Duaarrrrr ....
Cttaaarrrrr .....
Brukk brukkk ....
Kratakk ...
Hujan badai disertai angin topan dan kilat yang menggelegar ...
Bumi gelap gulita diselimuti keributan ekstrim ...
Kain putih penutup kaca-kaca di rumah bangsawan Lu berterbangan menambah kesan di pagi yang terlihat seperti malam larut itu.
Sedangkan didalam ruangan Rumah bangsawan keluarga Lu terlihat para pelayan yang berjalan keluar masuk membawa baskom-baskom berisi darah segar.
Terdengar erangan dan teriakan kesakitan dari dalam ruangan yang kemudian disusul dengan tangisan bayi mungil yang detik itu pula tanpa mereka sadari bahwa ajaibnya cuaca yang tadinya suram dan penuh kegelapan berangsur-angsur mulai terang.
Terlihat seorang wanita tergesah-gesang berbisik ketelinga tabib yang menunggu diruangan luar kamar.
"Tuan, Nyo...Nyonya mulai terlihat lemah pasca melahirkan...."Kata seorang tabib
"Bagaimana bisa seperti ituu !!!..."Bentak Tuan Lu.
"Nyonya mengeluarkan banyak darah karena kelahiran prematurnya ka..kami sudah memberitahu nyonya perihal masalah ini tapi beliau tetap memaksa untuk melahirkan nona muda"jawab tabib itu ketakutan.
"Bawa bayi itu kemari cepattt !!...."perintah Tuan Lu ketika melihat istri nya sedang merenggang nyawa.
Seorang pelayan dengan ketakutan membawa bayi mungil yang terbungkus kain.
Menahan emosi yang meluap-luap, Tuan Lu menggendong bayi mungil tersebut melihat fisik bayi tersebut yang sudah terlihat kemolekannya walaupun terlahir prematur.
Bayi mungil tersebut membuka matanya yang sangat jernih dan bersih dengan pipi yang kemerah-merahan seperti batu giok murni.
Dirinya tertegun.
Dari samping selir An terlihat tidak menyukai si bayi mungil tersebut.
"Tuan...."panggil selir An lembut
Tuan Lu yang tadinya kagum melihat kemolekan putrinya yang melebihi batu giok ini sontak saja kaget dengan panggilan Selirnya itu.
"kembali lah ke Paviliun mu" tukasnya.
"Baiklah tuan"jawab selir An yang mundur perlahan dan menatap iri si bayi mungil itu walaupun ia tidak bisa melihat kemurnian dan keelokan bayi itu ia sudah tau dari tatapan tuannya. Didalam hatinya ia merasa terancam dengan keberadaan si bayi yang akan menjadi Nona sah bangsawan Lu dimasa depan. Ia resah memikirkan nasib dua anaknya dimasa depan.
"Tuan, Nyonya ingin melihat Nona muda"kata si pelayan gemetaran.
Sontak saja Tuan Lu langsung melihat istrinya dengan bayinya.
"Mana anakku Han...."tanya lemah seorang wanita yang mukanya pucat pasi.
"Diam disitu Mei... lihat putri kita sangat cantik ... aku yakin nanti dimasa depan ia akan jadi kecantikan nomor satu di ibukota"kata Tuan Lu bangga bercampur khawatir melihat kondisi lemah istrinya.
Nyonya Mei melihat putrinya yang mungil dan indah ini yang diletakkan disampingnya. Ia dengan lembut mendekap bayi mungilnya itu dengan kasih sayang, kemudian dirinya menyerahkan sebuah Liontin giok murni putih disamping bayi nya itu.
"Indah... Lu So Ah "ucap nyonya mei lemah.
"Jika aku nanti pergi ... Han tolong jaga bayi mungil ku ini"sambungnya lagi.
"Meii... mei kau jangan bi..cara seperti itu seharusnya kau tak usah melahirkan anak ini !!!"ucap Tuan Lu mulai panik.
"Hehe jangan mengecewakanku... aku hanya ingin melahirkan malaikat mungil inih..."ucap Nyonya mei mulai melemah dan menutup matanya dengan perlahan.
Melihat istrinya yang menutup mata disamping putrinya membuat Tuan Lu menangis pilu.
Memantapkan hatinya, Tuan Lu keluar memanggil para pelayannya untuk langsung membuat dan mengurusi pemakaman istri tercintanya.
"Tuan... tuan... tuann...."ucap seorang pelayan ketakutan.
"Ada apa !"tanya Tuan Lu.
"Maafkan hamba tuan... selir An akan segera melahirkan tuan..."jawab pelayan tersebut menunduk ketakutan.
Mendengar hal itu, Tuan Lu langsung bergegas menuju ke paviliun selir An.
Sesampainya ia disana, terlihat perawat basah yang membawa putri selir An, Lu Yu Xe yang berusia satu tahun.
"Tuan, selir An tadi terpleset saat akan melihat kondisi Nyonya "ucap perawat basah yang mengikuti selir An.
"Tabib, bagaimana kondisi nya ??"tanya Tuan Lu yang bingung dengan keadaan kacau dimansion nya.
"Maaf Tuan... kandungan Selir An sudah mencapai sembilan bulan awal hanya saja perkiraan melahirkan masih beberapa hari lagi tapi karena selir An terpleset jadi melahirkan lebih awal dari perkiraan kami tuan"jawab tabib.
Mendengar perjelasan tabib, Tuan Lu hanya mendesah dalam hati menyembunyikan kesedihannya ketika Istri tercintanya sudah tiada dan juga selir nya ini yang sedang menghadapi antara hidup dan mati. Apakah ini sebuah kesialan ??... kenapa baru beberapa jam setelah kelahiran So ah ada beberapa rentetan peristiwa yang janggal ... batin Tuan Lu.
"Selamat Tuan ... Selir Anda melahirkan seorang putra ..."ucap Tabib dengan bahagia.
Tuan Lu hanya melirik sekilas si bayi sehat dan montok dalam buntalan kain dan gendongan perawat basah yang sudah disiapkan selirnya jauh-jauh hari itu.
"Haahh... haahh... Tuan ku dimana anakku "tanya selir An terengah-engah.
Melihat dirinya yang melahirkan bayi laki-laki , Mata selir An berkilat licik dan ketika mengetahui dari bisikan pelayannya bahwa Nyonya utama sudah mati bertambah senang hati Selir An. Menembak dua burung dalam satu tembakan.
Setelah diumumkannya kematian Nyonya utama kediaman Lu. Banyak para bangsawan yang ikut berduka cita dan mendatangi kediaman bangsawan Lu.
Sebagian para Nyonya juga mengunjungi Selir An yang pada waktu itu juga melahirkan seorang bayi laki-laki. Mereka tak berani menjumpai Putri sulung Lu ketika mendengar desas-desus bahwa penyebab kematian Nyonya Lu adalah karena melahirkan putri sulung tersebut.
Pada hari itu, Suka cita dan Duka cita menjadi satu.
Satu bulan berlalu, ketika ekspresi Tuan Lu sangat dingin dan tegas ketika mendengar Selir An berbicara mengenai Putri Sulungnya yang mungkin saja membawa sial untuk rumah bangsawan Lu.
"Maaf tuanku... semenjak kelahiran Nona sulung banyak para perawat basah yang mati secara tiba-tiba ketika menyusui putri sulung..."ucap Selir An yang menggendong Anaknya.
"Bagaimana itu terjadi ??"tanya Tuan Lu.
"Hamba yang rendah ini juga bingung tuan ku... tapi ketika kelahiran Nona Sulung langit begitu gelap seperti sebuah kutukan untuk kita semua..."jawab Selir An menurunkan matanya yang terlihat ketakutan.
"Jangan takut selir An... baiklah masalah ini kita bahas lain waktu saja... aku akan pergi kepengadilan Kaisar"ucap Tuan Lu yang bergegas pergi dengan tergesah-gesah.
Melihat Suami nya yang pergi tergesah-gesah, Selir An menyunggingkan senyum licik dan mengerikan.
Di dalam paviliun Sakura milik Nona sulung So Ah.
Terdengar tangisan bayi, hanya Mama Wei yang menggendong bayi Mungil tersebut kesana kemari.
Ketika sang bayi dimasukan ayunan tradisional. Mama Wei terlihat letih dan kemudian langsung tertidur disebelah ayunan bayi.
Dari luar paviliun, Terlihat seorang lelaki dengan jubah hitam yang perlahan memasuki paviliun kamar So Ah.
So Ah yang masih menangis, terdiam ketika melihat sosok tersebut yang menggerakan ayunan nya secara perlahan dan tiba-tiba dirinya mengelus lembut pipi tembam bayi tersebut. Terlihat so ah dengan polos tersenyum bahagia ketika lelaki tersebut mengelus pipinya lembut.
Mengelusnya perlahan dan so ah pun tertidur lelap.
Keesokan harinya...
Tuan Lu pulang dari istana kekaisaran, dirinya langsung berjalan ke arah paviliun sakura dengan geram karena banyak nya desas desus buruk tentang putrinya yang menginjak satu bulan itu dan juga isu tersebut sampai di telinga kaisar yang menegurnya secara langsung saat pengadilan berlangsung agar mengunci kesialan itu dipaviliunnya mulai sekarang untuk menghindari malapetaka.
"Mama jangan buat anak sial ini keluar dari paviliunnya !!! INGAT KATA-KATA KU ... SIAPAPUN YANG MEMBUAT DIA KELUAR PAVILIUN AKAN DI HUKUMMM...!!!"kata tuan Lu diambang pintu dengan emosi yang meluap-luap dan langsung keluar paviliun.
Mama wei yang mendengar hal itu sangat sedih ketika melihat bayi mungil yang tak bersalah ini harus dihukum karena desas-desus yang belum tentu benar itu.
"Penjaga ... jaga pintu paviliun ini .. siapapun tanpa seizin ku dilarang memasukin paviliun"kata Tuan Lu tegas.
Dirinya berjalan menuju ke paviliun mawar, tempat selirnya berada.
Melihat selirnya dengan kasih sayang merawat putra dan putri nya membuat hati Tuan Lu menjadi lembut.
"An er, jangan mengabaikan kondisi tubuh mu ... biar para mama dan pelayan yang merawat buah hati kita"ucap Tuan Lu lembut.
"Haha tuan tidak apa-apa ... lagi pula hamba hanya ingin berbakti merawat kedua anak ini"ucap Selir An dengan kasih sayang.
"Tuan Xi er sangat mirip dengan anda... lihat dia sangat cerdas"kata selir An lagi melihat putranya yang bergerak aktif dengan mata yang berbinar-binar ingin tau dan ketika melihat Tuan Lu, Lu Yu Xi tertawa bahagia dengan mengangkat kedua tangannya minta digendong.
Melihat hal itu Tuan Lu menjadi amat sangat bahagia dan merasa puas dengan putra masa depannya ini.
Lu Yu Xe berjalan tertatih-tatih dengan pakaian mewah yang sangat pas ditubuhnya itu dengan dua mama yang menjaga nya agar tidak terjatuh di halaman.
Tuan Lu melihat kemolekan putri pertama kelahiran selirnya ini sangat bahagia dan bahagia. Perlahan dirinya mulai melupakan putri sulung sahnya itu yang mulai terlupakan di paviliun peninggalan Ibunya.
15 tahun berlalu dengan cepat...
Terlihat seorang gadis dengan sebuah kain kerudung putih yang menutupi sebagian wajahnya dibawah bayang-bayang pohon sakura yang bermekaran duduk diam.
"Nona, hari ini saya menyewakan anda sebuah buku lagi"ucap mama Wei.
"Ohh mana mama ?"tanya So Ah antusias terlihat dari matanya yang berbinar indah.
Mama Wei langsung menyerahkan buku yang ia maksudkan kepangkuan so ah. Kemudian dirinya undur diri karena harus membuatkan So Ah makan malam nanti.
Melihat bahu ringkih Nona sulung yang ia rawat dari bayi hingga menjadi Nona sulung yang elegan. Mama Wei merasa kasihan dengan Nona nya ini yang tak diberi kebebasan oleh Ayah Nona sekaligus tuannya ini. Selir An juga tahun-tahun ini selalu bertindak sebagai Nyonya utama, padahal belum ada pengangkatan secara resmi.
Tuan Lu sangat kejam terhadap Nona Sulung nya ini, padahal Nona Sulungnya ini juga darah daging sah dari Tuannya. Mulai dari Nona So Ah berumur lima tahun Tuan Lu dan Selir An tidak lagi memberi tunjangan bulanan untuk Nona mudanya ini. Tapi entah kenapa, Mama Wei merasa sangat heran dan juga aneh ketika suatu hari dirinya melihat banyak sekali koin emas di tempat penyimpanan uang yang hanya dirinya dan Nona Sulung yang tau.
Koin-koin emas itu selalu bertambah setiap bulannya. Kadangkala Mama Wei berfikir itu Tuan Lu yang memberi koin emas secara diam-diam untuk putri nya tapi ia tepis karena melihat keacuhan dari tuannya untuk putri nya ini. Mama wei juya merasa bersyukur dengan adanya Koin emas tersebut, Nonanya hidup dengan sangat berkecukupan malah melebihi yang seharusnya Nona sulung dikeluarga bangsawan lain.
Selain itu Mama Wei juga tidak lupa mengajari So Ah tata krama bangsawan kerena dirinya dulu adalah pelayan mahar yang dibawa Nyonya nya dulu jadi Mama wei sangat berpengalaman dengan luar dan dalam kehidupan para bangsawan. Semua hal yang ia ketahui dirinya berikan kepada Nona Mudanya ini.
"Bibi, apakah aku akan tetap disini ??"tanya So Ah kepada mama Wei.
"No..nona pasti akan keluar dari paviliun ini hanya saja ini demi kebaikan nona"ucap mama wei gugup.
"Ooo mungkin saja...."kata So Ah kemudian diam memakan makanannya dengan berwibawa dan elegan.
"Bibi, istirahat saja ... aku mau sendiri malam ini"lanjut So Ah lagi.
"Baik Nona ..."Jawab Mama Wei kemudian Undur diri.
So Ah berjalan santai menuju kejembatan mini ditaman paviliunnya, duduk diam disana menikmati udara malam.
Rambut hitam panjangnya yang ia urai melambai-lambai diterpa angin malam lembut hampir menyentuh lantai. Pakaian malam berwarna biru pucat sangat pas melekat ditubuhnya. Cadar putihnya masih melekat diwajahnya menyembunyikan wajahnya secara misterius.
"Bibi istirahat saja ... aku tidak apa-apa hanya ingin sendiri"ucap So ah tanpa melihat orang yang menyampirkan selimut lembut tebal dipundak ringkihnya.
Mencium bau wangi yang asing dan juga tidak mendapat sahutan dari Mama Wei membuat So Ah melonjak kaget ingin melihat kebelakang tapi ketika ingin menoleh pipinya ditahan sebuah tangan besar yang kokoh dan indah.
"Sii..siapa ?.."tanya So Ah gagap pasalnya tangan tersebut masih menahan kepalanya.
"Hmm... Apakah kau ingin tau"jawabnya dengan suara rendah yang berat membuat bulu kuduk So Ah merinding.
"Ii...iya a..apakah kau penjahat ?"tanya So Ah lagi menunduk merapatkan Selimut tebal yang ternyata sangat mewah ini ditubuh mungilnya.
Pria tersebut dari samping belakang melihat bulu mata lebat gadis tersebut yang terkulai indah dan melihat cara wanita tersebut yang merapatkan dirinya sendiri karena kedinginan.
"Bukan... apa yang kau inginkan ? Buku ? Guqin ? Atau yang lain"tanya lelaki tersebut masih dengan suara rendah.
"Ak..aku tak ingin apa-apa ..."jawab So Ah kemudian dirinya terbelalak kaget.
"Mungkinkah ??", Pikirnya.
"Apakah anda yang memberikan koin emas itu ??"tanya So Ah langsung.
"Iya... kenapa hmm ?"tanya nya.
"Aku berhutang budi padamu tuan..."kata So Ah menoleh langsung.
"Bagaimana kau bisa berhutang budi pada suami mu sendiri ??"tanya pria misterius tersebut mengagetkan So Ah.
"Ka..kapan kita menikah ??"tanya So ah gagap dan panik.
"Kalau begitu aku... aku tidak mau menerima Koin koin emas itu tuan ..."lanjut So Ah lagi.
"Semenjak kau dilahirkan ... kau sudah menjadi istri ku So Ah dan sudah kewajibanku untuk memenuhi semua kebutuhan mu ..."katanya lagi.
"Tapi tapi aku tidak mengenal dirimu ..."jawab So Ah gagap
"Kita perlahan bisa saling mengenal ..."jawabnya lagi.
So Ah terdiam lama bingung ingin bertanya apalagi kemudian dari samping tubuhnya sebuah tangan kokoh membawa bungkusan minyak perlahan So Ah membuka bungkusan tersebut dan didalamnya terdapat banyak Kue yang indah. ia memakan satu dan langsung meleleh lumer di mulutnya, ia yang fokus terhadap kue-kue dipangkuannya hingga sampai lupa dengan keberadaan orang asing di belakangnya.
"Enak ? Lain kali akan kubawakan lebih banyak lagi"ucapnya yang puas dengan melihat So Ah makan dibalik setengah kerudung putihnya itu.
"Uhukk uhukk ...."So Ah terbatuk kaget.
"Pelan-pelan ..."katanya sembari menyerahkan sebuah botol giok yang tembus pandang.
"Maaf emm kue nya sangat lezat"kata So Ah dengan ekspresi malu.
Mereka diatas jembatan mini itu hanya diam, Nyaman dengan suasana damai. Sampai kantuk menyerang mata So Ah yang langsung menyenderkan kepalanya di pinggiran pembatas jembatan. Melihat hal itu tangan Giok indah milik lelaki tersebut menahan kepala So Ah agar tidak terantuk sisi pembatas jembatan.
Melihat So Ah yang tertidur pulas tanpa terganggu dengan kehadirannya.
Pria tersebut perlahan mengangkat tubuh So Ah dan membawanya masuk kedalam kamarnya.
Menaruh tubuh mungil So Ah dengan hati-hati di atas ranjang, Pria tersebut setelah membenarkan selimut tebal dan membuat posisi tidur Gadisnya ini nyaman langsung pergi seperti hembusan angin.
Dipagi hari kicauan burung terdengar semarak dan indah, Sinar matahari yang malu-malu menyinari hijau alam.
So Ah terbangun dari tidur lelapnya. Perlahan duduk dipinggir ranjang kemudian dirinya perlahan berjalan kearah jendela besar kamarnya melihat bunga-bunga sakura dan plum yang mulai bermekaran indah.
Melamunkan kejadian semalam, pikiran dan hati So ah menjadi bingung dan bingung dengan sikap pria misterius itu yang mengklaim dirinya adalah istrinya. Sampai Mama Wei memanggilnya beberapa kali, So Ah masih saja melamun dan kaget dengan panggilan Mama Wei.
Akhirnya So Ah berjalan dengan anggun menuju ke tempat pemandian.
Air panas yang masih mengepul hangat dengan sedikit campuran rempah-rempah dan kelopak mawar mengisi penuh bak mandi, melepas semua pakaiannya, ia perlahan memasukan kakinya dan mulai menenggelamkan tubuhnya.
Rambut panjangnya tergerai indah basah melekat pada tubuhnya.
Sembari merenung diam berfikir, So Ah mengerutkan alis nya sedih.
Setelah selesai mandi, So Ah langsung berganti gaun santai putih panjang yang melekat pas ditubuhnya.
Sembari menyeka rambutnya yang basah. So Ah menatap cermin perunggu di meja riasnya melihat wajah yang sangat indah bagaikan giok berkualitas agung.
Mengelus wajahnya, So Ah kemudian langsung memasang cadarnya kembali dan berjalan kearah gazebo paviliunnya dengan membawa sebuah buku dan duduk anggun disana.
Di paviliun yang serba mewah.
Selir An dan putrinya, Lu Yu Xe sedang berbincang-bincang.
"Ibu, kita harus terus membuat desas-desus yang lebih menarik lagi bukan ?"tanya Yu Xe dengan lembut.
Hiasan rambutnya bergemirincing merdu dengan pakaian hijau mudanya yang sangat mewah dan cantik. Wajahnya yang putih bersih dengan kedua mata yang mengerjab indah dengan bibir merah muda dan juga rogue yang ada dipipinya menambahkannya dalam kecantikan ibukota.
"Tenang saja Xe er, lagipula anak sial itu takkan berani keluar paviliunnya... menurut beberapa dayang bawahan ibu dirinya memakai cadar yang menutupi sebagian wajahnya karena wajahnya buruk rupa hahaha..."kata selir An jahat.
"Baiklah ibu ... bagaimana dengan kabar adikku ?"tanya Yu Xe.
"Yu Xi sangat berbakat, kau tau Tuan Lu sangat menyayangi adik mu itu ... dirinya calon Tuan Lu selanjutnya ..."kata Selir An lebih lembut.
"ibu ketika melihat pangeran kedua aku sudah lama jatuh hati dan kami juga sudah menjadi kekasih masa kecil ..."ucap Yu Xe dengan malu-malu.
"Tenang Xe er, ibu akan mengatur semuanya untuk mu"jawab Selir An yang melihat putrinya yang sangat indah seperti bunga yang mekar.
"Persiapkan dirimu untuk pesta di istana kekaisaran Xe er..."lanjut Selir An lagi.
"Iya ibu..."kata Yu Xe lagi.
Terlihat Tuan Lu dan juga Yu Xi yang berjalan menuju ruang santai milik paviliun selirnya.
Dari jauh Selir An dan putrinya berbincang-bincang bahagia yang memberikan perasaan lembut dimata Tuan Lu.
Mereka satu keluarga bergabung berbincang dengan hangat dipaviliun tanpa mengingat seorang gadis yang terkunci rapat didalam paviliunnya selama bertahun-tahun.
Di ibukota desas-desus tentang putri kelahiran sah yang berwajah buruk rupa membuat orang-orang yang berada diibukota menggunjingkannya.
Seorang pria dengan jubah hitam didalam kedai yang sedang meminum teh mengeratkan jari-jarinya ketika mendengar isu tersebut dan hawa disekitarnya mulai suram dan dingin.
"Yang mulia ..."panggil bawahan pria tersebut mengingatkan.
"Iya ... ayo "jawabnya dingin.
Setelah membayar tagihan di kedai teh, pria tersebut langsung keluar berbaur dengan kerumunan orang-orang yang berlalu lalang dijalanan ibukota. Dirinya memasuki gang dan kemudian menghilang bersama dengan bawahannya.
So Ah dengan santai meminum teh di paviliunnya tanpa memakai kerudung di setengah wajahnya.
Rambut hitam panjang tergeletak anggun terurai hampir menyentuh lantai, mata nya yang jernih yang dihiasi dengan bulu mata lentik lagi lebat itu berkibar anggun dengan hidung mungil tapi mancung yang sangat pas di wajah seputih giok mahal dan bibir mungil merah cherry dengan proposisi yang pas menambah kecantikan agung seperti wanita agung yang keluar dari lukisan.
Jika kecantikan Yu Xe bisa meruntuhkan ibukota maka kecantikan So Ah bisa membuat hancur kecantikan-kecantikan di dunia.
"Bibi kenapa diam saja ??"tanya So Ah lembut tanpa menoleh.
"Maafkan saya Nona ... desas-desus di kota semakin menjelek-jelekan anda"ucap Mama Wei sedih melihat Nona mudanya ini.
"Hahaha tidak apa-apa Bibi ... aku tidak apa-apa"jawab So Ah
Tawanya seperti lonceng lembut yang bergemerincing indah, sangat segar didengar telinga.
Melihat Mama Wei sudah pergi, So Ah sendirian lagi di paviliunnya. Dari jendela nya ia melihat banyak kupu-kupu berterbangan diantara bunga-bunga mekar.
Dirinya hanya memandang sendu pemandangan di taman mungil paviliun sakura ini.
Kata Mama wei, paviliun ini ditinggalkan ibunya sebelum ibunya meninggal dulu ketika melahirkan dirinya. Mendengar hal itu So Ah yang mendengarnya merasakan kesedihan apalagi ditambah dengan fakta bahwa ayah nya sendiri enggan melihatnya karena ayahnya berfikir bahwa dia lah penyebab kematian ibunya, hal tabu yang dikatakan ayahnya dulu ketika ia berusia delapan tahun membuatnya menangis terisak-isak sendirian.
Masih dengan posisi yang sama, So Ah memandang hampa tak menyadari hari sudah berlalu begitu cepat hingga sang rembulan menampakan dirinya diantara langit malam yang gelap.
Banyak kunang-kunang muncul, tapi tak membuat hatinya lega apalagi bahagia.
"Nona, makan malam sudah siap"kata Mama Wei mengagetkan So Ah
"Ohh iyaa bii ... taruh saja disitu ..."kata So Ah sembari tersenyum lembut.
"Iya Nona... Hamba undur diri"Ucap Mama Wei ketika melihat Nona mudanya ini ingin sendiri.
"Bibi nanti peralatan makan akan ku taruh ditempat biasa... terima kasih bibi "kata So Ah sembari tersenyum.
Melihat Nona mudanya yang selalu tersenyum tak menunjukkan keadaan hatinya yang sebenarnya membuat Mama Wei sering merasa iba dengan Nona mudanya ini. Mengapa takdir begitu kejam untuk Nona Muda Sah bangsawan ini dimana diluar sana para nona bangsawan yang tak terkekang dengan begitu dalam dan tertekan menyakitkan menghabiskan waktu sendirian sepanjang waktu ini.
Perlahan So Ah memakan makan malamnya. Tiba-tiba di depan nya terlihat seorang lelaki dengan jubah hitam duduk.
"Uhukk uhukk"So Ah terbatuk kaget.
"Minum dulu"Ucap lelaki tersebut memberi So Ah air.
"Terima kasih Tuan"ucap So ah sembari tersenyum tanpa kerudung yang menutupi sebagian wajahnya.
Melihat senyum lembut dari gadis didepannya membuat pria tersebut tertegun.
So Ah melihat wajah lelaki tersebut memakai sebuah topeng perak elegan yang terlihat agung diwajahnya. Menelusuri hidung nya yang mancung dengan bibir tipis dan dagu yang indah ditambah rahang tegasnya, membuat So ah sedikit memerah namun langsung mengkondisikan ekspresinya.
"Anda..emm ke..kenapa kemari ?"tanya So Ah menunduk.
"Suami mu ingin mengunjungi istri nya bukankah hal tabu ?"tanya balik lelaki tersebut yang membuka tudung dikepala nya.
So Ah tertegun kagum melihat surai perak indah panjang yang diterpa dengan sedikit sinar rembulan.
"Rambut mu indah"kata So Ah kagum
"Apakah kau punya penyakit ? Kenapa rambutmu putih ? Apa itu uban ?? .."tanya So Ah lagi dengan polos.
"Haha tidak tidak rambut ini berwarna perak bukan putih"Ucap lelaki tersebut tertawa lembut dengan pertanyaan So Ah.
Dari luar pagar batas paviliun, sebagian bawahan lelaki tersebut merinding mendengar tawa tuannya.
"Lagipula keturunan keluarga ku seperti ini semua sayang... aku bukan lelaki tua bangka"ucapnya lagi menggoda So Ah.
So Ah hanya menunduk malu dan dihadiah ketukan lembut di hidungnya yang membuat pipi nya berubah warna dengan sangat manis.
Berpura-pura sibuk dengan meringkas peralatan makannya So Ah langsung bergegas menaruhnya di tempat yang sudah disiapkan Mama Wei.
"Kemarilah, biarkan aku yang membereskannya ... "ucap lelaki tersebut lembut.
"Iya ... iya "kata So Ah gagap dan salah tingkah
"Nama mu siapa ??"tanya So Ah lagi, penasaran.
"Yuan..."jawabnya datar tapi terdengar lembut ditelinga So Ah.
"Yu..Yuan Nama yang indah"ucap So Ah lagi.
So Ah yang duduk didepan Yuan merasa gugup walaupun meja yang memisahkan mereka menjadi sedikit penghalang, tidak membuat kegugupan So Ah berkurang.
Yuan duduk dengan lurus dan anggun terlihat sangat tampan apalagi dengan sikap nya yang sedikit pemalas tapi dingin itu tidak membuat momentum menyepelekan disekitar nya tetapi malah membuat momentum tersebut sangat kuat akan penindasan dan tanpa malu-malu ia menaruh peralatan sisa makanan So Ah di tempatnya dengan cepat dan elegan.
Yuan dari Ruang hampa mengeluarkan kotak-kotak indah. So Ah melihat hal itu menjadi tercenga dan kagum. Penasaran dengan isinya, tapi melihat yuan yang hanya diam saja mengurungkan niat So Ah.
"Buka saja ... "ucap yuan lembut dan melihat So Ah yang dengan hati-hati membuka kotak itu dan ternyata isinya banyak jenis manisan dan kue-kue cantik.
"Ambil saja untuk mu ... jika ada yang kau butuhkan kau bisa berkata padaku So Ah"kata yuan lagi.
"Ini.... ini boleh ku makan ??"tanya So Ah.
"Haha makan lah .... kau habiskan sekaligus juga tidak apa-apa nanti akan ku bawa lagi"jawab yuan lembut dan senang dengan reaksi So Ah yang memakan kue serta manisan yang ia bawa dari kerajaannya.
"Yuan, apakah kau mau ?"tanya So Ah mengangkat kue di tangannya kepada yuan.
Melihat So Ah yang mengulurkan kue kepadanya, dengan jail Yuan langsung melahap kue tersebut dari tangan So Ah. So Ah yang tangannya bersentuhan langsung dengan bibir yuan menjadi merah malu.
"Manis ...."ucap yuan sembari menatap So ah.
"Ha ?! iya manis yuan... aku suka"ucap So Ah lagi malu-malu.
"Jika kau keluar kenakan selalu kerundung ini, hanya aku yang boleh menatap dan melihat mu So Ah"kata yuan lembut tapi tegas.
"Iya... tapi aku belum tau kenapa dirimu menolongku ??"tanya So Ah bingung
"Karena kau istri ku"jawab Yuan manis yang dihadiahi pukulan ringan dari So Ah.
Mereka berdua akhirnya berjalan-jalan di taman paviliun sakura milik So Ah dengan damai. Ditemani kunang-kunang yang secara mengejutkan sedikit menerangi taman tersebut dan menambah keindahan taman malam ini. So Ah takjub melihat kunang-kunang tersebut sedangkan Yuan memperhatikan istrinya dengan khidmat dan lembut.
Sedangkan para pengawal Yuan yang sudah melindungi So Ah sejak lama dan sekarang ini berada diluar pagar paviliun menjadi penasaran dengan sosok wanita yang mampu membuat tuannya ini tertawa bahagia dan bisa begitu dekat tanpa terbunuh atau terlempar jauh seperti para wanita sebelum-sebelumnya. merema tidak berani barang sedetikpun untuk melihat sosok wanita agung yang tuan mereka lindungi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!