NovelToon NovelToon

Iblis Yang Merindukan Cahaya

Bab 1

Terkadang… Dunia ini tak sesederhana yang terlihat. Dimana langit yang berganti siang dan malam, sama seperti dunia ini yang juga punya sisi terang dan gelap, yang saling berdampingan tanpa bertabrakan satu sama lain.

Begitu pula dengan alam semesta… Dengan ratusan planet dan galaksi yang membentang luas memenuhi alam semesta ini. Menyimpan misteri dan teka-teki yang tak pernah bisa dipecahkan oleh umat manusia sejak ribuan tahun lalu. Dimana jauh ribuan cahaya di sana, alam semesta menyembunyikan sebuah kehidupan yang tak pernah terjangkau oleh kehidupan umat manusia.

Tempat dimana misteri alam semesta tersembunyi di dalamnya dengan sangat rapat. Seperti bagian bumi yang terbagi menjadi siang dan malam seperti itulah semesta ini berjalan.

***

Yarialain Slavia Putri, perempuan berusia 17 tahun dengan rambut hitam panjang yang di kuncir kuda dan iris mata coklat terang itu baru saja turun dari angkot yang mengantarkannya sampai rumah sakit, masih dengan seragam sekolahnya, Ria tidak langsung pulang kerumah selepas sekolah.

Ria Pun masuk menuju ruangan yang ada di lantai tiga dengan lift bersama pengunjung lain. Lift Pun berhenti setelah sampai di lantai tiga, pintu lift langsung terbuka memperlihatkan orang-orang yang menunggu giliran turun. Saat tidak sengaja Ria menyenggol seseorang, tapi saat ia berbalik pintu lift sudah tertutup membuat Ria tidak bisa melihat orang itu yang menurutnya aneh memakai jubah panjang di hari yang panas ini.

"Aneh..." gumamnya sendiri, tapi langsung ditepisnya dan mulai melanjutkan perjalanan.

Sampai di depan kamar yang ia tuju Ria tidak langsung masuk saat teringat sesuatu.

"Oh ya kenapa tadi gue nggak bawa buah tangan ya" gumamnya pada diri sendiri.

"Tapi... lagipula nggak mungkin dia makan kan" Ria tertawa miris mengingat kebodohannya yang selalu berharap bisa membawakan buah tangan untuk orang yang ada di dalam sana yang padahal tidak tahu kapan akan bangun.

Sambil membuang nafas kasar Ria mendorong pintu itu dan masuk ke dalam, memperlihatkan ruangan yang cukup luas dan diujung sana terbaring seorang laki-laki yang dikelilingi alat medis.

"Hai Kevin, gue... dateng lagi" sapa Ria sambil tersenyum kecut, Ria meraih tangan laki-laki yang dipanggilnya kevin itu dengan tangan kecilnya.

Hening, hanya ada suara dari monitor yang mengisi keheningan ruangan itu, mati-matian Ria berusaha menahan air matanya yang selalu tumpah setiap kali menjenguk Kevin yang tak kunjung siuman.

"Hei... apa lo nggak capek tidur terus?" tanya Ria dengan lesu, terlihat jelas raut kesedihan di wajahnya itu.

Dua minggu yang lalu Kevin mengalami kecelakaan saat hendak menjemput Ria dari tempat les, dan karena kecelakaan itu membuat Kevin dinyatakan koma sampai sekarang, sementara orang tua Kevin tidak bisa meninggalkan pekerjaan mereka di luar negri Ria lah yang selama ini menemani Kevin selama di rumah sakit. Dan karena Ria dan Kevin sudah berteman sejak kecil membuatnya merasa sangat bersalah dengan keegoisannya.

"Apa lo nggak mau bangun? Apa Lo benci sama gue? Lo tahu, sejak lo masuk rumah sakit gue selalu nangis sendirian tiap kali turun hujan, lo tahu kan gue takut sama petir"

"Dan lo malah gk ada disana" nada suara Ria mulai melemah saat mengatakannya. Mengingat malam-malamnya yang sunyi dan menakutkan saat hujan disertai petir datang.

Sejak kedua orang tua Ria meninggal karena kebakaran rumah saat umurnya 12 tahun Ria hidup sendiri di rumah warisan orang tuanya, dan itu bukan hal yang mudah bagi Ria yang tidak terbiasa hidup sendiri, apalagi ia harus bekerja untuk mendapatkan uang untuk sekolahnya.

Saat itulah sosok Kevin, teman masa kecilnya, satu-satunya orang yang selalu ada untuknya menjadi penyemangat dan alasan hidupnya. Orang yang kini tak lagi menemaninya dan menceramahinya dengan ribuan petuah saat Ria tengah stres dan melakukan hal-hal bodoh.

***

Sementara itu tepat di lantai 2 seorang laki-laki bertubuh gempal tengah berjalan dengan panik sambil beberapa kali menengok kesana kemari.

"Sialan! Tidak bisakah aku mendapatkan tubuh yang lebih baik dari ini? Dia pasti menghabiskan waktunya hanya untuk mengumpulkan semua lemak ini”

Dengan napas tersengal pria bertubuh gempal itu berusaha mencari cara untuk kabur tanpa ketahuan.

"Sudah selesai main kejar-kejarannya?" tiba-tiba seseorang bertanya pada pria gempal itu yang entah sejak kapan ada di belakangnya.

"cih!"

***

BUM!!

Tiba-tiba saja terdengar suara ledakan yang cukup keras dari lantai dua membuat alarm keamanan menyala, dan orang-orang mulai panik. Sementara itu Ria yang masih menemani Kevin juga ikut terkejut dan panik saat gedung rumah sakit ikut berguncang oleh ledakan yang cukup besar itu.

BUM!!

Belum selesai guncangan akibat ledakan tadi kini ledakan lain muncul dan langsung merobohkan gedung utara rumah sakit. Para dokter dan perawat pun bergegas memindahkan semua pasien untuk keluar dari rumah sakit.

Berkali-kali Ria memencet tombol darurat tapi tidak ada perawat yang datang, melihat orang-orang diluar sana berlarian keluar, Ria tidak bisa diam saja meninggalkan Kevin.

"Dasar!" umpatnya kesal lalu mengambil kursi roda yang ada di pojok ruangan dan perlahan mengangkat tubuh Kevin yang berat baginya

"Ayolah Kevin... lo berat banget sih... kita harus keluar dari sini" setelah beberapa kali Ria bersusah payah mengangkat tubuh Kevin, akhirnya Ria berhasil mendudukkannya di kursi roda yang kemudian langsung didorongnya keluar.

BUM!!

Ledakan tadi pun kini terdengar lagi membuat tembok gedung mulai retak dan lantai yang bergetar hebat. Sementara itu Ria dan orang-orang yang membawa para pasien dengan kursi roda kini tak bisa melanjutkan perjalanan karena lantai didepan mereka sudah jebol.

"Bagaimana ini?"

"Kita tidak maju lagi sudah tidak ada tangga darurat lagi"

"Mama..."

"Ya tuhan tolong kami"

"Ck" Ria berdecak kesal sambil menggenggam kursi roda Kevin dengan erat membayangkan akhir hidupnya yang sungguh menyedihkan, padahal Ria selalu berharap bisa terus hidup dengan Kevin di dunia yang selalu Kevin kagumi.

Hingga tiba-tiba terdengar suara ribut helikopter yang langsung menurunkan petugas dengan pakaian penyelamat untuk membantu evakuasi.

"Semuanya menjauh dari retakan!" petugas itu memperingatkan sambil mengarahkan orang-orang menuju jalan evakuasi yang sudah dibuat oleh para petugas penyelamat. Namun nahas Ria yang hendak menarik kursi roda Kevin tergelincir membuat lantai di bawahnya hancur.

"Hah! Kevin!!" Ria pun berusaha mati-matian menarik kursi roda itu, tapi petugas malah menarik tangannya untuk menjauh tanpa memperdulikan orang yang sudah terlanjur jatuh ke bawah.

"Tapi temen saya pak!" tanpa mengindahkan permintaan Ria, petugas itu menarik dengan kuat lengan Ria membuat kursi roda itu lepas dari genggamannya.

"KEVIN...!!"

***

Semua orang pun sudah keluar dengan selamat, walaupun ada beberapa yang luka-luka. Sementara gedung rumah sakit sudah benar-benar hancur karena ledakan berkali-kali, pemadam kebakaran pun berusaha memadamkan api di reruntuhan bangunan yang terbakar.

"Pak pak! Tolong temen saya pak! Temen saya masih di dalem sana pak!" dengan panik Ria meminta tolong pada petugas untuk menyelamatkan Kevin yang entah ada di mana.

Tidak ada yang tahu persis apa yang terjadi di gedung rumah sakit yang sudah terjamin keamanan dan keselamatannya itu, entah teroris, atau kesalahan teknis asal pengeboman itu. Pemadam kebakaran, polisi, sampai wartawan pun sudah memenuhi halaman rumah sakit.

"Pak lapor! Ada satu orang lagi yang baru saja keluar dari reruntuhan gedung" salah seorang petugas polisi mengabari kepala polisi yang terkejut mendengarnya.

"Apa?! Bagaimana bisa ada yang tertinggal?!" belum selesai keterkejutan kepala polisi itu mendapat kabar bahwa masih ada orang didalam sana, tiba-tiba dari balik reruntuhan dan kepulan asap api seseorang keluar dengan pakaian pasien rumah sakit dan langsung jadi pusat perhatian, begitupula dengan Ria yang matanya sudah sembab karena terus menangis.

Semakin dekat orang itu berjalan, semakin jelas wajahnya terlihat dibalik kepulan asap.

"Ce cepat! Amankan dia dan pastikan dia baik-baik saja!" titah kepala polisi itu dengan gagap, baru tersadar dari keterkejutannya. Polisi dan pemadam kebakaran yang mendengar perintah itu pun langsung bergegas mendekati korban, saat tiba-tiba para petugas itu terpental.

"A apa yang terjadi?" para petugas itu pun terkejut dengan apa yang baru saja mereka alami.

"Ke Kevin...?"

Dan betapa terkejutnya Ria saat menyadari kalau orang itu adalah Kevin, seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya Ria langsung berlari menghampiri Kevin dan langsung memeluknya.

"Kevin! Gue seneng banget lo udah sadar gue bener-bener khawatir lo nggak bisa keluar" ujar Ria sambil menangis di pelukan Kevin, saat Ria berharap Kevin akan membalas pelukannya, Kevin justru mendorong bahu Ria cukup keras membuat Ria jatuh ke atas tanah, hal itu pun sontak membuat Ria terkejut dan tidak percaya dengan apa yang baru saja Kevin lakukan.

Dan saat Ria menatap wajah Kevin dirinya dikejutkan oleh bola mata Kevin yang seharusnya berwarna coklat tua kini berubah menjadi merah terang dan menyala seperti hewan buas yang kelaparan dan siap menerkam siapa saja yang mengusiknya.

"Kevin…? Bukan, siapa lo?"

***

Bab 2

BRUK!!

"Benar-benar menyusahkan"

Tiba-tiba Kevin ambruk dengan napas tersengal dan keringat dingin membasahi wajah nya.

"Tunggu Kevin! Kevin! Lo nggak papa?" Tanya Ria saat berhasil mengejar Kevin yang langsung pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun. Khawatir melihat Kevin yang tiba-tiba berhenti sambil memegangi kepalanya.

"Lo baru aja bangun dari koma, seharusnya jangan memaksakan diri dulu" ujar Ria berusaha membantu Kevin berjalan, tapi Kevin langsung menepis tangan Ria membuatnya kembali terkejut dengan sikap Kevin yang tiba-tiba berubah drastis.

"Kevin…? Lo nggak inget gue? Apa lo amnesia?" Tanya Ria yang benar-benar bingung dengan sikap Kevin yang seperti bukan Kevin sejak bangun dari koma dan muncul di balik reruntuhan.

"Hei manusia! Apa kau punya tempat tinggal?"

***

Sesampainya di rumah Ria, Kevin langsung membaringkan tubuhnya diatas kasur milik Ria.

"Akhirnya… bisa istirahat juga, benar-benar hari yang melelahkan"

Sementara itu Ria yang masih berdiri di tempatnya, masih bergelut dengan pikirannya. Tapi disisi lain Ria senang Kevin sudah bangun dari komanya dan selamat dari reruntuhan gedung rumah sakit, tapi disisi lain Ria benar-benar sedih, kecewa, dan marah pada dirinya sendiri Kevin berakhir dengan kehilangan ingatannya.

Tak sadar air mata Ria tumpah tak terbendung, sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan Ria menangis terisak.

"Ck!"

Kevin yang baru saja memejamkan matanya pun terganggu oleh tangisan Ria.

"Hei manusia! Bisakah kau menangis di tempat lain? Berisik!" ketus Kevin dan mengusir Ria dengan kasar.

Ria pun berusaha menghentikan tangisannya, walaupun ia masih ingin menangis. Ria menatap Kevin dengan tatapan yang terluka.

"Apa lo bener-bener nggak inget apa-apa Kevin? Apa lo juga nggak inget gue?" Tanya Ria dengan suara bergetar menahan isak tangisnya.

"Ck! Cerewet!" ketus Kevin yang benar-benar dibuat kesal dengan perempuan di depannya yang masih saja menangis.

"Lo bahkan manggil gue cerewet. Kevin… Kevin yang gue kenal nggak bakal biarin cewek nangis di depannya, Kevin… Ke_"

PRANG!!

"Aaakkhh!!"

Tiba-tiba saja vas bunga yang ada diatas meja belajar pecah berkeping-keping membuat Ria tersentak dan langsung diam tak berkutik dengan tubuh yang bergetar ketakutan.

Kevin yang merupakan pelaku pecahnya vas itu mulai berdiri menghampiri Ria dengan emosi yang membendung. Kevin terus maju membuat Ria refleks mundur hingga ia benar-benar terpojok ke dinding di belakangnya.

Dan entah bagaimana Kevin sudah memegang pisau buah dan tanpa aba-aba dan belas kasih ia menancapkan pisau itu ke tembok tepat di samping telinga Ria yang spontan berteriak ketakutan.

"Tidak bisakah kau tutup mulut cerewet mu itu!" ucap Kevin penuh penekanan "orang yang lo panggil Kevin itu sudah mati, dan orang yang ada di hadapanmu ini hanyalah raganya yang diambil alih olehku, iblis yang akan menghancurkan dunia ini. Mengerti!"

Belum selesai Ria mencerna ucapan laki-laki yang ada di hadapannya itu, Kevin pun membuatnya tidak sadarkan diri dan jatuh ke atas lantai.

"Kuharap itu bisa membuatmu diam" tiba-tiba Kevin pun ikut ambruk dengan napas tersengal dan kepala yang berdengung.

"Dasar merepotkan" gumamnya kesal sambil berusaha berdiri dan menghampiri kasur dengan tertatih-tatih. Koma selama satu bulan membuat tubuhnya terasa sangat lemah dan tak berdaya, tapi itu lebih baik daripada mendapat tubuh yang benar-benar tidak bisa menguntungkannya sama sekali.

***

Dua hari setelah kejadian pengeboman gedung rumah sakit, Ria sudah kembali berangkat sekolah walaupun Ria lebih banyak diam dan melamun.

"Hei kalian udah denger belum kabar gedung rumah sakit yang hancur dua hari yang lalu?" Mita, cewek yang dikenal sebagai ratu gosip di sekolah itu bertanya pada teman-temannya.

"Udah emang kenapa?" tanya Raka bingung.

"Apa kalian tahu penyebab hancurnya gedung rumah sakit itu?" Mita bertanya sambil menunjuk teman-temannya satu persatu yang hanya saling tatap.

"Bukannya udah jelas itu pengeboman kan?"

"Itu beritanya juga bilang begitu"

Seli dan Raka yang menjawab pun mendapatkan gelengan dari Mita membuat mereka mengerutkan kening bersamaan.

"Ck ck ck nggak… kejadian yang sebenarnya terjadi nggak sesimpel itu" ucap Mita dengan bersilang dada.

"Emang lo tahu dari mana kalau itu bukan pengeboman" Tanya Roy, cowok yang memiliki pesona luar biasa di SMA semesta sebagai ketua basket.

"Ya… berbanggalah kalian punya teman yang punya banyak koneksi di mana-mana kayak gue" ucap Mita sambil bergaya sok cantik dengan mengibaskan rambutnya yang hanya sebatas bahu

"Kebetulan bokap gue punya kenalan seorang detektif polisi yang juga terlibat kasus di rumah sakit itu" lanjutnya.

"Terus kalo bukan pengeboman apa dong" tanya Seli kembali ke topik.

"Tentu aja kabar pengeboman itu palsu karena detektif juga nggak nemuin bahan peledak sama sekali, mau dibilang kesalahan teknis pun juga emang nggak ada kerusakan sama listrik di rumah sakit. dan sampai sekarang polisi masih nggak tahu apa penyebabnya”

"Karena media massa udah nggak sabar nunggu, akhirnya dibuatlah kabar palsu itu, selagi polisi masih menyelidiki kasus itu tanpa sepengetahuan media massa” terang Mita dengan sangat percaya diri.

"Lah terus kalo bukan pengeboman ataupun kesalahan teknis apa dong?” Mita hanya menggeleng tidak tahu.

"Lo yakin sama apa yang bokap lo bilang itu Mit” Roy menatap Mita dengan tatapan menyelidik.

"Ya, tentu aja gue yakin seratus persen”ujar Mita sambil membalas tatapan Roy yang seperti tidak percaya dengannya.

Mereka berempat pun mulai sibuk dengan pikiran masing-masing di tengah kelas yang mulai riuh karena jam kosong.

"Eh Ria! bukannya dua hari yang lalu lo pergi njenguk Kevin di rumah sakit yang hancur itu?” tanya Mita pada Ria yang duduk di belakangnya, mengingat dua hari yang lalu Ria pergi ke rumah sakit yang hancur itu untuk menjenguk Kevin seperti biasa.

Tapi, bukannya menjawab Ria justru terlihat tengah melamun, sadar dengan hal itu membuat Mita menatap teman-temannya yang juga menyadari hal itu.

"Heh! Ria! lo denger nggak?” tanya Raka dengan suara yang cukup keras membuat yang dipanggil langsung gelagapan.

"A hah iya!?”

"Lo ngelamun Ri? lo nggak papa kan muka lo pucet amat” tanya Seli sedikit khawatir melihat wajah Ria yang memang terlihat sedikit lebih pucat hari ini.

"M… nggak kok gue nggak papa” Ria menjawab sambil tersenyum yang sangat terlihat palsu di mata teman-teman yang sudah sangat kenal dengan Ria yang biasanya selalu ceria dan tidak bisa diam, Ria yang selalu semangat tiap kali Mita memulai gosip paginya, kini tiba-tiba hanya duduk diam sambil melamun.

"Yakin lo nggak sakit Ri? muka lo pucet gitu loh” tanya Raka memastikan lagi.

"Nggak gue tadi lupa nggak pake lipbalm aja, soalnya udah abis di rumah” jawab Ria meyakinkan.

"Oh ya tadi lo nanya apa ya Mit? gue tadi nggak denger” tanya Ria berusaha mengalihkan topik

Mita menghela nafas kasar sebelum mengulang pertanyaannya tadi.

"Aslinya gue nggak suka ya ngulang-ngulang pertanyaan, tapi kalo lo emang nggak denger yaudah”

"Gue tadi nanya, lo dua hari yang lalu pergi njenguk Kevin di rumah sakit yang ancur itu kan?”

"E… i iya?”Ria menjawab dengan ragu-ragu.

"Terus gimana sama Kevin? gue denger nggak ada korban jiwa, Kevin nggak kenapa-napa kan?” tanya Mita sedikit khawatir.

"E… itu… Kevin…”

"Apa gue harus bilang yang sebenarnya ya? atau gue harus bohong? tapi gue nggak pinter bohong” batin Ria yang tengah bergelut dengan pikirannya mengingat kejadian dua hari yang lalu masih membuatnya trauma.

"Itu…” Ria menatap ke empat teman-temannya yang tengah fokus menunggu jawaban darinya, melihat hal itu membuat Ria tidak tega jika harus berbohong.

"Sebenarnya Kevin… udah sadar”

"Hah! Kevin udah sadar?!” ujar mereka bersamaan.

"Beneran Ri, Kevin udah siuman?”

"Terus gimana kondisinya?”

"Dia nggak kenapa-napa kan?”

Mendengar kabar mengejutkan itu membuat mereka langsung memberondong Ria dengan beribu pertanyaan.

"Terus gimana sama perawatannya? lo bawa dia ke rumah sakit mana lagi?”

"Eh… itu… sebenarnya Kevin ada di rumah gue” Ria menjawab dengan gugup “eh… rawat jalan” Ria menambahkan.

Teman-temannya pun bersamaan membulatkan mulut sambil manggut-manggut, percaya dengan ucapan Ria.

"Kalo gitu kita jenguk Kevin ke rumahnya Ria aja, ya kan Ri?”

Ria pun kebingungan harus jawab apa, mereka tidak boleh tahu untuk sekarang.

"Eh? tapi… nggak bisa!” ucap Ria tiba-tiba.

"Maksud gue… Kevin masih butuh istirahat total. jadi… nggak boleh diganggu dulu” lanjutnya meyakinkan.

"Gitu ya, yaudah deh kapan-kapan kalo Kevin sudah lebih baik kita jenguk bareng-bareng”ucap Mita yang percaya dengan ucapan Ria yang justru membuatnya merasa sangat bersalah karena sudah berbohong pada teman-temannya sendiri.

***

Bab 3

Pulang sekolah Ria menunggu di halte sambil bermain hp mencari lowongan pekerjaan yang menerima pelajar. Ria benar-benar butuh pekerjaan sekarang. ujian sekolah juga sebentar lagi dan Ria belum melunasi spp nya yang nunggak tiga bulan.

Ria juga tidak bisa naik angkutan umum terus jika masih ingin bertahan dengan uang tabungannya yang mulai menipis sebelum dapat pekerjaan sambilan.

Ria menghela nafas panjang, mengingat dua hari terakhir bersama iblis Aron yang ada di tubuh Kevin dan selalu minta yang aneh-aneh, menganggapnya seperti pembantu.

Walaupun terus di tampar oleh kenyataan bahwa Kevin tak lagi mengingatnya, Ria masih belum percaya kalau Kevin benar-benar sudah meninggal sejak kejadian di rumah sakit itu.

"AAKH!! dasar Kevin bodoh!" saking kesalnya Ria memikirkan Kevin membuatnya tidak sengaja menendang kaleng minuman yang ada di bawahnya dengan keras.

"Aduh!" seseorang tiba-tiba mengaduh kesakitan karena kaleng yang Ria tendang tadi ternyata mengenai seseorang yang tak jauh dari tempatnya.

"Duh!, geger otak nggak ya tuh orang? mana gue nendangnya keras banget lagi tadi" Ria pun segera menghampiri cowok itu dengan tergesa-gesa dan khawatir.

"Eh, lo nggak papa? maaf ya gue nggak sengaja tadi"

"Ssshh… ya nggak papa kok" ucap cowok itu sambil sesekali mengelus-elus kepalanya.

"Maaf ya, pasti sakit ya apa perlu ke rumah sakit" Ria mencoba menawarkan bantuan, melihat cowok itu yang masih kesakitan.

"Nggak, nggak perlu. nggak sampe berdarah juga kok" cowok itu berusaha meyakinkan. melihat cewek yang ternyata pelaku kaleng itu ia sedikit tersenyum tipis.

"Tendangan lo lumayan keras juga ya, mungkin lo bisa cetak gol pake tendangan itu" bukannya marah cowok itu justru memuji tendangan cewek yang ada di depannya itu.

"Kenalin gue Rama Riski Purnama. lo bisa manggil gue Rama aja" ujar cowok itu memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan pada Ria, Ria yang sedikit kikuk kemudian membalas jabatan tangan cowok itu dengan ragu-ragu.

"Ria, Yarialain Slavia Putri"

"Nama yang cantik, kayak orangnya" ujar Rama berhasil membuat Ria sedikit tersenyum malu dan langsung memalingkan wajahnya yang sudah memerah.

Saat Ria tidak sengaja melihat motor yang terparkir di samping cowok itu

"Itu... motor lo?" tanya Ria pada Rama yang masih melihat ke arahnya.

"Ya… motor gue tiba-tiba mogok nih, biasalah motor tua" jawabnya sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Emang rumah lo dimana?" tanya Ria pada Rama.

"Tiga blok dari sini dekat stasiun" jawab Rama.

"Kebetulan juga gue baru pindah minggu ini” lanjutnya.

"Rumah gue juga dekat dari sana" Ria menimpali.

"Kayaknya kita searah, mau gue anter?" Rama menawarkan.

"Tapi… motor lo kan…”.

Rama pun menaiki motornya mencoba menyalakannya lagi, dan dalam sekali percobaan ternyata motornya kembali menyala.

"Maklumlah motor tua, ayo naik"

Dan akhirnya Ria pun pulang diantar Rama sampai depan rumahnya. baru saja Rama menghentikan motornya, fokusnya langsung teralihkan oleh rumah Ria yang cukup sederhana.

"Makasih ya udah nganterin gue sampe rumah" ucap Ria yang sudah turun dari motor, Rama pun langsung mengalihkan perhatiannya dan tersenyum pada Ria.

"sama-sama, m… boleh gue minta nomor lo?" tanya Rama tiba-tiba.

"Eh! e… maaf sebenarnya… boleh kita temenan?" tanyanya membenarkan. Ria pun hanya diam tak merespon, masih kaget dengan pertanyaan dari seorang cowok yang baru ia temui tadi. saat tiba-tiba Ria justru tertawa.

"Nggak perlu sekaku itu kali, tentu aja boleh" ucap Ria lalu mengeluarkan ponselnya.

"Mana ponsel Lo?" tanpa banyak tanya Rama pun memberikan ponselnya pada Ria.

"Ini" Ria pun mengembalikkan ponsel Rama setelah selesai memindahkan nomornya.

"Jadi… kita… berteman sekarang?" tanya Rama memastikan.

"Ya!" jawab Ria sambil tersenyum pada Rama.

"Kalo gitu makasih ya buat tumpangannya" ucap Ria yang kemudian berlalu pergi sambil melambaikan tangan pada Rama, Rama pun membalas lambaian tangan Ria seiring perubahan wajahnya yang menatap tajam rumah Ria, atau lebih tepatnya seseorang yang ada di dalam rumah.

"Terima kasih juga untuk hari ini” gumamnya sambil tersenyum miring.

***

Pagi di hari minggu, Ria yang masih tertidur di sofa ruang tamu tiba-tiba dikagetkan dengan air yang membasahi wajahnya.

"Hei manusia! bangun! buatkan aku sarapan cepat!" titah Kevin, pelaku penyiraman air yang membuat Ria bangun dengan gelagapan.

Setelah puas menyiram Ria, Kevin pun berlalu pergi tanpa merasa bersalah sedikitpun seakan tidak terjadi apapun. sementara pagi-pagi Ria sudah dibuat kesal dan marah dengan kelakuan Kevin, sudah membuatnya tidur di ruang tamu karena memang rumah Ria hanya memiliki satu kamar yang masih utuh, dan sekarang membangunkannya dengan air tanpa belas kasih sedikitpun.

Entah harus marah atau tidak, sejak Kevin bangun dari komanya dan muncul dari balik reruntuhan gedung rumah sakit, Kevin mengaku sebagai iblis yang akan menghancurkan bumi dan sama sekali tidak ingat apapun seakan memang ia bukan Kevin.

Entah harus percaya atau tidak, tapi makin hari sikap Kevin makin kurang ajar dan tak berperasaan. Tapi Ria juga tidak bisa mengusir Kevin begitu saja, dan yakin kalau Kevin hanya hilang ingatan saja, walaupun hilang ingatannya memang tidak masuk akal, menganggap diri sendiri sudah meninggal dan mengaku-ngaku sebagai iblis.

"HEH MANUSIA!! cepat aku sudah lapar!!" tiba-tiba teriakan Kevin membuyarkan lamunan Ria yang mau tak mau harus menggerakkan tubuh nya untuk menyiapkan sarapan.

***

Selesai menyiapkan sarapan sederhana Kevin yang dari tadi menunggu di meja makan langsung menyantap semua lauk yang ada, saat Ria hendak duduk di kursinya.

"E eh! siapa yang suruh duduk?" ujar Kevin tiba-tiba

"Kan gue juga mau makan" ucap Ria bingung dengan ucapan kevin barusan.

"Berani melawanku? manusia lemah sepertimu seharusnya lebih menghormati iblis terkuat sepertiku ini, berbaik hatilah karena aku masih belum membunuhmu, manusia lemah" ucap Kevin dengan menekankan kalimat terakhirnya menatap Ria dengan wajah angkuh sambil menunjuk Ria dengan sendok yang ada di tangannya.

Ria yang mendengar itupun tersulut emosinya, dengan mengepalkan tangannya kuat-kuat Ria sudah tidak bisa meredam emosinya lagi

“CUKUP!!”

BRAK! tanpa sadar Ria memukul meja dengan keras dengan nafas yang naik turun.

"Cukup main-mainnya Kevin, kalo lo emang hilang ingatan berhenti bermain-main kayak gini lagi! dan berhenti nyebut gue manusia lemah, gue udah cukup mampu bertahan sampai detik ini dengan kaki gue sendiri!" Ria terus meluapkan emosinya sambil berusaha untuk tidak menangis.

"Daripada main-main sebaiknya lo berusaha nginget semua tentang lo!" lanjutnya dengan suara lirih tapi masih bisa didengar.

"Kau itu cerewet sekali ya" mendengar respon dari Kevin yang sama sekali tidak memperdulikan perasaan Ria yang sudah hancur, berhasil membuat air mata Ria lolos meluncur dengan deras.

"Bukankah sudah kubilang padamu kalau orang yang kau panggil Kevin itu sudah mati, dan yang ada di hadapanmu ini hanyalah jasadnya yang diambil alih olehku, iblis yang akan menghancurkan dunia" lanjutnya sambil tersenyum smirk tanpa memperdulikan Ria yang sudah menangis sambil terisak.

Walaupun sudah tahu hal itu pun, Ria masih terus saja menepisnya dengan keras

"Kalo gitu biktiin kalo lo emang benar-benar bukan Kevin" ucap Ria meminta cowok yang masih menatapnya dengan remeh itu membuktikan ucapannya, dan Ria berharap cowok yang ada di hadapannya itu tidak bisa membuktikan apapun dan hanya bermain-main saja.

Ria masih belum sanggup kehilangan satu-satunya orang yang menjadi alasan untuknya bertahan sampai detik ini juga. Tidak, Ria tidak bisa, setelah orang tuanya meninggal 5 tahun yang lalu, Kevin lah satu-satunya orang yang terus mendampingi dan menyemangatinya untuk terus bertahan. dan kehilangannya adalah sebuah mimpi buruk paling mengerikan yang pernah Ria alami.

***

Ria dan Kevin pun berjalan keluar rumah, untuk membuktikan ucapan Kevin yang mengaku sebagai iblis yang akan menghancurkan bumi. Kevin mengajak Ria untuk membuktikannya di luar, entah apa yang akan Kevin lakukan tapi entah kenapa Ria sudah merasa gelisah memikirkannya. Ria sangat berharap ucapan Kevin hanya bualan saja.

Saat tiba-tiba Kevin berhenti lalu menghadap ke gang kecil yang ada di sampingnya.

"Kenapa berhenti?" tanya Ria bingung ikut melihat ke arah Kevin melihat sambil tersenyum puas. Terlihat seekor anjing tengah menggonggong marah pada Kevin

"Seekor anjing? apa dia kehilangan tuannya?" ujar Ria saat melihat kalung yang ada di leher anjing berbulu coklat itu.

"Ya itu tidak penting lagi, mangsa yang bagus untuk jadi bahan percobaan kebetulan aku ingin mencoba sesuatu" ucap Kevin dengan senyum licik.

Ria menatap Kevin sambil bertanya-tanya apa yang akan Kevin lakukan pada anjing itu. Saat tiba-tiba Ria merasakan angin berhembus cukup kencang di sekelilingnya bersamaan dengan hawa yang cukup mencekam, Ria melihat Kevin tengah mengarahkan tangan kanannya pada anjing itu sambil konsentrasi, seketika itu dari bawah dan atas anjing itu berdiri muncul lingkaran sihir berwarna merah menyala seperti bola mata Kevin yang juga ikut bersinar.

"Dor!"

Dan saat Kevin mengepalkan tangannya sekejap tubuh anjing itu hancur seperti balon yang pecah tak bersisa dengan darah yang menciprat kemana-mana mengotori dinding di sekitarnya.

Ria yang melihat itu pun langsung membelalakkan mata dan membungkam mulutnya yang benar-benar ingin muntah melihat pemandangan di depannya, dengan tubuh yang bergetar karena menahan tangis.

"Apa kau sudah melihatnya? atau kau perlu kacamata?" ucap Kevin tanpa bersalah sedikitpun.

Ria yang tidak kuat lagi menahan tangisnya jongkok masih dengan tangan yang membungkam mulutnya, Kevin pun ikut jongkok di samping Ria hanya untuk membisikkan sesuatu.

"Apa sekarang kau percaya kalau aku memang iblis? itu baru seekor anjing, tunggu sebelum aku menghancurkan seluruh umat manusia di muka bumi ini seperti balon pecah" setelah mengatakan itu Kevin berlalu pergi meninggalkan Ria yang masih di posisinya.

"Oh ya barangkali kau lupa lagi biar ku ingatkan lagi kalau Kevin yang kau panggil-panggil itu sudah mati” mendengar hal itu Ria sedikit tersentak.

"Sepertinya aku suka dengan tubuh ini cukup kuat untuk jadi wadahku" ucap Kevin atau lebih tepatnya iblis yang ada di dalam tubuhnya dengan wajah tanpa dosanya, lalu kembali berlalu.

Ketakutan, Ria pun akhirnya benar-benar menjadi kenyataan, semua yang dikatakan Kevin memang benar, dia bukan Kevin tapi iblis tak berperasaan yang baru saja membunuh seekor anjing yang tak salah apapun.

Ria semakin terpukul menyadari mimpi buruknya kini jadi kenyataan, kehilangan orang yang sudah menjadi bagian dari hidupnya, orang yang paling berharga dalam hidupnya. Ria pun hanya bisa menangisi dunia yang selalu mengambil orang-orang yang Ria sayangi.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!