NovelToon NovelToon

Ciuman Abadi

episode 1 kastil tua,malam hujan

Malam itu, hujan turun tanpa henti, menenggelamkan jalanan hutan dalam kabut tebal. Rintik air menghantam kaca mobil dengan keras, seakan ingin memaksa siapa pun yang melintas untuk berhenti. Sooya menggenggam erat kemudi, mencoba menenangkan dirinya. Ia tidak tahu bagaimana bisa tersesat di jalanan sunyi itu. Sejak sore tadi, ia hanya berniat pulang lebih cepat dari kampus. Namun entah mengapa, navigasi di ponselnya tiba-tiba error, menuntunnya masuk ke jalan yang bahkan tidak ada di peta. Jalanan itu sempit, dikelilingi pepohonan tinggi yang seolah menutup langit. Di dalam mobil, hanya suara mesin dan detak jantungnya yang terdengar. Sooya berulang kali menoleh ke spion, merasa ada sesuatu yang mengikuti, meski jalanan benar-benar sepi. Petir menyambar, menerangi hutan gelap hanya untuk sesaat. Dalam kilatan cahaya itu, Sooya sempat melihat siluet bayangan tinggi di pinggir jalan. Ia cepat-cepat mengedipkan mata—dan sosok itu lenyap begitu saja. Tangannya gemetar, namun ia tetap menekan pedal gas. Hatinya dipenuhi rasa cemas, tapi juga penasaran. Hutan itu seperti memanggilnya, menuntunnya semakin jauh dari peradaban. Hingga tiba-tiba… mesin mobilnya bergetar keras, lalu mati begitu saja. Lampu padam, meninggalkan Sooya dalam kegelapan total, hanya ditemani suara hujan dan desir angin malam. Ia mencoba menyalakan mesin lagi. Gagal. Ponselnya pun hampir kehabisan baterai, sinyal sama sekali tidak ada. Dan di tengah keputusasaan itu, pandangannya menangkap sesuatu di kejauhan—sebuah cahaya samar, seperti nyala api lilin, memantul dari kaca jendela tinggi sebuah bangunan tua. Sebuah kastil… berdiri megah di balik kabut, seakan sudah menantinya sejak lama. Sooya menelan ludah.
sooya
sooya
Sooya: (mengetik cepat di ponselnya) Aduh… mobil mogok. Sinyal juga jelek banget di sini. 😰 Kayaknya ada jalan setapak. Aku coba jalan dulu deh.
Di ujung jalan, berdiri kastil tua menjulang, berlumut, dengan jendela-jendela kaca yang berkilau diterangi petir. Pintu kastil berderit ketika Sooya mendorongnya. Ia hampir berbalik pergi, tapi hawa hangat dan aroma bunga mawar hitam membuatnya melangkah masuk. Di dalam, ia mendengar suara berat namun menenangkan.
sooya
sooya
Sooya: Kastil? Di hutan kayak gini? Siapa yang tinggal di sini…
hen
hen
HEN: (muncul dari kegelapan) Kau akhirnya datang.
sooya
sooya
Sooya: Apa maksudmu? Aku bahkan tidak kenal tempat ini…
nik
nik
nik:(muncul dari bayangan, dingin) Karena wajahmu sudah tertulis dalam ramalan.
sooya
sooya
Sooya: Ramalan? Aku benar-benar nggak ngerti… aku cuma tersesat.
nik
nik
nik:(menyeringai, matanya merah) Tersesat? Tidak, kau dipanggil kemari. Darahmu… tidak biasa.
jek
jek
jek:(tertawa kecil, mendekat dengan cepat) Hah, ini menarik. Jadi… dialah gadis yang bisa menyelamatkan kita? Terlihat terlalu rapuh.
hen
hen
hen:(menatap lembut) Jangan kasar, Damon. Dia terlihat ketakutan. Kau baik-baik saja, Sooya?
jan
jan
jan:(melangkah maju, nada lembut) benar kata ka hen,Jangan menakutinya. Dia terlihat lelah… mungkin dia lapar
sooya
sooya
Sooya: Aku… aku hanya ingin pulang.
sun
sun
sun:(berbicara tenang, misterius) Pulang? Setelah kau menginjakkan kaki di sini, tak ada jalan kembali.
sooya
sooya
Sooya: Kalian ini siapa sebenarnya?!
jun
jun
jun:(mendekati Sooya, menatap matanya tajam) Kau… darahmu berbeda. Hangat. Murni. Tidak heran ramalan itu menunjuk padamu.
sooya
sooya
sooya:????
song
song
song:(menatapnya tajam, suara dalam) Kami adalah tujuh bayangan… terikat kutukan ratusan tahun.
jun
jun
jun:(mendekat dengan senyum memikat) Dan kau, Sooya, adalah kunci dari kutukan itu. Hanya satu hal yang bisa menyelamatkan kami… Ciuman Abadi.
sooya
sooya
Sooya: (gemetar) Ciuman… Abadi?
hen
hen
hen:(menatapnya penuh tekanan) Ya. Tapi hati-hati, Sooya… memilih satu di antara kami berarti kau akan kehilangan sesuatu yang tak bisa kau ambil kembali.
song
song
song:(mendekat lebih dekat) Jadi… siapa di antara kami yang akan kau pilih, hm?
sooya
sooya
Sooya: (berbisik) Aku… bahkan tidak tahu siapa kalian sebenarnya…

Episode 2 – Tujuh Pria di Balik Bayangan

sooya
sooya
Sooya: (mengetik di ponsel, napas terengah) Aku… masuk ke dalam. Kastilnya besar banget. Semua dindingnya dipenuhi lukisan orang-orang tua yang matanya… seperti mengikutiku.
(pintu di belakangnya menutup pelan dengan suara berderit panjang)
sooya
sooya
Sooya: (menoleh cepat) Halo?! Ada orang di sini?!
(lampu lilin menyala satu per satu, seperti ada tangan tak terlihat yang menyalakannya)
hen
hen
Hen: (suara berat, muncul dari kegelapan) Jadi… akhirnya kau datang juga.
sooya
sooya
Sooya: (terkejut, mundur beberapa langkah) Siapa kamu?! Kenapa aku di sini?!
hen
hen
Hen: (melangkah perlahan, menatapnya dalam) Aku yang seharusnya bertanya… bagaimana kau bisa menemukan tempat ini? Kastil ini… tidak terlihat oleh manusia biasa.
sooya
sooya
Sooya: (bingung) Aku—aku cuma tersesat. Mobilku mogok. Aku lihat cahaya dari sini dan
(tiba-tiba suara tawa kecil terdengar dari arah tangga atas)
sun
sun
Sun: (bersandar di pagar tangga, tersenyum tipis) Tersesat? Lucu. Tidak ada yang "tersesat" di jalan ini. Kau dipanggil ke sini, Sooya.
sooya
sooya
Sooya: (kaget) Kau tahu namaku?!
jun
jun
Jun: (berjalan turun, membawa buku tebal) Semua nama yang tertulis dalam ramalan… akan datang pada waktunya. Dan sekarang… waktu itu sudah tiba.
sooya
sooya
Sooya: (suara bergetar) Ramalan? Apa maksud kalian semua? Siapa kalian?!
nik
nik
Nik: (tertawa pelan, suaranya rendah dan menggoda) Oh, kami banyak hal. Tapi “manusia” bukan salah satunya.
(angin berhembus kuat, lilin bergetar. Dari sudut gelap, dua sosok muncul bersamaan.)
jan
jan
Jan: (menatap dingin) Cukup permainan ini. Kau membuatnya takut.
song
song
Song: (melangkah ringan, nada suaranya lembut namun misterius) Takut? Ia harusnya takut. Ia sudah menapakkan kaki ke tempat yang seharusnya tertutup selamanya.
sooya
sooya
Sooya: (napas cepat) Aku… cuma mau keluar dari sini. Aku nggak peduli siapa kalian!
jek
jek
Jek: (tertawa pelan, muncul di belakangnya tanpa suara) Sayangnya, tidak ada lagi “keluar” setelah kau masuk. Kastil ini sudah memilihmu.
sooya
sooya
Sooya: (berbalik cepat, menjerit kecil) Siapa kalian semua?!
hen
hen
Hen: (menatapnya dalam, matanya memerah perlahan) Kami adalah mereka yang dikutuk. Kami adalah tujuh bayangan yang terikat oleh waktu dan dosa.
sooya
sooya
Sooya: (bingung) Dikutuk? Dengan apa?
sun
sun
Sun: (menuruni tangga, suaranya menenangkan namun dingin) Dengan keabadian.
jun
jun
Jun: (membuka bukunya) Dan hanya satu hal yang bisa mematahkan kutukan itu.
sooya
sooya
Sooya: (suara bergetar) Apa itu…?
nik
nik
Nik: (mendekat perlahan, senyumannya misterius) Sesuatu yang disebut… Ciuman Abadi.
sooya
sooya
Sooya: (terpaku) Ciuman… Abadi?
song
song
Song: (mendekat dengan langkah pelan) Ya. Tapi setiap keabadian selalu punya harga, Sooya.
jek
jek
Jek: (berbisik di telinganya) Jika salah satu dari kami mendapat ciumanmu, dia akan bebas. Tapi yang lain… akan tetap terkurung dalam malam selamanya.
sooya
sooya
Sooya: (menelan ludah, bergetar) K-kalian bercanda, kan?
jan
jan
Jan: (suara dalam dan tegas) Tidak. Takdir tidak pernah bercanda.
hen
hen
Hen: (menatapnya penuh tekanan) Kau adalah kunci, Sooya. Tapi ingat— Kunci yang salah bisa membuka neraka, bukan kebebasan.
sooya
sooya
Sooya: (mundur, gemetar) Aku tidak mau jadi bagian dari semua ini!
sun
sun
Sun: (berjalan mendekat, suaranya menenangkan tapi menusuk) Tapi pilihanmu sudah dibuat begitu kau menginjakkan kaki di sini. Kastil ini menutup pintunya untuk dunia luar sejak kedatanganmu
(angin bertiup lebih kencang, suara gemuruh petir menyambar di luar)
sooya
sooya
Sooya: (berbisik pelan) Jadi… aku terjebak?
jun
jun
Jun: (menutup bukunya perlahan) Bukan terjebak. Dipilih.
nik
nik
Nik: (mendekat dengan tatapan menggoda) Dan mungkin… diberkati.
song
song
Song: (memandang ke jendela yang berembun) Atau dikutuk untuk selamanya
sooya
sooya
Sooya: (menatap mereka satu per satu, suaranya hampir hilang) Aku tidak mengerti kenapa aku…
hen
hen
Hen: (berjalan paling dekat, menatap mata Sooya dengan lembut namun dalam) Karena kau memiliki sesuatu yang kami semua cari. Sesuatu yang bahkan kami, makhluk abadi, tidak bisa miliki.
sooya
sooya
Sooya: (suara kecil) Apa itu?
hen
hen
Hen: (tersenyum samar) Kehidupan.
(semua terdiam. Lilin-lilin padam satu per satu, meninggalkan hanya satu nyala di dekat Sooya.)
jek
jek
Jek: (berbisik dari kegelapan) Selamat datang, Sooya… di dunia kami. Dunia tanpa pagi.
(layar gelap. Hanya suara detak jantung dan hembusan napas Sooya yang terdengar.)

Episode 3 – Darah, Cahaya, dan Tatapan yang Membakar. Malam Kedua di Kastil,

sooya
sooya
Sooya: (mengetik di ponselnya diam-diam) Hari ini… aku tidur di kamar besar dengan jendela tinggi dan tirai hitam. Setiap malam, angin berhembus seperti berbisik namaku. Aku nggak tahu kenapa… tapi jantungku berdetak lebih cepat di tempat ini.
hen
hen
Hen: (tatapannya berubah tajam) Nik, jangan bicara seperti itu di depan Sooya.
nik
nik
Nik: (menatap Sooya, suaranya sinis tapi ada nada khawatir) Kau tidak tahu apa yang bisa terjadi kalau sendirian dengan salah satu dari kami. Kami haus, Hen. Bahkan kau pun tidak kebal terhadap panggilan darahnya.
sooya
sooya
Sooya: (mundur sedikit) Apa maksudmu… “haus”?
nik
nik
Nik: (tersenyum pahit) Kami tidak makan, Sooya. Kami hidup dari darah. Dan kau… aromamu… terlalu kuat untuk diabaikan.
hen
hen
Hen: (tegas) Cukup, Nik. Aku tidak akan menyakitinya.
nik
nik
Nik: (mendekat satu langkah, nada suaranya berubah dingin) Kau yakin? Karena matamu… mulai memerah sekarang.
hen
hen
Hen: (menggertakkan gigi, menahan diri) Keluar dari sini. Sekarang.
nik
nik
Nik: (menatap Sooya terakhir kali, lalu tersenyum setengah) Hati-hati, gadis kecil. Kau bermain di antara monster yang sedang lapar.
(Nik keluar, pintu tertutup keras)
sooya
sooya
Sooya: (bergetar) Hen… matamu benar-benar merah barusan.
hen
hen
Hen: (mengambil napas panjang, berbalik) Karena Nik benar. Aku haus. Tapi aku menahan diri karena aku… tidak ingin kau takut padaku.
sooya
sooya
Sooya: (pelan) Aku tidak takut. Aku cuma… kasihan.
(Hen terdiam, lalu perlahan tersenyum samar)
hen
hen
Hen: Kau terlalu lembut untuk tempat sekeras ini, Sooya. Tapi… mungkin justru itu alasan kenapa kau dipanggil ke sini.
(ketukan kecil di jendela — suara langkah pelan di luar kamar)
sooya
sooya
Sooya: (berbisik) Hen… kamu dengar itu?
hen
hen
Hen: (menatap jendela tajam) Tetap di sini. Jangan keluar.
(Hen melangkah cepat ke arah jendela, membuka tirai — terlihat sosok berdiri di taman basah, matanya memantulkan cahaya merah darah.)
hen
hen
Hen: (geram) Jek… apa yang kau lakukan di luar?
jek
jek
Jek: (tertawa kecil dari luar, suaranya bergema) Hanya ingin melihat, siapa yang malam ini kau lindungi dengan begitu lembut.
(ketukan kecil di jendela — suara langkah pelan di luar kamar)
sooya
sooya
Sooya: (berbisik) Hen… kamu dengar itu?
hen
hen
Hen: (menatap jendela tajam) Tetap di sini. Jangan keluar.
(Hen melangkah cepat ke arah jendela, membuka tirai — terlihat sosok berdiri di taman basah, matanya memantulkan cahaya merah darah.)
hen
hen
Hen: (geram) Jek… apa yang kau lakukan di luar?
jek
jek
Jek: (tertawa kecil dari luar, suaranya bergema) Hanya ingin melihat, siapa yang malam ini kau lindungi dengan begitu lembut.
hen
hen
Hen: (mengeras) Jaga ucapanmu!
jek
jek
Jek: (senyum miring) Tenang, aku cuma penasaran… Apakah “Ciuman Abadi” akan jatuh ke tanganmu lebih dulu, Hen?
(Hen menutup jendela keras-keras. Suara angin berhenti seketika. Ia menatap Sooya, wajahnya tegang.)
sooya
sooya
Sooya: (pelan) Ciuman Abadi itu… apa sebenarnya, Hen?
hen
hen
Hen: (menunduk, suaranya berat) Legenda lama.
hen
hen
Hen: (menunduk, suaranya berat) Legenda lama. Sebuah ciuman dari manusia yang tulus… bisa menghapus kutukan kami. Tapi hanya satu di antara kami yang akan bebas.
sooya
sooya
Sooya: (pelan) Dan yang lain?
hen
hen
Hen: (menatap lurus ke matanya) Akan lenyap… bersama malam.
(hening panjang. Sooya menatap lilin yang bergetar, jantungnya berdetak cepat.)
sooya
sooya
Sooya: (berbisik) Jadi, aku harus memilih?
hen
hen
Hen: (mendekat pelan, tatapannya lembut tapi menyakitkan) Tidak sekarang. Tapi pada akhirnya… ya.
(Hen keluar perlahan, meninggalkan Sooya sendirian di kamar yang dingin.)
sooya
sooya
Sooya: (mengetik di ponselnya) Malam ini aku melihat mata mereka berubah warna. Aku merasakan hawa yang berat, tapi juga sesuatu yang aneh… Rasa ingin tahu. Tentang mereka. Tentang kutukan itu. Dan tentang ciuman yang bisa menyelamatkan… atau menghancurkan mereka semua.
(layar gelap. Terdengar desahan angin dan suara samar tujuh napas dari kejauhan.)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!