~Semua yang aku rasakan, belum tentu dimengerti orang lain. Bahkan orang terdekatku sekalipun.~
.
.
.
.
.
🌷🌷🌷🌷🌷
""Hiks... hiks... hiks... Papa.." Tangis Viola pecah melihat Papanya terbujur kaku dihadapannya.
"KALIAN MEMFITNAH PAPA SAYA, SAMPAI PAPA SAYA MENGALAMI SERANGAN JANTUNG DAN MENINGGAL DUNIA." Teriak Viola.
"Kami tidak memfitnah Tuan Tyo, tetapi Tuan Tyo merugikan perusahaan Bos kami. Tuan Tyo telah melakukan korupsi di perusahaan Bos kami. Dan itu faktanya." Ucap orang suruhan Bos dari perusahaan tempat Papa Viola, Tyo Bismawira bekerja.
"TIDAK MUNGKIN, PAPA SAYA TIDAK AKAN KORUPSI." Teriak Viola yang masih memeluk tubuh Papanya yang sudah tidak bergerak.
"Sayang, tenang iya." Ucap Mama Putri (Mamanya Viola).
"Nggak Ma, mereka pasti udah bohong sama kita. Papa nggak mungkin korupsi." Ucap Viola yang masih menangis.
Mamanya Viola yang tadinya menangis meratapi suaminya yang sudah meninggal pun, langsung menghapus air matanya dan menemui 2 orang suruhan dari Perusahaan tempat suaminya bekerja.
"Boleh saya melihat buktinya?" Tanya Mama Putri.
"Tentu." Ucap orang suruhan 1 sambil memberikan beberapa berkas yang dia bawa.
Mama Putri langsung membaca dengan detail berkas tersebut.
"Hah? Ini tidak mungkin." Ucap Mama Putri yang menangis dan terlihat syok.
"Bagaimana? Apa Ibu sudah percaya?" Ucap orang suruhan 2.
"Baiklah, saya percaya." Ucap Mama Putri sambil menghapus air matanya.
"Kalau begitu, semua aset yang dimiliki Tuan Tyo akan kami sita sebagai ganti rugi. Termasuk mobil dan rumah ini beserta isinya." Ucap orang suruhan 1.
"Beri kami waktu untuk memakamkan jenazah suami saya dan membereskan barang-barang kami." Mohon Mama Putri.
"Baiklah, kami beri waktu 2 hari untuk kalian. Kalau begitu, kami permisi." Ucap orang suruhan 2.
"Baik, terimakasih." Ucap Mama Putri.
.
💫💫💫💫💫
Setelah pemakaman Papanya, Viola langsung pulang bersama Mamanya.
"Mama, kita akan tinggal dimana?" Tanya Viola.
"Kita akan tinggal di rumah Mama, Sayang. Dulu itu hadiah dari Papa untuk Mama. Walaupun nggak semewah rumah kita." Ucap Mama Putri sambil mengelus rambut Viola.
"Iya, nggak pa-pa."
"Sayang, kamu harus kuat. Jangan larut dalam kesedihan terus. Nanti Papa bakal sedih juga kalau lihat anak perempuan satu-satunya terus menangis." Ucap Mama Putri sambil menenangkan Viola.
"Iya, Ma. Viola sudah ikhlas dengan kepergian Papa." Ucap Viola sambil memeluk Mamanya.
"Iya, Sayang."
"Mama, nanti Viola akan cari kerja buat bantu Mama." Ucap Viola dengan melepas pelukannya.
"Terserah kamu, Sayang. Tapi Mama masih punya Butik, kalau kamu mau kamu boleh bantu Mama di Butik."
"Viola pengin mandiri, Ma."
"Iya, sudah. Terserah kamu, Sayang." Ucap Mama Putri sambil memeluk Viola.
.
🍁🍁🍁🍁🍁
Keesokan harinya, Viola dan Mamanya harus meninggalkan rumah Papanya. Rumah yang berisi kenangan-kenangan indah bersama Papanya pun harus Viola tinggalkan, karena disita. Viola juga harus meninggalkan mobil kesayangannya, yaitu hadiah Ulang tahun ke-17 dari Papanya.
Namun, Viola terlihat sangat tegar dalam menghadapi situasi seperti itu.
30 menit berlalu, Viola dan Mamanya sampai disebuah Kompleks perumahan yang tidak terlalu mewah.
Mamanya Viola mengajak Viola untuk masuk disebuah rumah yang lumayan besar dengan pagar berwarna putih yang mengitarinya.
"Sayang, ayo masuk." Ajak Mama Putri.
"Iya, Ma."
Viola masuk dengan menarik kopernya.
Viola langsung masuk ke salah satu kamar yang ada didalam rumah.
"LO SIAPA?" Teriak Viola.
"Lo nggak perlu tau siapa gue. Yang pasti Lo akan jadi milik gue selamanya. Karena si tua bangka itu udah MATI. Jadi, nggak akan ada yang bisa menghalangi gue buat miliki Lo sekarang." Ucap Pria bertopeng itu sambil tertawa dan perlahan mendekati Viola yang masih duduk ketakutan.
"JANGAN MENGHINA BOKAP GUE. GUE NGGAK SUDI SAMA ORANG KAYAK LO. PASTI LO KAN YANG UDAH MEMFITNAH BOKAP GUE?" Teriak Viola.
"Ops.. Tebakan Lo nggak salah, Baby." Ucap Pria bertopeng sambil berjongkok dihadapan Viola.
"GUE AKAN BALAS LO." Teriak Viola.
"Turunkan nada bicaramu, Baby." Ucap Pria bertopeng sambil menyentuh pipi Viola.
"PERGI.. PERGI.. JANGAN SENTUH GUE.. PERGIII..." Teriak Viola.
Tiba-tiba.
"Sayang, bangun. Ini Mama." Ucap Mama Putri.
Seketika itu, Viola terbangun dari tidurnya dan mimpi buruknya. Viola langsung memeluk Mamanya.
"Sayang, kamu kenapa?"
~Jangan harap, gue nggak akan mau sama orang kayak Lo.~
.
.
.
.
.
🌷🌷🌷🌷🌷
Viola duduk termenung didepan rumahnya.
"Sayang, kamu kenapa?" Tanya Mama Putri.
"Nggak pa-pa, Ma. Mama mau ke Butik?" Tanya Viola.
"Iya, Mama mau ke Butik sebentar. Kamu nanti mau keluar apa di rumah aja?" Tanya Mama Putri.
"Viola nanti mau ke Taman Kota sebentar. Sambil nyari kerjaan." Ucap Viola.
"Kamu kerja aja di Butik Mama." Ucap Mama Putri.
"Nggak deh, Ma. Viola pengin mandiri." Ucap Viola.
"Iya udah kalau gitu, Mama berangkat dulu." Ucap Mama Putri.
"Iya, Ma." Ucap Viola sambil mencium tangan Mamanya.
Pukul 09.00 pagi, Viola sudah duduk dibangku Taman sambil melihat pemandangan yang indah, yaitu seorang anak perempuan sedang bermain dengan Ayahnya.
Sakit, hati Viola melihat itu semua. Kangen rasanya, Viola ingin memeluk Papanya.
Viola memilih untuk mengunjungi makam Papanya, yang memerlukan waktu 30 menit jalan kaki untuk sampai disana.
Viola terus menatap kosong ke depan, lurus tanpa tujuan. Dan tidak sengaja, Viola menabrak seorang anak perempuan dengan baju yang kotor, rambut yang berantakan, kucel dan bau. Anak perempuan itu berumur 8 tahun.
"Eh maaf, Kak." Ucap Anak itu.
"Nggak pa-pa, seharusnya Kakak yang minta maaf." Ucap Viola dengan tersenyum.
Viola tidak sengaja mendengar suara dari perut anak perempuan itu.
"Nama kamu siapa?" Tanya Viola.
"Nama aku Ratna, Kak." Ucap Anak itu.
"Kamu lapar?" Tanya Viola dan mendapat anggukan dari anak perempuan itu yang bernama Ratna.
Viola langsung membawa Ratna ke warung pinggiran untuk makan.
"Kamu mau makan apa?" Tanya Viola.
"Apa aja, Kak." Ucap Ratna.
"Buk, nasi sama lauknya 1 iya. Komplit, Buk." Ucap Viola.
"Minumnya apa, Neng?" Tanya pemilik warung.
"Kamu mau minum apa?" Tanya Viola kepada Ratna.
"Air putih aja, Kak." Ucap Ratna.
"Oke."
"Air mineral aja, Buk." Ucap Viola.
"Oke, Neng."
Setelah beberapa lama, akhirnya makanannya datang. Viola langsung mempersilahkan Ratna untuk memakannya.
Ratna makan tanpa bersuara, sedangkan Viola hanya menatap Ratna dengan kasihan.
Setelah selesai makan.
"Kamu belum sarapan, tadi?" Tanya Viola.
"Aku belum makan dari kemarin, Kak." Ucap Ratna.
"Kok bisa? Orang tuamu kemana?" Tanya Viola.
"Mamaku udah meninggal, Kak." Ucap Ratna sambil tertunduk.
"Eh, maaf. Kakak nggak bermaksud buat kamu sedih." Ucap Viola menenangkan Ratna.
"Nggak pa-pa, Kak."
"Terus, Papa kamu?" Tanya Viola.
"Papa di rumah, Kak. Papa yang suruh Ratna buat cari uang." Ucap Ratna.
"Hah? Kok ada iya, seorang Papa menyuruh anaknya cari uang. Padahal kan, dia masih kecil." Batin Viola.
"Kak." Ucap Ratna yang membuyarkan lamunan Viola.
"Eh, iya?"
"Makasih, Kak. Makanya enak. Kakak baik banget. Tapi maaf, Ratna harus kerja lagi, Kak." Ucap Ratna sambil pergi meninggalkan Viola.
"Eh, Ratna tunggu." Ucap Viola.
"Ada apa, Kak?" Tanya Ratna yang membalikkan badannya ke arah Viola.
"Ini buat kamu, sekarang kamu pulang aja. Kamu istirahat di rumah." Ucap Viola sambil memberikan 2 lembar uang 100 ribu.
"Ini beneran buat aku, Kak?" Tanya Ratna.
"Iya, ini buat kamu." Ucap Viola sambil tersenyum dan mengelus rambut Ratna.
"Makasih, Kak." Ucap Ratna sambil memeluk Viola.
"Sama-sama. Kamu pulang iya, biar kamu bisa istirahat." Ucap Viola.
"Iya, Kak. Ratna pamit dulu. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Viola tersenyum bahagia melihat Ratna yang berjalan dengan jingkrak-jingkrak.
Viola tidak tau, bahwa ada seseorang yang membuntutinya dari Taman sampai sekarang.
Viola langsung berjalan menuju makan Papanya.
"Assalamu'alaikum, Pa. Ini Viola. Viola kangen sama Papa." Ucap Viola dengan meneteskan air mata.
"Papa yang tenang iya disana. Viola akan selalu berdoa buat Papa. Maaf, Pa. Selama ini, Viola udah jadi anak yang manja dan suka nuntut ke Papa buat memberikan apapun yang Viola pengin. Maaf, Pa. Maaf." Ucap Viola yang menangis sambil memeluk batu nisan milik Papanya.
Dari kejauhan, melihat seseorang sedang memotret Viola. Dan langsung mengirim fotonya Viola, ke atasannya.
Tidak lama, orang itu mendapat telpon dari atasannya.
Call On.
"Halo, Bos. Nona Viola sedang mengunjungi makam Papanya." Ucap orang itu.
"Oke, selalu awasi dia." Ucap atasannya.
"Baik, Bos." Ucap orang itu dan langsung menutup telponnya.
Call Off.
Setelah merasa cukup tenang, Viola memutuskan untuk pulang.
Namun ditengah perjalanan, tiba-tiba ada yang membungkam mulut dan hidung Viola sampai Viola pingsan.
Orang itu pun langsung membawa Viola ke rumah pribadinya.
Disisi lain, orang yang selalu mengawasi Viola sejak tadi pun kebingungan melihat adegan didepannya. Dia langsung menelpon Bosnya.
Call On.
"Maaf, Bos. Ada orang yang tiba-tiba membawa Nona Viola." Ucap orang itu.
"Apa? Siapa membawa Viola?" Tanya atasannya.
"Nggak jelas, Bos. Dia memakai Hoodie hitam sampai menutupi kepalanya."
"Kamu cari keberadaan Viola sekarang. Kalau tidak ketemu, nyawa kamu taruhannya."
"Ba-Baik, Bos." Ucap orang itu dengan gugup.
Call Off.
.
🌺🌺🌺🌺🌺
Disisi lain, di rumah milik anak dari musuh Papanya Viola.
Viola terbangun dari pingsannya. Dia berada disebuah kamar dengan nuansa abu-abu tua.
"Gue dimana?" Tanya Viola kepada dirinya sendiri.
Tiba-tiba, "Tenang, Lo aman." Ucap orang yang menculik Viola.
"Zoni." Ucap Viola dengan kaget.
"Lo masih ingat sama gue? Bagus deh kalau gitu." Ucap Zoni sambil tersenyum sinis.
"Apa mau Lo?" Tanya Viola.
"Gue, maunya Lo." Ucap Zoni.
"Jangan harap, gue nggak akan mau sama orang kayak Lo." Bentak Viola.
"Cih, jangan jual mahal. Lo itu udah miskin, masih mending gue mau sama Lo." Ucap Zoni mendekati Viola yang diikat diatas kasur.
"Menjauh Lo. Jangan dekati gue." Bentak Viola.
"Lo itu harusnya bersyukur. Gue masih cinta sama Lo, walaupun Lo itu udah miskin." Ucap Zoni.
"Lepasin gue." Berontak Viola.
"Gue akan lepasin Lo, kalau Lo mau jadi istri gue."
"Jangan harap. Gue nggak sudi punya suami kayak Lo." Bentak Viola.
"Kalau Lo nggak mau. Jangan salahkan gue, kalau sekarang Lo akan kehilangan kehormatan Lo sebagai perempuan." Ucap Zoni yang mulai menyentuh pipi Viola.
"Jangan sentuh gue dengan tangan jijik Lo itu." Bentak Viola sambil berusaha menendang Zoni dengan kakinya.
"Gue akan kasih Lo waktu sampai nanti malam, kalau Lo masih nolak. Lo akan tau sendiri akibatnya." Ucap Zoni yang berjalan meninggalkan Viola sendirian di kamar.
"Ya Allah, tolong bantu hambamu ini." Pinta Viola.
.
🍁🍁🍁🍁🍁
Sedikit cerita.
Zoni adalah orang yang terobsesi dengan Viola. Orang tua Zoni sangat menentang Zoni untuk berhubungan dengan Viola, karena Papa Viola telah membuat Perusahaan milik Papanya rugi besar akibat kalah Tender.
Namun, Zoni tidak pantang menyerah. Dia selalu mengejar-ngejar Viola walaupun mendapat banyak penolakan dari Viola.
Setelah beberapa bulan, ada kabar kalau Papa Viola meninggal.
Dan entah kenapa, Papa Zoni malah mendukung Zoni untuk menjalin hubungan dengan Viola, setelah mendengar kabar kematian dari Papa Viola.
Sebelum didukung oleh Papanya, Zoni pernah berbuat nekat untuk mendapatkan Viola.
Flashback on.
2 tahun yang lalu.
Zoni melihat Nendra berjalan bersama Viola di Kampus. Mereka terlihat sangat akrab, bahkan dikabarkan sedang menjalin hubungan.
Zoni yang melihat itu pun geram. Dia langsung menyuruh anak buahnya untuk menghabisi Nendra.
Setelah dua hari, di Kampus dihebohkan dengan kabar meninggalnya Nendra.
Viola pun langsung pergi bersama sahabatnya, yaitu Dita. Menuju ke rumah Nendra.
"Nendra, kenapa Lo tinggalin gue." Ucap Viola dengan menangis.
"Sabar, Vi. Lo harus ikhlas." Ucap Dita. Viola hanya mengangguk, namun tetap meneteskan air mata.
3 hari kemudian, Viola meminta Papanya untuk menyelidiki kematian Nendra.
Dan alangkah terkejutnya Viola, ternyata Zoni adalah dalang dibalik itu semua.
Flashback off.
~Mungkin waktu masih berpihak kepada diriku yang lemah ini.~
.
.
.
.
.
🌷🌷🌷🌷🌷
BRAK
Pintu terbuka lebar, disitulah tempat Viola dikurung oleh Zoni.
"Sayang, malam ini kamu masih bisa selamat." Ucap Zoni yang menghampiri Viola yang duduk disudut ruangan dengan ketakutan.
"Karena gue ada urusan penting yang nggak bisa gue tinggalin." Ucap Zoni sambil mengelus rambut Viola. Viola hanya diam tanpa mau memberontak.
Viola duduk memeluk kedua kakinya dengan lemas. Karena dia belum diberi makan oleh Zoni.
"Lo jangan coba-coba kabur dari sini. Kalau nggak mau terjadi apa-apa sama Mama Lo." Ucap Zoni dengan tersenyum sinis.
"Jangan lukai Mama gue." Ucap Viola dengan lemas dan tanpa melihat kearah Zoni yang berada didepannya.
"It's okay, Sayang. Mama Lo akan selamat kalau Lo mau ikuti semua yang gue minta." Ucap Zoni. Namun, Viola hanya terdiam.
"Gue pergi dulu. Besok pagi, gue tunggu jawaban dari Lo." Ucap Zoni sambil mencium puncak kepala Viola dan langsung pergi dari ruangan itu dengan mengunci pintunya.
.
🌟🌟🌟🌟🌟
10 menit setelah itu.
Tiba-tiba, ada seorang pelayan masuk ke ruangan Viola.
"Permisi, Nyonya. Tadi saya disuruh membawakan makanan untuk Nyonya." Ucap pelayan.
Viola langsung menghampiri pelayan itu dan langsung memakan makanan yang dibawa pelayan.
"Nyonya, kelihatan lapar sekali." Ucap pelayan.
"Iya, saya belum makan dari pagi." Ucap Viola sambil makan.
"Kasihan sekali."
"Maaf... anda siapa?" Tanya Viola sambil melihat pelayan itu.
"Saya pelayannya Tuan Muda di Mansion ini. Panggil saja Bibi Ratih." Ucap pelayan, yaitu Bibi Ratih.
"Bibi udah lama kerja disini?" Tanya Viola.
"Bibi sudah kerja disini, saat Mansion ini dibeli. Ini Mansion pribadi milik Tuan Muda Zoni."
"Apa Bibi yang pengin kabur dari sini?"
"Ngapain saya kabur, Nyonya. Disini saya dianggap sebagai Ibu kedua dari Tuan Muda Zoni. Tuan Muda sangat baik, Nyonya."
"Baik dari mananya? Berhati Iblis iya. Dia sudah membunuh Nendra, sahabat gue." Batin Viola.
"Jangan panggil saya Nyonya, panggil saja saya Viola." Ucap Viola.
"Maaf, Nyonya. Ini perintah dari Tuan Muda Zoni. Saya nggak bisa melanggarnya."
"Hm, baiklah. Terserah Bibi." Ucap Viola.
"Kalau begitu, saya permisi dulu."
"Baiklah."
.
🥀🥀🥀🥀🥀
Jam 22.00 terdengar suara berisik dari luar. Terdengar bunyi perkelahian dan penembakan. Namun, Viola tidak bisa keluar karena dia dikunci.
Viola hanya bisa duduk diatas kasur sambil memeluk kedua kakinya.
Tiba-tiba...
BRAK
Pintunya terbuka lebar.
"Nona Viola, ikut saya sekarang." Ucap orang itu sambil mengulurkan tangannya.
"Lo siapa?" Tanya Viola masih dengan posisi yang sama.
"Nona, saya mohon ikut saya. Kalau Nona mau selamat." Ucap orang itu.
Viola langsung teringat dengan kata-kata Zoni.
Kalau Viola kabur, maka Mamanya akan celaka.
"Tidak, nanti Mama gue bakal celaka kalau gue kabur." Ucap Viola.
"Banyak omong banget nih orang. Nggak tau apa, kalau diluar ada perang. Nih orang mau diselamatin malah nggak mau. Aneh banget jadi cewek. Nggak ada cara lain lagi." Batin orang itu.
Orang itu pun langsung mengeluarkan sapu tangan yang sudah berisi obat bius. Dan langsung membius Viola.
Viola sempat memberontak, namun kalah tenaga dengan orang itu.
Orang itu langsung membawa Viola kedalam mobilnya.
Dia melajukan mobil sampai akhirnya Viola terbangun.
"Aww.. sakit." Rintih Viola.
"Nona udah bangun?" Tanya orang itu.
"Lo siapa?" Tanya Viola dengan kaget.
"Nama saya Hendrik, tangan kanan Tuan William." Ucap orang itu, yaitu Hendrik sambil fokus mengemudi.
"Siapa William? Dan kenapa Lo selamatin gue? Nanti kalau Mama gue kenapa-napa gimana? Dia udah bilang kalau gue kabur, Mama gue yang bakal jadi korban. Lo mau tanggung jawab kalau Mama gue kenapa-napa? Apa Lo..." Ucap Viola yang terpotong. Karena jari telunjuk Hendrik berdiri tepat dibibir Viola, hingga Viola terdiam.
"Nona sangat cerewet sekali. Nanti juga Nona bakal tau." Ucap Hendrik sambil menarik tangannya kembali. Sedangkan Viola masih terdiam.
"Tidak usah formal kalau ngomong, kayaknya kita masih seumuran." Ucap Viola yang menatap lurus ke depan.
"Baiklah." Ucap Hendrik sambil tersenyum.
Memang Hendrik masih berumur 24 tahun 10 bulan. Sedangkan Viola, berumur 23 tahun 1 bulan.
Hendrik membawa Viola ke Mansion pribadi milik William.
Saat Hendrik masuk, semua penjaga tunduk kepadanya.
Sedangkan Viola hanya mengikuti langkah Hendrik.
Hendrik memberitahu kamar Viola yang ada dilantai 2.
"Viola, ini kamar Lo. Lo bisa istirahat disini, kalau ada apa-apa Lo bisa panggil pelayan." Ucap Hendrik.
"Hm, baiklah. Terimakasih." Ucap Viola memasuki kamarnya. Sedangkan Hendrik langsung pergi ke ruangan pribadi milik William.
Hendrik melangkah dengan santai memasuki ruangan William.
Saat masuk kedalam, Hendrik langsung disuguhkan pertanyaan dari William yang duduk dikursi miliknya.
"Gimana?" Ucap William yang datar.
"Semua yang dikerjakan seorang Hendrik pasti beres. Hama kecil kayak Zoni, nggak ada gunanya." Ucap Hendrik sambil duduk di Sofa.
"Bagus."
Hendrik adalah sahabat William dari kecil, sekaligus tangan kanan dan orang kepercayaan William.
Hendrik sudah dianggap sebagai adik William, karena orang tua Hendrik telah meninggal saat melakukan tugasnya ke Luar Negeri. Dan juga, Papa Hendrik adalah orang kepercayaan dari Papa William.
"Woy, kasih gue hadiah kek. Gue udah lakuin perintah Lo nih." Gerutu Hendrik.
"Selama ini kurang?" Tanya William dengan datar sambil memberi tatapan tajam kearah Hendrik.
Memang benar, selama ini Hendrik selalu mendapat uang 100 juta setiap bulan dari William. Bahkan uang itu, hanya untuk memuaskan dirinya sendiri. Untuk segala keperluannya, sudah diurus William. Bahkan mobil pun, William yang membelikannya.
"Eh nggak kok." Ucap Hendrik dengan gugup.
"Nih." William melempar sebuah kunci mobil.
"Apa ini?" Tanya Hendrik.
"Kunci." Ucap William yang masih dengan wajah dan nada datarnya.
"Iya gue tau, tapi maksudnya apa?" Tanya Hendrik.
"B*go dipelihara." Ucap William dengan memberi sebuah tulisan ke Hendrik dan langsung pergi dari ruangannya menuju kamarnya.
Hendrik pun langsung membaca tulisan dari William.
Hendrik, itu kunci mobil buat Lo. Lo ambil di garasi, Mobil Koenigsegg CCXR Trevita warna Merah.
William.
"Uwih, gue nggak mimpi nih? Mobil impian gue. Akhirnya dapat juga." Ucap Hendrik dengan kegirangan dan langsung berlari menuju garasi utama milik William.
Disisi lain. Sebelum William pergi ke kamarnya, dia ingin sekali melihat Viola dan berbicara dengannya.
"Mungkin, waktunya belum tepat." Batin William.
Sedangkan didalam, Viola masih belum bisa tidur. Karena dia memikirkan Mamanya.
Namun, dia langsung teringat dengan ucapan Hendrik soal William.
"William? Siapa dia? Kenapa dia suruh Hendrik buat selamatin gue? Kayaknya gue nggak kenal dia." Gumam Viola.
William berjalan kelantai 3 untuk menuju kamarnya. Dilantai 3, hanya dikhususkan bagi William, Hendrik, Orangtua William dan adik William jika mereka menginap.
William merebahkan tubuhnya diatas kasur King Size miliknya. Tiba-tiba, ponsel William bergetar.
Drreeett... Drreeett.. Drreeett.
William langsung mengangkat panggilan dari Mamanya yang menelpon.
"Halo, Sayang. Momy kangen nih sama kamu. Kapan kamu main ke Mansion? Kamu nggak kangen sama adik kecilmu? Dia nangis terus pengin ketemu sama Kakaknya." Ucap Momy Zaskia, Mamanya William tanpa titik koma.
"Mom, ini udah malam. Momy jangan teriak-teriak." Ucap William.
"Kalau nggak mau Momy teriak-teriak, besok kamu main ke Mansion utama." Ucap Momy Zaskia.
"Iya, besok William pulang ke Mansion." Ucap William.
"Oke, Momy tunggu. Night Sayang." Ucap Momy Zaskia yang langsung mematikan telfonnya.
"Kebiasaan." Gerutu William.
"Kalau gue besok ke Mansion utama, mungkin gue bakal suruh Hendrik buat anterin Viola pulang. Tapi, gue harus jaga Viola lebih ketat lagi." Batin William.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!