UNO: The Unseen
Episode 1: Sea In The Sky, Dawn (1)
🇱🇻 ɪᴍᴀɴᴛᴀ, ᴋᴜʀᴢᴇᴍᴇ ᴅɪsᴛʀɪᴄᴛ, ʀɪɢᴀ, ʟᴀᴛᴠɪᴀ
Usianya 8 tahun, memandangi langit Kota Baltik
di Latvia, diterpa berbagai kalimat tanya, hukum
Kausal apa yang akan terjadi di kemudian hari.
Peteris Lapins
[ Melempar ranting kayu ]
Choi Beomgyu
[ Terpaku diam lalu menoleh ]
Otis Ozols
[ Menertawakan ] Nabadzīgs!
"Si Miskin!"
Peteris Lapins
[ Smirk ] Viņš tiešām ir nabags
"Dia benar-benar miskin"
Peteris Lapins
Zini? Viņa māte bija ļoti nabadzīga. Viņai pat nācās iekrist parādos, lai nopirktu vistu.
"Kamu tahu? ibunya sangat miskin. bahkan membeli ayam saja sampai harus berhutang"
Choi Beomgyu
[ Menunduk melihat tali sepatu yang
lepas sudah usang untuk dipakainya ]
Usia 12 tahun, bertanya lagi dirinya perihal
eksistensi. Jika seburuk itu, lantas mengapa
dirinya dilahirkan dan hidup disini? 𝙎𝙬𝙞𝙨𝙝𝙝𝙝
Kim Go Eun
[ Menghitung keuangan hidup ]
Choi Beomgyu
[ Masuk ke dalam kamar lalu menaruh
sertifikat serta piala juara atas lantai ]
Kim Go Eun
[ Senang ] Burgers?
Choi Beomgyu
[ Senyum ] Liels un sierīgs
"Yang besar dan berkeju"
Membiarkan putra semata wayang menikmati
burger seorang diri, mata penuh letih itu telah
terobati. Ben Choi, namanya. Ia pula memakai
Ramona sebagai samaran selagi merantau.
Choi Beomgyu
[ Heran ] Mamma neēd?
"Mama tidak makan?"
Kim Go Eun
[ Menggeleng senyum ]
Choi Beomgyu
Kāpēc mēs esam nabadzīgi?
"Kenapa kita miskin?"
Kim Go Eun
Mēs esam bagāti. Kas tev to teica?
"Kita kaya raya. Siapa yang bicara
seperti itu padamu?"
Choi Beomgyu
Visi. Varbūt tāpēc klases audzinātāja man iedeva augstāko vietu. Lai es varētu ēst burgerus un vistu
"Semua orang. Mungkin itu sebabnya wali kelas memberikanku juara. Agar bisa makan burger dan ayam"
Kim Go Eun
[ Membelai ] Tu kļūdies
"Kamu tahu itu salah"
Choi Beomgyu
Es gribu naudu
"Aku ingin uang"
Usia 13 tahun, Ben mengendap-endap masuk
ke dalam rumah. Ibunya sedang tidak di rumah
sebab masih bekerja di pabrik. Ia pun menaruh
tas lalu membuka seluruh lemari untuk—
Choi Beomgyu
[ Mengambil dompet Kim Go Eun
namun tidak melihat lembar uang ]
Gunars Lusis
[ Memberikan roti ] Dod to Benam
"Berikan pada Ben"
Kim Go Eun
[ Sumeringah ] Paldies Gunars
"Terimakasih, Gunars"
Choi Beomgyu
[ Segera menoleh ke belakang
mendengar suara-suara bisik ]
Erika Kaulins
[ Marah ] Beidz viņu ķircināt
"Berhentilah mengejeknya"
Peteris Lapins
[ Cemburu ] Viņš ir tikai nabadzīgas atraitnes ārlaulības bērns, viņa vairs nevar pavedināt
"Dia hanya anak haram dari janda yang miskin karena sudah tidak bisa menggoda"
Choi Beomgyu
[ Membuka passport Korea Selatan
bertuliskan nama ibu, Kim Go Eun ]
Choi Beomgyu
[ Tersentak kejut ]
Duduk menyudut di dinding gelap penuh jamur,
Ben mulai mempelajari hal baru, yaitu hukuman
pada hukum kausal. Menjadi seorang Asia pada
negara Eropa memberinya fenomena Rasisme.
Choi Beomgyu
[ Tertidur di lantai ]
Kim Go Eun
[ Mengangkat kepala Beomgyu ke atas
paha, membelainya bisik penuh maaf ]
Kim Go Eun
[ Memegangi telapak tangan Beomgyu
untuk memeriksa garis tangan merah ]
Choi Beomgyu
[ Memeluk perut Kim Go Eun ]
Kim Go Eun
Zādzība nav labticīga rīcība
"Mencuri bukan itikad baik"
Choi Beomgyu
[ Mengeluh ] Es dzirdu daudz
trokšņa, man sāp ausis
"Aku mendengar banyak suara,
telingaku sakit"
Kim Go Eun
[ Mengerutkan alis ] Tas nekas nav
"Itu bukan apa-apa"
Choi Beomgyu
[ Suram ] Es zvēru, ka dzirdēju
"Aku bersumpah mendengarnya"
Musim dingin tiba. Paduan suara menyanyikan
Ziemassvētku vakarā, menangkap sunyi mistis
malam natal musim dingin di Latvia. Ramona—
periksa telapak tangan putranya yang dingin.
Kim Go Eun
[ Pucat ] Atkal tas sapnis?
"Mimpi itu lagi?"
Choi Beomgyu
Tas šķita tik reāli, it īpaši, kad sieviete bija ģērbusies tajā dīvainajā kleitā...
"Rasanya begitu nyata. Terutama ketika wanita berpakaian aneh itu..."
Choi Beomgyu
[ Gestur memegang pedang ] Viņš man iedeva savu zobenu. Es to sajutu
"Dia memberikanku pedangnya. Aku merasakannya"
Kim Go Eun
[ Menarik dagu Beomgyu ]
Choi Beomgyu
[ Menatap kejut ] Mamma?
Kim Go Eun
[ Mencengkram kencang ] Apsoli man, ka nekad tur neatgriezīsies
"Berjanjilah, kamu tidak akan pernah
kembali kesana"
Mirga Lapins
[ Menghitung uang ] Ramona atdeva visu īres maksu, kas bija parādā par pēdējiem 3 mēnešiem
"Ramona memberikanku semua uang sewa yang dia tunggak selama tiga bulan ini"
Andress Lapins
[ Membaca koran ] Tas ir labi
"Itu bagus"
Peteris Lapins
[ Mengintip obrolan orang tua ]
Choi Beomgyu
[ Bingung ] Kurp tu dodies?
"Kesana dimana?"
Kim Go Eun
[ Memegangi dada yang songah ] Apsoli man!
"Berjanjilah!"
Choi Beomgyu
[ Mengangguk heran ] Mm...
Shin Gong Yoo
[ Menulis nama Kim Go Eun ]
Choi Beomgyu
[ Mengintip kamar Kim Go Eun ]
Mentari pagi tidak mampu menghangatkan salah satu distrik Eropa Utara ini. Beomgyu
senang tidak perlu bersiap-siap ke sekolah
sebab sang ibu tidak bangun. Pagi absurd...
Choi Beomgyu
[ Naik ke atas kasur menggenggam
tangan Ramona yang beku dingin ]
Kim Go Eun
[ Memejam sunyi ]
Choi Beomgyu
[ Memeluk tubuh Ramona dalam
diam, mendengarkan bisik suara ]
Kim Go Eun
[ Tidak lagi bernafas ]
Shin Gong Yoo
[ Menunggu seseorang ]
Choi Beomgyu
[ Berjalan di tanah pemakaman ]
Choi Jisung
[ Berjalan memandangi tanah
lalu memandangi Gong Yoo ]
Shin Gong Yoo
[ Maju ] Ayo jemput anak itu
Choi Jisung
[ Bibir bergetar tertunduk sendu
pilu sampai lutut jatuh ke tanah ]
Choi Beomgyu
[ Menaruh bunga krisan putih di atas
tanah basah batu nisan Kim Go Eun ]
ᴇᴘɪsᴏᴅᴇ 𝟷: sᴇᴀ ɪɴ ᴛʜᴇ sᴋʏ, ᴅᴀᴡɴ
Tenaga sosial kewalahan. Anak laki-laki berusia
13 tahun itu enggan dibawa kembali ke asrama.
Ben Choi hanya mau menempeli tanah gembur
yang membenamkan jasad sang ibu yang pergi.
Choi Beomgyu
[ Membaca buku di atas makam ]
Shin Gong Yoo
[ Melihat sosok Beomgyu ]
Sekretaris Lee Joon Hyuk
Tetangga almarhum Kim Go Eun-lah
yang melaporkan jasadnya. Anak itu
tetap di samping Bu Kim selama 72
jam, tanpa makan atau minum sama
sekali [ Memberikan berkas data ]
Sekretaris Lee Joon Hyuk
Hingga mengalami dehidrasi serta
penumonia. Pemanas ruangannya
tidak pernah dihidupkan. Dia tidak
mau makan, sekolah bahkan terus
tidur di makam Bu Kim
Choi Beomgyu
[ Melihat ke arah pohon ]
Shin Gong Yoo
[ Mengikuti arah pandangan Beomgyu
ke pohon rindang ditempati si arwah ]
Sekretaris Lee Joon Hyuk
Bu Kim memberikan ladang kentang di
belakang apartemennya, diberikannya
seluruhnya kepada pasangan Andress
dan Mirga Lapins, tuan tanahnya
Sekretaris Lee Joon Hyuk
Wasiatnya pula berisi keinginan agar
keluarga Lapins mau mengurus Choi
Beomgyu hingga memasuki SMA
Shin Gong Yoo
Ya, mustahil Go Eun memikirkan putra
semata wayangnya dipulangkan pada
saat ia wafat [ Maju untuk mendekat ]
Choi Beomgyu
[ Berdebar-debar ketika melihat roh ]
Shin Gong Yoo
[ Memegangi pundak Beomgyu ]
Choi Beomgyu
[ Tersentak kejut ]
Buku berbungkus biru tua yang tebal itu pun
menjadi bahan hantaman 𝙗𝙪𝙜𝙝𝙝! pada wajah
Gong Yoo. Saking terkejutnya Beomgyu, sipu
pipi merah itu membuat Gong Yoo semakin—
Shin Gong Yoo
[ Hati terenyuh iba ]
Choi Beomgyu
[ Tersungkur jatuh ] Hh...
Shin Gong Yoo
[ Senyum hangat ] Anyeong
Choi Beomgyu
[ Meneguk ludah ]
Mendengar bahwa dirinya memiliki keluarga di
Korea Selatan, Beomgyu yang tidak mau pisah
dari makam sang ibu, terus mengurungkan diri
untuk pergi ke sekolah. Debu 𝙨𝙧𝙖𝙨𝙝𝙝 pun jatuh.
Choi Beomgyu
[ Membersihkan debu ber-pasir dari
selimut usang yang berbau gudang ]
Peteris Lapins
[ Melompat-lompat jahil di atas tangga
agar kamar di bawah tangga berpasir ]
Peteris Lapins terus menyiksanya, baik secara
psikis maupun fisik. Merapikan kaca matanya,
Beomgyu terus membaca buku. Biasa datang
ke perpustakaan, ia memutuskan untuk kabur.
Choi Beomgyu
[ Duduk di bawah meja perpustakaan
untuk bersembunyi supaya menginap ]
Sekretaris Kim Dong Wook
Apa maksudmu?
Sekretaris Lee Joon Hyuk
[ Cemas ] Anak itu tidak ada. Beomgyu
menghilang. Di makam ibunya pun tak
ada. Bagaimana ini?
Sekretaris Kim Dong Wook
[ Melihat berkas persidangan ] Lapori
namanya pada dinas sosial dan polisi
setempat. Biar aku yang bicara pada
Dokkaebi ( Goblin )
Choi Beomgyu
[ Memandangi sinar rembulan dari
bawah meja bersama bisik mistis ]
Memukul-mukuli telinga kala kerap ia dengar
pekikan. Terasa jauh, namun begitu dekat. Ia
pun tertegun saat beberapa pria berpakaian
formal sudah bersiap untuk menangkapnya.
Choi Beomgyu
[ Mundur ketakutan ]
Sekretaris Kim Dong Wook
[ Menatap Beomgyu heran ]
Sekretaris Lee Joon Hyuk
Cepat bawa anak itu kemari!
Choi Beomgyu
[ Menjatuhkan buku lalu berlari ]
Tidak memiliki ayah, ibu telah wafat, Beomgyu
yang kini sebatang kara terus berlari. Kaki layu
itu berlari seakan hidupnya dipertaruhkan. Sisi
Barat tampak gelap. Bentuk buruk sang arwah
itu membuat Beomgyu melotot— 𝙎𝙍𝘼𝙎𝙃𝙃𝙃!!!
Choi Beomgyu
[ Menabrak tubuh Gong Yoo yang
muncul tiba-tiba di hadapannya ]
Shin Gong Yoo
[ Memeluk kepala Beomgyu untuk
menutupi matanya dari si arwah ]
Shin Gong Yoo
[ Membaca suratan tersirat kepada
arwah tersesat agar bisa dinaikkan ]
Choi Beomgyu
[ Memberontak mendorong Gong Yoo
lalu memukul-mukuli tubuhnya keras ]
Shin Gong Yoo
[ Menahan kedua tangan Beomgyu
sembari melepasi syal tebal di leher ]
Choi Beomgyu
[ Bergetar menangis ] Hh! Hh...
Shin Gong Yoo
[ Menatap Beomgyu ]
Choi Beomgyu
[ Memucat ketakutan ]
Shin Gong Yoo
[ Memakaikan syal ke leher Beomgyu
kemudian melepaskannya perlahan ]
Choi Beomgyu
[ Segera berlari menjauh ]
Sekretaris Lee Joon Hyuk
[ Hendak mengejar ]
Shin Gong Yoo
[ Mengkode Lee Joon Hyuk ]
Sekretaris Lee Joon Hyuk
[ Memerintahkan para bodyguard
agar berhenti mengejar Beomgyu ]
Choi Beomgyu
[ Berlari melewati jembatan beku ]
Hari demi hari pun berlalu. Uang ibunya telah
dicuri oleh keluarga Lapins. Diperlakukan bak
si Bawang Putih, Beomgyu yang terjebak pun
mendapat amarah dari Mirga Lapins 𝙋𝙇𝘼𝙆𝙆𝙆!!
Mirga Lapins
[ Menampar Beomgyu kencang ]
Choi Beomgyu
[ Tertunduk pilu ]
Peteris Lapins
Tam trakajam puisim ir zagļa ģenētika. Viņa sugai jābūt tādai pašai. STULBA!!
"Si gila itu punya genetik pencuri. Dia
sama seperti kaumnya! BODOH!!"
Kim Go Eun
𝐉𝐚 𝐭𝐞𝐯 𝐧𝐚𝐯 𝐭𝐚𝐢𝐬𝐧ī𝐛𝐚, 𝐤ā𝐩ē𝐜 𝐤𝐥𝐮𝐬ē𝐭? 𝐊𝐚𝐬 𝐠𝐚𝐧 𝐜𝐢𝐭𝐬 𝐭𝐞𝐯𝐢 𝐚𝐢𝐳𝐬𝐭ā𝐯ē𝐬, 𝐣𝐚 𝐧𝐞 𝐭𝐮 𝐩𝐚𝐭𝐬?
"𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑘𝑎𝑚𝑢 𝑡𝑎𝑘 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ, 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑎𝑝𝑎 𝑑𝑖𝑎𝑚? 𝑆𝑖𝑎𝑝𝑎 𝑙𝑎𝑔𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑎𝑚𝑢 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑟𝑖𝑚𝑢 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖"
Choi Beomgyu
[ Menatap ] Es nezagu
"Aku tidak mencuri"
Mirga Lapins
[ Marah ] Nestrīdies ar mani!
"Jangan membantahku!"
Choi Beomgyu
[ Tegas ] Es nezagu
"Aku tidak mencuri"
Diusir tanpa sehelai pakaian 𝘽𝙍𝘼𝙆𝙆! pintu itu
terbanting menampar jiwanya yang terkuras.
Duduk di tangga, ia menunggu bila pintu itu
mau terbuka, meski harus mati membeku...
Choi Beomgyu
[ Menggigil kedinginan ]
Sekretaris Kim Dong Wook
[ Gelisah saat memandangi Beomgyu
kemudian menoleh ke arah Gong Yoo ]
Shin Gong Yoo
Menurutmu, mengapa Go Eun memilih
keputusan itu? Dirinya tak serta merta
menyiksa diri, melainkan putranya pula
Sekretaris Kim Dong Wook
Alangkah baiknya jika UNO sendiri—
Shin Gong Yoo
Beomgyu harus dipersiapkan secara
matang sebelum menapakkan sosok
diri kepada rumah putih
Sekretaris Kim Dong Wook
Anak dalam ramalan ya...
Shin Gong Yoo
Bagaimana dengan Daegu?
Sekretaris Lee Joon Hyuk
[ Mengangguk ] Kim Jiwon sudah siap dan Bu Kim Mikyung pun sama. Kami
telah mengatur posisi rumah dan juga
sekolah untuk Beomgyu
Shin Gong Yoo
Sekolah...terlalu cepat untuknya
Choi Beomgyu
[ Menampung salju ]
Shin Gong Yoo
Matanya menggenggam masa depan.
Aku tidak pernah melihat mata begitu
pilu namun secerahnya
Shin Gong Yoo
Aku penasaran bagaimana caramu...
[ Menoleh menatap ] mendidiknya
Kim Go Eun
[ 𝑀𝑒𝑛𝑎𝑡𝑎𝑝 𝑝𝑖𝑙𝑢 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑖𝑎𝑚 ]
Choi Beomgyu
[ Merasakan angin yang familiar ]
Sekretaris Lee Joon Hyuk
[ Segera membungkuk hormat pada
arwah Go Eun yang tercium wangi ]
Shin Gong Yoo
Kamu mendapatkan berkah darinya
Kim Go Eun
[ 𝑀𝑒𝑛𝑔𝑔𝑒𝑙𝑒𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑜ℎ𝑜𝑛𝑎𝑛 ]
Shin Gong Yoo
Maafkan aku...
Shin Gong Yoo
Izinkan aku untuk membawanya
Choi Beomgyu
[ Berdiri ] Mamma...
Shin Gong Yoo
[ Mengulurkan tangan ] Pada akhirnya
kamu akan mempercayainya. Biarkan
aku membantumu untuk terakhir kali
Kim Go Eun
[ 𝑀𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑𝑎𝑛𝑔𝑖 𝐵𝑒𝑜𝑚𝑔𝑦𝑢 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑢 ]
Shin Gong Yoo
Anak itu tidak akan siap melihat sosok
ibunya dalam wujud seperti ini. Tugas
yang kamu emban telah usai, silahkan
beristirahat tanpa batas waktu
Choi Beomgyu
[ Mencari-cari ] Mamma...?
Kim Go Eun
[ 𝑇𝑒𝑟𝑖𝑠𝑎𝑘 𝑝𝑖𝑙𝑢 ] 𝐸𝑒𝑒...
Sekretaris Kim Dong Wook
[ Menunduk hormat ]
Kim Go Eun
[ 𝑀𝑒𝑚𝑜ℎ𝑜𝑛 ] 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛...
𝑝𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑖𝑡𝑢 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑛𝑦𝑎, 𝑜𝑝𝑝𝑎...
Choi Jisung
[ Menatap Go Eun pilu ] Hyung...
Shin Gong Yoo
[ Terkejut ] Jisunga!
Choi Beomgyu
[ Berlari mencari-cari ] Mamma...!
Choi Jisung
Jangan lakukan itu
Shin Gong Yoo
Mana mungkin Go Eun menjadi arwah
yang tersesat. Dia akan lupa dan Choi
Beomgyu, matanya sudah terbuka
Kim Go Eun
[ 𝑇𝑒𝑟𝑗𝑎𝑡𝑢ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑙𝑢𝑡𝑢𝑡 ] 𝐾𝑢𝑚𝑜ℎ𝑜𝑛, 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑖𝑡𝑢 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑛𝑦𝑎, 𝐽𝑖𝑠𝑢𝑛𝑔...
Choi Beomgyu
[ Menyikap semak-semak ] Mamma!
Tidak ada sesiapapun 𝙨𝙧𝙖𝙨𝙝𝙝 selain kunang
cahaya putih kekuningan. Harum itu terasa
familiar. Beomgyu pun merasa hampa dan
sirna. Ia pasti 𝙩𝙚𝙨𝙨 𝙩𝙚𝙨 𝙩𝙚𝙨 sudah sangat gila.
Episode 2: Sea In The Sky, Dawn (2)
Mendengar, bahwa dirinya memiliki ayah yang
sedang menunggu di Korea Selatan, Beomgyu
kesulitan menyimak banyaknya informasi baru
yang disediakan oleh dinas sosial dan hukum.
Choi Beomgyu
[ Melihat mobil dari balik jendela ]
Andress Lapins
[ Takjub pada mobil ] Jā, protams, mēs viņu mīlam. Viņš ir labs bērns, izrādās bagāts
"Tentu saja kami menyayanginya. Dia anak baik yang ternyata...kaya raya"
Mirga Lapins
[ Mencubiti Andress ] Viņš tikai jokoja. Bet tas ir pārsteidzoši, ka tu proti runāt latviski
"Dia hanya bercanda. tapi hebat sekali anda bisa berbahasa Latvia"
Shin Gong Yoo
[ Tersenyum ] Esmu diezgan brīvs
"Saya cukup fasih"
Choi Beomgyu
[ Segera menutupi tirai jendela ]
Ketakutan, walau sudah dijelaskan, Beomgyu
tetap tidak paham. Ia hanya ingin tidur tanpa
bernafas bersama sang ibu di barisan makam.
Choi Beomgyu
[ Menaiki mobil ]
Sekretaris Lee Joon Hyuk
[ Menutup bagasi mobil ]
Shin Gong Yoo
[ Senyum ] Pamāj viņiem, kamēr vari
"Melambailah pada mereka [ Smirk ]
selagi bisa"
Choi Beomgyu
[ Menatap Gong Yoo ]
ᴇᴘɪsᴏᴅᴇ 𝟸: sᴇᴀ ɪɴ ᴛʜᴇ sᴋʏ, ᴅᴀᴡɴ
Sejak pengadilan dimulai hingga kini, Beomgyu
tidak pernah berbicara sama sekali. Bibir kering
itu enggan berinteraksi pada siapapun, apapun.
Choi Beomgyu
[ Memandangi pesawat-pesawat yang
dikelilingi oleh banyaknya lampu kelip ]
Shin Gong Yoo
[ Menepuk ] Vai šī ir pirmā reize, kad redzat lidmašīnu?
"Apakah ini kali pertama kamu lihat
pesawat terbang?"
Choi Beomgyu
[ Menatap Gong Yoo lalu melirik turun
pada dadanya melihat sebuah bentuk ]
Shin Gong Yoo
( Apa yang anak ini lihat? )
Choi Beomgyu
[ Menatap kejut melihat dada Gong
Yoo lalu segera mengalihkan wajah ]
Pramugari menyapa. Begitu banyak wajah serta
sanda gurau para pemukim dunia bawah. Masih
menyesuaikan diri, Beomgyu melihat bentangan
antara langit, bumi dan juga luasnya lautan biru.
Choi Beomgyu
[ Berdebar-debar melihat dalamnya
biru atmosfer serta seram biru laut ]
Sekretaris Lee Joon Hyuk
[ Berbisik ] Bahkan dia tak penasaran
mengapa Pimpinan Shin sudah lebih
dulu sampai di Incheon
Sekretaris Kim Dong Wook
Karena, beliau memiliki banyak pintu
untuk dieksplorasi sebagai alternatif
transport. Fokuslah, Lee Joon Hyuk
Choi Beomgyu
[ Terpejam-pejam ketika terik mentari
menghujani wajah pucat lalu tertidur ]
Mendarat di salah satu negara sebagai sarana
transit, Beomgyu enggan memahami pria-pria
berjas mewah yang menculik, membawa Choi
Beomgyu menuju kota yang disebut Daegu.
Choi Beomgyu
[ Memegangi garpu mengkilap enggan
berani melirik Gong Yoo sebab segan ]
Shin Gong Yoo
[ Mengkode Beomgyu agar makan ]
Sekretaris Lee Joon Hyuk
[ Berbisik ] Bahkan anak itu tak sadar
kapan dan bagaimana Pimpinan Shin
mampu berada disini tanpa pesawat
Sekretaris Kim Dong Wook
[ Mengambil piring Beomgyu untuk
memotongi rapi daging kecil mahal ]
Choi Beomgyu
[ Merapikan posisi kaca mata ]
Shin Gong Yoo
Dia melihatnya
Sekretaris Kim Dong Wook
[ Menoleh ] Ne?
Shin Gong Yoo
Ayo kita coba. Hei nak
Choi Beomgyu
[ Tetap menunduk ]
Shin Gong Yoo
[ Memindahkan gelas Beomgyu lalu
mengetuk meja agar mau digubris ]
Choi Beomgyu
[ Mematok dada Gong Yoo ]
Shin Gong Yoo
[ Menatap ] Tev taisnība
"Kamu benar"
[ Mendekat ] Zvani man
"Panggillah"
Choi Beomgyu
[ Mendorong piring agar menjauh ]
Shin Gong Yoo
[ Berdiri ] Tu...redzi?
"Kamu...melihatnya?"
Choi Beomgyu
[ Menunjuk pedang di dadanya ]
Tampak menyakitkan 𝙂𝘼𝙍𝙍!!! Pedang tertancap
begitu dalam pada jantung Dokkaebi yang usia
kini mencapai 954 tahun. Dan Beomgyu adalah
manusia ke-2 yang mempu melihatnya dengan
mata transparan. Itu sangat— mengejutkannya.
🇰🇷 ɪɴᴄʜᴇᴏɴ ɪɴᴛᴇʀɴᴀᴛɪᴏɴᴀʟ ᴀɪʀᴘᴏʀᴛ, sᴏᴜᴛʜ ᴋᴏʀᴇᴀ
Choi Beomgyu
[ Turun dari pesawat menapakkan
kaki pada tanah Korea yang sejuk ]
Yoon Bong Gil
[ Memukuli gendang dengan syair ]
Lee Hwarim
[ Menyayat daging babi segar sembari
menari-nari memuja melakukan ritual ]
Yoon Bong Gil
[ Berhenti bernyanyi lalu menoleh ]
Lee Hwarim
[ Melihat jalan hutan menuju gunung
ketika mendengar suara pekik seram ]
Choi Beomgyu
[ Merasa pusing hingga jalan tertatih
rintih, peluh membasahi punggung ]
Sekretaris Kim Dong Wook
Mobil sudah siap. Seok Jin dan Joo
Hyun pun sudah menunggu kapan
anak dalam ramalan ini datang
Shin Gong Yoo
Ini akan jadi kali pertama Beomgyu
memasuki rumah putih. Kurasapun,
anak-anak yang lain akan tetap—
Choi Beomgyu
[ Tersungkur jatuh ke aspal ]
Terhuyung jatuh 𝙗𝙪𝙜𝙝 Dari balik gunung 𝘼𝘼𝘼𝘼𝘼!!
terdengar suara pekik kencang menyambut-nya
yang datang untuk menjadi penghubung empat
alam. Dada yang sesak 𝙝𝙝 𝙝𝙝𝙝...itu tak sanggup.
Choi Beomgyu
[ Kejang-kejang ] Hh! Hhk! Hhgg!
Choi Soobin
[ Memandangi pegunungan ]
Sekretaris Lee Joon Hyuk
[ Mengangkat ] Beomgyu!
Sekretaris Kim Dong Wook
Sudah banyak yang melihatnya. Ayo
cepat bawa anak Beomgyu ke rumah
putih untuk di—
Shin Gong Yoo
Bahkan mereka pun menyambut-nya.
Kabar ini akan segera sampai kepada
Iblis itu. Tidak perlu ke rumah putih
Sekretaris Lee Joon Hyuk
[ Bingung ] Tapi—
Shin Gong Yoo
Ketika Beomgyu siap, saat itulah dia
akan memasuki rumah putih. Untuk
saat ini, tubuhnya hanya akan puas
dimakan oleh iblis
Choi Beomgyu
[ Sesak ] Mmm...hhpmm...
Rukyat baru pada bulan. Tilik mata memandang
musim baru sang pembawa cerita, takdir. Serta
merta sang mimpi mempertengokkan para dua
insan yang saling bercakap-cakap pada pohon.
Choi Beomgyu
[ 𝐌𝐞𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝟐 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 ] 𝐒𝐢𝐚𝐩𝐚...?
Sekretaris Lee Joon Hyuk
[ Menggendong Beomgyu memasuki
kuil kemudian menuruninya di lantai ]
Sekretaris Kim Dong Wook
[ Memanggil biksu agar membawa air
suci yang telah diberi obat dan suara ]
Shin Gong Yoo
[ Membuka telapak tangan Beomgyu ]
Andai anak ini tahu bahwa dia sendiri
yang memotong usia ibunya, kira-kira
bagaimana batu jiwanya nanti?
Choi Beomgyu
[ 𝐌𝐚𝐣𝐮 𝐩𝐞𝐫𝐥𝐚𝐡𝐚𝐧 ] 𝐊𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧...
Wang Yeo
[ 𝐌𝐞𝐧𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐤𝐞 𝐛𝐞𝐥𝐚𝐤𝐚𝐧𝐠 ] 𝐒𝐨𝐥
Yi Sol
[ 𝐌𝐞𝐦𝐚𝐧𝐝𝐚𝐧𝐠𝐢 𝐁𝐞𝐨𝐦𝐠𝐲𝐮 ] 𝐌𝐦...
Choi Beomgyu
[ 𝐌𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚 𝐣𝐚𝐧𝐭𝐮𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐡𝐚𝐧𝐭𝐚𝐦 ] 𝐀𝐤𝐤!
🇰🇷 ʙᴀɴsᴏɴɢ-ʀɪ, ᴅᴀʟsᴇᴏɴɢ-ɢᴜɴ, ᴅᴀᴇɢᴜ
Helikopter itu yang telah menempuh perjalanan
jauh untuk membawa 'Sang Malapetaka' sudah
tiba. Kim Jiwon dan Kim Mikyung telah siap hati
untuk menyambut anak usia 13 tahun disana.
Choi Beomgyu
[ Melihat pegunungan ]
Kim Jiwon
( Anak dalam ramalan yang telah
dibawa kemari. Ketika siap, anak
itu akan membawa rumah putih
pada naasnya kehancuran... )
Shin Gong Yoo
Mulailah dengan bahasa Ibu. Ajari
Choi Beomgyu melalui gestur. Dia
akan cepat belajar jika kamu tidak
melototinya seperti itu
Kim Jiwon
Aku bisa merasakannya...
Kim Mikyung
[ Membungkuk hormat menghormati
Shin Gong Yoo dengan rasa pasrah ]
Choi Beomgyu
[ Menutup-nutupi telinga ]
Sekretaris Kim Dong Wook
[ Menoleh ] Beomgyu
Choi Beomgyu
( Siapa Beomgyu? Namaku Ben. Aku
ada dimana? Mereka siapa? Kenapa?
Kenapa mereka terus berteriak? Aku
salah apa? Telingaku sakit, bunda... )
Lee Hwarim
[ Menyayat-nyayat kulit babi ]
Yoon Bong Gil
[ Gelisah ] Hwarim, dengar itu?
Shin Gong Yoo
[ Memperlihatkan hanok ] Rumah khas
Korea Selatan bercirikan tradisional. Ia
akan menjadi rumahmu, disini
Choi Beomgyu
[ Tidak memahami Gong Yoo ]
Shin Gong Yoo
[ Memperjelas ] Rumah
Shin Gong Yoo
Rumahmu, untukmu pulang
Choi Beomgyu
[ Stres melihat Gong Yoo ]
Shin Gong Yoo
[ Mendekati Beomgyu ]
Choi Beomgyu
[ Memukuli telinga ] Aa'
Kim Mikyung
[ Terkejut memegangi dada ]
Choi Beomgyu
[ Terhuyung jatuh ] Aaa...
Shin Gong Yoo
Beomgyu, bangunlah
Shin Gong Yoo
Hal seperti ini akan kamu alami setiap
hari. Bangunlah dan hadapi. Beomgyu
bangunlah nak. Choi Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menutup-nutupi mata ] Aaa' aaa...
Dibalik pengunungan, ribuan arwah dan Iblis itu
sudah siap menunggunya, memakan jiwa hidup
hidup, tanpa belas kasihan. Penuh peluh, kesah
pada lidah yang kelu membuat ia bak membisu.
Diberi kamar paling ujung, Beomgyu memeluk
lututnya di sudut ruangan. Bergetar, tilas para
penghuni alam gaib membuat badan bergidik
merinding. Suara pintu 𝙠𝙧𝙞𝙚𝙚𝙩𝙩𝙩 pun terdengar.
Choi Beomgyu
[ Tertunduk memeluk lutut begitu
kencang hingga tangan memerah ]
Shin Gong Yoo
[ Duduk di depan Beomgyu ] Yang
kamu dengar adalah si penerobos
alam. Itulah tugasmu, membuka...
membukakan mereka pintu untuk
kembali. Untuk pulang, ke rumah
Shin Gong Yoo
Kita akan bertemu lagi nanti. Ketika
aku melihatmu, kuharap jiwamu itu
telah beresonansi dan mau belajar.
Sebab dirimulah...malapetakanya
Choi Beomgyu
[ Menahan kaki Gong Yoo ]
Shin Gong Yoo
[ Melihat merahnya mata Beomgyu
yang mencengkrami kaki kencang ]
Choi Beomgyu
[ Terisak ] Ej mājās...
"Pulang..."
Mana māte gaida
"Ibuku menunggu"
Shin Gong Yoo
[ Berjalan pergi ]
Choi Beomgyu
[ Memeluk kaki Gong Yoo ] Aaa...!
Kim Mikyung
[ Memegangi nampan kencang saat
menatap Gong Yoo yang bersedih ]
Shin Gong Yoo
[ Melirik ke bawah ] Go Eun sudah
tiada. Mikyung, kutitipkan padamu
Kim Mikyung
[ Tunduk ] Baik, tuan Shin
Choi Beomgyu
[ Merangkak ] Aaa! Aaa...!
Kim Jiwon
[ Mendengar isak tangis ]
Choi Beomgyu
[ Menangis rintih ] Mmmm...!
Orang-orang asing itu, aku tidak mengenal satu
dari mereka. Ras, etnis, kami tampak sama. Dan
hatiku tidaklah tentram. Mereka berbohong, hal
perihal ayahku 𝘿𝙐𝙈𝙈! mereka berdusta 𝙂𝘼𝙍𝙍𝙍!!
Lusinan nampan berisi bubur dan makanan bagi
'Sang Malapetaka', tidaklah tersentuh. Beomgyu
tergeletak lemas, bibir kering pucat yang penuh
darah itu enggan bicara maupun makan 𝙠𝙧𝙞𝙚𝙚𝙩𝙩𝙩
Kim Mikyung
[ Berlutut ] Tuan
Choi Beomgyu
[ Termenung diam ]
Kim Mikyung
Tolong makanlah meski sesuap
Kim Mikyung
Saya memohon, makanlah...
Choi Beomgyu
[ Nafas mulai melemah ]
Kim Mikyung
[ Khawatir melihat Beomgyu yang
diam sunyi tergeletak pada lantai ]
Kim Jiwon
📞 : [ Memandangi hutan ] Mm...Dia
wajah itu sangat mirip persis seperti
ayahnya. Generasi baru ya...
Kim Mikyung
[ Meneguk ludah ] Tuan Choi? Tuan—
Kim Mikyung
[ Menarik kencang ] Beomgyu!
Choi Beomgyu
[ Menatap Mikyung kejut ] Hh...
Kim Mikyung
[ Merasa iba ]
Choi Beomgyu
[ Bibir bergetar ] Mmm....
Kim Mikyung
[ Bergelinangan ] Aigoo...
Kim Mikyung
[ Memeluk ] Beomgyu...
Choi Beomgyu
[ Terisak ] Mmm...
Kim Jiwon
[ Melirik mendengar suara tangis ]
Kim Mikyung
[ Memeluk hangat ] Aigoo, bagaimana
ini? Usiamu sangat belia untuk topang
seluruh tugas itu. Kasihan sekali...
Choi Beomgyu
[ Lemah ] Eeemm...mm...
Aku tidak memahami satupun kalimatnya yang
terdengar rintih itu. Namun, pelukannya terasa
seperti daun gugur yang menguning, hangat...
Kendatipun begitu, sulit untukku menerima tiap
bagian yang gamblang. Dipaksa untuk mengisi
perut, satu suapan 𝙨𝙮𝙪𝙥𝙥 tak membuat perutku
tenang. Satu suapan lain 𝙨𝙮𝙪𝙥𝙥 tidaklah tenang.
Kim Mikyung
[ Menyuapi Beomgyu ]
Choi Beomgyu
[ Berusaha mengunyah ]
Kim Mikyung
[ Segera menyisiri rambut Beomgyu
mengusapi leher dengan lap hangat ]
Kim Mikyung
[ Merapikan ] Semua orang di rumah
putih, para penghuninya harus terus
nampak rapi. Kamu pun begitu, nak
Choi Beomgyu
[ Menggeleng perlahan ]
Kim Mikyung
[ Menatap Beomgyu ] Penghuni rumah
putih... jauh dari akal sehat masyarakat
awam. Kalian bukan bersembunyi, tapi
tidak tampak. Kalian para pekerja milik
Tuhan. Kalian yang setia dan tunduk
Kim Mikyung
[ Menunjuk hutan ] Sedangkan mereka,
para pemberontak Tuhan telah datang.
Mereka terus menunggu, membantai...
Memakan para jiwa-jiwa yang tersesat
Choi Beomgyu
[ Menarik jari telunjuk Mikyung agar
turun tidak menunjuk hutan seram ]
Kim Jiwon
[ Berdiri santai mengintip di pintu ]
Kim Mikyung
[ Melihat gestur Beomgyu ]
Choi Beomgyu
[ Memperlihatkan betapa menakutkan
isi luas-nya hutan di belakang rumah ]
Kim Mikyung
[ Mengangguk lalu menyuapi ]
Choi Beomgyu
[ Menepis mangkuk ] Aa' ahh...
Kim Mikyung
[ Menggerakkan bibir ] Arwah
Choi Beomgyu
[ Menarik-narik gelisah ]
Kim Mikyung
[ Mengernyitkan alis ] Iblis...
Choi Beomgyu
[ Tertunduk ] Hh...
Shin Gong Yoo
Membiarkannya berdikari, suatu saat
nanti, anak itu akan bertanya kepada
ayahnya di bawah langit nestapa
Choi Jisung
Biarkan dia berdikari
Shin Gong Yoo
[ Menaruh sebongkah emas ] Andai
ramalan itu benar, andai putra kecil
yang menunggumu itu bertanya—
Choi Jisung
Biarkan...putraku berdikari
Choi Jisung
[ Menatap ] Itu perintah, UNO
Choi Beomgyu
[ Memandangi luasnya awan ]
Kurasa terdapat sungai kecil disana. Pantulan
air memukau penghuni langit. Lantas, mataku
mampu melihat banyak hal. Laut pada langit...
Suara mereka memanggil dan menyambutku.
Episode 3: Jauni Varti, New Door
Kim Go Eun
[ Melihat jam raksasa ] Astaga, aku
betul-betul terlambat. Aku gila, dia
akan menangis [ Berjalan cepat ]
Choi Beomgyu
[ Memainkan puzzle lalu melihat
jarum jam berjalan begitu pelan ]
Segera masuk ke dalam rumah kecil yang tidak
kalah hangat dari atap para kaum elit, Ramona
langsung mendapati putra semata wayangnya
tidaklah menangis ataupun ketakutan 𝙠𝙧𝙞𝙚𝙩𝙩𝙩𝙩
Kim Go Eun
[ Mengintip ] Ben...?
Choi Beomgyu
Tadi ada tamu
Kim Go Eun
[ Mendekatinya ] Siapa?
Choi Beomgyu
Tidak tahu, aku tidak membukakan
pintu untuk orang asing. Tapi, saat
dia mendengar bunyi kembang api
di kota, dia segera pergi
Choi Beomgyu
Itu sangat aneh. Wajahnya terbakar.
Kurasa dia pun takut dengan cahaya
di langit. Orang itu punya kelip-kelip
mata yang sendu, itu menyedihkan
Kim Go Eun
[ Melirik ke arah pintu curiga ] Apa
kalian saling bertatapan dari pintu?
Choi Beomgyu
Ya, lubang pintu
Kim Go Eun
Wajahnya...hancur?
Choi Beomgyu
[ Mengangguk lugu ]
Kim Go Eun
[ Memeluk kepala Beomgyu sembari
mengusap-usapi matanya khawatir ]
ᴇᴘɪsᴏᴅᴇ 𝟹: ᴊᴀᴜɴɪ ᴠᴀʀᴛɪ, ɴᴇᴡ ᴅᴏᴏʀ
Lagi-lagi mimpi wanita dan pria pemakai khas
subjek sejarahwan di zaman Goryeo. Mungkin
jauh dari itu. Pagi yang melelahkan, Beomgyu
buka 𝙬𝙪𝙪𝙨𝙝𝙝 mata merahnya perlahan 𝘿𝙐𝙂𝙂!
Choi Beomgyu
[ Merasakan tekanan gelap ]
Kutukan
[ Membisiki kasar ] 𝙜𝙧𝙧𝙜𝙝...
Berdebar kencang, bagai remuk ditimpakannya
hawa panas mengerikan, sekujur tubuhnya kini
merejuk merinding kuat 𝘽𝙖𝙙𝙪𝙢𝙥 𝘽𝙖𝙙𝙪𝙢𝙥! dan—
Choi Beomgyu
[ Bergetar tidak bisa bergerak ]
Kutukan
[ Mengendus telinga Beomgyu ]
Para penjaga rumah hanok ( rumah tradisional )
sudah pada posisi. Putra UNO, kode 02 adalah
prioritas. Berjumlah 12 orang, mereka disiplin.
ɢᴇʀʙᴀɴɢ ᴀʟᴀᴍ ᴋᴇᴅᴜᴀ sᴜᴅᴀʜ ᴛᴇʀʙᴜᴋᴀ. ᴍᴇʟᴀᴍᴘᴀᴜɪ
ᴀᴘᴀ ʏᴀɴɢ ᴍᴀɴᴜsɪᴀ ɴᴏʀᴍᴀʟ ʙɪᴀsᴀ ʟɪʜᴀᴛ, ʙᴇᴏᴍɢʏᴜ
ᴍᴇᴍʙᴀᴡᴀ ᴛᴀᴋᴅɪʀ ɪᴀ ᴍᴀsᴜᴋ ᴀʟɪʜ-ᴀʟɪʜ ᴍᴇɴɢʜɪɴᴅᴀʀ
sᴇᴘᴇʀᴛɪ ʏᴀɴɢ sᴀɴɢ ɪʙᴜ ʜᴀʀᴀᴘᴋᴀɴ.
Choi Beomgyu
[ Tertatih lirih ] Hh...ee' ee...
Kutukan
[ Menekan dada Beomgyu ]
Choi Beomgyu
[ Bergetar hebat ] Mmm....mm!
Kutukan
[ Menatap Beomgyu ] 𝙝𝙝𝙜𝙜𝙜𝙝!
Choi Beomgyu
[ Melotot kencang ] Aaa—
Kutukan
[ Memekik ] 𝘼𝘼𝘼𝘼𝘼𝘼!!!!
Choi Beomgyu
[ Mimisan ] AAAAAAA!!!!!!
Sendok kuah pun jatuh. Mikyung meninggalkan
dapur, berlari risau menuju kamar terujung. Tak
lupa Kim Jiwon sudah siap dengan cincin di jari.
Sengaja kamarnya tidak dipasangi kunci 𝙜𝙧𝙧𝙩𝙖𝙠 untuk sekedar berjaga-jaga. Angin 𝙨𝙬𝙞𝙨𝙝𝙝𝙝 pun
memperlihatkan gorden putih yang hampa dan
anak lelaki itu, wajahnya dipenuhi darah dalam
hidung, serta bibir pucat yang terkelupas liar.
Choi Beomgyu
[ Memandangi atap kamar menganga
melotot disebabkan oleh syok berat ]
Kim Mikyung
[ Menutup mulut ] Astaga...
Kim Jiwon
[ Menahan ] Ambilkan es batu
Kim Mikyung
[ Segera berlari menuju dapur ]
Choi Beomgyu
[ Melirik dipenuhi rasa takut menatap
Kim Jiwon berderai air mata pilu jiwa ]
Sejak saat itu, hanya ada tulang pada Beomgyu
yang enggan makan atau minum. Mata berurat,
merah enggan ditidurkan. Malam menjadi sibuk
karena tantangan. Beomgyu, oh Choi Beomgyu.
𝘾𝙝𝙤𝙞 𝘽𝙚𝙤𝙢𝙜𝙮𝙪...𝙊𝙝 𝘾𝙝𝙤𝙞 𝘽𝙚𝙤𝙢𝙜𝙮𝙪
Choi Beomgyu
[ Berjalan rintih tanpa sandal di atas
salju hingga telapak kaki mulai biru ]
Kim Mikyung
[ Memanggil para bodyguard agar
mencari Beomgyu yang lari kabur ]
Kim Jiwon
[ Melihat bekas jejak kaki kecil masuk
ke dalam area perhutanan yang lebat ]
Choi Beomgyu
[ Memukul-mukuli telinga ketakutan
karena merasa tersesat di alam liar ]
Terbaring membeku dikerubungi kutukan yang
siap memakannya hidup-hidup, Choi Beomgyu
terus menangis berharap sang ibu mau datang
untuk menjemput. Mulutnya pun terbuka lebar.
Kutukan
[ Memaksa masuk ke dalam tubuh
Beomgyu sembari memanggilnya ]
Choi Beomgyu
[ Bibir akan robek ] Kkhh!
Kim Jiwon
[ Mengetuk cincin di jari manis
sembari maju merapal kalimat ]
Kutukan
[ Memandang Jiwon benci saat
menaruh jari di dada Beomgyu ]
Choi Beomgyu
[ Berderai air mata ] ( Tolong...aku )
Kim Jiwon
Kembalilah pada tempatmu!
Kutukan
[ Memekik marah ] 𝙜𝙝𝙧𝙝𝙝𝙝!!
Choi Beomgyu
[ Menganga kejang ketika nyawa
sudah siap berada di ujung nafas ]
Rintik salju, sunyi dunia. Fenomena tegang saat
ini bukanlah simulasi hidup. Membiru, bekasnya
mengotori bibir Beomgyu yang terluka. Tertatih
risau Kim Jiwon menopang patah tengkuknya—
Choi Beomgyu
[ Mendengar suara tulang ] Akk!
Kim Jiwon
Maafkan aku, hanya itu caranya untuk
meluruskan dislokasi tulangmu. Cepat
bangun, kita harus kembali ke rumah
Kim Jiwon
Jika kamu ingin memahami apa yang
baru saja terjadi, pelajarilah apa saja
yang terjadi hari ini...nak
Choi Beomgyu
[ Perlahan tidak sadarkan diri ]
Bagai kura-kura dalam aquarium, waktu terasa
begitu lambat. Dikelilingi pembatas transparan,
Beomgyu merasa terkurung. Ia tidak tahu— ɪᴅᴇ
si tolol mana yang membawanya ke Daegu.
Kim Jiwon
[ Menatap Choi Jisung ]
Choi Beomgyu
[ Terkulai pingsan ]
Choi Jisung
[ Mengusapi darah di hidung Beomgyu
menggunakan jari sembari menahan ]
Kim Jiwon
[ Segera berdiri tegap menuruni arah
mata penuh oleh perasaan bersalah ]
Choi Beomgyu
[ Gumam lirih ] Bunda...
Jiwon dan Jisung pun menukar pandangan. Kata
ibu menjadi hal pertama yang Beomgyu pelajari
dari bahasa Korea tanpa diberitahu. 𝘿𝙪𝙜 𝙙𝙪𝙜 𝙙𝙪𝙜
semangat Kim Jiwon kembali berkobar-kobar.
𝙂𝙧𝙖𝙠𝙠𝙠!!! Ia seret meja dan kursi kayu elit masuk ke dalam kamar Beomgyu. Terbentang 𝙎𝙧𝙖𝙨𝙝𝙝𝙝!
alas. Di atasnya, ditebarkan puluhan kerikil, abu
tulang, bangkai hewan dan ranting mengerikan.
Choi Beomgyu
[ Memeluk lutut di sudut kamar
tertunduk mendengar bisikan ]
Kim Jiwon
Perhatikan dan pelajari, hei
Kim Jiwon
[ Menghela nafas ] Aku tahu kamu
mendengarnya. Kamu mendengar
suaraku. Jangan berpura-pura nak
Kim Jiwon
[ Mengernyitkan alis kesal, langsung
mencengkram kaki kanan Beomgyu ]
Choi Beomgyu
[ Melotot kejut ] Hh...!
Kim Jiwon
[ Menarik kaki Beomgyu kasar lalu
diduduki berhadapan pada meja ]
Choi Beomgyu
[ Memberontak ] Aa' aaa...
Kim Jiwon
[ Menahan ] Bukankah itu membuat
dirimu frustrasi? Seberapa kencang
kamu menolak, tidak akan ada satu
orang pun yang memahamimu, bisu
Choi Beomgyu
[ Mendorong-dorong ] Aaa!
Kim Jiwon
[ Marah ] Kamu tidak bisu!
Choi Beomgyu
[ Tidak sengaja mencakar ]
Tamparan 𝙋𝙇𝘼𝙆!! pun menjadi penentu. Seumur
hidup, Beomgyu tidak pernah mendapatkannya.
Kini matanya mau memandang wanita, amarah
sedang menguasainya. Namun, batu jiwa itu—
Choi Beomgyu
[ Bergelinang air mata ]
Kim Jiwon
[ Menunjuk wajah Beomgyu ] Itu,
itu namanya "menangis". Geraki
bibirmu dan katakan "menangis"
Kim Jiwon
[ Memegang dada Beomgyu ] Ini
terasa sesak, maka dari itu kamu
menangis. Ini adalah "emosi"
Choi Beomgyu
[ Melihat tangan Jiwon sedang
menekan tegas pada dadanya ]
Kim Jiwon
[ Memegang pipi Beomgyu ] Ketika
kamu bersedih, kamu menangis. Ini
adalah hasil dari emosi, "air mata"
Choi Beomgyu
[ Menatap Jiwon heran ]
Kim Jiwon
Dan namamu...Choi Beomgyu
Kim Jiwon
Nama, identitasmu, Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menoleh ke arah pintu ]
Kim Mikyung
[ Memegangi nampan berisi bubur
kemudian segera tersenyum lirih ]
Kim Jiwon
[ Menarik dagu Beomgyu ] Fokus!
Identitasmu Choi Beomgyu. Ayo!
Choi Beomgyu
[ Terbata-bata ] Mm...mm...
Kim Jiwon
Kamu tidak bisu, dengarkan aku.
Nama, Choi Beomgyu, Beomgyu
Choi Beomgyu
[ Menuruni pandangan ] Choi
Kim Jiwon
[ Menaikkan dagu Beomgyu ] Lihat
aku dan katakan namamu. Ulangi!
Choi Beomgyu
[ Tidak mengerti ]
Kim Jiwon
[ Yakin ] Choi Beomgyu
Kim Jiwon
[ Memperjelas bibir ] Beomgyu
Kim Jiwon
[ Mengangguk ] Choi Beomgyu
Choi Beomgyu
Choi...Beomgyu
Kim Jiwon
[ Luluh ] Mm, Choi Beomgyu...
Sejak saat itu, Beomgyu terus berkurung dalam
kamar. Dengan 𝙜𝙧𝙚𝙗 meja dipenuhi hal-hal yang
seram. Abu, tulang belulang, bangkai serta bau
khas dari Hutan luas di belakang rumah mereka.
Choi Beomgyu
[ Berusaha merangkak ]
Kim Jiwon
[ Menarik kaki Beomgyu ] Yaaa!
Choi Beomgyu
[ Dagu terhentak lantai ] Akk!
Kim Jiwon
[ Mencengkram ] Lihat ini!
Choi Beomgyu
[ Ketakutan melihat bangkai saat
mencium bau hutan yang seram ]
Kim Jiwon
[ Memeluk Beomgyu dari belakang
menahan tubuhnya agar tidak lari ]
Kim Jiwon
[ Mengarahkan tangan Beomgyu
agar mau memegangi abu mayat ]
Choi Beomgyu
[ Bergidik merinding ]
Tubuh Beomgyu begitu kecil dan lemah. Jemari
putih pucat itu membuat gagasan ke-ibuannya
menjadi nampak. Begitu pula Mikyung, senyum
di bibir mulai terlihat berdasar kelegaan hatinya.
Hal pertama yang kupelajari adalah emosi. Hati
memengaruhi psikis maupun fisik. Bahasa yang
asing mulai terdengar familiar, begitu pula para
wajah pria berjas hitam yang berbaris rapi 𝙜𝙧𝙧𝙧
Choi Beomgyu
[ Memegangi ubin pintu untuk berdiri
memandangi mobil mewah melintas ]
Kim Jiwon
[ Melepas kaca mata hitam ]
Choi Beomgyu
[ Menoleh melihat meja belajar yang
nantinya akan dipenuhi barang bau ]
Kim Jiwon
[ Memarkirkan mobil ]
Yang kutahu, wanita itu bernama Kim Jiwon. Ia
memiliki marga yang sama seperti ibuku. Sama
pula seperti Kim Mikyung. Setiap kutanyai, dua
orang itu bagai burung tanpa paruh 𝙨𝙧𝙖𝙨𝙝𝙝
Choi Beomgyu
[ Melihat mobil Jiwon ]
Kim Jiwon
Salah jika aku mengendarai mobil
sport masuk ke dalam desa? Aku
ini fancy. Ambil mejamu, cepatlah!
Choi Beomgyu
[ Segera mengangkat meja ]
Kim Jiwon
[ Duduk di atas bebatuan ] Hh...
Ntah sampai kapan aku harus...
terjebak dengan si culun ini
Kim Jiwon
Hei, sejak kapan rambutmu itu
terlihat begitu panjang? Kamu
baru saja sampai di Daegu
Kim Mikyung
Maksudmu, 3 bulan yang lalu
Kim Jiwon
[ Melihat sekitaran ] Musim semi?
Agh, aku melewatkannya karena
harus mengurusmu. Ck, aish...
Kim Jiwon
[ Gumam ] Lagipula, mengapa UNO
harus menunjukku di bagian-bagian
menjijikkan seperti ini?
Choi Beomgyu
[ Merapikan posisi bangkai tikus ]
Kim Jiwon
[ Meliriki ] Anak ini tidak spesial. Dia
hanya disebut dalam mimpi si kakek
tua bangka yang ingin menjadi UNO
Kim Mikyung
Tuan Kim Chang Wan— tak pernah
salah dalam menafsirkan mimpi. Itu
bukanlah pernyataan yang baik
Kim Jiwon
[ Melihat merah di pipi Beomgyu ]
Ya, aku tahu itu. Pasti ada alasan,
mengapa aku yang terpilih...
Choi Beomgyu
[ Menatap Jiwon ]
Choi Beomgyu
[ Menaikkan satu alis ]
Kim Jiwon
Aku terlalu hebat. Jadi, jangan jatuh
cinta denganku. Aku sudah menikah
Choi Beomgyu
[ Melihat cincin di jari Jiwon ]
Aku tidak pernah tahu definisi cantik. Dimataku
hanya ada Ramona, Kim Go Eun namanya. Aku
melihat banyak para penjaga terus meliriki dan
tampak kagum pada Jiwon yang sebenarnya—
Choi Beomgyu
( Dia jauh lebih seram dari hantu )
Kim Jiwon
[ Memandangi hutan yang gelap ]
Ini bulan ke-empat. Salju telah pergi. Hari ulang
tahun di bulan Maret menjadi alasan baru untuk
diriku berlunjak. Terbata-bata, kupinta padanya.
Dua wanita itu memandangiku berbeda 𝙬𝙨𝙨 𝙬𝙨𝙨
Kim Mikyung
[ Menatap Jiwon kebingungan ]
Kim Jiwon
[ Menghiraukan Choi Beomgyu ]
Choi Beomgyu
[ Menghalangi ] Aku...
Choi Beomgyu
Aku ma- ingin ibu...
Kim Jiwon
[ Gumam ] Ketika sudah tidak bisu,
bibirnya terus berkicau hal bodoh
Choi Beomgyu
[ Memohon ] Ibuku, ibuku...
Kim Jiwon
Perbaiki pronounce-mu paboya...
Choi Beomgyu
Ibuku, Ramona, Latvia
Choi Beomgyu
[ Lirih ] Ramo- Kim Go Eun
Choi Beomgyu
To- tolong...ibuku
Kim Jiwon
[ Tegas ] Ambil...mejamu
Choi Beomgyu
[ Jatuh untuk berlutut ]
Kim Mikyung
[ Menutup mulut ] Astaga
Kim Jiwon
[ Amarah mulai mengepul ]
Choi Beomgyu
[ Menyatukan kedua tangan memohon
pada Jiwon agar membawa ke Latvia ]
Kim Jiwon
[ Meliriki ke arah halaman luar ]
Choi Jisung
[ Memandangi wajah Beomgyu ]
Choi Beomgyu
[ Bergelinangan ] Ibuku...
Kim Jiwon
[ Tajam ] Berdiri, cepat berdiri.
Hei bodoh, cepatlah bangun...
Shin Gong Yoo
Berikan titahmu...Maka segera
kulakukan. Tentukanlah, Jisung
Choi Jisung
Biarkan putraku...berdikari
Choi Beomgyu
[ Terkejut ] Hah?
Kim Jiwon
Ibumu sudah mati. Kembali ke Riga
pun tak akan menghasilkan apapun.
Jadi, jangan membuang waktu baik
itu waktuku maupun waktumu
Kim Jiwon
Bangunlah atau kubawakan semua
kutukan dalam hutan masuk dalam
mulutmu untuk kedua kalinya. Aku
tidak main-main, Choi Beomgyu
Choi Beomgyu
Bunda...sudah mati
Kim Jiwon
Oo dia sudah mati
Choi Beomgyu
Aku.....aku bisa menciumnya.
Dia masih disini, bersamaku.
Melihat...melihatku, dari jauh
Choi Jisung
[ Berjalan pergi ]
Kim Jiwon
[ Mengernyitkan alis ]
Choi Beomgyu
[ Menoleh ke arah luar rumah
melihat pria berpundak lebar ]
Kim Jiwon
[ Melotot ] Tidak!
Choi Beomgyu
[ Bangun segera berlari ]
Choi Jisung
[ Berhenti berjalan ]
Choi Beomgyu
[ Berlari kencang tanpa sandal
menapaki rumput hijau segar ]
Kim Jiwon
[ Mengejar Beomgyu ] Beomgyu!
Choi Jisung
[ Melirik lalu menoleh perlahan ]
Choi Beomgyu
[ Berhenti berlari ] Hh...hh...
Choi Jisung
[ Menatap mata Beomgyu ]
Rasanya seperti melihat cermin neraka. Harum
ibuku ada padanya. Begitu pekat, kelam sudah
para penghuni hutan di pegunungan. 𝙒𝙨𝙨 𝙬𝙨𝙨𝙨
mereka berbisik dan berlutut pada sang UNO.
Choi Beomgyu
( Dia...siapa? )
Shin Gong Yoo
[ Memperhatikan raut wajahnya ]
Choi Jisung
[ Melihat kelupas di bibir Beomgyu
dengan tubuh yang begitu kurus ]
Choi Beomgyu
[ Mengernyitkan alis merasakan aura
kental dari tubuh Jisung yang absurd ]
Shin Gong Yoo
( Tidak mungkin. Aku tahu mata itu.
Kim Chang Wan benar, anak dalam
ramalan ini akan membawa petaka )
Choi Beomgyu
[ Melihat pedang menancap di dada
Gong Yoo lalu melihat dada Jisung ]
Choi Jisung
[ Maju perlahan ]
Choi Beomgyu
[ Tertatih mundur ] Hh...
Choi Jisung
[ Berhenti mendekatinya ]
Choi Beomgyu
[ Segera mundur ketakutan ] Mmm...
Choi Beomgyu
[ Berlari menuju Mikyung lalu memeluk menyembunyikan wajah karena takut ]
Choi Jisung
[ Melihat betapa eratnya Beomgyu
saat memeluk tubuh Kim Mikyung ]
Shin Gong Yoo
[ Smirk ] Itu salahmu sendiri, Jisung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!