya pun menghelakan nafasnya dan mulai menganggukan kepalanya.
"Janji"
"Jadi gini aku pengen banget masuk ke kampus yang aku pilih mas bukan kampus yang mas punya. Dan kebetulan disana juga ada pendaftaran murid baru dan dosen mungkin mas juga bisa diterima oleh mereka." ucap Jeniffer mengutarakan semua keinginannya dan ini adalah hal yang paling ditakuti oleh dirinya mengenai aturan yang ada disana. "Tapi aturan disana, dosen dan murid gak boleh berhubungan satu sama lain."cicit Jeniffer bertambah takut ketika melihat ekpresi suaminya yang sempat menegang dan kini menjadi dingin dan datar.
"Triple A masuk kamar kalian masing-masing" "Dan kamu ikut mas ke kamar kita" perintah Andrian tidak terbantahkan dan langsung berjalan mendahului dirinya.
"Triple A masuk dulu ya dan jangan lupa dihabiskan ya nak."ucap Jeniffer dan mengecup kening mereka masing-masing.
"Selamat malam anak-anak mama."
***
"Kamu tahu kenapa mas suruh kamu datang ke kamar?" tanya Andrian mencoba tenang dan berusaha mungkin untuk mendengarkan alasan dari istrinya.
"Maafkan aku mas, aku tahu aku salah. Tapi aku pengen banget masuk sana."lirih Jeniffer yang sedari tadi tidak berani menatap suaminya.
"Lihat aku Jeniffer." "Kamu sudah tahu jawaban mas seperti apa bukan? Tapi kalau mang ini demi kebaikan pendidikanmu mas izinkan dengan syarat disana kamu harus tetap tahu batasanmu dan apa statusmu. Mas harap meski mas dan kamu akan menjadi dosen dan siswi mas gak mau sampai kamu pura-pura tidak mengenali mas mengerti?" ucap Andrian tersenyum yang membuat Jeniffer mendongakan kepalanya dan langsung berhambur memeluk suaminya.
"Terima kasih mas, terima kasih." senang Jeniffer sambil mengucapkan rasa terima kasihnya berkali-kali.
"Sama-sama istriku sayang, tapi ingat kalau disana kamu ada apa-apa segera kasih tahu mas. Jangan pernah untuk menyimpan semuanya sendiri, ngerti?" tanya Andrian mengingatkannya sambil mencium kening Jeniffer penuh kasih sayang yang membuat Jeniffer memejamkan matanya menikmati sebetapa besarnya cinta yang diberikan oleh suaminya kepada dirinya.
"Mas bakal urusinnya semuanya, yang pasti besok kita sudah bisa masuk ke kampus yang kamu inginkan."
"Aku mencintaimu suamiku."
"Aku mencintaimu juga istriku. Ayo kita tidur sekarang, sudah malam. Gak baik kalau kamu begadang sayang." ucap Andrian dan menggiring istrinya ke tempat tidur mereka dan mulai menaiki selimut mereka untuk menyelimuti tubuh mereka yang kini saling memeluk berusaha menyalurkan kehangatannya masing-masing.
...***...
...A/N : Semoga suka ya dengan cerita ini dan jangan lupa meninggalkan jejak kalian disini berupa suka dan komen....
...14102020...
...Tetap jaga kesehatan ya!...
...My Dosen Is My Husband...
Kini pagi hari pun telah tiba, namun sepasang suami istri itu masih nyaman dalam tidurnya sampai dimana ketukan pintu pun mulai terdengar yang semakin lama semakin keras untuk didengar.
"Mama, papa!"teriak Andrae selaku anak sulung dari keluarga Valentino.
"Ya, sebentar nak." "Sayang ayo bangun, kamu mau masuk kampus kan hmm?" ucap Andrian sambil mencium kening dan bibir istrinya itu yang membuat Jeniffer pun terganggu dan secara perlahan-lahan mulai membuka kedua matanya.
Yang pertama kali dilihat oleh dirinya adalah senyuman suaminya yang semakin hari semakin cerah, tidak pernah pudar.
"Pagi sayang."
"Pagi juga mas."
"Sana kamu mandi gih, mas mau samperin Triple A dulu kebetulan tadi Rae ada ketuk-ketuk pintu barusan. Gak tahu apa yang mau dibicarakan sama anak itu." perintah Andrian dan Jeniffer pun langsung berlalu meninggalkannya untuk membersihkan dirinya.
Melihat Jeniffer yang sedang membersihkan dirinya, Andrian pun tersenyum lalu keluar dari kamarnya untuk mencari keberadaan putra-putranya berada.
"Pagi pa!"kompak Triple A ketika melihat Andrian yang baru saja turun dan sedang menghampiri mereka yang kini posisi mereka sudah duduk diam di meja makan. Menunggu makanan sarapan mereka.
"Pagi Triple A sayang, tadi Rae kenapa ketuk-ketuk pintu papa gituh?" tanya Andrian menatap putra sulungnya yang membuat Andrae pun langsung menunduk, tidak berani menatap Andrian, sang ayah.
"Andrae Daylon Valentino sekali lagi papa tanya kenapa kamu ketuk-ketuk kamar papa dan mama barusan sayang?" gemas Andrian sambil mencium pipi Andrae berkali-kali.
"Maafin Rae pa, Rae baru kasih tahunya sekarang. Di sekolah Rae ada undangan khusus para orang tua. Dan guru Rae berharap semua orang tua untuk ikut hadir ke acara itu." ucap Andrae pelan yang masih dapat didengar oleh Andrian.
Memang apa yang dilakukan oleh Andrae adalah hal yang salah dikarenakan Andrae yang memberitahukannya secara mendadak dan tidak dibicarakannya dari kemarin yang cukup membuat Andrian terdiam.
Bukannya dirinya tidak mau menghadiri acara itu, tapi dirinya juga yang memiliki kesibukan jadwal yang sulit untuk dirinya hanya sekedar menghadiri acara itu.
Tapi demi putranya, baiklah dirinya rela mengosongkan jadwalnya sendiri demi bisa hadir ke acara itu supaya putranya itu tidak dijadikan bahan pembicaraan oleh gurunya sendiri bahkan para orang tua yang lain.
Mungkin untuk hari ini, selain mengosongkan dirinya dirinya juga harus mengosongkan jadwal istrinya yang mungkin saja belum padat mengingat mereka baru saja masuk hari ini.
"Lain kali papa gak suka ya kalau kamu bicarain apapun itu secara mendadak ginih. Kalian masih ingat bukan, sesuatu yang dilakukan secara tiba-tiba tidak akan memperoleh hasil yang baik maupun sebaliknya. Jadi papa harap ini untuk pertama dan terakhir kalinya tidak ada kesekian kalinya, paham?" tanya Andrian sambil menatap ketiga putranya yang kini sudah menundukkan kepalanya masing-masing.
"Paham pa."
"Pagi anak-anak mama sayang." sapa Jeniffer yang kini sudah rapi dengan pakaiannya. Pakaian casualnya.
"Kalian tadi pada bahas apa sih hmm kok serius banget?"
"Sayang kamu nanti bisa kosongin jadwal kamu buat anak-anak? Kata Rae nanti di sekolahannya ada acara rapat para orang tua dan walinya minta semua para orang tua untuk ikut hadir ke acara itu. Gimana?" tanya Andrian yang membuat Jeniffer menatap ketiga putranya dengan heran.
"Ada acara apa sih nak?" tanya Jeniffer menatap Andrae selaku putra sulung yang membuat Andrae semakin menundukkan kepalanya.
"Acara pembahasan kegiatan jadwal ma, dan guru Rae berharap semua orang tua untuk hadir ke acara itu. Mama bisa kan?" tanya Andre selaku anak kedua dari keluarga Valentino yang membuat Jeniffer tersenyum dan mencium bibirnya.
"Pasti bisa kok demi putra-putra mama ini." ucap Jeniffer sambil mencium bibir mereka satu persatu.
"Makasih mama!"kompak Triple A dan langsung memeluk Jeniffer.
Andrian yang melihat putra-putranya sedang memeluk istrinya pun ikut juga untuk memeluknya dan keluarga kecil itu pun akhirnya berpelukan bersama.
***
Di sebuah kampus ternama kini dihebohkan dengan dua mobil termahal, yang dimana satunya berwarna hitam dan satunya berwarna merah.
Ya, mobil merah berada di depan mobil hitam dan tidak hanya itu sosok laki-laki pun keluar dari mobil hitam yang membuat mereka semua harus menahan nafasnya ketika melihat pemandangan dihadapannya yang sangat sempurna dan rupawan.
Aura nya yang tegas, mukanya datar tanpa ekspresi, dan bibirnya eughh menggoda.
Tok tok tok
Ketuk Andrian ke arah kaca jendela Jeniffer ketika melihat istrinya yang belum juga keluar dari mobilnya. Sedang apa dia disana?
Ya, setelah Jeniffer bermohon-mohon bahkan sampai menangis Andrian pun akhirnya mengizinkannya untuk menyetir mobil pemberiannya, yang sudah lama tidak ia gunakan semenjak menikah dengan Andrian.
Karena selama ini Andrian yang tidak pernah mengizinkan untuk menyetir mobil yang dimilikinya dikarenakan dirinya yang terlalu khawatir dengan keadaan istrinya. Selalu saja pikiran-pikiran negatif timbul begitu saja ketika melihat istrinya menyetir mobilnya. Maka karena itu, selama di perjalanan Andrian yang selalu mengawasi mobil istrinya dari arah belakang dan memastikannya apakah istrinya itu mengikuti aturan dirinya atau tidak.
Ya, sebelum Andrian mengizinkan untuk membawanya. Andrian sempat memberikan beberapa aturan yang harus diikuti oleh Jeniffer dan jika tidak, maka Andrian tidak akan pernah untuk memberikan sebuah izin untuk membawa mobilnya. Disita seperti biasanya.
Tidak boleh kebut-mengebut
Harus pelan-pelan dan ikuti aturan yang ada meski dalam keadaan mendesak
Harus mendapatkan izin
Diperbolehkan untuk membawa mobil jika ada Andrian yang mengikutinya
Setelah mengetuk kaca mobil Jeniffer, tidak lama Jeniffer pun keluar dari mobilnya sambil memasang senyum ramahnya yang membuat para laki-laki yang ada disana pun dalam sekejab terhanyut dalam pesonanya.
Ya meski Jeniffer sudah memiliki tiga anak dan seorang suami tetapi pesona yang dimiliki oleh dirinya tidak pernah lenyap begitu saja melainkan dirinya yang terlihat semakin cantik dan semakin dewasa ketika dirinya bertambah usianya.
"Kamu jangan mulai sayang." geram Andrian kesal sambil menatap tajam ke arah para lelaki secara satu-persatu. Coba saja tidak ada aturan laknat itu, sudah dipastikan dirinya yang langsung memeluk pinggang istrinya menandakan bahwa dialah pemilik dari cewek yang mereka lihat.
Satu ide pun terlintas begitu saja untuk membalaskan dendamnya. Sepertinya jika sekarang dirinya tidak bisa membalas tatapan sialan mereka semua, mungkin nilai yang bisa dia balas mengingat dirinya yang mudah hafal untuk menghafalkan sesuatu.
"Bisa kalian bubar? Kami ini bukan tontonan yang harus dipertontonkan. Saya risih, bubar" perintah Andrian tegas ketika dirinya yang tidak sengaja menangkap kode yang diberikan oleh salah satu lelaki sialan itu. "Bubar atau saya akan memberikan kalian nilai D?"
Ancaman Andrian tidak main-main yang mampu membuat segerombolan para murid pun terkacir-kacir meninggalkannya dan mulai sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
"Kasian mereka mas." ucap Jeniffer ketika melihat seberapa takutnya mereka semua terhadap ancaman suaminya.
"Aku gak perduli sayang, dan kamu juga nakal kenapa harus senyum-senyum ke arah mereka." gerutu Andrian yang mampu membuat Jeniffer tersenyum.
"Mas cemburu?"
"Jelas mas cemburu, mana ada seorang suami yang tenang-tenang saja jika melihat istrinya sendiri yang ditatap segitunya sama lelaki lain. Kamu ini gimana sih?" kesal Andrian sambil memalingkan wajahnya ke arah lain, tidak mau menatap ke arah istrinya."Kalau begitu, mending kita pindah ke kampus mas saja karena disana lebih aman daripada disini laki-lakinya sialan semua pengen mas bunuh satu-satu."
Cemburu Andrian tidak main-main yang membuat Jeniffer terkikik dan mencium bibir suaminya dengan secepat kilat. Takut-takut ada yang melihat.
"Sudah dong mas, mas jangan ngambek lagi ya. Aku minta maaf mas." sesal Jeniffer yang membuat Andrian langsung tersenyum dan mencium kening Jeniffer. Dirinya yang tidak perduli lagi bagaimana tatapan di sekitarnya terhadap mereka berdua. Toh mau dikeluarkan dirinya juga tidak takut karena dirinya juga masih memiliki sebuah kampus ternama dengan fasilitas lebih lengkap dari kampus ini. Bahkan lebih ternama.
"Maaf kalian dipanggil sama kepala kampus." ucap salah satu mahasiswi yang berpenampilan sederhana dan tidak semewah dengan pakaian mahasiswi lainnya.
"Makasih ya. Siapa namamu?" tanya Jeniffer tersenyum dan mengulurkan tangannya.
"Bella." balas Bella sambil membalas uluran tangan Jeniffer dengan memasang senyumnya. Senyum manisnya.
"Bella bisa kasih tau kami dimana kepala kampus berada?" tanya Andrian yang sedari tadi diam memperhatikan sikap ramah istrinya.
"Bisa, ayo ikut aku." ajak Bella dan berjalan mendahului mereka meninggalkan mereka berdua di belakang.
"Mas menyukai sikapmu sayang." bisik Andrian sambil meniupi telinga Jeniffer yang mampu membuat Jeniffer merinding.
"Mas jangan aneh-aneh deh." ngeri Jeniffer dan langsung berlari menyusul langkah Bella meninggalkan suaminya yang kini sedang tertawa melihat sikapnya.
"Kamu sangat lucu sayang." ucap Andrian di sela-sela tawanya yang tanpa disadari oleh dirinya para mahasiswi yang melihat tawa Andrian pun terpaku karena ketampanan Andrian menjadi berkali-kali lipat dari wajah datarnya.
"Tampannya."
...***...
...A/N : Jangan lupa meninggalkan jejak kalian disini....
...SUKA+KOMEN+SHARE...
...My Dosen Is My Husband...
Dihadapan pintu yang berwarna hitam dan menjulang Bella pun segera berbalik dan pamit untuk kembali ke kelasnya.
Sedangkan Jeniffer dan Andrian segera mengetuk pintu dihadapannya terlebih dahulu setelah mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Bella dan tidak lama menunggu, mereka pun mendengar jawaban dari dalam yang membuat mereka segera membuka pintunya dan langsung masuk kedalam.
Disana mereka melihat seorang pria muda dengan jas kebanggaannya dan sebuah name tag yang bertengger di jas mahalnya sedang duduk di kursinya dengan pandangan fokus ke arah kertas lalu beralih ke arah mereka berdua.
Senyuman ramah pun langsung terbit di wajahnya sekedar menyambut mereka berdua yang memang dirinya sudah mendapatkan laporan itu dari tangan kanannya.
Ya, tangan kanannya kini sedang pergi keluar untuk mencarikannya makanan. Sedangkan dirinya kini sedang mengecek sampai mana tugas yang dikerjakan oleh tangan kanannya sendiri.
"Selamat datang." "Ehem sebelumnya perkenalkan nama saya Samuel Gregory Douglas, saya biasa dipanggil Sam." sapa Sam ramah yang dibalas sebuah senyuman oleh Jeniffer yang hebatnya bisa menghipnotiskan dirinya untuk terus menerus menatap senyumannya.
Sangat manis sekali.
"Bisakah anda untuk tidak melihatnya seperti itu?" lagi dan lagi Andrian pun dibuat geram. Bukan hanya para murid lelaki saja, tetapi pria dihadapannya ini juga ikut terpesona oleh pesona istrinya yang membuat dirinya harus mengalami rasa kesal dan cemburunya kembali. Bahkan sekarang pun sudah berubah menjadi rasa dongkol.
Bukan lagi rasa mau membunuh seseorang yang dirasakan oleh dirinya tetapi tergantikan oleh rasa melenyapkan tempat ini dan menghancurkannya, supaya tidak ada lagi para lelaki sialan termasuk lelaki dihadapannya ini yang berani untuk menatap istrinya.
Sementara Jeniffer yang bisa merasakan rasa tidak suka dari suaminya pun hanya bisa menghelakan nafasnya sabar. Sepertinya mulai dari sekarang suaminya ini sangat mudah sekali untuk cemburu. Meski mereka sudah menyandang status sepasang suami istri dan memiliki tiga seorang anak tetapi sikap suaminya ini pun tidak pernah berubah sama sekali. Mudah cemburuan, kesal dan satu lagi ngambekan.
"Oh maaf, berhubung kalian sudah masuk ke kampus ini sebelumnya kalian sudah mengetahui aturan disini bukan?" tanya Sam memastikannya yang dibalas anggukan oleh Jeniffer sedangkan Andrian ia hanya menatapnya datar dan tajam enggan untuk membalasnya.
Sam menyadari tatapan Andrian tetapi dirinya yang berusaha mungkin untuk tidak memperdulikannya meski tatapan tajam yang diberikan Andrian kepadanya setajam silet seolah-olah ingin mencabut nyawanya dari tempatnya saja. Ada apa dengan pria itu? Kenapa dirinya harus mendapatkan tatapan setajam itu? Apa salah dirinya? Banyaknya pertanyaan yang timbul di benaknya yang membuat dirinya pun dibuat bingung dan heran olehnya.
"Cincin apa di jari manis kalian?" "Apa itu cincin pertunangan atau?" tanya Sam menggantung dan kini tatapannya pun sibuk menatap keduanya secara bergantian.
Jeniffer yang paham dengan tatapan itu pun meneguk ludahnya gugup dikarenakan dirinya yang tidak menyangka sejeli itu Sam untuk melihatnya. Berbanding balik dengan Andrian yang kini masih bersikap musuhan dengan Sam dan masih menatapnya tajam tidak ada niat untuk merubahkan tatapannya sedikitpun. Seolah-olah pertanyaan yang diberikan oleh Sam tidak terlalu penting bagi dirinya.
"Ini... cincin wasiat iya cincin wasiat dari kakek. Jadi semenjak kakek nenek saya meninggal kakek saya mewasiatkan cincin ini kepada saya." jawaban asal yang diberikan oleh Jeniffer yang membuat Andrian mengalihkan tatapannya ke arah istrinya dan tercengang.
Sejak kapan cincin pernikahan menjadi cincin wasiat?
Dan satu lagi kakek dan neneknya sudah meninggal? Bukankah kakek dan nenek istrinya masih hidup? Kenapa dikatakan meninggal oleh cucunya sendiri? Sejak kapan kakeknya dan neneknya meninggal? Dan jika memang itu adalah hal yang benar , mengapa dirinya tidak tahu soal itu?
Sedangkan Sam yang memang tidak tahu latar belakang mereka pun menganggukan kepalanya percaya dan tetap memasang senyumnya.
"Baik jika begitu, saya pikir kalian ada menjalin hubungan satu sama lain. Dan bolehkah saya bertanya lagi? Kenapa cincin yang digunakan sama kalian itu sama ya?" tanya Sam sampai sedetail itu yang membuat Andrian tidak bisa lagi menahan emosinya dan langsung menggebrak mejanya. Meja dihadapannya.
Brak!
"Sama gak samanya saya rasa itu bukan urusan anda pak Sam. Sudah cukup sedari tadi saya diam melihat sikap anda. Kali ini anda menanyanya sudah melebihi dari batas wajarnya." emosi Andrian meledak yang membuat suasana disekitarnya pun langsung berubah menjadi tegang dan dingin.
Sam yang mendapatkan ledakan emosi Andrian pun tetap memasang senyumnya dan berusaha mungkin untuk tidak terpancing dengan emosinya sendiri melihat sikap kekurang ajaran Andrian terhadap dirinya.
"Maafkan saya pak Andrian, saya disini hanya bertanya untuk aturan saja tidak ada niat lain." sesal Sam dengan nada tenangnya yang membuat Jeniffer langsung menggengam tangan suaminya dan mengelusnya. Berusaha mungkin untuk meredakan emosi suaminya yang sejak tadi terus ditahannya.
"Kami kebetulan seorang kakak beradik pak, tidak lebih dari itu." alasan Jeniffer cukup masuk akal yang membuat Sam langsung menganggukan kepalanya paham.
"Baik, karena saya masih memiliki urusan yang lain saya harap kamu nyaman berada di kampus ini Jeniffer dan untuk pak Andrian bisakah anda menandatangani di kertas ini sebagai persetujuan anda untuk menjadi seorang dosen disini?" tanya Sam mengeluarkan sebuah kertas yang berisikan kertas persetujuan.
"Setahu saya sebelum orang menjadi dosen tidak pernah ada untuk menandatangani kertas seperti itu pak Sam." ucap Andrian tidak mau menuruti langsung apa yang dikatakan oleh Sam.
"Hanya di kampus ini yang ada surat seperti ini pak Andrian. Dan saya minta sekali lagi, bisakah anda menandatanganinya?" tanya Sam untuk kedua kalinya dengan pertanyaan yang sama.
"Tidak, tanda tangan saja sendiri." tolak Andrian yang sudah muak untuk berlama-lama di ruangan Sam yang lebarnya tidak seluas dengan ruangan di kampusnya. Kampus miliknya.
Tanpa menunggu jawaban dari Sam lagi, Andrian pun langsung menyeret istrinya untuk keluar dari ruangan jahanam itu meninggalkan Sam yang kini sedang terbengong melihat sikap Andrian yang berlalu begitu saja tanpa ada pamit kepada dirinya.
"Perasaan yang pemiliknya gua deh, kenapa tuh orang yang merintah gua dan langsung keluar gituh aja?" tanya Sam ke dirinya sendiri yang kini bagaikan seorang linglung dengan posisi tangan yang masih memegang sebuah bolpoin dengan kertas persetujuan para dosen yang tergeletak di mejanya.
...***...
...A/N : Jangan lupa meninggalkan jejak kalian disini....
...SUKA+KOMEN+SHARE...
...My Dosen Is My Husband...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!