NovelToon NovelToon

PIL KB DIKAMAR IBU

Bab 1 Jus mangga spesial

“Assalamualaikum ma..” Ucap Alina saat masuk ke dalam rumah tapi tak ada jawaban dari sang mama.

“Kemana ya mama ini..” Gumam Alina dan langsung masuk ke dalam kamarnya.

Alina tinggal bersama dengan bu Nurma karena dia tak tega meninggalkan sang mama sendirian berada di rumah lamanya, jadi rumah itu di kontrakkan saja pada orang lain.

Daripada dibiarkan kosong nanti malah gampang rusak bangunannya.

Rumah kenangan masa kecil Alina dan keluarganya, terutama dengan almarhum mama kandungnya bu Yanti.

Ayah Alina menikah dengan bu Yumi saat dia berusia sembilan tahun, tapi Alina sudah menganggap bu Nurma seperti ibu kandungnya sendiri karena beliau memang memperlakukan Alina seperti anaknya sendiri.

Apalagi bu Nurma tak berniat memiliki anak lain selain Alina dengan alasan tidak mau jika kasih sayang pada Alina terbagi dengan adiknya nanti.

Tentu saja pak Hamdan setuju karena dia memang tidak mau memaksa bu Nurma untuk hamil dan melahirkan anak untuknya.

Sebenarnya bukan itu yang menjadi alasan utama dari bu Nurma, dia tak mau hamil karena takut badannya jadi kend0r dan tak s3ksi seperti sebelum hamil.

Memang benar bahkan sampai saat ini body ibu Alina seperti anak muda, s3ksi dan mont0k..

Saat ayah Alina meninggal, bu Nurma bekerja sebagai LC di salah satu tempat karaoke. Tapi Alina tak pernah tahu akan hal itu karena yang dia tahu sang ibu bekerja di sebuah pabrik yang mengharuskannya masuk di shift sore atau malam.

Apalagi Alina juga bekerja di sebuah restoran dia mengambil part time sepulang kuliah.

Sang ayah meninggal saat dia masih semester dua, mereka setiap bulan juga masih mendapat uang pensiunan dari tempat Hamdan bekerja tapi uang itu hanya cukup untuk kebutuhan sehari- hari dan kebutuhan perawatan badan serta tvbuh Nurma.

Alina sama sekali tak tahu jika setiap bulan mama tirinya itu mendapatkan uang pensiunan milik sang ayah sebesar tujuh juta rupiah.

Yang Alina tahu sang ayah hanya meninggalkan warisan sebuah rumah dan beberapa perhiasan milik ibu kandungnya yang saat ini di simpan oleh Nurma.

Nurma bekerja memang buat membantu kuliah Alina, tapi di sisi lain dia juga suka dengan dunia bebas seperti itu.

Meskipun usianya tak lagi muda tapi jiwa mudanya masih terus berkobar.

Apalagi usia bu Nurma dengan Alina hanya selisih sekitar sepuluh tahunan saja, dulu sang ayah menikah dengan kembang desa bernama Nurma Anggraini di usinya yang ke sembilan belas tahun.

Sedangkan ayah Alina saat itu berusia tiga puluh delapan tahun.

Meskipun terpaut usia yang cukup jauh, Nurma tetap menerima pinangan Hamdan saat itu selain kekayaan juga wajah Hamdan yang tampan dan memiliki tvbuh atletis membuat Nurma makin terpesona.

“Alina...” Panggil Nurma di depan kamar sang putri.

Ceklek...

“Iya ma, mama dari mana..? Tadi Alina panggil gak ada” Tanya Alina.

“Hehe mama tadi habis dari rumah sebelah, ini mama bawa mangga. Panen sendiri jadi mama di panggil sama bu Ratih tadi” Jawab Nurma sambil menunjukkan mangga di kantong yang berada di tangannya.

“Ohh pantesan, Alina kira mama kemana pintunya kok ga dikunci gitu” Ucap Alina.

“Iya tadi rencananya cuma sebentar gitu, eh gak taunya kita malah keasikan ngobrol. Kamu udah pulang dari tadi..?” Tanya sang mama.

“Belum kok ma...” Jawab Alina.

“Ayo kita makan mangga ini bersama sambil menunggu suami kamu pulang bekerja, tadi mama sudah masak oseng cumi mercon tumis toge sama tahu tempe buat makan malam kita” Ucap bu Nurma.

“Kok setiap hari mama masak tumis toge sih..?” Tanya Alina.

“Kan biar kandungan kamu subur nak, katanya sih toge bisa buat nyuburin kandungan” Jawab Nurma.

Alina hanya mengangguk dan turun ke lantai bawah mengikuti sang mama.

“Kamu duduk aja disana, biar mama siapkan mangganya. Mau sekalian di buatin jus mangga buat nanti malam..?” tawar bu Nurma.

“Mangganya mateng banget ga ma..? Kalau mateng mau deh buat jus. Nanti biar ku taruh kulkas dan diminum setelah makan” Jawab Alina.

Bu Nurma segera mengupas mangga, Alina pun ikut membantu meskipun tadi sudah di larang oleh sang mama.

Alina yang memotong mangga untuk di jadikan camilan sehat habis ini, sedangkan Nurma membuat jus khusus buat Alina.

“Nah jus mangganya sudah beres, ibu taruh kulkas ya..” Ucap bu Nurma.

“Iya ma, Alina mau kedepan dulu sekalian bawa ini” Jawab Alina.

Nurma tersenyum penuh arti setelah kepergian Alina ke depan.

Dia sengaja membuat jus mangga hanya satu botol kecil, botol yang biasa di pakai oleh Alina.

Karena jus itu khusus buat Alina.

Kini mereka berdua sedang menikmati mangga potong di teras rumah sambil menunggu senja tiba, Alina memang bekerja hanya sampai jam empat sore berbeda dengan Rizal yang kadang lembur karena mereka saat ini sudah berbeda perusahaan.

Rizal menjabat sebagai manager keuangan di perusahaan yang lama, sedangkan Alina bekerja sebagai salah satu programer di perusahaan yang tak jauh dari rumahnya.

Dulu Alina bekerja di perusahaan yang lama memang di bagian IT tapi karena peraturan perusahaan tak boleh menikah dalam satu lingkup pekerjaan akhirnya Alina memutuskan resign dan bekerja di perusahaan yang lain.

Yang lebih memfokuskan penjualan sistem software atau perangkat lunak.

Saat mereka tengah bercengkrama mobil milik Rizal masuk ke halaman rumah mereka.

“Tuh suami kamu sudah pulang, sambut gih buatin kopi sekalian” Ucap bu Nurma.

“Iya ma..” Jawab Alina.

Rizal berjalan ke arah mereka berdua dengan senyuman merekah di bibirnya seperti habis mendapatkan sl0t saja.

Alina segera mengambil tas kerja milik Rizal dan mengulurkan tanganya, tetapi Rizal lebih dulu mencium punggung tangan sang mertuanya.

Alina hanya tersenyum kecut, padahal jelas- jelas dirinya yang ada di depan sang suami dan sudah mengulurkan tangannya.

Tapi Rizal malah lebih fokus pada mamanya itu

“Mau di buatin kopi Zal..?” Tawar sang mama.

“Hmm boleh ma, kebetulan Rizal juga belum ngopi sedari tadi” Jawab Rizal.

“Biar aku buatkan saja..” Sahut Alina dan berlalu ke dapur.

Rizal juga mengikuti langkah Alina masuk ke dalam rumah, dia langsung ke kamar untuk mandi dan bersih- bersih.

Setelah membuatkan kopi untuk sang suami, Alina segera membawanya ke depan.

“Kalau suami bekerja langsung buatkan minuman, masak iya menunggu mama yang menanyakannya..” Ucap bu Nurma.

“Hmm iya ma, tadi Alina juga mau membuatkan kopi kok. Kan masih nunggu mas Rizal” Jawab Alina.

Tak berapa lama Rizal sudah ke depan dengan rambut yang basah, membuat tampilannya semakin fresh dan maco.

Alina dan Rizal baru menikah selama sepuluh bulan-an, rumah ini juga mereka beli secara cash satu bulan sebelum pernikahan.

Agar setelah pernikahan selesai mereka berdua langsung bisa pindah ke rumah ini, rumah yang dibeli dengan uang tabungan Rizal serta Alina yang di jadikan satu.

“Kopinya mas...” Ucap Alina.

“Makasih ya istriku sayang..” Jawab Rizal dan mencium pipi Alina.

“Kalian ini bikin mama iri deh...” Celetuk Bu Nurma.

“Haha..! Mama ini kayak gak faham pengantin baru aja” Jawab Rizal dengan sedikit tertawa.

“Iya masih panas-panasnya ya Zal, oh ya habis ini kita makan ya. Jangan terlalu malam kalau makan gak baik” Ucap bu Nurma.

“Benar sekali ma, mama dulu juga begitu kan sama mendiang ayah?” tanya Rizal.

“Hmm iya sih, tapi mama lebih membatasi kalau di luar kayak gini. Kan ada Alina kecil yang pasti akan melihatnya” Ucap bu Nurma.

Rizal pun mengangguk dan melirik ke arah sang ibu mertua serta menyeruput kopi yang asapnya masih mengepul.

“Ayo makan malam. Aku sudah lapar..” Ajak Rizal pada Alina.

“Ayo mas, mama udah masak oseng cumi kesukaan kamu loh” Jawab Alina.

“mama emang paling the best, selalu mengerti semua kebutuhanku. Makasih banyak ya ma” Ucap Rizal dan menatap ke arah Nurma.

“Sama- sama nak, kan sudah menjadi kewajiban mama” Jawab Bu Nurma.

Jika orang lain melihat Rizal dan Nurma ini seperti kakak adik, karena usia Nurma saat ini tiga puluh tujuh tahun sedangkan Riko berusia tiga puluh dua tahun.

Alina segera mengambilkan makanan untuk sang suami, barulah untuk dia sendiri.

Mereka terlihat sangat menikmati makanan yang di sediakan oleh Nurma malam ini.

“Kenyang sekali...” Gumam Rizal dan mengusap perutnya.

“Gimana gak kenyang mas, kamu aja sampai nambah dua kali” Jawab Alina dengan sedikit tertawa.

“Ya habisnya makanan yang di buat oleh mama enak banget” Jawab Rizal dan memberikan jempolnya pada Nurma.

“Udah ah kamu ini bikin mama merasa di sanjung saja, mama mau ke dapur dulu mencuci ini semua. Alina jangan lupa jus mangga di kulkas habiskan ya” Ucap Nurma dan berjalan ke dapur dengan membawa piring serta gelas kotor.

“Iya ma...” Jawab Alina dan berjalan mengikuti sang ibu untuk membantunya membereskan sisa makan malam ini.

Alina menyimpan sisa lauk di tempat yang kedap udara dan memasukkan ke dalam kulkas agar nanti kalau ada yang lapar bisa langsung di hangatkan di microwave.

“Enak banget jusnya ma...” Ucap Alina pada Nurma yang sudah duduk di depan ruang tv.

“Iya dong, habiskan saja itu jus buat kamu nak” Jawab Nurma.

“Mas mau...?” Tawar Alina pada Rizal.

“Enggak sayang, aku sudah kenyang banget” Jawab Rizal.

Alina pun mengangguk dan menghabiskan jus yang di buatkan oleh sang mama.

Beberapa menit kemudian...

“Hmm kok aku jadi ngantuk ya...” Gumam Alina yang duduk di sebelah Rizal.

“Kamu kenyang itu jadi ngantuk pindah ke kamar saja sayang, mas mau menonton tv dulu” Ucap Rizal.

“Iya kayaknya mas, aku ke atas dulu ya” Jawab Alina dan berjalan ke lantai dua dimana kamarnya berada.

Setelah Alina masuk ke dalam kamar Rizal tersenyum ke arah sang ibu mertua dan Nurma membalasnya dengan kedipan mata genit.

Bab 2 Kegiatan Nurma & Rizal

“Ayo kita ke kamar sayang...” Ajak Nurma pada Rizal.

“Apa kamu sudah memberikan 0bat tidur yang cukup banyak pada Alina..?” Tanya Rizal memastikan terlebih dahulu.

“Sudah, seperti biasanya dia tak akan bangun sebelum pagi haha..” Jawab Nurma.

“Bagus, aku mau menghabiskan malam ini sama kamu sayang” Ucap Rizal dan menggend0ng Nurma ala bridal style ke dalam kamar Nurma yang berada di lantai bawah.

Brak..!

Rizal menutup pintu kamar Nurma dengan kakinya karena dia sudah tak sabar untuk menerk4m sang mertua yang sudah dua bulan ini memenuhi h4srat b1rahinya yang sangat menggebu, Alina tidak bisa menyeimbangi dirinya yang tenaganya selalu full sedangkan dengan Nurma mereka saling mengimbangi hingga sama- sama tepar setelah melakukan hvbungan bad4n.

“Oo0uhhh ahhh teruss sayaang....” De5ah Rizal saat Nurma mulai mengvlum rud4l milik Rizal.

Nurma hanya menyeringai di bawah sana dan tetap mem4inkan barang milik Rizal.

“Hmm legit...!” Gumam Nurma dan terus memainkannya.

“Aaahh aku sudah tak tahan sayang...” Jawab Rizal dan segera mengangkat tubvh Nurma.

Dia reb4hkan Nurma di bawah kvngkungannya, dengan temp0 yang cepat Rizal mulai menvsuk lubang ken1kmatan milik Nurma hingga suara des4han mereka saling bersahutan di dalam kamar itu.

Sedangkan di kamar atas Alina tidur tanpa tahu apapun karena setiap Rizal menginginkan tubvh Nurma, dia akan memberikan 0bat tidur pada minuman Alina.

“Ahhh y3sss oucchhh fasterr baby...” Des4h Nurma yang membuat Rizal semakin bersemangat untuk mencangkul ladang milik sang mertua ini.

“Milikmu sangat menj3pit sayang..! Punya Alina saja kalah denganmu..” Ucap Rizal.

“J-jelas dong sayang, aku kan tetap menjaganya agar kamu semakin tak bisa melupakan rasa milikku ini..” Jawab Nurma.

“Aku akan keluaaar...” Lirih Rizal.

“Barengan saja sayang..” Jawab Nurma.

Hingga mereka sama- sama merasakan kenikmatan yang tiada tara, permainan satu jam lebih mereka baru bisa menyelesaikan satu ronde.

“Istirahat dulu sayang...” Ucap Nurma.

“Iya sayang, tapi benar kan Alina gak akan bangun sampai tengah malam nanti..?” Tanya Rizal.

“Kamu tenang saja sayang, sampai pagi pun mungkin dia tak akan bangun. Jadi kita bisa mengulang hingga tiga ronde..” Jawab Nurma dan mulai melvmat b1bir Rizal.

Membuat h4srat Rizal mulai naik dan membuat mereka mengulang kegiatan p4nas malam ini, padahal ini belum terlalu malam tapi mereka sudah main di ronde kedua karena Alina sudah tertidur sejak jam tujuh malam tadi.

“Ahh hmmm...” Des4h Nurma saat Rizal mulai memainkan dua aset gvnung kembarnya.

“Enak sayang...?” Tanya Rizal dengan suara serak menahan ha4srat.

“Banget, kamu memang pandai memvaskan diriku sayang...” Jawab Nurma dengan mata terpejam menikmati f0repl4y dari Rizal.

Hingga pukul sebelas malam mereka menyudahi permainnya, karena takut Alina akan terbangun.

“Terimakasih sayang, aku balik ke kamar dulu..” Ucap Rizal dan mencium kening Nurma.

“Sama- sama sayangku, ingat kamu gak boleh main sama Alina selama aku masih bisa melayani kamu..!” Jawab Nurma dengan setengah membentak.

“Iya sayang, kamu tenang saja. Jangan lupa p1l kb nya selalu di minum” Ucap Rizal mengingatkan.

“Siap sayangku, semuanya aman terkendali” Jawab Nurma.

Rizal pun keluar dari kamar Nurma dan naik ke lantai atas dimana kamarnya dengan Alina berada.

Ceklek...

Dia membuka pintu secara perlahan agar Alina tak mendengar.

“Hmm masih pulas...” Gumam Rizal dan memandangi wajah Alina yang terlihat pulas itu.

Lantas Rizal pergi ke kamar mandi untuk mandi keramas, karena gak nyaman tidur dalam keadaan lengket seperti ini.

“Huuhh...! Segar” Gumam Rizal dan keluar dari kamar mandi.

“Mandi malam- malam mas...?” Tanya Alina sambil mengucek matanya.

“I- iya sayang gerah banget ini..” Jawab Rizal dengan sedikit terbata.

“Hmm gimana gak gerah AC-nya aja belum di nyalain, aku juga kebangun karena panas banget dan tenggorokan haus” Ucap Alina dan menghidupkan AC di kamarnya.

Tadi dia masuk kamar memang langsung tertidur dengan pulas tanpa ingat menghidupkan AC terlebih dahulu.

“Sudah minumnya..?” Tanya Rizal.

“Udah mas, oh ya itu leh3r kamu merah..” Jawab Alina dan menunjuk ke arah l3her Rizal.

“Ooh ini itu sayang tadi kena gigitan nyamuk dan ku garuk jadinya gini deh” Jawab Rizal.

Alina tak langsung percaya begitu saja, dia lantas mendekati sang suami dan memeriksanya.

Benar ternyata gigitan nyamuk karena di tengahnya ada benjolan sedikit.

Padahal kalau Alina membuka kaos yang di pakai oleh Rizal akan terpampang dengan jelas banyaknya cvpang di dada sang suami.

“Hmm iya ini gigitan nyamuk, kasih minyak kayu putih aja mas biar gak merah gini” Ucap Alina dan memegang l3her Rizal.

Rizal menghela nafas lega karena memang di lehernya ada gigitan nyamuk.

“Iya sayang, mana minyak kayu putihnya..?” Tanya Rizal.

Alina segera beranjak ke arah meja rias miliknya untuk mengambil minyak kayu putih dan mengusapkan ke leher Rizal.

“Sudah...?” Tanya Rizal, karena Alina masih terus memandangi dirinya dan tangannya menyentuh leher sang suami.

Rizal paham mungkin Alina merindukan sentulvhan darinya, memang selama dia menjalin hubungan dengan Nurma.

Rizal seakan tak membutuhkan tubvh Alina lagi karena Nurma meskipun usianya berada di atas dirinya, tapi stamina serta servisnya patut di acungi jempol.

“E-hm sudah mas..” Jawab Alina dan segera menyingkir dari hadapan sang suami.

“Ayo kita tidur lagi, besok kan kerja pagi..” Ajak Rizal karena dia sudah lelah dan sangat mengantuk.

Apalagi saat ini sudah pukul satu dini hari pastilah Rizal sangat berat untuk membuka mata karena lelah bertempur selama hampir empat jam bersama sang mertua.

“Iya mas...” Jawab Alina dan merebahkan diri di samping sang suami.

Tak lama dengkuran halus terdengar jelas dari mulut Rizal.

Alina memandangi suami tercintanya ini, hidung mancung bibir s3ksi alis tebal semua kesempurnaan ada di wajah sang suami.

Dulu Rizal merupakan atasannya, dia yang saat itu anak baru sering mendapatkan bimbingan dari Rizal.

Hanum masuk ke perusahaan Rizal sejak dia lulus kuliah S1 di usianya yang ke dua puluh tiga tahun, bekerja selama empat tahun disana akhirnya Alina resign karena harus menikah dengan Rizal sang manager.

Sebelum memutuskan resign Alina sudah menaruh CV nya di perusahaan yang saat ini, jadi setelah resign kemarin dia hanya menanggur satu bulan saat pernikahannya dengan Rizal.

“Kamu sangat tampan mas...” Gumam Alina dan mengusap pipi Rizal.

Meski usia keduanya terpaut empat tahun tapi Alina sangat mencintai Rizal, apalagi Rizal terlihat hampir seumuran dengannya.

“Kamu membuatku jatuh cinta se dalam- dalamnya mas, tapi kenapa hampir dua bulan ini kamu tak menyentuhku sama sekali..” Gumam Alina dengan tetap memandangi wajah Rizal.

Hingga rasa kantuk mulai menyerang kembali, dan Alina segera memejamkan mata berharap hari segera pagi serta dia mulai menghabiskan waktu dengan bekerja agar kesedihannya tak di rasa olehnya.

Tok tok tok....!!

“Alina... Rizal.. bangun sudah siang, nanti kalian kesiangan loh..” Ucap Nurma dengan mengetuk pintu kamar sang anak.

“Astaugfirullah..! Sudah jam berapa ini” Gumam Alina dan melihat jam di sebelahnya ternyata sudah pukul lima pagi.

Dia lantas membuka pintu agar sang mama tak terus menggedor pintu kamarnya.

“Iya ma, Alina sudah bangun..” Ucap Alina.

“Yasudah segera sholat sekalian bangunkan suami kamu, kan biasanya dia ke mushola kan” Jawab Nurma.

Alina segera mengangguk dan membangunkan sang suami.

“Mas bangun mas, sudah subuh..” Ucap Alina dengan menggoyangkan lengan Rizal.

Rizal hanya menggeliat dan malah menutup dirinya kembali dengan selimut tebal miliknya.

“Mas....” Ucap Alina.

“Iya nanti, kamu sholat duluan saja waktunya keburu habis..!” Jawab Rizal.

Alina pun mengikuti arahan Rizal, dia segera melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim.

“ Rizal kok belum turun..?” Tanya Nurma.

“Katanya mau sholat di rumah ma, sudah belanja belum ma..?” Tanya Alina.

“Belum ini, kamu mau belanja ke depan..?” Tanya bu Nurma.

“Boleh deh, mau masak apa ma? Biar Alina yang ke depan” Jawab Alina.

“Terserah kamu saja, mama mau menanak nasi dulu..” Jawab Nurma.

“Oke deh, Alina ke depan dulu” Ucap Alina dan mengambil uang buat belanja di kotak yang ada di dapur.

Alina memang setiap hari mengisinya sejumlah seratus ribu disana, kalau sisa bisa di masukkan lagi dan kalau kurang bisa mengambil sisa belanja kemarin.

Dia akan berbelanja ke depan gang di mana tukang sayur biasanya mangkal disana.

“Mau belanja ya mbak Alina..” Sapa bu Ratih yang baru keluar dari halaman rumahnya.

“Eh iya bu, ibu juga mau ke tukang sayur..?” Tanya Alina.

“Iya mbak, ayo barengan” Jawab bu Ratih.

Mereka berjalan dengan mengobrol layaknya tetangga pada umumnya.

Alina mulai memilah beberapa sayuran yang akan dia masak untuk menu sarapan dan makan malam nanti.

Kalau makan siang biasanya sang ibu makan dengan lauk yang sama dengan sarapan atau memesan makanan lewat aplikasi online.

“Mang Adi saya mau udangnya yang kemasan setengah kilo satu ya, sama itu ayamnya yang setengah kilo juga satu” Ucap Alina pada mang Adi.

Disana memang tukang sayur sudah menyiapkan aneka seafood dan ayam dengan berbagai macam timbangan jadi dia tak perlu susah menimbang lagi, hanya tinggal mengambilkan sesuai permintaan pembeli saja.

“Siap neng..! Ini ada cumi segar gak mau sekalian..?” Tanya mang Adi.

“Enggak deh mang itu aja dulu” Jawab Alina.

Alina pagi ini berbelanja udang, ayam, tauge, tahu, kangkung, bayam dan juga ikan kembung.

“Berapa semuanya mang..?” Tanya Alina.

“Totalnya delapan puluh lima ribu neng..” Jawab mang Adi.

“Ini mang uangnya..” Ucap Alina dan memberikan selembar uang seratus ribuan.

Setelah mendapatkan kembalian Alina langsung bergegas pulang ke rumah karena sang ibu pasti sudah menunggu disana.

“Itu bu Nurma sama Alina kayak adik kakak ya bu..” Celetuk Bu Susi pada bu Ratih saat Alina sudah pergi meninggalkan mobil pick up mang Adi.

“Iya memang bu..! Usia mereka saja hanya terpaut sembilan tahun” Jawab bu Ratih.

“Hah...?!! Bagaimana bisa bu, masak iya bu Nurma melahirkan di usia delapan tahun” Celetuk bu Eni.

“Enggak gitu konsepnya bu..” Jawab Bu Ratih.

Dia memang sering ngobrol dengan bu Nurma, jadi secara garis besar tahu hubungan anak dan ibu itu.

“Lantas gimana atuh bu, jangan bikin penasaran” Sahut mang Adi.

“Ih si mamang ini malah ikut ngerumpi..” Ucap bu Susi.

“Ya gak apa atuh bu..” Jawab mang Adi.

“Gini ya bu, dulu almarhum ayahnya Alina itu menikah dengan bu Nurma saat Alina berusia sepuluh atau sembilan tahun gitu" Ucap bu Ratih.

“Waduh berati saat itu bu Nurma berusia remaja dong” Celetuk bu Eni.

“Iya bu, katanya dulu dia kembang desa eh malah terpikat sama duda beranak satu haha” Jawab Bu Ratih dengan tertawa.

Bab 3: Ada ulat bulu?

“Assalamualaikum...” Ucap Alina saat memasuki rumah tapi tak ada sahutan dari siapapun.

Alina lantas langsung ke dapur dan kosong, tapi terdengar suara orang tertawa di halaman belakang.

“mama di belakang sama siapa bisa tertawa lepas seperti itu...” Gumam Alina dan melangkahkan kakinya ke arah halaman belakang.

Langkah Alina terhenti karena ternyata ada Rizal sang suami dan mamanya yang sedang di halaman belakang, mereka terlihat akrab sekali.

“Kok akrab banget ya, hmm syukurlah mungkin mama sudah menganggap mas Rizal seperti anaknya sendiri sama seperti ku” Gumam Alina.

“ma..! mas, lagi ngapain..?” Tanya Alina yang tiba- tiba ada di belakang mereka.

“E-eh ini loh tadi itu ada ulat bulu waktu mama mau ambil daun bawang, jadi mama manggil si Rizal yang kebetulan lagi di dapur buat kopi” Jawab Bu Nurma.

“Kok ketawa- ketawa emangnya ada yang lucu...? Kan mama ketakutan” Tanya Alina sedikit heran.

“Ya gimana gak ketawa sayang, orang ternyata itu bukan ulat bulu..! Tapi ini bunga apa sih kok kayak ulat gini” Tunjuk Rizal pada tanaman yang di dalam pot.

“Ooh ini namanya bunga ekor kucing putih mas, emang sih kalau baru berbunga kayak gini itu persis banget seperti ulat” Jawab Alina.

“Hmm kapan emangnya kamu nanam itu sayang..? Kok mas gak tau” Tanya Rizal.

“Minggu lalu kalau ga salah, di kasih sama Irma mas” Jawab Alina.

“Yaudah ayo kita masak Lin, kamu udah belanja kan..?” Ucap Nurma mengalihkan pembicaraan yang tak penting.

Karena sebenarnya mereka tadi memang tengah bermesraan sembari menunggu Alina berbelanja.

“Iya ma ayo...” Jawab Alina dan melangkah ke dapur.

“Masak apa dulu ini enaknya ya Lin.” Ucap Nurma sembari melihat belanjaan Alina.

“Ayam semur kecap enak deh kayaknya ma” Celetuk Rizal yang baru muncul ke dapur untuk mengambil kopi yang sudah di buatkan oleh Nurma tadi.

“Hmm bener juga kamu Rizal, yaudah mama sama Alina mau masak dulu kamu ngopi di depan sana. Gak baik nungguin istrimu masak” Ucap Nurma dengan nada menggoda.

Alina yang ada di sebelah nurma menjadi salah tingkah mendengar ucapan sang mama.

“Kamu siangi kangkungnya Lin, biar mama siapkan bumbu untuk ayamnya” Ucap Nurma.

“Iya ma..” Jawab Alina dan mulai menyiangi sayuran.

Sedangkan sang mama terlihat sangat cekatan mulai dari memotong ayam menjadi kecil- kecil hingga mencuci dan menyiapkan bumbu- bumbu.

Alina sebenarnya juga bisa memasak karena dulu sewaktu kuliah dia bekerja di restoran, tapi kalau di rumah semua urusan dapur di ambil alih oleh sang mama.

Dia hanya bagian membantu mengupas bawang atau memotong sayur saja.

Bahkan hingga saat ini Rizal belum pernah mencicipi masakan yang di buat sendiri oleh tangan Alina.

Satu jam kemudian masakan yang di buat oleh Nurma dan Alina sudah tertata dengan rapi di meja makan, Alina juga sudah bersiap dengan pakaian kantornya.

“Sini mas ku pasangin dasinya...” Ucap Alina dan memegang kerah baju milik Rizal.

Dia cekatan mengikat dasi di leher sang suami.

“Sebenarnya kamu sangat cantik Lin, tapi maafkan mas yang malah terpikat oleh ibu kamu” Ucap Rizal dalam hati dan memandangi wajah sang istri yang terlihat serius dalam memasang dasi.

“Nah sudah beres...!” Ucap Alina.

“Makasih ya istriku sayang..” Jawab Rizal dan mencium pipi Alina.

“Sama- sama mas, oh ya kemarin anak- anak di kantor lama ngajak aku nongkrong nanti sepulang kantor. Boleh gak mas...?” Tanya Alina.

“Kok mendadak sayang..?” Tanya Rizal.

“Iya mas, tadi malam di grub chat ramai mengajak nongki tapi aku kan ketiduran. Jadi baru lihat pagi tadi” Jawab Alina.

“Mau nongkrong di mana emangnya..?” Tanya Rizal.

“Di cafe permata mas, kalau nanti mas gak lembur susulin aja” Jawab Alina.

“Oke sayang lihat nanti kalau mas, ingat ya kamu harus jaga pandangan. Udah ada suami” Ucap Rizal.

“Siaap mas, itu udah pasti mas Rizal tenang aja” Jawab Alina.

Kini mereka berdua turun ke bawah dengan seragam kerja masing- masing, Nurma sudah menunggunya di meja makan.

“Duh pasangan pengantin baru ini mesra sekali..” Ucap bu Nurma karena melihat Rizal menggandeng tangan Alina dengan mesra.

“Udah bukan pengantin baru lagi ma, udah hampir setahun” Ucap Rizal.

“Tapi vibesnya kalian ini masih kayak pengantin baru..” Jawab bu Nurma.

“Haha..! Mama ini bisa aja, lagian cuma pegangan tangan gini doang” Celetuk Alina.

Mereka pun mulai sarapan pagi dengan tenang dan menikmati makanan yang ada di depannya.

“Alina nanti sedikit pulang telat ma, mama masaknya gak usah banyak- banyak karena Alina mau makan di luar sama temen” Ucap Alina saat mereka sudah di dapur menaruh bekas piring kotor.

“Iya, itu nanti Rizal pulangnya jam berapa..? Kalau malam mending mama gak masak sayang kalau gak ada yang bantuin makan” Tanya Bu Nurma.

“Kayaknya sih lembur ma.. tapi nanti lah sore Alina kabari ya ma” Jawab Alina.

“Iya, kamu di luar jangan macam- macam loh Lin” Ucap bu Nurma mengingatkan sang putri.

“Iya ma, Alina hanya nongkrong sebentar sama temen- temen” Jawab Alina.

***

Sesampainya di kantor Alina langsung masuk ke kubik miliknya.

“Eww pengantin baru, kenapa sih tuh muka tiap pagi kayak banyak beban gitu..?” Tanya Irma.

“Haha enggak..! Ini cuma karena capek aja” Jawab Alina.

“Capek kerja..? Atau capek habis bertempur semalaman” Goda Irma.

“Capek hati tsayy...” Jawab Alina dan mengibaskan tangannya di udara.

“Wah wah ada apa ini gerangan...?” Tanya Irma.

Kebetulan pagi ini belum jam masuk kantor jadi mereka masih bisa ngobrol.

“Nanti gue ceritain di kantin, bentar lagi kerja malah gak konsen gue jadinya” Jawab Alina.

“Beneran ya...” Ucap Irma.

“Iya beneran, ntar kalau gue lupa lu tagih aja di kantin” Jawab Alina.

“Eitsss kayak hutang aja dong, main tagih haha” Ucap Irma.

“Biar lu percaya haha, udah masuk tuh. Yuk kerja semangaaatt” Ucap Alina dan mendorong kursi Irma kembali ke kubiknya.

Mereka fokus bekerja hingga sekertaris David memanggil Alina.

“Kak Alina, di panggil pak David sama di suruh membawa berkas yang di suruh oleh pak David kemarin” Ucap Reva sekertaris David.

“Oke, sekarang banget ya..?” Tanya Alina.

“Yups, ditunggu ya. Nanti ketuk pintunya dulu, saya mau ke pantry” Jawab Reva dan melangkahkan kakinya ke arah pantry untuk membuat teh panas karena perutnya sedikit tak nyaman.

Alina segera menyiapkan berkas yang sudah selesai dia kerjakan dan membawanya ke ruangan atasan.

Tok tok tok...

“Pak ini saya Alina...” Ucap Alina dari luar pintu.

“Masuk..” Jawab David dari dalam.

Ceklek...

“Permisi pak, ini berkasnya..” Ucap Alina dan memberikannya kepada David.

“Sudah selesai..?” Tanya David dengan menaikkan sebelah alisnya menatap ke arah Alina.

“Sudah baru saja selesai pak, tadi mau saya bawa kesini eh keduluan sama Reva” Jawab Alina.

“Iya soalnya ini berkas mau di bawa meeting nanti, ada yang mau membeli program terbaru ini” Ucap David dan memeriksa pekerjaan Alina.

“Bagus pekerjaan kamu Al" Ucap David.

“Terimakasih pak, sudah tugas saya untuk menyelesaikan tugas dengan rapi dan bagus” Jawab Alina.

“Oke, yasudah kamu kembali ke tempat kamu. Semangat bekerja, apapun masalah kamu di rumah jangan di bawa ke kantor” Celetuk David.

Alina mengangkat kedua alisnya, bagaimana mungkin atasannya ini seperti tahu apa yang sedang dia rasakan.

“Kenapa menatap saya seperti itu..? Dari raut wajah kamu terlihat sekali, kalau sedang ada masalah Alina..!” Ucap David.

“Ketara banget ya pak..? Pantesan Irma tadi juga berkata begitu” Tanya Alina.

“Iya, ingat Alina harus profesional kalau bekerja” Jawab David.

“Baik pak, saya permisi dulu..” Ucap Alina dan undur diri dari ruangan David.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!