"Tuan kau itu sangat tampan," ucap seorang gadis yang kini berada di samping pria dingin yang sedang menikmati minumannya. Ia mengusap dada bidang pria itu dengan sensual lalu tertawa kecil.
Pria itu langsung menangkap tangan gadis itu, tiba-tiba saja sesuatu didalam dirinya bangkit. Ia terdiam menatap gadis yang kini merebahkan kepalanya di pundaknya itu sudah mabuk berat. Ia meracau tidak jelas dan berusaha untuk melepaskan cengkraman tangannya.
"Pergilah dari sini!," ucap pria itu dengan tatapan dinginnya lalu melepaskan cengkraman tangan gadis itu dengan kasar. Ia kembali menenggak minumannya dengan satu kali tegukan.
Gadis itu bukannya pergi tapi kini makin berani, ia berdiri dari duduknya lalu duduk diatas pangkuan pria itu."Tuan temani aku satu malam ini saja. Aku ingin membuktikan pada pria brengsek itu kalau aku bisa mendapatkan pria yang lebih darinya," ucap gadis itu lagi yang kini duduk mengangkang diatas pangkuan pria itu sehingga paha mulusnya terlihat karena gaun mininya yang tersingkap keatas.
Pria itu menelan ludahnya dengan kasar berusaha untuk menahan hasratnya yang tiba-tiba saja datang. Namun pria itu berdecak pelan, tubuhnya terasa panas, ditambah lagi gadis yang ada di pangkuannya ini merebahkan kepalanya di dada bidangnya hingga nafas gadis itu menerpa dadanya.
"Sial...," batin pria itu. Tubuh semakin menggila rasanya saat ini. Ia yakin ada yang mencampur minumannya. Ia menurunkan gadis itu dan segara berdiri namun gadis itu malah menarik pergelangan tangannya dengan keras membuatnya jatuh diatas tubuh gadis itu.
"Tuan jangan pergi," racau gadis itu lagi. Dengan beraninya ia mengusap rahang bawah pria itu. Pria ini sangat tampan menurutnya dibandingkan mantan kekasihnya yang dengan tega mengkhianatinya. Dan ia malam ini ingin membuktikan kalau ia juga bisa melakukan hal yang sama.
"Jaga batasanmu!," ucap pria itu lagi setelah gadis itu berhasil mengecup bibirnya. Tubuhnya semakin bereaksi gila. Ini adalah pertama kalinya tubuhnya merasakan hal seperti ini. Apakah ini karena pengaruh obat yang tidak sengaja ia minum?.
"Aku...mau anda malam ini Tuan," goda gadis itu lagi. Ia sudah kehilangan kendali atas dirinya akibat terlalu banyak minum.
"Jangan salahkan aku jika kau akan kehilangan sesuatu dari dalam dirimu," ucap pria itu lagi lalu mengangkat tubuh gadis itu dan membawanya pergi. Ia tidak bisa menahan diri lagi, gadis ini sangat berbeda. Ia tahu ini salah tapi karena rasa penasarannya pada reaksi tubuhnya ia mengesampingkan egonya.
***
Pagi menjelang, seorang gadis menggeliat kecil di dalam pelukan seorang pria. Ia perlahan membuka matanya dan mendapati seorang pria tengah memeluk tubuhnya. Ia tersentak kaget, ia langsung menyingkirkan dengan pelan tangan pria itu. Dan membuat nya semakin terguncang adalah tubuhnya tidak mengenakan pakaian. Apa yang sudah terjadi?, ini benar benar gila. Ia tidur dengan atasannya sendiri.
Ia kembali menoleh pada pria yang masih tertidur lelap itu memastikan penglihatannya. Ia segara turun dari tempat tidur, ia sedikit meringis saat merasakan perih di area intinya. Fix, terjadi sesuatu padanya. Ia harus segara pergi dari sini sebelum pria itu terbangun lalu memasukinya. Ia tahu betul, bagaimana arogannya atasannya itu selama ini.
"Apa yang sudah kau lakukan Diva, dia itu suami orang," batin gadis itu segara memakai pakaiannya dengan cepat. Setelah selesai ia pergi meninggalkan kamar terkutuk itu. Ia sudah berbuat kesalahan dan ia tidak mau dicap sebagai pelakor. Ia berharap tidak ada yang mengetahui kejadian ini selain ia dan pria itu.
Sementara itu, seorang pria membuka perlahan kedua matanya. Ia memijit kepalanya yang terasa pusing lalu duduk perlahan. Tubuhnya menegang, ia tidak mengenakan apapun. Jantungnya berdegup kencang, apa yang sudah terjadi. Ia mencoba mengingat apa yang sudah terjadi semalam pada dirinya.
"Damn it," umpat pria itu. Ia menyibak selimut yang ia kenakan dan kedua matanya terbelalak saat melihat bercak darah yang tertinggal di seprai. Ia mengusap wajah dengan kasar dan ia sudah melakukan sebuah kesalahan besar.
Tapi tunggu dulu, apakah itu artinya ia sudah sembuh?. Ia kembali menoleh pada bercak darah yang ada di seprai. Sebuah senyuman terukir di bibirnya. Ia menatap sekeliling kamar, tidak menemukan keberadaan gadis yang semalam menggodanya habis-habisan. Namun kamar itu kosong, ia tidak menemukan siapa pun di kamar ini.
Fix, gadis itu meninggalkannya disini. Ia kembali mengumpat, setelah membuatnya kehilangan keperjakaannya. Gadis itu malah meninggalkannya.
Ia segera berpakaian lalu pergi dari tempat itu. Ia tahu dimana ia bisa menemukan gadis itu. Namun sebelum itu ia harus pulang terlebih dahulu untuk berganti pakaian.
Sepanjang perjalanan, pikirannya tidak lepas dari kejadian semalam. Bagaimana gadis itu menggoda nya dan tubuhnya langsung bereaksi. Padahal Dokter memvonisnya impoten karena kecelakaan yang ia alami lima tahun yang lalu. Ia menyembunyikan rahasia sebesar itu dari keluarga dan orang terdekatnya. Itulah salah satu alasannya tidak mau menikah selain dari traumanya yang takut hal yang sama menimpa Inara dulu juga menimpa istrinya. Ia juga sudah melakukan pengobatan namun hasilnya nihil. Namun tadi malam, semuanya berubah.
Semalam ia sengaja datang ke club untuk minum, mengurangi beban pikirannya dari tekanan sang Mommy yang menginginkan anak dirinya. Itu tidak akan bisa ia berikan, ia tidak mencintai istrinya ditambah lagi penyakit yang ia idap.
Pria itu turun dari mobilnya saat sampai di kediamannya. Rumah yang sudah hampir satu tahun ia tempati ini bersama istrinya. Ia memang sudah menikah satu tahun yang lalu atas paksaan sang Mommy. Namun hingga saat ini ia tidak pernah sedikitpun menyentuh wanita yang menjadi pilihan Mommy nya itu. Pulang ke rumah ini hanya membuat moodnya memburuk saja.
"Ibra... apa-apaan ini," teriak seorang wanita yang masih memakai gaun tidur nya melempar beberapa lembaran foto pada pira yang bernama Ibra itu dengan tatapan tajamnya.
Pria bernama Ibra itu menatap satu lembaran foto yang terletak di bawah kakinya dimana ia tengah memangku seorang gadis. Ada yang menguntitnya dan iya yakin kalau wanita inilah yang menguntitnya.
"Kau menguntit ku?," tanya Ibra dengan tatapan lurus ke depan lalu melanjutkan langkahnya menuju kamarnya, ia tidak berniat sedikitpun untuk menjelaskan pada wanita bergelar istrinya itu.
Wanita itu terlihat geram karena sikap Ibra. Dadanya naik turun, iya memang meminta seseorang menguntiti suaminya itu. Ia juga yang semalam meminta seseorang mencampur minuman Ibra dengan obat. Ia lelah karena hampir satu tahun Ibra tidak kunjung menyentuhnya sementara mertuanya terus-menerus menanyakan cucu.
"Ibra berhenti!. Siapa gadis yang sudah kau tiduri semalam?. Tidak kah kau berkeinginan menyentuh ku yang jelas halal untukmu daripada pelacur kecil itu," teriak wanita itu histeris. Ia yakin gadis yang ada di dalam foto itu lah yang sudah menghabiskan malam bersama suaminya. Ia berharap semalam Ibra akan pulang setelah meminum minumannya tapi setelah ia menunggu hingga larut malam suaminya tidak kunjung pulang.
"Bukan urusanmu. Berhenti menggangguku!," jawab Ibra lalu masuk ke dalam kamarnya.
"Argh....," teriak wanita itu histeris.
"Nona Veronika, di luar ada tamu," ujar seorang pelayan sedikit takut karena Nona mudahnya ini seringkali bersikap kasar.
"Kenapa kau tidak mempersilahkannya masuk, hah?," jawab wanita bernama Veronika itu dengan membelalakkan kedua matanya.
"Maaf Nona, dia teman lelaki anda,", jawab pelayan itu lagi.
"Apa?"
...****************...
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya untuk cerita Ibra. Semoga kalian suka.
Veronika segara menghampiri pria yang sedang bersandar pada body mobilnya. Ia sesekali melirik ke belakang seperti ada seseorang yang sedang mengawasi langkahnya.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini, Hugo?," desis Veronika. Ia menatap tajam pada pria yang tersenyum kecil padanya itu.
"Aku butuh uang. Aku sudah menghubungimu tapi kau malah tidak mengangkat panggilan telepon ku. Ya dengan sangat terpaksa aku datang kesini," jawab pria itu dengan santai.
"Uang ...uang dan uang saja yang ada di dalam pikiranmu itu Hugo. Sudah aku katakan kalau aku tidak memiliki uang," ucap Veronika pelan.
"Suamimu itu kaya raya Vero, atau biar aku sendiri yang memintanya langsung pada suami itu sekalian mengatakan semuanya," jawab Hugo segera berdiri namun dengan cepat Veronika menghalangi langkahnya.
"Apa kau sudah gila Hugo, ingat kesepakatan kita," ujar Veronika.
"Ya aku ingat. Maka sekarang berikan uangnya!," jawab Hugo tersenyum penuh kemenangan.
"Berapa?," ketus Veronika.
"Tidak banyak, hanya seratus juta saja," jawab Hugo dengan entengnya.
Veronika membelalakkan kedua matanya mendengar jawaban Hugo."Kau pikir seratus juta itu tidak banyak, Hugo?. Aku tidak punya uang sebanyak itu," ucap Veronika sembari melirik ke arah belakang. Ia merasa diawasi tapi tidak ada siapapun yang ada di sekitarnya. Rumah mewah ini sepi, hanya ada beberapa pelayan saja dan satu orang penjaga di pos penjaga.
"Aku tidak percaya, Ibra pria kaya. Kau tinggal minta saja. Atau aku akan...
"Baiklah. Beri aku waktu hingga sore," sela Veronika.
"Baiklah, aku tunggu. Jangan ingkar atau aku akan mengatakan yang sebe...
"Iya, pergilah dari sini!," ucap Veronika lagi. Ia tidak ingin Ibra memergoki Hugo disini.
"Oke," jawab Hugo mengedipkan sebelah matanya pada Veronika sembari tersenyum penuh kemenangan lalu masuk ke dalam mobilnya.
Veronika segara membalikkan badannya dan betapa terkejutnya ia saat melihat Ibra keluar dari rumah dengan pakaian yang terlihat sudah rapi. Sepertinya pria itu akan kembali pergi, mungkin saja ke kantor. Ia segara menghampiri Ibra, ia harus menanyakan siapa gadis yang sudah lancang duduk dipangkuan Ibra semalam. Ia yang merupakan istri sah Ibra saja sampai detik ini belum pernah sedikitpun bersentuhan dengan pria itu.
"Ibra..."
Veronika menghadang langkah Ibra, pria itu semakin bersikap dingin saja padanya. Ia harus bisa menaklukkan Ibra, mengandung anak pria itu agar bisa mendapatkan hati pria yang sejak lama ia incar.
"Menyingkir lah!," jawab Ibra tanpa sedikitpun menoleh pada Veronika.
"Urusan kita belum selesai Ibra, kemana kamu semalam?, sama siapa?," cecar Veronika. Ia tidak mau ada yang menggantikan posisi sebagai istri Ibra, tidak akan ia biarkan. Ia harus tahu siapa perempuan itu.
"Kita tidak memiliki urusan dan jangan melewati batasanmu," jawab Ibra lalu masuk kedalam mobilnya. Ia ada urusan yang jauh lebih penting daripada wanita ini.
"Ibra...," pekik Veronika menatap kesal mobil Ibra yang sudah berjalan meninggalkannya. Ia malah lupa meminta Ibra mentransfer uang bulanannya bulan ini. Walau Ibra tidak pernah memberinya nafkah batin namin pria itu selalu memberinya nafkah lahir yang cukup fantastis.
***
Ibra memasuki ruangannya diikuti Nia dari belakang, gadis itu masih menjadi sekretaris Ibra. Pria itu tidak mengganti posisi Nia, karena gadis itu bekerja cukup baik dan profesional.
"Pak..ini surat pengunduran diri atas nama Diva Aldiva Brodin," ujar Nia meletakkan map berisi surat pengunduran diri dari HRD untuk di ACC.
Ibra hanya mengangguk kecil. Ia langsung duduk di kursinya menunggu Nia membacakan jadwalnya hari ini. Dan setelah Nia membacakan jadwalnya hari ini, ia langsung membuka map yang tadi diberikan Nia. Ia mengepalkan kedua tangannya diatas meja saat membaca siapa yang sudah mengundurkan diri.
"Nia, minta dia datang ke sini!," ucap Ibra menutup kembali map itu. Ia meletakkan map itu disamping kiri meja kerjanya.
Nia mengangguk patuh, ia tahu siapa yang dimaksud Ibra. Ia segara pamit keluar dari ruangan Ibra. Hampir satu tahun ia bekerja sebagai sekretaris Ibra dan ia sudah hafal dengan sikap Ibra. Ia tahu resign nya karyawan atas nama Diva tidak sesuai prosedur perusahaan.
Sementara itu Ibra menghela nafas beratnya. Meski semalam ia dalam pengaruh obat tapi ia masih mengingat dengan jelas siapa gadis yang sudah ia naik ranjangnya. Ia lupa perempuan itu bukan gadis lagi tapi sudah menjadi seorang wanita.
Ibra membuka laptopnya lalu menyalakannya. Ada beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan sembari menunggu karyawannya itu datang. Memangnya dia siapa, seenaknya saja mengajukan resign secara mendadak seperti ini.
Tok tok tok
Ibra mengangkat kepalanya lalu menatap ke arah pintu."Masuk!," seru Ibra menatap lurus kearah pintu pintu masuk sembari menumpukan kedua sikunya keatas meja.
Perlahan pintu ruangannya terbuka dari arah luar. Seorang perempuan tampak melangkah masuk dengan kepala tertunduk ke bawah.
Ibra tidak melepaskan tatapannya dari perempuan itu. Aroma parfum perempuan itu, ya aroma parfum yang sama dengan gadis semalam bersamanya. Suara hentakan sepatu terdengar memecah keheningan ruangan itu.
Ibra mengambil map berisi surat pengunduran diri perempuan itu lalu berdiri dari duduknya setelah menekan tombol kunci otomatis di samping mejanya dan secara otomatis pintu terkunci.
"Pengunduran dirimu ditolak," ucap Arsa berdiri tepat di depan perempuan itu.
Perempuan itu langsung mengangkat kepalanya, ia sudah tahu hal ini akan terjadi. Tapi ia harus pergi jauh dari kota ini, ia tidak mau lagi dibayangi oleh pria yang ada dihadapannya ini.
"Tapi...
"Apakah karena kejadian semalam?. Kau malah mengajukan pengunduran diri dari perusahaan ini?," tanya Ibra berbisik tepat di telinga perempuan yang tidak lain adalah Diva.
Deg
Diva menelan salivanya dengan kasar. Ia pikir atasannya ini tidak ingat apapun. Tapi dugaannya salah.
"Maksud anda apa Pak?," tanya Diva pura-pura tidak tahu. Ia tidak akan menuntut apapun pada Ibra, semuanya karena kesalahannya. Ia berusaha mengingat apa yang terjadi semalam dan semuanya karena kesalahannya.
Ibra menatap wajah polos Diva, bagaimana bisa perempuan ini tidak menuntut tanggung jawabnya padanya. Malah bersikap polos seperti ini. Tatapannya tidak lepas dari bibir ceri Diva yang tampak menggoda. Ia harus memastikan sesuatu.
Dengan gerakan cepat Ibra menarik tengkuk Diva lalu mencium bibir wanita itu dan melumatnya. Ia semakin memperdalam ciumannya saat Diva berusaha memberontak.
Plak
Sebuah tamparan mendarat di pipi Ibra setelah Ibra melepaskan pagutannya. Ia mengusap pipinya yang terasa begitu kebas.
Sementara Diva, wanita itu merasa terhina. Bukan ia sok suci tapi apa yang dilakukan atasannya ini sudah melewati batas.
"Jaga batasan anda Pak," ucap Diva. Ia tidak mau nantinya ada yang melihat mereka dan mencap nya sebagai pelakor.
Mendengar perkataan Diva membuat Ibra terkekeh kecil. Ia menarik pinggang wanita itu, tubuhnya kembali bereaksi. Ternyata ia sudah sembuh dan ia akan memeriksa kan kondisinya nantinya ke rumah sakit.
"Sesuatu yang sudah menjadi milikku, tidak akan pernah aku lepaskan," ucap Ibra dengan tatapan tajamnya.
Diva melepaskan pelukan Ibra di pinggangnya dengan kasar."Jaga sikap anda Pak," jawab Diva. Ia segara melangkah pergi namun usahanya untuk keluar dari ruangan ini gagal total. Pintu ruangan ini terkunci, seingatnya tapi ia tidak mengunci pintu ini.
"Kau masih karyawan perusahaan ini, aku menolak surat pengunduran diri mu," ucap Ibra.
...****************...
Ibra menatap tajam Dokter yang baru saja memeriksa keadaannya dan mengatakan kalau ia belum sembuh. Bagaimana bisa? semalam ia melakukannya dengan seseorang dan Dokter malah mengatakan keadaannya masih sama. Apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya?. Bahkan tadi pagi miliknya kembali bereaksi saat berdekatan dengan perempuan itu. Ia tidak mungkin mengatakan apa yang sudah terjadi semalam, itu adalah sebuah aib.
Ibra keluar dari ruangan Dokter itu tanpa melakukan pengobatan seperti biasa ia lakukan. Namun sebelum ia betul-betul keluar, Dokter menyarankannya untuk melakukan oral seks bersama sang istri untuk membantu kesembuhannya namun ia tidak mungkin melakukannya. Ia tidak akan menyentuh wanita itu walau sedikit saja. Namun ia merahasiakannya pada Dokter kalau ia masih saja sering meminum minuman keras, padahal Dokter sudah melarangnya demi kesembuhan.
Ia merasa ini benar-benar aneh, padahal semalam ia ingat sekali kalau melakukannya dengan gadis itu dan ada bukti bercak darah di seprai sebagai bukti jika ia sudah merenggut mahkota seorang gadis. Dan yang membuatnya menegang saat ini adalah, ia tidak menggunakan pengaman dan ditambah lagi ia melakukannya berkali-kali.
"Sepertinya aku harus mengakhiri pernikahan ini," batin Ibra. Ia tidak akan lepas tanggungjawab begitu saja. Harusnya ia tidak menuruti keinginan Mommy nya yang memintanya untuk menikahi Veronika. Padahal ia sendiri tidak pernah menginginkan pernikahan ini.
"Ibra..."
Ibra menghentikan langkahnya saat mendengar seseorang menyerukan namanya. Ia menoleh, tampak Riu berdiri tidak jauh darinya. Seperti biasa, ia hanya mengulas senyuman tipisnya pada rekan kerjanya itu.
"Kamu ngapain disini?," tanya Riu dengan tatapan penuh selidik. Ibra terlihat tidak seperti orang sakit lalu untuk apa datang ke sini.
"Hanya memeriksa kesehatan saja," jawab Ibra dengan wajah datarnya. Ia tidak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya pada Riu. Bahkan tidak ada satu orang pun yang tahu tentang penyakitnya ini termasuk kedua orangtuanya.
Riu mengangguk pelan mempercayai jawaban Ibra ia tidak mau lagi bertanya lebih lanjut.
"Aku pergi dulu," ucap Ibra segara balik badan meninggalkan Riu yang menatap kepergiannya.
Sementara itu, Diva baru saja sampai di kediamannya. Ia sudah memutuskan untuk pergi dari kota ini meski atasannya tidak meng acc surat pengunduran dirinya. Ia sudah berbuat kesalahan besar dan ia yakin atasannya tidak akan melepaskannya begitu saja. Buktinya pria itu malah mengatakan hal yang membuatnya merinding.
"Sesuatu yang sudah menjadi milikku, tidak akan pernah aku lepaskan"
Teringat akan kata-kata pria itu membuat tubuhnya meremang. Mungkin ia tidak akan melakukan hal ini jika atasannya itu belum menikah. Ia tidak mau di cap sebagai perebut suami orang. Dan ia tidak akan menuntut pria itu bertanggungjawab atas apa yang sudah terjadi, ini kesalahannya dan ia sendiri yang akan menanggungnya.
Diva memasukkan beberapa helai pakaiannya ke dalam koper, pagi tadi ia sudah membicarakan hal ini pada kedua orangtuanya kalau ia memutuskan untuk tinggal di negara A. Dan ia berencana berangkat malam ini juga.
"Div... apakah kamu tidak menunggu besok pagi saja Nak?," tanya sang Mama memasuki kamar sang putri. Ia tahu mencegah Diva tidak akan membuahkan hasil. Anaknya ini benar benar keras kepala dan jika sudah memutuskan sulit untuk merubahnya.
Diva menghentikan pergerakan, ia tersenyum kecil pada sang Mama. Ia memeluk wanita yang sudah melahirkannya itu dengan erat. Ia tidak mau membuat Mamanya malu dengan kelakuannya. Harusnya semalam ia tidak mendatangi tempat terkutuk itu. Kini apa yang bisa dikata. Nasi sudah menjadi bubur, ia sudah kehilangan sesuatu hal yang berharga di dalam dirinya karena kesalahannya sendiri dan ia akan menanggungnya sendiri.
"Ma...aku hanya pergi ke tempat Nenek. Aku ingin menemani masa tua Nenek di sana," jawab Diva menahan rasa sesak di dalam dadanya. Rasa bersalah menyelimuti hatinya namun ia tidak akan mengatakan apapun pada Mamanya. Ia tidak akan sanggup melihat kekecewaan kedua orangtuanya saat tahu apa yang sudah ia lakukan. Apalagi Mamanya begitu sangat anti dengan wanita perusak rumah tangga orang. Meski ia tidak merusak rumah tangga orang lain tapi secara tidak langsung ia sudah masuk ke dalam kehidupan rumah tangga orang lain meski tanpa sengaja.
"Mama heran saja, kenapa tiba-tiba seperti ini?. Apakah kamu bertengkar dengan sahabatmu atau kamu bertengkar dengan kekasihmu?," tanya sang Mama dengan tatapan menyelidik.
Diva menggeleng cepat."Tidak Ma, aku tidak bertengkar dengan siapapun," jawab Diva.
"Ya sudah. Kamu jaga diri baik-baik di sana. Jika terjadi apa-apa hubungi Mama dan Papa, ya," ucap sang Mama. Ia yakin ada sesuatu yang disembunyikan anaknya ini tapi ia tidak mau memaksa Diva untuk bercerita sekarang.
"Siap Mama," jawab Diva tersenyum lebar.
Diva kembali melanjutkan memasukan pakaian nya ke dalam koper. Sebelum pulang ia sudah membeli pil KB dan berencana meminumnya nanti. Semoga saja belum terlambat dan benih pria itu tidak tumbuh di rahimnya. Akan sangat repot jadinya nantinya jika ia sampai hamil. Ia tidak mau kedua orangtuanya semakin kecewa dengan Arsa kelakuannya apalagi ia melakukannya dengan pria yang berstatus suami orang lain.
***
Ibra memasuki kediamannya dengan langkah pelan. Rumah yang merupakan hadiah pernikahan dari kedua orangtuanya serasa seperti kuburan baginya. Rumah ini begitu sangat sunyi, hanya ada dirinya dan Veronika yang hanya sepasang orang asing yang terikat dalam hubungan suami istri. Ia tidak pernah menganggap Veronika istrinya, bahkan sejak hari pernikahannya ia tidak pernah sekalipun memandang wajah wanita itu. Mereka di rumah ini tidur di kamar terpisah dan sepakat untuk mengurus urusan masing-masing. Namun akhir-akhir ini Veronika malah bersikap diluar batasannya dan tidak jarang seringkali berusaha untuk menggodanya.
"Ibra kamu sudah pulang Nak?," tanya Alin yang tampak duduk sendirian di ruang tengah.
"Mommy?," gumam Ibra.
"Mana istrimu Ibra?. Sudah dua jam Mommy disini tapi Veronika tidak kunjung kembali. Pelayan mengatakan kalau ia pergi ke perusahaan menemui kamu. Mommy pikir dia pulang bareng kamu," ucap Alin.
"Dia kumpul bersama teman-temannya dulu Mom," jawab Ibra. Padahal yang sebenarnya ia tidak tahu kemana wanita itu pergi, ia tidak peduli.
"Apa?. Harusnya dia itu berada di rumah, menunggu kamu pulang," ucap Alin yang tampak terkejut dengan jawaban Ibra.
"Sudah lah Mom, jangan dipermasalahkan. Dan aku ingin membicarakan suatu hal yang penting," ucap Ibra.
Alin menatap lurus Ibra yang duduk di hadapannya menunggu putra satu-satunya itu untuk bicara."Katakan, apa yang mau kamu bicarakan!," ucap Alin.
Ibra terlihat menghela nafas pendek sebelum mengatakan apa yang ia ingin ia katakan."Mom, aku ingin bercerai dengan Veronika," ucap Ibra.
Alin tampak terkejut mendengar ucapan Ibra. Apakah rumah tangga anaknya ini tidak baik-baik sehingga Ibra memutuskan untuk bercerai.
"Kalian bertengkar?," tanya Alin.
Ibra menggeleng."Tidak. Kami tidak cocok Mom," jawab Ibra.
Alin menghela nafas beratnya. Salahnya dulu memaksa Ibra untuk menikah. Meski sudah menikah tapi sampai hari ini menantunya tidak kunjung hamil. Padahal ia sudah menginginkan kehadiran cucunya.
Sementara itu dibalik dinding pembatas, Veronika mengepalkan kedua tangannya mendengar percakapan Ibra dan ibu mertuanya. Ia tidak akan melepaskan Ibra begitu saja, bagaimana pun juga ia sudah berusaha payah untuk berada di titik yang sekarang ini. Meski Ibra tidak pernah menyentuhnya sama sekali tapi ia bertekad untuk tetap menjadi Nyonya Frederick.
"Aku akan membuatmu tidak akan bisa lepas dariku, Ibra," batin Veronika lalu tersenyum miring.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!