NovelToon NovelToon

UNO: The Unseen

Episode 1: Sea In The Sky, Dawn (1)

🇱🇻 ɪᴍᴀɴᴛᴀ, ᴋᴜʀᴢᴇᴍᴇ ᴅɪsᴛʀɪᴄᴛ, ʀɪɢᴀ, ʟᴀᴛᴠɪᴀ
Usianya 8 tahun, memandangi langit Kota Baltik di Latvia, diterpa berbagai kalimat tanya, hukum Kausal apa yang akan terjadi di kemudian hari.
NovelToon
Peteris Lapins
Peteris Lapins
[ Melempar ranting kayu ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Terpaku diam lalu menoleh ]
Otis Ozols
Otis Ozols
[ Menertawakan ] Nabadzīgs! "Si Miskin!"
Peteris Lapins
Peteris Lapins
[ Smirk ] Viņš tiešām ir nabags "Dia benar-benar miskin"
Peteris Lapins
Peteris Lapins
Zini? Viņa māte bija ļoti nabadzīga. Viņai pat nācās iekrist parādos, lai nopirktu vistu. "Kamu tahu? ibunya sangat miskin. bahkan membeli ayam saja sampai harus berhutang"
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menunduk melihat tali sepatu yang lepas sudah usang untuk dipakainya ]
Usia 12 tahun, bertanya lagi dirinya perihal eksistensi. Jika seburuk itu, lantas mengapa dirinya dilahirkan dan hidup disini? 𝙎𝙬𝙞𝙨𝙝𝙝𝙝
NovelToon
Kim Go Eun
Kim Go Eun
[ Menghitung keuangan hidup ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Masuk ke dalam kamar lalu menaruh sertifikat serta piala juara atas lantai ]
Kim Go Eun
Kim Go Eun
[ Senang ] Burgers?
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Senyum ] Liels un sierīgs "Yang besar dan berkeju"
Membiarkan putra semata wayang menikmati burger seorang diri, mata penuh letih itu telah terobati. Ben Choi, namanya. Ia pula memakai Ramona sebagai samaran selagi merantau.
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Heran ] Mamma neēd? "Mama tidak makan?"
Kim Go Eun
Kim Go Eun
[ Menggeleng senyum ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
Kāpēc mēs esam nabadzīgi? "Kenapa kita miskin?"
Kim Go Eun
Kim Go Eun
Mēs esam bagāti. Kas tev to teica? "Kita kaya raya. Siapa yang bicara seperti itu padamu?"
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
Visi. Varbūt tāpēc klases audzinātāja man iedeva augstāko vietu. Lai es varētu ēst burgerus un vistu "Semua orang. Mungkin itu sebabnya wali kelas memberikanku juara. Agar bisa makan burger dan ayam"
Kim Go Eun
Kim Go Eun
[ Membelai ] Tu kļūdies "Kamu tahu itu salah"
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
Es gribu naudu "Aku ingin uang"
Usia 13 tahun, Ben mengendap-endap masuk ke dalam rumah. Ibunya sedang tidak di rumah sebab masih bekerja di pabrik. Ia pun menaruh tas lalu membuka seluruh lemari untuk—
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Mengambil dompet Kim Go Eun namun tidak melihat lembar uang ]
Gunars Lusis
Gunars Lusis
[ Memberikan roti ] Dod to Benam "Berikan pada Ben"
Kim Go Eun
Kim Go Eun
[ Sumeringah ] Paldies Gunars "Terimakasih, Gunars"
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Segera menoleh ke belakang mendengar suara-suara bisik ]
Erika Kaulins
Erika Kaulins
[ Marah ] Beidz viņu ķircināt "Berhentilah mengejeknya"
Peteris Lapins
Peteris Lapins
[ Cemburu ] Viņš ir tikai nabadzīgas atraitnes ārlaulības bērns, viņa vairs nevar pavedināt "Dia hanya anak haram dari janda yang miskin karena sudah tidak bisa menggoda"
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Membuka passport Korea Selatan bertuliskan nama ibu, Kim Go Eun ]
Kim Go Eun
Kim Go Eun
[ Marah ] BEN!
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Tersentak kejut ]
Duduk menyudut di dinding gelap penuh jamur, Ben mulai mempelajari hal baru, yaitu hukuman pada hukum kausal. Menjadi seorang Asia pada negara Eropa memberinya fenomena Rasisme.
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Tertidur di lantai ]
Kim Go Eun
Kim Go Eun
[ Mengangkat kepala Beomgyu ke atas paha, membelainya bisik penuh maaf ]
Kim Go Eun
Kim Go Eun
[ Memegangi telapak tangan Beomgyu untuk memeriksa garis tangan merah ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Memeluk perut Kim Go Eun ]
Kim Go Eun
Kim Go Eun
Zādzība nav labticīga rīcība "Mencuri bukan itikad baik"
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Mengeluh ] Es dzirdu daudz trokšņa, man sāp ausis "Aku mendengar banyak suara, telingaku sakit"
Kim Go Eun
Kim Go Eun
[ Mengerutkan alis ] Tas nekas nav "Itu bukan apa-apa"
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Suram ] Es zvēru, ka dzirdēju "Aku bersumpah mendengarnya"
NovelToon
Musim dingin tiba. Paduan suara menyanyikan Ziemassvētku vakarā, menangkap sunyi mistis malam natal musim dingin di Latvia. Ramona— periksa telapak tangan putranya yang dingin.
Kim Go Eun
Kim Go Eun
[ Pucat ] Atkal tas sapnis? "Mimpi itu lagi?"
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
Tas šķita tik reāli, it īpaši, kad sieviete bija ģērbusies tajā dīvainajā kleitā... "Rasanya begitu nyata. Terutama ketika wanita berpakaian aneh itu..."
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Gestur memegang pedang ] Viņš man iedeva savu zobenu. Es to sajutu "Dia memberikanku pedangnya. Aku merasakannya"
Kim Go Eun
Kim Go Eun
[ Menarik dagu Beomgyu ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menatap kejut ] Mamma?
Kim Go Eun
Kim Go Eun
[ Mencengkram kencang ] Apsoli man, ka nekad tur neatgriezīsies "Berjanjilah, kamu tidak akan pernah kembali kesana"
Mirga Lapins
Mirga Lapins
[ Menghitung uang ] Ramona atdeva visu īres maksu, kas bija parādā par pēdējiem 3 mēnešiem "Ramona memberikanku semua uang sewa yang dia tunggak selama tiga bulan ini"
Andress Lapins
Andress Lapins
[ Membaca koran ] Tas ir labi "Itu bagus"
Peteris Lapins
Peteris Lapins
[ Mengintip obrolan orang tua ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Bingung ] Kurp tu dodies? "Kesana dimana?"
Kim Go Eun
Kim Go Eun
[ Memegangi dada yang songah ] Apsoli man! "Berjanjilah!"
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Mengangguk heran ] Mm...
NovelToon
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Menulis nama Kim Go Eun ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Mengintip kamar Kim Go Eun ]
Mentari pagi tidak mampu menghangatkan salah satu distrik Eropa Utara ini. Beomgyu senang tidak perlu bersiap-siap ke sekolah sebab sang ibu tidak bangun. Pagi absurd...
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Naik ke atas kasur menggenggam tangan Ramona yang beku dingin ]
Kim Go Eun
Kim Go Eun
[ Memejam sunyi ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Memeluk tubuh Ramona dalam diam, mendengarkan bisik suara ]
Kim Go Eun
Kim Go Eun
[ Tidak lagi bernafas ]
NovelToon
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Menunggu seseorang ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Berjalan di tanah pemakaman ]
Choi Jisung
Choi Jisung
[ Berjalan memandangi tanah lalu memandangi Gong Yoo ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Maju ] Ayo jemput anak itu
Choi Jisung
Choi Jisung
[ Bibir bergetar tertunduk sendu pilu sampai lutut jatuh ke tanah ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menaruh bunga krisan putih di atas tanah basah batu nisan Kim Go Eun ]
NovelToon
ᴇᴘɪsᴏᴅᴇ 𝟷: sᴇᴀ ɪɴ ᴛʜᴇ sᴋʏ, ᴅᴀᴡɴ
Tenaga sosial kewalahan. Anak laki-laki berusia 13 tahun itu enggan dibawa kembali ke asrama. Ben Choi hanya mau menempeli tanah gembur yang membenamkan jasad sang ibu yang pergi.
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Membaca buku di atas makam ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Melihat sosok Beomgyu ]
Sekretaris Lee Joon Hyuk
Sekretaris Lee Joon Hyuk
Tetangga almarhum Kim Go Eun-lah yang melaporkan jasadnya. Anak itu tetap di samping Bu Kim selama 72 jam, tanpa makan atau minum sama sekali [ Memberikan berkas data ]
Sekretaris Lee Joon Hyuk
Sekretaris Lee Joon Hyuk
Hingga mengalami dehidrasi serta penumonia. Pemanas ruangannya tidak pernah dihidupkan. Dia tidak mau makan, sekolah bahkan terus tidur di makam Bu Kim
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Melihat ke arah pohon ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Mengikuti arah pandangan Beomgyu ke pohon rindang ditempati si arwah ]
Sekretaris Lee Joon Hyuk
Sekretaris Lee Joon Hyuk
Bu Kim memberikan ladang kentang di belakang apartemennya, diberikannya seluruhnya kepada pasangan Andress dan Mirga Lapins, tuan tanahnya
Sekretaris Lee Joon Hyuk
Sekretaris Lee Joon Hyuk
Wasiatnya pula berisi keinginan agar keluarga Lapins mau mengurus Choi Beomgyu hingga memasuki SMA
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
Ya, mustahil Go Eun memikirkan putra semata wayangnya dipulangkan pada saat ia wafat [ Maju untuk mendekat ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Berdebar-debar ketika melihat roh ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Memegangi pundak Beomgyu ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Tersentak kejut ]
Buku berbungkus biru tua yang tebal itu pun menjadi bahan hantaman 𝙗𝙪𝙜𝙝𝙝! pada wajah Gong Yoo. Saking terkejutnya Beomgyu, sipu pipi merah itu membuat Gong Yoo semakin—
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Hati terenyuh iba ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Tersungkur jatuh ] Hh...
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Senyum hangat ] Anyeong
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Meneguk ludah ]
ᴋᴇᴇsᴏᴋᴀɴ ʜᴀʀɪɴʏᴀ
Mendengar bahwa dirinya memiliki keluarga di Korea Selatan, Beomgyu yang tidak mau pisah dari makam sang ibu, terus mengurungkan diri untuk pergi ke sekolah. Debu 𝙨𝙧𝙖𝙨𝙝𝙝 pun jatuh.
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Membersihkan debu ber-pasir dari selimut usang yang berbau gudang ]
Peteris Lapins
Peteris Lapins
[ Melompat-lompat jahil di atas tangga agar kamar di bawah tangga berpasir ]
Peteris Lapins terus menyiksanya, baik secara psikis maupun fisik. Merapikan kaca matanya, Beomgyu terus membaca buku. Biasa datang ke perpustakaan, ia memutuskan untuk kabur.
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Duduk di bawah meja perpustakaan untuk bersembunyi supaya menginap ]
Sekretaris Kim Dong Wook
Sekretaris Kim Dong Wook
Apa maksudmu?
Sekretaris Lee Joon Hyuk
Sekretaris Lee Joon Hyuk
[ Cemas ] Anak itu tidak ada. Beomgyu menghilang. Di makam ibunya pun tak ada. Bagaimana ini?
Sekretaris Kim Dong Wook
Sekretaris Kim Dong Wook
[ Melihat berkas persidangan ] Lapori namanya pada dinas sosial dan polisi setempat. Biar aku yang bicara pada Dokkaebi ( Goblin )
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Memandangi sinar rembulan dari bawah meja bersama bisik mistis ]
NovelToon
Memukul-mukuli telinga kala kerap ia dengar pekikan. Terasa jauh, namun begitu dekat. Ia pun tertegun saat beberapa pria berpakaian formal sudah bersiap untuk menangkapnya.
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Mundur ketakutan ]
Sekretaris Kim Dong Wook
Sekretaris Kim Dong Wook
[ Menatap Beomgyu heran ]
Sekretaris Lee Joon Hyuk
Sekretaris Lee Joon Hyuk
Cepat bawa anak itu kemari!
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menjatuhkan buku lalu berlari ]
Tidak memiliki ayah, ibu telah wafat, Beomgyu yang kini sebatang kara terus berlari. Kaki layu itu berlari seakan hidupnya dipertaruhkan. Sisi Barat tampak gelap. Bentuk buruk sang arwah itu membuat Beomgyu melotot— 𝙎𝙍𝘼𝙎𝙃𝙃𝙃!!!
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menabrak tubuh Gong Yoo yang muncul tiba-tiba di hadapannya ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Memeluk kepala Beomgyu untuk menutupi matanya dari si arwah ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Membaca suratan tersirat kepada arwah tersesat agar bisa dinaikkan ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Memberontak mendorong Gong Yoo lalu memukul-mukuli tubuhnya keras ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Menahan kedua tangan Beomgyu sembari melepasi syal tebal di leher ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Bergetar menangis ] Hh! Hh...
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Menatap Beomgyu ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Memucat ketakutan ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Memakaikan syal ke leher Beomgyu kemudian melepaskannya perlahan ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Segera berlari menjauh ]
Sekretaris Lee Joon Hyuk
Sekretaris Lee Joon Hyuk
[ Hendak mengejar ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Mengkode Lee Joon Hyuk ]
Sekretaris Lee Joon Hyuk
Sekretaris Lee Joon Hyuk
[ Memerintahkan para bodyguard agar berhenti mengejar Beomgyu ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Berlari melewati jembatan beku ]
Hari demi hari pun berlalu. Uang ibunya telah dicuri oleh keluarga Lapins. Diperlakukan bak si Bawang Putih, Beomgyu yang terjebak pun mendapat amarah dari Mirga Lapins 𝙋𝙇𝘼𝙆𝙆𝙆!!
Mirga Lapins
Mirga Lapins
[ Menampar Beomgyu kencang ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Tertunduk pilu ]
Peteris Lapins
Peteris Lapins
Tam trakajam puisim ir zagļa ģenētika. Viņa sugai jābūt tādai pašai. STULBA!! "Si gila itu punya genetik pencuri. Dia sama seperti kaumnya! BODOH!!"
Kim Go Eun
Kim Go Eun
𝐉𝐚 𝐭𝐞𝐯 𝐧𝐚𝐯 𝐭𝐚𝐢𝐬𝐧ī𝐛𝐚, 𝐤ā𝐩ē𝐜 𝐤𝐥𝐮𝐬ē𝐭? 𝐊𝐚𝐬 𝐠𝐚𝐧 𝐜𝐢𝐭𝐬 𝐭𝐞𝐯𝐢 𝐚𝐢𝐳𝐬𝐭ā𝐯ē𝐬, 𝐣𝐚 𝐧𝐞 𝐭𝐮 𝐩𝐚𝐭𝐬? "𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑘𝑎𝑚𝑢 𝑡𝑎𝑘 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ, 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑎𝑝𝑎 𝑑𝑖𝑎𝑚? 𝑆𝑖𝑎𝑝𝑎 𝑙𝑎𝑔𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑎𝑚𝑢 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑟𝑖𝑚𝑢 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖"
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menatap ] Es nezagu "Aku tidak mencuri"
Mirga Lapins
Mirga Lapins
[ Marah ] Nestrīdies ar mani! "Jangan membantahku!"
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Tegas ] Es nezagu "Aku tidak mencuri"
Diusir tanpa sehelai pakaian 𝘽𝙍𝘼𝙆𝙆! pintu itu terbanting menampar jiwanya yang terkuras. Duduk di tangga, ia menunggu bila pintu itu mau terbuka, meski harus mati membeku...
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menggigil kedinginan ]
Sekretaris Kim Dong Wook
Sekretaris Kim Dong Wook
[ Gelisah saat memandangi Beomgyu kemudian menoleh ke arah Gong Yoo ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
Menurutmu, mengapa Go Eun memilih keputusan itu? Dirinya tak serta merta menyiksa diri, melainkan putranya pula
Sekretaris Kim Dong Wook
Sekretaris Kim Dong Wook
Alangkah baiknya jika UNO sendiri—
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
Beomgyu harus dipersiapkan secara matang sebelum menapakkan sosok diri kepada rumah putih
Sekretaris Kim Dong Wook
Sekretaris Kim Dong Wook
Anak dalam ramalan ya...
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
Bagaimana dengan Daegu?
Sekretaris Lee Joon Hyuk
Sekretaris Lee Joon Hyuk
[ Mengangguk ] Kim Jiwon sudah siap dan Bu Kim Mikyung pun sama. Kami telah mengatur posisi rumah dan juga sekolah untuk Beomgyu
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
Sekolah...terlalu cepat untuknya
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menampung salju ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
Matanya...
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Berbinar ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
Matanya menggenggam masa depan. Aku tidak pernah melihat mata begitu pilu namun secerahnya
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
Aku penasaran bagaimana caramu... [ Menoleh menatap ] mendidiknya
Kim Go Eun
Kim Go Eun
[ 𝑀𝑒𝑛𝑎𝑡𝑎𝑝 𝑝𝑖𝑙𝑢 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑖𝑎𝑚 ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Merasakan angin yang familiar ]
Sekretaris Lee Joon Hyuk
Sekretaris Lee Joon Hyuk
[ Segera membungkuk hormat pada arwah Go Eun yang tercium wangi ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
Kamu mendapatkan berkah darinya
Kim Go Eun
Kim Go Eun
[ 𝑀𝑒𝑛𝑔𝑔𝑒𝑙𝑒𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑜ℎ𝑜𝑛𝑎𝑛 ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
Maafkan aku...
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
Izinkan aku untuk membawanya
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Berdiri ] Mamma...
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Mengulurkan tangan ] Pada akhirnya kamu akan mempercayainya. Biarkan aku membantumu untuk terakhir kali
Kim Go Eun
Kim Go Eun
[ 𝑀𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑𝑎𝑛𝑔𝑖 𝐵𝑒𝑜𝑚𝑔𝑦𝑢 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑢 ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
Anak itu tidak akan siap melihat sosok ibunya dalam wujud seperti ini. Tugas yang kamu emban telah usai, silahkan beristirahat tanpa batas waktu
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Mencari-cari ] Mamma...?
Kim Go Eun
Kim Go Eun
[ 𝑇𝑒𝑟𝑖𝑠𝑎𝑘 𝑝𝑖𝑙𝑢 ] 𝐸𝑒𝑒...
Sekretaris Kim Dong Wook
Sekretaris Kim Dong Wook
[ Menunduk hormat ]
Kim Go Eun
Kim Go Eun
[ 𝑀𝑒𝑚𝑜ℎ𝑜𝑛 ] 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛... 𝑝𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑖𝑡𝑢 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑛𝑦𝑎, 𝑜𝑝𝑝𝑎...
Choi Jisung
Choi Jisung
[ Menatap Go Eun pilu ] Hyung...
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Terkejut ] Jisunga!
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Berlari mencari-cari ] Mamma...!
Choi Jisung
Choi Jisung
Jangan lakukan itu
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
Mana mungkin Go Eun menjadi arwah yang tersesat. Dia akan lupa dan Choi Beomgyu, matanya sudah terbuka
Kim Go Eun
Kim Go Eun
[ 𝑇𝑒𝑟𝑗𝑎𝑡𝑢ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑙𝑢𝑡𝑢𝑡 ] 𝐾𝑢𝑚𝑜ℎ𝑜𝑛, 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑖𝑡𝑢 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑛𝑦𝑎, 𝐽𝑖𝑠𝑢𝑛𝑔...
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menyikap semak-semak ] Mamma!
Tidak ada sesiapapun 𝙨𝙧𝙖𝙨𝙝𝙝 selain kunang cahaya putih kekuningan. Harum itu terasa familiar. Beomgyu pun merasa hampa dan sirna. Ia pasti 𝙩𝙚𝙨𝙨 𝙩𝙚𝙨 𝙩𝙚𝙨 sudah sangat gila.

Episode 2: Sea In The Sky, Dawn (2)

Mendengar, bahwa dirinya memiliki ayah yang sedang menunggu di Korea Selatan, Beomgyu kesulitan menyimak banyaknya informasi baru yang disediakan oleh dinas sosial dan hukum.
NovelToon
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Melihat mobil dari balik jendela ]
Andress Lapins
Andress Lapins
[ Takjub pada mobil ] Jā, protams, mēs viņu mīlam. Viņš ir labs bērns, izrādās bagāts "Tentu saja kami menyayanginya. Dia anak baik yang ternyata...kaya raya"
Mirga Lapins
Mirga Lapins
[ Mencubiti Andress ] Viņš tikai jokoja. Bet tas ir pārsteidzoši, ka tu proti runāt latviski "Dia hanya bercanda. tapi hebat sekali anda bisa berbahasa Latvia"
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Tersenyum ] Esmu diezgan brīvs "Saya cukup fasih"
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Segera menutupi tirai jendela ]
NovelToon
Ketakutan, walau sudah dijelaskan, Beomgyu tetap tidak paham. Ia hanya ingin tidur tanpa bernafas bersama sang ibu di barisan makam.
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menaiki mobil ]
Sekretaris Lee Joon Hyuk
Sekretaris Lee Joon Hyuk
[ Menutup bagasi mobil ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Senyum ] Pamāj viņiem, kamēr vari "Melambailah pada mereka [ Smirk ] selagi bisa"
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menatap Gong Yoo ]
NovelToon
ᴇᴘɪsᴏᴅᴇ 𝟸: sᴇᴀ ɪɴ ᴛʜᴇ sᴋʏ, ᴅᴀᴡɴ
Sejak pengadilan dimulai hingga kini, Beomgyu tidak pernah berbicara sama sekali. Bibir kering itu enggan berinteraksi pada siapapun, apapun.
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Memandangi pesawat-pesawat yang dikelilingi oleh banyaknya lampu kelip ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Menepuk ] Vai šī ir pirmā reize, kad redzat lidmašīnu? "Apakah ini kali pertama kamu lihat pesawat terbang?"
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menatap Gong Yoo lalu melirik turun pada dadanya melihat sebuah bentuk ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
( Apa yang anak ini lihat? )
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menatap kejut melihat dada Gong Yoo lalu segera mengalihkan wajah ]
NovelToon
Pramugari menyapa. Begitu banyak wajah serta sanda gurau para pemukim dunia bawah. Masih menyesuaikan diri, Beomgyu melihat bentangan antara langit, bumi dan juga luasnya lautan biru.
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Berdebar-debar melihat dalamnya biru atmosfer serta seram biru laut ]
Sekretaris Lee Joon Hyuk
Sekretaris Lee Joon Hyuk
[ Berbisik ] Bahkan dia tak penasaran mengapa Pimpinan Shin sudah lebih dulu sampai di Incheon
Sekretaris Kim Dong Wook
Sekretaris Kim Dong Wook
Karena, beliau memiliki banyak pintu untuk dieksplorasi sebagai alternatif transport. Fokuslah, Lee Joon Hyuk
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Terpejam-pejam ketika terik mentari menghujani wajah pucat lalu tertidur ]
NovelToon
Mendarat di salah satu negara sebagai sarana transit, Beomgyu enggan memahami pria-pria berjas mewah yang menculik, membawa Choi Beomgyu menuju kota yang disebut Daegu.
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Memegangi garpu mengkilap enggan berani melirik Gong Yoo sebab segan ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Mengkode Beomgyu agar makan ]
Sekretaris Lee Joon Hyuk
Sekretaris Lee Joon Hyuk
[ Berbisik ] Bahkan anak itu tak sadar kapan dan bagaimana Pimpinan Shin mampu berada disini tanpa pesawat
Sekretaris Kim Dong Wook
Sekretaris Kim Dong Wook
[ Mengambil piring Beomgyu untuk memotongi rapi daging kecil mahal ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Merapikan posisi kaca mata ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
Dia melihatnya
Sekretaris Kim Dong Wook
Sekretaris Kim Dong Wook
[ Menoleh ] Ne?
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
Ayo kita coba. Hei nak
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Tetap menunduk ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Memindahkan gelas Beomgyu lalu mengetuk meja agar mau digubris ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Mematok dada Gong Yoo ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Menatap ] Tev taisnība "Kamu benar" [ Mendekat ] Zvani man "Panggillah"
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Mendorong piring agar menjauh ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Berdiri ] Tu...redzi? "Kamu...melihatnya?"
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menunjuk pedang di dadanya ]
Tampak menyakitkan 𝙂𝘼𝙍𝙍!!! Pedang tertancap begitu dalam pada jantung Dokkaebi yang usia kini mencapai 954 tahun. Dan Beomgyu adalah manusia ke-2 yang mempu melihatnya dengan mata transparan. Itu sangat— mengejutkannya.
🇰🇷 ɪɴᴄʜᴇᴏɴ ɪɴᴛᴇʀɴᴀᴛɪᴏɴᴀʟ ᴀɪʀᴘᴏʀᴛ, sᴏᴜᴛʜ ᴋᴏʀᴇᴀ
NovelToon
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Turun dari pesawat menapakkan kaki pada tanah Korea yang sejuk ]
Yoon Bong Gil
Yoon Bong Gil
[ Memukuli gendang dengan syair ]
Lee Hwarim
Lee Hwarim
[ Menyayat daging babi segar sembari menari-nari memuja melakukan ritual ]
Yoon Bong Gil
Yoon Bong Gil
[ Berhenti bernyanyi lalu menoleh ]
Lee Hwarim
Lee Hwarim
[ Melihat jalan hutan menuju gunung ketika mendengar suara pekik seram ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Merasa pusing hingga jalan tertatih rintih, peluh membasahi punggung ]
Sekretaris Kim Dong Wook
Sekretaris Kim Dong Wook
Mobil sudah siap. Seok Jin dan Joo Hyun pun sudah menunggu kapan anak dalam ramalan ini datang
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
Ini akan jadi kali pertama Beomgyu memasuki rumah putih. Kurasapun, anak-anak yang lain akan tetap—
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Tersungkur jatuh ke aspal ]
Terhuyung jatuh 𝙗𝙪𝙜𝙝 Dari balik gunung 𝘼𝘼𝘼𝘼𝘼!! terdengar suara pekik kencang menyambut-nya yang datang untuk menjadi penghubung empat alam. Dada yang sesak 𝙝𝙝 𝙝𝙝𝙝...itu tak sanggup.
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Kejang-kejang ] Hh! Hhk! Hhgg!
Choi Soobin
Choi Soobin
[ Memandangi pegunungan ]
Sekretaris Lee Joon Hyuk
Sekretaris Lee Joon Hyuk
[ Mengangkat ] Beomgyu!
Sekretaris Kim Dong Wook
Sekretaris Kim Dong Wook
Sudah banyak yang melihatnya. Ayo cepat bawa anak Beomgyu ke rumah putih untuk di—
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
Bahkan mereka pun menyambut-nya. Kabar ini akan segera sampai kepada Iblis itu. Tidak perlu ke rumah putih
Sekretaris Lee Joon Hyuk
Sekretaris Lee Joon Hyuk
[ Bingung ] Tapi—
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
Ketika Beomgyu siap, saat itulah dia akan memasuki rumah putih. Untuk saat ini, tubuhnya hanya akan puas dimakan oleh iblis
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Sesak ] Mmm...hhpmm...
NovelToon
Rukyat baru pada bulan. Tilik mata memandang musim baru sang pembawa cerita, takdir. Serta merta sang mimpi mempertengokkan para dua insan yang saling bercakap-cakap pada pohon.
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ 𝐌𝐞𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝟐 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 ] 𝐒𝐢𝐚𝐩𝐚...?
Sekretaris Lee Joon Hyuk
Sekretaris Lee Joon Hyuk
[ Menggendong Beomgyu memasuki kuil kemudian menuruninya di lantai ]
Sekretaris Kim Dong Wook
Sekretaris Kim Dong Wook
[ Memanggil biksu agar membawa air suci yang telah diberi obat dan suara ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Membuka telapak tangan Beomgyu ] Andai anak ini tahu bahwa dia sendiri yang memotong usia ibunya, kira-kira bagaimana batu jiwanya nanti?
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ 𝐌𝐚𝐣𝐮 𝐩𝐞𝐫𝐥𝐚𝐡𝐚𝐧 ] 𝐊𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧...
Wang Yeo
Wang Yeo
[ 𝐌𝐞𝐧𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐤𝐞 𝐛𝐞𝐥𝐚𝐤𝐚𝐧𝐠 ] 𝐒𝐨𝐥
Yi Sol
Yi Sol
[ 𝐌𝐞𝐦𝐚𝐧𝐝𝐚𝐧𝐠𝐢 𝐁𝐞𝐨𝐦𝐠𝐲𝐮 ] 𝐌𝐦...
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ 𝐌𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚 𝐣𝐚𝐧𝐭𝐮𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐡𝐚𝐧𝐭𝐚𝐦 ] 𝐀𝐤𝐤!
🇰🇷 ʙᴀɴsᴏɴɢ-ʀɪ, ᴅᴀʟsᴇᴏɴɢ-ɢᴜɴ, ᴅᴀᴇɢᴜ
Helikopter itu yang telah menempuh perjalanan jauh untuk membawa 'Sang Malapetaka' sudah tiba. Kim Jiwon dan Kim Mikyung telah siap hati untuk menyambut anak usia 13 tahun disana.
NovelToon
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Melihat pegunungan ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
( Anak dalam ramalan yang telah dibawa kemari. Ketika siap, anak itu akan membawa rumah putih pada naasnya kehancuran... )
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
Mulailah dengan bahasa Ibu. Ajari Choi Beomgyu melalui gestur. Dia akan cepat belajar jika kamu tidak melototinya seperti itu
Kim Jiwon
Kim Jiwon
Aku bisa merasakannya...
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Membungkuk hormat menghormati Shin Gong Yoo dengan rasa pasrah ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menutup-nutupi telinga ]
Sekretaris Kim Dong Wook
Sekretaris Kim Dong Wook
[ Menoleh ] Beomgyu
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
( Siapa Beomgyu? Namaku Ben. Aku ada dimana? Mereka siapa? Kenapa? Kenapa mereka terus berteriak? Aku salah apa? Telingaku sakit, bunda... )
Lee Hwarim
Lee Hwarim
[ Menyayat-nyayat kulit babi ]
Yoon Bong Gil
Yoon Bong Gil
[ Gelisah ] Hwarim, dengar itu?
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Memperlihatkan hanok ] Rumah khas Korea Selatan bercirikan tradisional. Ia akan menjadi rumahmu, disini
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Tidak memahami Gong Yoo ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Memperjelas ] Rumah
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
Rumahmu, untukmu pulang
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Stres melihat Gong Yoo ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Mendekati Beomgyu ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Memukuli telinga ] Aa'
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Terkejut memegangi dada ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Terhuyung jatuh ] Aaa...
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
Beomgyu, bangunlah
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
Hal seperti ini akan kamu alami setiap hari. Bangunlah dan hadapi. Beomgyu bangunlah nak. Choi Beomgyu
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menutup-nutupi mata ] Aaa' aaa...
𝘼𝘼𝘼𝘼𝘼𝘼𝘼!!!!!
Dibalik pengunungan, ribuan arwah dan Iblis itu sudah siap menunggunya, memakan jiwa hidup hidup, tanpa belas kasihan. Penuh peluh, kesah pada lidah yang kelu membuat ia bak membisu.
— ᴋᴇᴇsᴏᴋᴀɴ ʜᴀʀɪɴʏᴀ —
NovelToon
Diberi kamar paling ujung, Beomgyu memeluk lututnya di sudut ruangan. Bergetar, tilas para penghuni alam gaib membuat badan bergidik merinding. Suara pintu 𝙠𝙧𝙞𝙚𝙚𝙩𝙩𝙩 pun terdengar.
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Tertunduk memeluk lutut begitu kencang hingga tangan memerah ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Duduk di depan Beomgyu ] Yang kamu dengar adalah si penerobos alam. Itulah tugasmu, membuka... membukakan mereka pintu untuk kembali. Untuk pulang, ke rumah
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
Kita akan bertemu lagi nanti. Ketika aku melihatmu, kuharap jiwamu itu telah beresonansi dan mau belajar. Sebab dirimulah...malapetakanya
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menahan kaki Gong Yoo ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Melihat merahnya mata Beomgyu yang mencengkrami kaki kencang ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Terisak ] Ej mājās... "Pulang..." Mana māte gaida "Ibuku menunggu"
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Berjalan pergi ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Memeluk kaki Gong Yoo ] Aaa...!
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Memegangi nampan kencang saat menatap Gong Yoo yang bersedih ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Melirik ke bawah ] Go Eun sudah tiada. Mikyung, kutitipkan padamu
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Tunduk ] Baik, tuan Shin
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Merangkak ] Aaa! Aaa...!
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Mendengar isak tangis ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menangis rintih ] Mmmm...!
Orang-orang asing itu, aku tidak mengenal satu dari mereka. Ras, etnis, kami tampak sama. Dan hatiku tidaklah tentram. Mereka berbohong, hal perihal ayahku 𝘿𝙐𝙈𝙈! mereka berdusta 𝙂𝘼𝙍𝙍𝙍!!
— ᴋᴇᴇsᴏᴋᴀɴ ᴘᴀɢɪ —
Lusinan nampan berisi bubur dan makanan bagi 'Sang Malapetaka', tidaklah tersentuh. Beomgyu tergeletak lemas, bibir kering pucat yang penuh darah itu enggan bicara maupun makan 𝙠𝙧𝙞𝙚𝙚𝙩𝙩𝙩
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Berlutut ] Tuan
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Termenung diam ]
Kim Mikyung
Kim Mikyung
Tolong makanlah meski sesuap
Kim Mikyung
Kim Mikyung
Saya memohon, makanlah...
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Nafas mulai melemah ]
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Khawatir melihat Beomgyu yang diam sunyi tergeletak pada lantai ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
📞 : [ Memandangi hutan ] Mm...Dia wajah itu sangat mirip persis seperti ayahnya. Generasi baru ya...
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Meneguk ludah ] Tuan Choi? Tuan—
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Menarik kencang ] Beomgyu!
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menatap Mikyung kejut ] Hh...
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Merasa iba ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Bibir bergetar ] Mmm....
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Bergelinangan ] Aigoo...
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Memeluk ] Beomgyu...
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Terisak ] Mmm...
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Melirik mendengar suara tangis ]
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Memeluk hangat ] Aigoo, bagaimana ini? Usiamu sangat belia untuk topang seluruh tugas itu. Kasihan sekali...
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Lemah ] Eeemm...mm...
Aku tidak memahami satupun kalimatnya yang terdengar rintih itu. Namun, pelukannya terasa seperti daun gugur yang menguning, hangat...
Kendatipun begitu, sulit untukku menerima tiap bagian yang gamblang. Dipaksa untuk mengisi perut, satu suapan 𝙨𝙮𝙪𝙥𝙥 tak membuat perutku tenang. Satu suapan lain 𝙨𝙮𝙪𝙥𝙥 tidaklah tenang.
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Menyuapi Beomgyu ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Berusaha mengunyah ]
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Segera menyisiri rambut Beomgyu mengusapi leher dengan lap hangat ]
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Merapikan ] Semua orang di rumah putih, para penghuninya harus terus nampak rapi. Kamu pun begitu, nak
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menggeleng perlahan ]
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Menatap Beomgyu ] Penghuni rumah putih... jauh dari akal sehat masyarakat awam. Kalian bukan bersembunyi, tapi tidak tampak. Kalian para pekerja milik Tuhan. Kalian yang setia dan tunduk
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Menunjuk hutan ] Sedangkan mereka, para pemberontak Tuhan telah datang. Mereka terus menunggu, membantai... Memakan para jiwa-jiwa yang tersesat
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menarik jari telunjuk Mikyung agar turun tidak menunjuk hutan seram ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Berdiri santai mengintip di pintu ]
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Melihat gestur Beomgyu ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Memperlihatkan betapa menakutkan isi luas-nya hutan di belakang rumah ]
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Mengangguk lalu menyuapi ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menepis mangkuk ] Aa' ahh...
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Menggerakkan bibir ] Arwah
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menarik-narik gelisah ]
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Mengernyitkan alis ] Iblis...
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Tertunduk ] Hh...
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
Membiarkannya berdikari, suatu saat nanti, anak itu akan bertanya kepada ayahnya di bawah langit nestapa
Choi Jisung
Choi Jisung
Biarkan dia berdikari
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Menaruh sebongkah emas ] Andai ramalan itu benar, andai putra kecil yang menunggumu itu bertanya—
Choi Jisung
Choi Jisung
Biarkan...putraku berdikari
Choi Jisung
Choi Jisung
[ Menatap ] Itu perintah, UNO
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Memandangi luasnya awan ]
Kurasa terdapat sungai kecil disana. Pantulan air memukau penghuni langit. Lantas, mataku mampu melihat banyak hal. Laut pada langit... Suara mereka memanggil dan menyambutku.

Episode 3: Jauni Varti, New Door

NovelToon
Kim Go Eun
Kim Go Eun
[ Melihat jam raksasa ] Astaga, aku betul-betul terlambat. Aku gila, dia akan menangis [ Berjalan cepat ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Memainkan puzzle lalu melihat jarum jam berjalan begitu pelan ]
Segera masuk ke dalam rumah kecil yang tidak kalah hangat dari atap para kaum elit, Ramona langsung mendapati putra semata wayangnya tidaklah menangis ataupun ketakutan 𝙠𝙧𝙞𝙚𝙩𝙩𝙩𝙩
Kim Go Eun
Kim Go Eun
[ Mengintip ] Ben...?
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
Tadi ada tamu
Kim Go Eun
Kim Go Eun
[ Mendekatinya ] Siapa?
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
Tidak tahu, aku tidak membukakan pintu untuk orang asing. Tapi, saat dia mendengar bunyi kembang api di kota, dia segera pergi
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
Itu sangat aneh. Wajahnya terbakar. Kurasa dia pun takut dengan cahaya di langit. Orang itu punya kelip-kelip mata yang sendu, itu menyedihkan
Kim Go Eun
Kim Go Eun
[ Melirik ke arah pintu curiga ] Apa kalian saling bertatapan dari pintu?
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
Ya, lubang pintu
Kim Go Eun
Kim Go Eun
Wajahnya...hancur?
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Mengangguk lugu ]
Kim Go Eun
Kim Go Eun
[ Memeluk kepala Beomgyu sembari mengusap-usapi matanya khawatir ]
NovelToon
ᴇᴘɪsᴏᴅᴇ 𝟹: ᴊᴀᴜɴɪ ᴠᴀʀᴛɪ, ɴᴇᴡ ᴅᴏᴏʀ
Lagi-lagi mimpi wanita dan pria pemakai khas subjek sejarahwan di zaman Goryeo. Mungkin jauh dari itu. Pagi yang melelahkan, Beomgyu buka 𝙬𝙪𝙪𝙨𝙝𝙝 mata merahnya perlahan 𝘿𝙐𝙂𝙂!
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Merasakan tekanan gelap ]
Kutukan
Kutukan
[ Membisiki kasar ] 𝙜𝙧𝙧𝙜𝙝...
Berdebar kencang, bagai remuk ditimpakannya hawa panas mengerikan, sekujur tubuhnya kini merejuk merinding kuat 𝘽𝙖𝙙𝙪𝙢𝙥 𝘽𝙖𝙙𝙪𝙢𝙥! dan—
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Bergetar tidak bisa bergerak ]
Kutukan
Kutukan
[ Mengendus telinga Beomgyu ]
Para penjaga rumah hanok ( rumah tradisional ) sudah pada posisi. Putra UNO, kode 02 adalah prioritas. Berjumlah 12 orang, mereka disiplin.
ɢᴇʀʙᴀɴɢ ᴀʟᴀᴍ ᴋᴇᴅᴜᴀ sᴜᴅᴀʜ ᴛᴇʀʙᴜᴋᴀ. ᴍᴇʟᴀᴍᴘᴀᴜɪ ᴀᴘᴀ ʏᴀɴɢ ᴍᴀɴᴜsɪᴀ ɴᴏʀᴍᴀʟ ʙɪᴀsᴀ ʟɪʜᴀᴛ, ʙᴇᴏᴍɢʏᴜ ᴍᴇᴍʙᴀᴡᴀ ᴛᴀᴋᴅɪʀ ɪᴀ ᴍᴀsᴜᴋ ᴀʟɪʜ-ᴀʟɪʜ ᴍᴇɴɢʜɪɴᴅᴀʀ sᴇᴘᴇʀᴛɪ ʏᴀɴɢ sᴀɴɢ ɪʙᴜ ʜᴀʀᴀᴘᴋᴀɴ.
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Tertatih lirih ] Hh...ee' ee...
Kutukan
Kutukan
[ Menekan dada Beomgyu ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Bergetar hebat ] Mmm....mm!
Kutukan
Kutukan
[ Menatap Beomgyu ] 𝙝𝙝𝙜𝙜𝙜𝙝!
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Melotot kencang ] Aaa—
Kutukan
Kutukan
[ Memekik ] 𝘼𝘼𝘼𝘼𝘼𝘼!!!!
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Mimisan ] AAAAAAA!!!!!!
Sendok kuah pun jatuh. Mikyung meninggalkan dapur, berlari risau menuju kamar terujung. Tak lupa Kim Jiwon sudah siap dengan cincin di jari.
Sengaja kamarnya tidak dipasangi kunci 𝙜𝙧𝙧𝙩𝙖𝙠 untuk sekedar berjaga-jaga. Angin 𝙨𝙬𝙞𝙨𝙝𝙝𝙝 pun memperlihatkan gorden putih yang hampa dan anak lelaki itu, wajahnya dipenuhi darah dalam hidung, serta bibir pucat yang terkelupas liar.
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Memandangi atap kamar menganga melotot disebabkan oleh syok berat ]
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Menutup mulut ] Astaga...
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Menahan ] Ambilkan es batu
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Segera berlari menuju dapur ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Melirik dipenuhi rasa takut menatap Kim Jiwon berderai air mata pilu jiwa ]
Sejak saat itu, hanya ada tulang pada Beomgyu yang enggan makan atau minum. Mata berurat, merah enggan ditidurkan. Malam menjadi sibuk karena tantangan. Beomgyu, oh Choi Beomgyu.
𝘾𝙝𝙤𝙞 𝘽𝙚𝙤𝙢𝙜𝙮𝙪...𝙊𝙝 𝘾𝙝𝙤𝙞 𝘽𝙚𝙤𝙢𝙜𝙮𝙪
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Berjalan rintih tanpa sandal di atas salju hingga telapak kaki mulai biru ]
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Memanggil para bodyguard agar mencari Beomgyu yang lari kabur ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Melihat bekas jejak kaki kecil masuk ke dalam area perhutanan yang lebat ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Memukul-mukuli telinga ketakutan karena merasa tersesat di alam liar ]
NovelToon
Terbaring membeku dikerubungi kutukan yang siap memakannya hidup-hidup, Choi Beomgyu terus menangis berharap sang ibu mau datang untuk menjemput. Mulutnya pun terbuka lebar.
Kutukan
Kutukan
[ Memaksa masuk ke dalam tubuh Beomgyu sembari memanggilnya ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Bibir akan robek ] Kkhh!
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Mengetuk cincin di jari manis sembari maju merapal kalimat ]
Kutukan
Kutukan
[ Memandang Jiwon benci saat menaruh jari di dada Beomgyu ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Berderai air mata ] ( Tolong...aku )
Kim Jiwon
Kim Jiwon
Kembalilah pada tempatmu!
Kutukan
Kutukan
[ Memekik marah ] 𝙜𝙝𝙧𝙝𝙝𝙝!!
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menganga kejang ketika nyawa sudah siap berada di ujung nafas ]
Rintik salju, sunyi dunia. Fenomena tegang saat ini bukanlah simulasi hidup. Membiru, bekasnya mengotori bibir Beomgyu yang terluka. Tertatih risau Kim Jiwon menopang patah tengkuknya—
𝙠𝙧𝙩𝙖𝙠𝙠!
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Mendengar suara tulang ] Akk!
Kim Jiwon
Kim Jiwon
Maafkan aku, hanya itu caranya untuk meluruskan dislokasi tulangmu. Cepat bangun, kita harus kembali ke rumah
Kim Jiwon
Kim Jiwon
Jika kamu ingin memahami apa yang baru saja terjadi, pelajarilah apa saja yang terjadi hari ini...nak
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Perlahan tidak sadarkan diri ]
Bagai kura-kura dalam aquarium, waktu terasa begitu lambat. Dikelilingi pembatas transparan, Beomgyu merasa terkurung. Ia tidak tahu— ɪᴅᴇ si tolol mana yang membawanya ke Daegu.
NovelToon
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Menatap Choi Jisung ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Terkulai pingsan ]
Choi Jisung
Choi Jisung
[ Mengusapi darah di hidung Beomgyu menggunakan jari sembari menahan ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Segera berdiri tegap menuruni arah mata penuh oleh perasaan bersalah ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Gumam lirih ] Bunda...
Jiwon dan Jisung pun menukar pandangan. Kata ibu menjadi hal pertama yang Beomgyu pelajari dari bahasa Korea tanpa diberitahu. 𝘿𝙪𝙜 𝙙𝙪𝙜 𝙙𝙪𝙜 semangat Kim Jiwon kembali berkobar-kobar.
𝙂𝙧𝙖𝙠𝙠𝙠!!! Ia seret meja dan kursi kayu elit masuk ke dalam kamar Beomgyu. Terbentang 𝙎𝙧𝙖𝙨𝙝𝙝𝙝! alas. Di atasnya, ditebarkan puluhan kerikil, abu tulang, bangkai hewan dan ranting mengerikan.
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Memeluk lutut di sudut kamar tertunduk mendengar bisikan ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
Perhatikan dan pelajari, hei
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Menghela nafas ] Aku tahu kamu mendengarnya. Kamu mendengar suaraku. Jangan berpura-pura nak
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Mengernyitkan alis kesal, langsung mencengkram kaki kanan Beomgyu ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Melotot kejut ] Hh...!
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Menarik kaki Beomgyu kasar lalu diduduki berhadapan pada meja ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Memberontak ] Aa' aaa...
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Menahan ] Bukankah itu membuat dirimu frustrasi? Seberapa kencang kamu menolak, tidak akan ada satu orang pun yang memahamimu, bisu
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Mendorong-dorong ] Aaa!
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Marah ] Kamu tidak bisu!
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Tidak sengaja mencakar ]
Tamparan 𝙋𝙇𝘼𝙆!! pun menjadi penentu. Seumur hidup, Beomgyu tidak pernah mendapatkannya. Kini matanya mau memandang wanita, amarah sedang menguasainya. Namun, batu jiwa itu—
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Bergelinang air mata ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Menunjuk wajah Beomgyu ] Itu, itu namanya "menangis". Geraki bibirmu dan katakan "menangis"
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Memegang dada Beomgyu ] Ini terasa sesak, maka dari itu kamu menangis. Ini adalah "emosi"
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Melihat tangan Jiwon sedang menekan tegas pada dadanya ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Memegang pipi Beomgyu ] Ketika kamu bersedih, kamu menangis. Ini adalah hasil dari emosi, "air mata"
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menatap Jiwon heran ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
Dan namamu...Choi Beomgyu
Kim Jiwon
Kim Jiwon
Nama, identitasmu, Beomgyu
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menoleh ke arah pintu ]
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Memegangi nampan berisi bubur kemudian segera tersenyum lirih ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Menarik dagu Beomgyu ] Fokus! Identitasmu Choi Beomgyu. Ayo!
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Terbata-bata ] Mm...mm...
Kim Jiwon
Kim Jiwon
Kamu tidak bisu, dengarkan aku. Nama, Choi Beomgyu, Beomgyu
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
Cho...
Kim Jiwon
Kim Jiwon
Choi
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menuruni pandangan ] Choi
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Menaikkan dagu Beomgyu ] Lihat aku dan katakan namamu. Ulangi!
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Tidak mengerti ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
Choi Beomgyu
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
Choi...
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Yakin ] Choi Beomgyu
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
Beom...
Kim Jiwon
Kim Jiwon
Beomgyu
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
Beomyu...
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Memperjelas bibir ] Beomgyu
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
Beom...gyu
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Mengangguk ] Choi Beomgyu
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
Choi...Beomgyu
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Luluh ] Mm, Choi Beomgyu...
Sejak saat itu, Beomgyu terus berkurung dalam kamar. Dengan 𝙜𝙧𝙚𝙗 meja dipenuhi hal-hal yang seram. Abu, tulang belulang, bangkai serta bau khas dari Hutan luas di belakang rumah mereka.
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Berusaha merangkak ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Menarik kaki Beomgyu ] Yaaa!
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Dagu terhentak lantai ] Akk!
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Mencengkram ] Lihat ini!
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Ketakutan melihat bangkai saat mencium bau hutan yang seram ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Memeluk Beomgyu dari belakang menahan tubuhnya agar tidak lari ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Mengarahkan tangan Beomgyu agar mau memegangi abu mayat ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Bergidik merinding ]
Tubuh Beomgyu begitu kecil dan lemah. Jemari putih pucat itu membuat gagasan ke-ibuannya menjadi nampak. Begitu pula Mikyung, senyum di bibir mulai terlihat berdasar kelegaan hatinya.
— ᴜɴᴏ: ᴛʜᴇ ᴜɴsᴇᴇɴ —
Hal pertama yang kupelajari adalah emosi. Hati memengaruhi psikis maupun fisik. Bahasa yang asing mulai terdengar familiar, begitu pula para wajah pria berjas hitam yang berbaris rapi 𝙜𝙧𝙧𝙧
NovelToon
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Memegangi ubin pintu untuk berdiri memandangi mobil mewah melintas ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Melepas kaca mata hitam ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menoleh melihat meja belajar yang nantinya akan dipenuhi barang bau ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Memarkirkan mobil ]
Yang kutahu, wanita itu bernama Kim Jiwon. Ia memiliki marga yang sama seperti ibuku. Sama pula seperti Kim Mikyung. Setiap kutanyai, dua orang itu bagai burung tanpa paruh 𝙨𝙧𝙖𝙨𝙝𝙝
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Sinis ] Apa?
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Melihat mobil Jiwon ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
Salah jika aku mengendarai mobil sport masuk ke dalam desa? Aku ini fancy. Ambil mejamu, cepatlah!
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Segera mengangkat meja ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Duduk di atas bebatuan ] Hh... Ntah sampai kapan aku harus... terjebak dengan si culun ini
Kim Jiwon
Kim Jiwon
Hei, sejak kapan rambutmu itu terlihat begitu panjang? Kamu baru saja sampai di Daegu
Kim Mikyung
Kim Mikyung
Maksudmu, 3 bulan yang lalu
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Melihat sekitaran ] Musim semi? Agh, aku melewatkannya karena harus mengurusmu. Ck, aish...
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Gumam ] Lagipula, mengapa UNO harus menunjukku di bagian-bagian menjijikkan seperti ini?
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Merapikan posisi bangkai tikus ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Meliriki ] Anak ini tidak spesial. Dia hanya disebut dalam mimpi si kakek tua bangka yang ingin menjadi UNO
Kim Mikyung
Kim Mikyung
Tuan Kim Chang Wan— tak pernah salah dalam menafsirkan mimpi. Itu bukanlah pernyataan yang baik
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Melihat merah di pipi Beomgyu ] Ya, aku tahu itu. Pasti ada alasan, mengapa aku yang terpilih...
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menatap Jiwon ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
Hei
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menaikkan satu alis ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
Aku terlalu hebat. Jadi, jangan jatuh cinta denganku. Aku sudah menikah
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Melihat cincin di jari Jiwon ]
NovelToon
Aku tidak pernah tahu definisi cantik. Dimataku hanya ada Ramona, Kim Go Eun namanya. Aku melihat banyak para penjaga terus meliriki dan tampak kagum pada Jiwon yang sebenarnya—
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
( Dia jauh lebih seram dari hantu )
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Memandangi hutan yang gelap ]
Ini bulan ke-empat. Salju telah pergi. Hari ulang tahun di bulan Maret menjadi alasan baru untuk diriku berlunjak. Terbata-bata, kupinta padanya. Dua wanita itu memandangiku berbeda 𝙬𝙨𝙨 𝙬𝙨𝙨
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
Bunda
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Menatap Jiwon kebingungan ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Menghiraukan Choi Beomgyu ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menghalangi ] Aku...
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
Aku ma- ingin ibu...
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Gumam ] Ketika sudah tidak bisu, bibirnya terus berkicau hal bodoh
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Memohon ] Ibuku, ibuku...
Kim Jiwon
Kim Jiwon
Perbaiki pronounce-mu paboya...
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
Ibuku, Ramona, Latvia
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Lirih ] Ramo- Kim Go Eun
Kim Jiwon
Kim Jiwon
Ambil mejamu
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
To- tolong...ibuku
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Tegas ] Ambil...mejamu
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Jatuh untuk berlutut ]
Kim Mikyung
Kim Mikyung
[ Menutup mulut ] Astaga
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Amarah mulai mengepul ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menyatukan kedua tangan memohon pada Jiwon agar membawa ke Latvia ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Meliriki ke arah halaman luar ]
Choi Jisung
Choi Jisung
[ Memandangi wajah Beomgyu ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Bergelinangan ] Ibuku...
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Tajam ] Berdiri, cepat berdiri. Hei bodoh, cepatlah bangun...
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
Berikan titahmu...Maka segera kulakukan. Tentukanlah, Jisung
Choi Jisung
Choi Jisung
Biarkan putraku...berdikari
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Terkejut ] Hah?
Kim Jiwon
Kim Jiwon
Ibumu sudah mati. Kembali ke Riga pun tak akan menghasilkan apapun. Jadi, jangan membuang waktu baik itu waktuku maupun waktumu
Kim Jiwon
Kim Jiwon
Bangunlah atau kubawakan semua kutukan dalam hutan masuk dalam mulutmu untuk kedua kalinya. Aku tidak main-main, Choi Beomgyu
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
Bunda...sudah mati
Kim Jiwon
Kim Jiwon
Oo dia sudah mati
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
Aku.....aku bisa menciumnya. Dia masih disini, bersamaku. Melihat...melihatku, dari jauh
Choi Jisung
Choi Jisung
[ Berjalan pergi ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Mengernyitkan alis ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menoleh ke arah luar rumah melihat pria berpundak lebar ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Melotot ] Tidak!
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Bangun segera berlari ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
BEOMGYU!
Choi Jisung
Choi Jisung
[ Berhenti berjalan ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Berlari kencang tanpa sandal menapaki rumput hijau segar ]
Kim Jiwon
Kim Jiwon
[ Mengejar Beomgyu ] Beomgyu!
Choi Jisung
Choi Jisung
[ Melirik lalu menoleh perlahan ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Berhenti berlari ] Hh...hh...
Choi Jisung
Choi Jisung
[ Menatap mata Beomgyu ]
Rasanya seperti melihat cermin neraka. Harum ibuku ada padanya. Begitu pekat, kelam sudah para penghuni hutan di pegunungan. 𝙒𝙨𝙨 𝙬𝙨𝙨𝙨 mereka berbisik dan berlutut pada sang UNO.
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
( Dia...siapa? )
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Memperhatikan raut wajahnya ]
Choi Jisung
Choi Jisung
[ Melihat kelupas di bibir Beomgyu dengan tubuh yang begitu kurus ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Mengernyitkan alis merasakan aura kental dari tubuh Jisung yang absurd ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
( Tidak mungkin. Aku tahu mata itu. Kim Chang Wan benar, anak dalam ramalan ini akan membawa petaka )
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Melihat pedang menancap di dada Gong Yoo lalu melihat dada Jisung ]
Choi Jisung
Choi Jisung
[ Maju perlahan ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Tertatih mundur ] Hh...
Choi Jisung
Choi Jisung
[ Berhenti mendekatinya ]
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Segera mundur ketakutan ] Mmm...
Kim Mikyung
Kim Mikyung
Beomgyu
Choi  Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Berlari menuju Mikyung lalu memeluk menyembunyikan wajah karena takut ]
Choi Jisung
Choi Jisung
[ Melihat betapa eratnya Beomgyu saat memeluk tubuh Kim Mikyung ]
Shin Gong Yoo
Shin Gong Yoo
[ Smirk ] Itu salahmu sendiri, Jisung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!