'Tuk tuk tuk ....'
Suara kecil tidak menimbulkan riak apapun di gurun yang membentang luas.
'Tuk ... tuk ... tukk ....'
Menelusuri suara itu! Terdengar diantara bebatuan hitam yang hanya memiliki celah sempit. Didalam celah, serpihan-serpihan batu berserakan, dan salah satu kerikil seukuran ibu jari ... tampak bergetar, dan pasir disekitarnya bergejolak naik turun.
'Tuk ... tukk ....'
Itu hanya batu hitam kecil biasa tapi, bagi apapun dibawah sana ... tampak seperti memiliki berat ribuan pon.
Hingga ... setengah jam suara 'tuk tuk ....' terus bergema diantara celah, sebelum sehelai daun biru muncul dan melilit batu.
Memiliki warna yang sangat mencolok, berbeda dengan keadaan sekitar! Sang daun yang membungkus kerikil hitam, memindahkannya kesamping. Lalu, daun yang entah darimana asalnya ini ... keluar, hingga menampakkan dua akar putih berjalan seperti kaki.
"WOAHHH ... AHIL NA BEBACCCC CUGAAA!!!"
Suara cadel susu yang membuat siapapun mendengar candu ... berdengung, bersamaan dengan sang daun kecil yang tampa melompat senang.
Menatap kiri kanan! Seolah memahami lingkungan sekitar ....
"Celakang, Bonbon bica cali mama na," ucap daun kecil, sebelum melihat kembali kearah kerikil dan seperti saat dia keluar ... daun biru menggulung batu hitam, memindahkannya ketempat semula.
"Janan lucak alam! Nanti Mama Bonbon na malah."
Dari celah sempit, daun kecil dengan panjang sejengkal jari tangan manusia ... menyembul untuk melihat keadaan sekitar.
"Mana aa ... Bonbon haluc pigi! Mama pun, Ndak ada kaci tau mana lumah balu kita ...."
Dia baru keluar dari benih, terpisah dengan sang Mama dan harus segera kembali. membayangkan bisa bermanja-manja dengan Mama nya yang cantik dan anggun! lalu Mama akan memujinya karena berhasil tumbuh ... daun kecil mengeluarkan uap panas, dan penuh tekat untuk segera memulai perjalanan.
"Mama ... Bonbon na datang!!"
Dua akar putih pendek mengambil langkah pertama! Seperti kaki manusia ... berayun kiri kanan, hingga langkah lainnya tercipta.
Pasir coklat, batu hitam, dan langit kuning cerah! Sang daun dengan warna biru muda, tampak berbeda di dunia yang aneh ini.
Melihat keatas pada matahari bersinar terik, daun kecil mengalihkan tatapannya kebelakang! Sudah sejauh apa dia berjalan?
"Napa maci cini ...." keluh Bonbon, menatap sedih celah di bebatuan. Bahkan! Dia belum meninggalkan bayangan batu besar, padahal sudah lelah dan lama berjalan.
"Cemanat Bonbon! Hmpp ... kalau temu Mama na nanti, Bonbon haluc minta ail becal buat kamal tidul."
Menatap kembali jarak yang baru ditempuh, yang baru setengah meter saja! Helaan nafas samar terdengar, sebelum dua akar putih kembali melangkah.
Hidup itu sulit bagi daun kecil ini ... maka dari itu! Saat dia berjumpa dengan mamanya nanti, Bonbon akan meminta kolam besar dengan air jernih untuk tempat istirahatnya.
Matahari bersinar semakin condong, dan setelah satu jam berjalan ... Bonbon akhirnya meninggalkan bayangan batu.
'Krrasssssshhhh ....'
Daun kecil tertegun, ketika melihat uap panas serta suara berdesir barusan. Apa itu? menatap kiri kanan waspada, hingga rasa hangat menjalar dari kaki ... ah, tidak, itu akarnya.
"HUAAAAA ...."
Sang rumput berteriak, berjingkrak-jingkrak dengan sebelah akar putih menggulung.
"Huhuhuhu ... Mama, tebakal kaki Bonbon na," tangis pilu si kecil, menatap bagian bawah akar yang menghitam.
'Krassssssshhh ....'
Dan suara itu kembali terdengar lagi, tepat ketika matahari mengalihkan bayangan batu ... Sehingga panas langsung menyerang tubuh Bonbon.
"AAAAA ... PANACC!!"
Daun biru yang mulai kemerahan, berlari sekuat tenaga menghindari panas.
"JANAN! JANAN KEJAL BONBON LAGI ... HUAAA ... MAMA!!!"
Planet gurun ini memiliki iklim yang aneh. Terkadang, matahari seperti berhenti bergerak, namun didetik berikutnya ... bergerak seolah porosnya diputar kuat.
Tapi apapun itu ... derajat panas gurun, bukan sesuatu yang bisa ditanggung oleh rumput kecil.
Bayangan panas mengenai punggung daun kecil, membuat Bonbon melompat ... sebelum menambah kecepatan.
"hocc hocc hoccc ...."
Menghela nafas berat! Akhirnya, Bonbon kembali kedalam celah batu hitam.
"huhhhh ... celamat."
Tergeletak disana sambil menatap panas menyengat diluar! Si kecil memutuskan untuk tidak keluar dahulu hingga malam datang.
Ya! Itu lebih baik. panas tempat ini benar-benar membakar helai daunnya yang kecil.
Namun sesaat kemudian! Sang daun bangkit ketika merasakan sesuatu.
"Uhh ... hauc ... CETAGA ... Bonbon na Lom minom aeell."
Panik melanda daun kecil. Bagaimana tidak, dia adalah spesies tanaman yang tumbuh ditepi sungai jernih.
Air adalah separuh hidupnya! Dan dai keluar benih hingga berlarian diatas pasir! Dia belum mendapat air setetes pun.
"Mama, mati lah Bonbon cini. Huhuhu, Ndak dapat Bonbon temu Mama na lagi," tangis pilu kembali terdengar, berdengung diantara celah batu.
Pinggiran daun memucat, berkurang kadar biru berarti berkurang kadar air.
"Kan! Ndak cantik lagi Bonbon na ...."
Mengeluh sambil menatap panas diluar sana, jika menunggu malam ... maka sudah dipastikan, dia akan m4ti dalam keadaan haus, berakhir disini tanpa bertemu dengan sang Mama.
"Cemana ni! Lual panac, dalam Ndak ada ail ...." Si kecil panik, tubuhnya mulai memucat yang menandakan dia kekurangan kadar air.
Maka dari itu! Dengan langkah berani, Bonbon kembali mendekati tepi celah, dan menatap bentang gurun dikejauhan.
"catu ... lua ... tiga!!"
Dengan langkah cepat, Bonbon berlari keluar sebelum sesaat kemudian, kembali lagi ketempat semula dengan daun yang terpanggang dan mengeluarkan uap panas.
"huhuhu ... mati lah Bonbon Kat cini ...."
Terbaring lemas tak berdaya! Sang rumput yang baru tumbuh akhirnya pasrah dengan apa yang terjadi padanya.
Semua bagian tubuh Bonbon mulai memucat, tapi matahari diluar sana tidak bergerak untuk memunculkan malam.
Apakah dia benar-benar akan berakhir disini? Bonbon yang masih menunggu makin takut.
Daun kecil mulai terengah, terkulai ketika bersandar pada dinding batu.
Bagi manusia, batu ini termasuk bebatuan kecil diatas gurun. Tapi bagi Bonbon yang memiliki ukuran mini sejengkal! Ini seperti dua gunung yang melindunginya dari terik Matahari.
"Macici batu na, cebab celamat Bonbon. Celakang, kita manteman, ya!" seru sikecil berterimakasih pada sang batu.
"Kalau celamat Bonbon! Batu na Bonbon bawa tempat Mama, tluc blenang macama kita kat ail becal puna Bonbon," lanjut si kecil membayangkan dirinya berenang di kolam besar, bersama dua batu hitam disamping.
"Uhhh ... ail, Bonbon mau ail ...."
Rumput kecil akhir nya tumbang, dan perlahan merangkak menuju panas matahari.
karena gelombang panas diluar, serta kekurangan air dalam tubuh! Fatamorgana terbentuk dalam penglihatan si kecil.
jauh disana ... kolam dengan air jernih membentang luas. Sang Mama tumbuh dengan akar kuat dan tampak anggun. Berdiri disamping, seluruh saudaranya berjejer ditepi kolam! Meliuk, memanggil Bonbon.
"Bonbon na datang, tuguu Bonbon ... Mama, codala!!"
Bergerak perlahan, rumput kecil yang memanggil lemah mulai keluar dari bayangan batu.
Segera suara 'krasss' hebat terdengar, dan Bonbon tidak menyadari kalau dia mulai terpanggang lagi.
"Ail, Bonbon mau ail ...."
Tampak menyedihkan, satu-satunya rumput mutan yang hidup di gurun, hampir mendekati ambang kem4tian.
Hingga ....
Suara menderu halus terdengar mendekat, Bonbon yang tidak merasakan panas ... juga tidak mendengar suara itu.
Terlihat dari jauh! Mesin yang menyerupai motor melayang, berhenti beberapa meter dari batu tempat Bonbon berada.
Seperti suaranya yang halus, buliran pasir tidak terbang oleh kedatangan benda aneh itu.
Seorang pria berbadan tegap, dengan pakaian ketat melekat dibadan! Turun tanpa melepas helm dari kepala.
Mendekati rumput yang merangkak lemah diatas pasir, kemudian menyambar sesuatu yang terlampir diikat pinggang.
'Currrrrrr ....'
Aliran air membasahi tubuh Bonbon, membuat sang rumput terdiam dan dengan kecepatan yang bisa ditangkap mata ... daun pucat kembali membiru.
"AIL? BONBON NA DAPAT AIL?" teriak girang Bonbon, mulai berdiri menikmati pancuran besar dari atas.
"Khe ... mutan yang bisa berbicara, eh? lucky ...."
Suara bass bergema, saat itulah Bonbon sadar akan kehadiran sosok besar disamping! orang yang memberinya air, dan membuat sang rumput hidup kembali.
Daun Bonbon bergetar hebat. Dalam ingatan benihnya, Bonbon pernah mendengar sang Mam membicarakan sesuatu dengan tetangga keladi daun besar.
Mereka, rumput air, adalah jenis yang paling disukai oleh makhluk yang disebut kambing.
Dari ujung daun hingga akar yang manis! kambing tidak menyisakan sedikitpun tubuh mereka setelah dimakan.
Mundur perlahan, mendongak menatap sosok itu! Bonbon ketakutan setengah mati.
"Mbing, Ja-janan mamam Bonbon, ya ...."
Dari pori-pori daun kecil, tetesan air terbentuk dan mulai membasahi pasir dibawah.
Pria didepan yang mendengar ini berkerut bingung dibalik helm hitam, melihat rumput biru kecil kembali memucat.
"HUAAAA ... BONBON NDAK MAU MAMAM MBING!!!"
Dan benar saja, si kecil menangis histeris, membuat sang penyelamat terdiam ditempat.
Apakah dia ... memang seseram itu dimata mutan?
To be Continue
LORDGION DE ESTES! Bintang utama yang dijuluki permata diatas permata, oleh semua penghuni bintang-bintang di alam semesta ini.
jika kamu mendapat E-terminal (kartu identitas) dari Lordgion, maka dia sudah setara dengan orang kaya ... meskipun
hidup dipinggiran salah satu planet disana.
Raja dari berbagai bintang, bangsawan, serta para selebriti terkenal ... menjadikan Lordgion sebagai pencetus seseorang berasal dari kalangan atas, elit, dan bermartabat.
Sementara itu, berada jauh dan terpencil! Bintang Calamitas, atau bintang kemalangan ... merupakan lawan nasib dari Lordgion.
Siapapun yang memiliki E-terminal kependudukan Calamitas, dijamin sepanjang hidup orang itu akan dipandang rendah.
Planet-planet disana memiliki iklim aneh. Panas sangat panas, dingin sangat dingin ... Dan terkadang, bisa dingin atau panas sepanjang tahun.
Selain cuacanya yang tidak menentu! Monster dan Mutan juga banyak berkeliaran, hidup bebas tanpa bisa dikendalikan oleh federasi antarbintang dan militer.
Monster, atau makhluk yang terkontaminasi virus kosmik, tidak terlalu menjadi ancaman bagi manusia.
Tapi Mutan! Tumbuhan yang beregenerasi sehingga memiliki kekuatan luar biasa, benar-benar telah menjadi momok dalam rasa takut semua orang.
Bagaimana tidak! Makhluk yang dulunya lemah menurut legenda bumi kuno, kini benar-benar mengambil alih peradaban dunia. dimanapun kalian melihat Mutan ... sebaiknya lari, cepat berlindung sebelum dihancurkan.
Tapi apa yang terjadi sekarang? Belian, komandan pasukan batalion lima, membawa dan memelihara mutan diruangan pribadinya sendiri?
"Hahh ... aku pasti sudah gila," ucap Belian sambil menuangkan segelas air kedalam pot tanaman kecil ditepi jendela.
Terlihat disana sehelai rumput biru sedang meliuk daun, menikmati setiap tetesan air.
"Ail na kulang, tambah cikit lagi lah," ucap si kecil setelah membuka lilitan, dan menatap cangkir kosong yang tergantung diatas.
Tapi saat Bonbon mengalihkan tatapan pada wajah Belian! Bekas luka yang membentang diwajah pria itu, serta mata setajam elang, cukup membuat rumput kecil kaku, tidak berani berucap apapun lagi.
"Maap, tadi Bonbon na Ndak cakap pa-apa." Mutan itu menunduk takut, bahkan ujung daun Bonbon bergetar hebat.
Belian hanya mengangkat alis, cukup tertarik dengan suara rumput kecil didalam pot.
"Mengapa kamu berhenti bicara?" tanya Belian menyentuh ujung rumput yang bergetar, kemudian terkekeh ketika seluruh tanaman termasuk pot juga ikut bergetar.
"Apakah wajahku memang seseram itu?" gumam sang pria, kembali menuangkan air kedalam cangkir dan kembali menyiram si kecil.
"Uwaaa ... cegal na ... celaca celatuc taun lebih muda ...."
Bonbon yang tadi tertunduk lesu kini menggoyangkan tubuh senang, sementara akar ditanah menyerap semua air.
"Mbing! Tau Ndak mana lumah Mama na Bonbon? Bica antal Bonbon Kat Cana? Kalau Ndak bica, tunjuk caja jalan na, bial Bonbon Cali cendili Mama cama codala na!?"
Benar-benar tidak memiliki rasa waspada sama sekali.
Hanya disiram air, rumput ini sudah berbicara akrab dengan Belian, tanpa hirau rasa takut yang tadi dirasakan.
Bagaimana mutan seperti ini muncul ditengah-tengah gurun pasir berbahaya itu?
mengusap rambut putih kebelakang, "tidak, aku tidak tau dimana mamamu," tanggap Belian, membuat anggukan samar terlihat pada sang rumput.
"Oo ... Ndak tau mbing na Mama Bonbon. Ndak apa lah! Becok Bonbon cuga temu Mama na."
Air dalam gelas kedua pun habis, dan sang rumput akhirnya puas hingga helaan nafas kecil terdengar.
Kalau Belian pergi memeriksa otaknya saat ini! Sudah pasti sistem medis menganggapnya gila. Hey! Mutan mana yang bisa bicara?
dalam 8400 tahun kalender antarbintang! Belum ditemukan mutan yang bisa berbahasa manusia, ditambah lagi ... kecil, mungil, dan 0% daya rusak!?
"Hahhh ... aku benar-benar sudah gila sekarang."
****
Belian Lynks! Seorang komandan perang yang sudah berusia 50 tahun tahun ini. Meskipun berusia 50 tahun, tapi dibandingkan umat manusia yang bisa hidup sampai umur 250 tahun, Belian masih digolongkan sebagai remaja yang baru beranjak dewasa.
Diangkat menjadi komandan pasukan batalion lima dan diberi tugas memantau salah satu planet dibintang Calamitas! Sudah cukup menggambarkan bagaimana kondisi pasukan yang tidak sampai 100 orang prajurit, dan dia komandoi.
Orang-orang elit diatas, ingin menghabisi si bakat muda.
Hanya karena Belian terlahir di salah satu planet dalam bintang kemalangan! Dia dipandang rendah oleh semua orang, sekaligus duri dalam daging bagi semua petinggi.
Ya ... orang-orang diatas merasa terhina, tentu saja. Seorang dari kalangan bawah, merangkak, dan menjadi komandan pasukan termuda dalam kemiliteran? Wajah para petinggi militer pasti tertampar karena ulah dan kemampuan Belian.
Hari ini, pria berbadan tegap dengan tinggi 190 cm ... menaiki motor melayang kesayangannya, dan bermaksud patroli sendirian di gurun.
oh, benar! Pasukannya ditempatkan di planet sahara, Sahara Calamitas. Planet dengan gurun terluas yang ditumbuhi batu meteor hitam.
100 tahun belakangan! Para monster serta Mutan, diberitakan terus mengamuk dan memporak-porandakan gurun planet ini. Dan manusia yang awalnya bermukim disini ... Pindah ke planet lain, mencari tempat untuk hidup yang lebih baik.
Ya, planet ini telah ditinggalkan. Monster ganas dan Mutan merajalela! Siapa yang sanggup bertahan dan menunggu kematian ditempat ini?
Hingga kabarnya, beberapa monster terbang berniat menembus lapisan pelindung kosmik dan berpindah ke planet lain!?
Karena berita inilah, para petinggi yang berniat melengserkan Belian dari jabatan militer, menggunakan alasan patroli sebagai nama lain dari hukuman m4ti nya di planet sahara.
"Khe ... Tidak perlu repot-repot untuk berurusan denganku!" seru Belian memutar gas motor, hingga mesin semakin melaju kencang.
Berhenti disalah satu batu tertinggi! Belian yang memiliki kekuatan angin, dengan mudah melompat dari tana sampai kepuncak.
Inilah alasan mengapa manusia antarbintang bisa bertahan dari serangan Monster dan mutan, dan juga alasan Belian bisa masuk anggota militer ... karena manusia telah berevolusi, sehingga memiliki kekuatan super ditubuh.
Jika kamu terlahir dengan kekuatan tingkat B, A, dan S, kamu disebut berbakat hingga anak tuhan.
Jika itu tingkat D dan C, setara manusia biasa pada umumnya.
Tapi, bagaimana kalau tingkatnya rendah, E, F, G? Maka, kamu disebut c4cat dan tidak berguna.
kebanyakan, manusia yang lahir dalam planet bintang kemalangan! Rata-rata memiliki tingkat kekuatan F dan G. E, juga ada, tapi jarang. Namun Belian, pria ini adalah kasus langka, dimana kekuatan anginnya telah berada dilevel B saat berusia 20 tahun, dan terus naik hingga level S diumur 45 tahun.
Dalam 25 tahun bisa naik dua level? Bakat Belian cukup mengguncang galaksi.
"Coba kita lihat, apakah kep4rat itu tidak muncul juga hari ini?"
Mata yang bisa melihat hingga jarak setengah kilo meter! Belian menatap kejauhan, namun tidak ditemukan tanda-tanda makluk mencurigakan apapun.
"Apakah mereka ketakutan karena kehadiran ku? Tidak mungkin. Atau ... semua monster dan mutan sudah pindah!?"
berbicara sendiri menjawab sendiri, Belian yang terus patroli seminggu belakangan ini ... Merasa jenuh karena tidak bertemu target yang dicari.
Mungkin federasi tidak mengetahui berita menggemparkan yang dia lihat. Tepat saat pasukan Belian muncul dengan kapal perang ruang angkasanya di planet Sahara! Bukan hanya tidak diserang monster, bahkan batang hidung makhluk terkontaminasi itu tidak terlihat satupun.
Ini benar-benar aneh. Seharusnya, ketika memasuki atmosfer planet ... ratusan monster terbang dan Mutan, menyerang kapal ruang angkasa mereka. Tapi apa yang mereka jumpai ... gurun tandus, tak berpenghuni!?
"Huh? Apa itu ...."
Dibawah terik matahari! Mata Belian menangkap warna biru yang kontras dikejauhan.
Menyipitkan iris merah gelap, pemandangan didepan ... cukup membuat Belian mengusap matanya dua kali.
"Daun?" gumam Belian, yakin kalau benda kecil itu benar-benar Daun yang ... bergerak?
Disana! Sehelai rumput mencoba menyelamatkan diri dari sinar matahari. Berlari memasuki celah batu, sebelum kembali mengintip keluar ... lalu dengan bodoh mengulangi hal yang sama.
Mutan yang takut sinar matahari? Belian bertanya-tanya sambil menatap bola cahaya diatas, yang panasnya tidak menyengat sedikitpun.
"Aneh. Mungkin spesies langka ...."
Lama Belian menunggu dengan mata menatap lekat bebatuan! Hingga ... sang komandan akhirnya melihat lagi rumput kecil itu, yang kini warnanya lebih pucat, merangkak lemas, seolah hidupnya akan segera berakhir.
Belian turun dari batu, menaiki motor cepat dan pergi ketempat sang rumput.
tepat saat itulah, sepuluh meter sebelum Belian sampai ... dia mendengar suara samar.
Cadel, kecil, bikin candu!?
"Ail ... mau aill ...."
Belian hampir menekan gas dan menabrak bebatuan! kembali stabil, sang komandan mempercepat laju kendaraan hingga akhirnya berhenti tidak jauh dari Bonbon.
Turun dan segera mengeluarkan wadah air tanpa batas, dari pinggang! Lalu menyiram rumput yang haus.
"AIL? BONBON DAPAT AIL!?"
"WAAAA ... AHIL NA, BONBON BICA MINOOMMM ...."
Rumput kecil bergetar hebat, memelintir gembira menikmati curahan air yang diberikan Belian.
Sementara sang penyelamat yang tertegun, terdiam ditempat. Tidak salah lagi, suara menggemaskan itu berasal dari bayi rumput ini.
"Khe ... Mutan yang dapat berbicara, hmm? Beruntung ...."
Belian bisa melihat kalau ujung daun yang tertekuk langsung menegang. Apakah dia membuat Mutan ini ketakutan hingga dia kembali biru pucat?
Tidak mungkin mutan takut pada manusia kan!?
Dan benar saja! Suara tangisan mulai terdengar, sebelum sang Mutan mengoceh takut, mengatakan yang entah apa maksudnya ... Belian tidak mengerti. Sulit sekali menerjemahkan bahasa bayi cadel ini!!
"Tenang lah, aku tidak memakan mutan."
Intinya, Belian tau kalau mutan itu menganggap dia, akan memakannya.
"Benalka? Mbing Ndak mamam Bonbon." Bergetar lucu, daun kecil terangkat sedikit mendongak menatap wajah Belian.
"Ya, aku tidak makan Mutan," ucap Belian lagi dan entah mengapa, Belian seperti melihat kalau daun ini ...mengagguk!?
"Oo ... tapi mbing! Nama Bonbon na Bonbon, bukan Mutan."
Ternyata benar! Dia mengagguk si4lan.
"Ya, aku tidak makan Bonbon. Dan juga, namaku Belian bukan mbing."
Kembali membenarkan, Belian menunggu suara cadel itu.
Tapi apa! Sang rumput malah terdiam, kemudian menatap dari atas kebawah ... menilainya?
"Ndak, ah! Mbing na mbing. Cuka mamam lumput. Bonbon Lom pelna temu mbing puna nama." Bonbon menggeleng, sangat yakin kalau makhluk didepannya adalah kambing.
Jangan salahkan Bonbon yang buta menilai manusia! Sebab, selama dia berwujud biji dan menempel pada sang Mama ... Bonbon belum pernah berjumpa mereka.
Belian yang mencerna setiap kata Bonbon, akhirnya menyadari sesuatu. Mbing, suka makan rumput. Si4l! Bukankah ini kambing? Meskipun di zaman sekarang kambing dan domba suka makan batu! Tapi dalam sejarah bumi kuno, mereka memakan rumput.
Seketika wajah Belian sekelam panci dapur, "jangan menyamakan aku dengan kambing!" Belian berseru, kembali menuangkan air pada rumput kecil.
"Ndak pa-apa mbing. Nanti Bonbon na celita cama Mama cama codala cuga. Ada mbing baik yang tolong Bonbon na. Kaci ail cuyapa (supaya) Bonbon Ndak mati!!"
Dan sekarang apa! Belian seolah melihat kalau rumput bernama Bonbon ini mengacungkan jempol? Tunggu ... Mutan punya nama, dan dia berbicara ....
"Hahhh, pasti aku sudah gila."
Planet Sahara Calamitas. Monster dan Mutan tidak ditemukan dimanapun. Tapi, spesies aneh muncul. Dia kecil, biru, dan tidak memiliki ancaman. Ah, tidak. dia berbahaya ... sanggup membuat siapapun gemas, dan enggan untuk melukainya.
To be Continue
spesies rumput air biru.
Belian Lynks
Selamat membaca cerita author. Jangan lupa like dan komen ya, mohon dukungannya juga 🫶🫶
"Dengar! Jangan keluar, jangan pergi kemanapun, tetap didalam pot. Mengerti?"
Tangan bersilang ke dada, lalu tatapan datar dilayangkan pada Bonbon.
Dan saat Belian melihat reaksi rumput itu yang tampak memiringkan daunnya! Kerutan di antara alis Belian segera terbentuk.
"Napa Bonbon na Ndak boleh lual? Bonbon Ndak mau cini teluc. Bonbon haluc Cali Mama na!"
benar saja kan! Makhluk ini tidak paham pada kondisinya sama sekali.
"Dengar. Biar aku yang mencari Mamamu. Bonbon boleh berkeliaran didalam kamar, tapi tidak boleh melewati pintu itu." Belian menunjuk pintu baja berkode, sementara sang daun yang mendengarkan ... tampak makin miring hampir jatuh.
"Hahh ... sudah. Intinya, Bonbon tidak boleh pergi ke tempat lain, selain ruangan ini, paham?"
Mengusap wajah kasar, Belian menatap E-terminal ditangan. Layar virtual itu tela menunjukkan angka 9.45, ia sudah terlambat.
"Oo ... menelti Bonbon na. Tenan caja, Belian! Bonbon main cini cini na, Ndak mana-mana ... kalau cudah temu Mama Bonbon, kaci tau ya!"
Bolehkah Belian menghembuskan nafas lega sekarang? Melihat daun yang bergoyang senang seolah meyakinkan. Tapi, entah bagaimana ... Belian memiliki firasat buruk saat ini.
"Baik. Ingat perkataanku tadi," peringat Belian, sebelum membuka pintu dengan kartu akses.
Bonbon menatap pintu yang terbuka kemudian tertutup, dan bersamaan dengan itu ... Belian juga menghilang. Menatap seisi kamar, dimana ruangan ini relatif kecil bagi manusia tapi sangat besar untuk Bonbon.
hanya ada satu kasur muat dua orang, lemari, dan meja, serta kursi didalam. Sangat sederhana untuk fasilitas yang didapat seorang komandan. Tapi, mau bagaimana lagi! Mereka datang ke planet Sahara bukan untuk liburan tapi untuk menghabisi monster. Dan setelah setengah tahun, mereka boleh kembali ke markas utama.
Meskipun di era antarbintang semua benda bisa diubah menjadi kapsul kecil, tetap saja itu merepotkan. khususnya bagi Belian yang tidak suka bersusah payah membereskan barang.
"Mana Bonbon main aa ...." Menatap kiri dan kanan, sang rumput kecil mulai keluar dari pot dan membawa akarnya berjalan turun.
Karena dia hanya sehelai daun, begitu melompat dari ambang jendela ... Bonbon melayang ringan, berputar sedikit sebelum benar-benar mendarat kelantai.
Inilah istimewanya jika tubuhmu ringan.
"Woahhhh ... ini lumah mbing na? Becal cekali! Cama cepelti mbing yang becal cuga." Sang rumput yang berjalan-jalan, menatap takjub seisi ruangan.
"Tapi Ndak cantik, Ndak ada kolam becal na. Kalau ada kolam becal ... pacti cantik. Liat! Tanah pun kelac, Ndak bica akal Bonbon macuk citu."
Sepasang akar putih mengetuk-ngetuk lantai yang keras. Menurut estetika rumput! Kamar ini besar, hanya itu. Tapi tidak cantik, sebab tidak memiliki kolam yang luas serta tanah gembur.
Benar-benar tidak bisa membuat Bonbon iri.
Berjalan kedepan lemari penyimpanan yang terbuat dari bahan khusus, cermin besar yang menjulang tinggi segera memantulkan wujud sang daun.
Bonbon yang melihat ini, tertegun ditempat dengan tatapan tidak percaya. Didalam sana ... ada rumput air biru lainnya!?
"CODALA? INI CIDALA NA BONBON!?"
Berlari cepat menghampiri rumput itu, sebelum sang daun tertabrak permukaan keras dan membuatnya mundur beberapa langkah.
"Uhhh ... cakit badan Bonbon." si kecil mengeluh, lalu kembali mendekati cermin dengan hati-hati. Ujung daun Bonbon mengetuk-ngetuk kaca, dan dirasa tidak bisa menembus benda itu ... sang rumput akhirnya bergetar hampir menangis.
"Codala! Napa dalam? Huhuhu ... mbing kulung codala na, iya? Janan takut codala, Bonbon pacti celamat codala na ...." Si kecil menangis dan dari pori-pori daun, tetesan air kecil mulai terbentuk.
Bonbon tidak melihat pergerakannya dengan bayangan cermin yang sama! Fokus utama si kecil adalah menyelamatkan saudara rumputnya didalam.
merasa tidak bisa melakukan apapun! Perhatian Bonbon kini mengarah pada pintu keluar.
"Liat caja mbing na. Belani mbing kulung codala Bonbon? Bonbon haluc ... haluc ... cemana nih, Mama Ndak ada kata cala kalah mbing. Cemana Bonbon haluc lawan mbing, ya?" Dan akhirnya sang rumput frustasi, bagaimana memberi pelajaran pada Belian ... karena berani mengurung saudaranya didalam? Sang Mama tidak pernah menyebutkan apapun tentang cara rumput melawan kambing.
"Tugu cini codala. Bonbon temu mbing dulu. Bonbon pacti celamat codala na."
Ini adalah spesies yang sama dengannya. Tidak mungkin Bonbon membiarkan rumput kecil yang tampak lemah itu terkurung ketakutan.
Saudara rumput tampak sangat tidak berdaya. Lihat! Daunnya pun masih sehelai, dan apa lagi itu ... dua akar kecil? Benar-benar menyedihkan.
Dengan tekat untuk menyelamatkan keluarga! Bonbon berjalan mantap mendekati pintu yang tertutup rapat.
Tidak ada celah pada pintu berteknologi tinggi ini, ketebalan dan ketahanan ... telah layak uji dalam menghadapi serangan Monster dan Mutan.
bahkan jika ada penyusup! Tanpa kartu akses, tidak mungkin untuk membukanya.
Tampak mustahil bagi rumput kecil seperti Bonbon untuk membobol pintu. Mengetuk sebentar permukaan dingin baja, Bonbon mendongak sebelum mengguk paham.
"Cemana Bonbon klual aa?" tanya sang rumput, kembali mengetuk lagi ... tapi benda itu tidak terbuka juga.
"WOAHHH ... Bonbon tekulung cuga!" seru si kecil tiba-tiba, dan akhirnya sadar akan sesuatu.
"Mama! cepelti na Bonbon tangkap cuga cama mbing na. Huhuhu ... ndak bica celamat codala, Bonbon pun Ndak celamat cuga!!"
Dan akhirnya rumput kecil menangis di tempat, meratapi nasib ... yang sebentar lagi mungkin akan dimakan oleh kambing bernama Belian.
Huhh ... semua kambing sama saja, tidak ada yang bisa dipercayai didunia ini. Yang terbaik sekarang adalah cepat-cepat menemukan Mama, lalu mengeluarkan saudara dari kurungan.
Entah tuhan mungkin melihat ratapan sedih Bonbon! Tiba-tiba, pintu baja khusus ... terbuka dengan sendirinya.
Si kecil berhenti menangis, dan dalam sekejap mata ... warna daun Bonbon kembali biru terang.
"Mbing na pulang?" tanyanya, berdiri, kemudian mendongak.
Tepat saat itulah, sesuatu yang besar memenuhi penglihatan Bonbon! Membuat sang rumput tidak sempat bereaksi, dan hanya melihat ... sol sepatu mendarat tepat disampingnya.
Satu rumput bergetar hebat, bahkan ... warna daun kecil itu hampir memutih seolah kehilangan darah biru.
Sementara si pelaku yang tidak sadar ada Mutan rumput dilantai, menatap tajam kiri kanan kamar sang komandan.
Pria berseragam coklat gelap ini, melihat sekeliling sebelum matanya berhenti pada lemari besar disudut.
Tidak perlu memeriksa tempat lain lagi, kamar komandannya kecil dan sudah dipastikan ... Belian menyimpan benda itu didalam lemari
Dengan langkah tegap namun tidak menimbulkan suara keras, sang penyusup langsung berjalan kearah lemari ... dan dengan kartu khusus ditangan, lemari berkode dapat dibuka dengan mudah.
Seluruh proses ini disaksikan oleh Bonbon yang kembali tenang. Meskipun daunnya masih sedikit pucat, tapi ... Mutan kecil ini, yang melihat kalau kambing yang bukan Belian, mencoba mendekati saudara rumputnya! Cepat-cepat bangkit dan berlari kearah si kambing asing.
"Janan pa-apa codala Bonbon!" teriak si kecil, membuat gerakan tangan prajurit terhenti.
Apa yang dia dengar barusan? Menatap kiri kanan lagi pada sekitar, dan tetap tidak menemukan apapun. Prajurit itu, melanjutkan pekerjaannya.
Dia di perintah oleh para petinggi federasi, untuk menyusup ke batalion lima sebagai mata-mata. Tugasnya cukup sulit, selain mengirim informasi ke markas utama, dia juga diperintah untuk meruntuhkan kekuatan angin Belian.
Memutar telapak tangan, dan secara ajaib tabung kecil sebesar jari telunjuk muncul. Itu adalah larutan nutrisi yang diekstrak dari batu monster, salah satu elemen paling dibutuhkan oleh umat manusia untuk meningkatkan level kekuatan.
Dan yang ditangannya ini, adalah tabung larutan nutrisi batu monster air. Berguna bagi kekuatan air, tapi berbahaya jika diminum oleh elemen kekuatan lain.
"Khe ... sangat mudah," ucap si penyusup, menggenggam erat tabung cairan biru, kemudian bibirnya ikut menyeringai ... melihat deretan tabung putih kecoklatan dalam peti kaca.
Memasukkan kode yang dikirim oleh petinggi, prajurit yang sudah kepalang senang merasa misinya akan berhasil! tidak menyadari kehadiran lain dibawah sana, dimana Bonbon menahan amarah menatap ... SAUDARA RUMPUTNYA YANG LEMAH TAK BERDAYA, TERCEKIK DITANGAN KAMBING?
"LEPAC CODALA BONBON!!!"
Teriakan itu akhirnya didengar oleh si penyusup, dan saat dia menatap kebelakang dengan posisi siaga ... matanya terbelalak hebat melihat sulur sulur biru mulai memanjang, memenuhi separuh kamar sang komandan.
"Mu-mu-mutan!?"
Kaki prajurit bergetar hebat. Dia hanya berada dilevel B, dan belum memiliki satupun kualifikasi melawan Mutan.
Namun, Prajurit tetap prajurit ... meskipun ketakutan, nyawanya tetap berharga.
Mundur sambil mengeluarkan api dari tangan kiri, lalu menyerang mutan didepan! Segera bunyi 'cassss' mendidih terdengar, bersamaan dengan api yang padam ketika mengenai tubuh Bonbon.
"DACAL MBING! TADI MAU MAMAM CODALA, CELAKANG MAU BAKAL BONBON NA? MBING HALUC TAU MALAH NA BONBON!!"
Sang prajurit yang hendak menyerang, terdiam ditempat ketika mendengar suara cadel selembut bola kapas.
"Apa itu barusan? Mutan, mutan yang dapat berbicara!?"
'Pranggg ....'
Karena terkejut, genggaman tabung larutan nutrisi terlepas dari tangan dan pecah dilantai. Bonbon yang mengira itu adalah saudara rumputnya sebab diambil dari dalam lemari ... menatap tidak percaya pada genangan air dibawah. Saudaranya yang lemah dan kecil, mati? Mati ditangan kambing!?
"HUAAA ... CODALAAAA ...."
Tangisan melengking terdengar, dan si prajurit segera menutup telinga.
"Mbing jaat! Mbing m4ti codala Bonbon na? HUAAAAAAA ...."
'Thummm ....'
'Thummm ....'
'Thummmm ....'
Sulur-sulur Bonbon yang memanjang, menghantam keras kearah lantai, kasur, bahkan dinding. Apapun yang dilewati sulur itu, akan hancur meskipun kamar sang komandan dibuat dari bahan anti mutan dan monster.
Prajurit yang merasakan krisis hidup dan mati! Tidak luput dari tamparan sulur meskipun sudah bersusah payah menghindar. Tubuh itu terlemp4r kedinding hingga pingsan, karena kepala yang terbentur keras.
Sementara b4yi rumput yang masih menangis, terus mengamuk hingga membunyikan alarm diluar.
"MAMA! MBING NA MATI CODALA LUMPUT KICIL. HUAAA ... NDAK CEMPAT BONBON CELAMAT LUMPUT NA!!!"
***
Beberapa jam sebelum alaram berbunyi.
"Rumput biru? Apakah ini mutan jenis baru yang anda temui di planet ini, komandan?"
Seorang pria berkacamata dengan rambut cream lurus, memutar kursi dan menatap ke arah Belian.
"Ya. Dan aku ingin ..." Belian tampak menimbang kata-katanya, "aku ingin kamu melihat data rumput itu, di bank data bumi kuno."
Dave, IT, sekaligus orang kepercayaan Belian! mengangkat alis tertarik.
Tepat setelah latihan dan patroli selesai! Belian langsung menyeretnya keruang informasi.
"Baiklah, tanaman bumi kuno, ehh ..." Memutar kursi lagi menghadap deretan layar, jari-jari ramping dan lentik milik Dave ... menari diatas keyboard virtual.
"Mengapa anda begitu yakin, kalau makluk itu berasal dari darah bumi kuno?" tanya Dave tanpa memalingkan wajah dari layar.
"Aku sudah mencari semua informasi tentang mutan itu di data galaksi, tapi ... tidak menemukan yang sama."
'Ditambah lagi, dia terus mengatakan kalau aku adalah kambing! Dan makan rumput!?'
Belian mengatakan kata itu didalam hati sambil memalingkan wajah gelap. Berdiri dibelakang kursi Dave! Sang pakar informasi yang melihat reaksi komandan di pantulan layar, makin tertarik dengan mutan jenis baru ini.
"Baiklah, ini dia ... semua rumput biru yang anda inginkan."
Dalam waktu singkat! puluhan layar didalam ruangan dipenuhi semua jenis tanaman biru, dari gulma hingga bunga.
Mata Belian dengan cepat memindai layar, hingga ... tatapannya berhenti pada tanaman dengan sulur panjang yang hidup ditepi sungai.
Dave yang sedari tadi memperhatikan Belian, bergerak cepat dan mengunci gambar si tanaman air.
"Rumput air biru. Rumput yang hidup ditepi sungai-sungai kecil area pegunungan, lembah, dan kolam. Asalkan tanahnya gembur serta bersuhu lembab, mereka bisa tumbuh dengan baik. Dan ... oh! Kambing dan sapi bumi kuno, sangat menyukai tanaman ini."
Sekali lagi wajah Belian menghitam setelah mendengar penjelasan Dave. Tapi, dia tetap fokus membaca informasi dilayar utama.
Pantas saja Bonbon menyukai air. Melihat iklim hidup si kecil ... dua cangkir pagi, siang, dan malam, masih jumlah sedikit bagi Bonbon.
Namum, satu pertanyaan tiba-tiba muncul dikepala Belian. Mengapa rumput itu bisa berada di gurun yang panas? Bukankah iklim Sahara bertentangan dengan iklim hidup si kecil!?
Belum sempat Belian berpikir lebih lanjut! Suara alarm peringatan bahaya, berdering, memenuhi markas dan mengejutkan semua orang.
"Peringatan, peringatan. Terdeteksi serangan mutan. Jenis, tidak diketahui. Level, tidak diketahui. Tingkat bahaya, tidak diketahui. Peringatan, peringatan ...."
Dave dan Belian saling pandang, sebelum senyuman Dave tiba-tiba muncul.
"Komandan, anda tidak menyimpan mutan itu di kamar anda, kan?"
To be Continue
perkenalan karakter :
Dave Biller, pakar informasi sekaligus tangan kanan Belian.
Jangan lupa tinggalkan komentar, like, dan subscribe nya. Btw ... Tekan bintang dan nilai buku author juga ya 🥹🙏 selamat membaca 🤗
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!