Suasana di gedung itu sangat meriah.
Sepertinya sedang diadakan pesta pernikahan.
Selesai acara ritual pernikahan para tamu undangan menyalami kedua mempelai. Disaat itu...datanglah seorang gadis berlesung pipit mendekati kedua mempelai. Dan tersenyum lalu menyalami mempelai pria...
" Selamat ya , Yo..." kata gadis itu.Orang yang dipanggil Yo menoleh dan memandangi gadis didepannya.
Lalu memegang tangan gadis itu erat. Tak dihiraukan tatapan semua mata tertuju padanya dan juga gadis yang baru datang.
Termasuk juga Shasha sang pengantin wanita. Bagaimana perasaan Shasha saat itu hanya dia yang tahu.
Ada rasa yang membuncah ketika menatap gadis berlesung pipit itu.
Kerinduan yang selama ini ia pendam terbayar dengan kehadirannya.
Adi menatap gadis berlesung pipit itu tanpa berkedip. Memastikan itu bukan mimpi tapi nyata.
Berhari-hari lamanya Adi mencarinya tapi tak dapat menemukannya. Hingga akhirnya ia putus asa dan menerima perjodohan ini.
Daniel yang berdiri di samping Adi mendekat dan berbisik ke telinga Adi.
" Yo...," panggil gadis itu lagi. Adi seakan tersadar dari lamunan dan melepas genggaman tangannya.
" Selamat ya, Yo... semoga bahagia," ucap bibir manis itu. Hanya dia yang memanggil Adi dengan sebutan ' Yo' singkatan Yohanes di depan nama Adi. Dan orang lain termasuk sahabat terdekatnya Daniel pun memanggil dia Adi.
" Terimakasih," sahut Adi sambil menahan sesak di dada. Adi menatap sendu pada gadis itu.
Dan ada luka di sana di mata gadis itu tapi gadis itu membalutnya dengan senyuman. Masih tetap tersenyum menyalami sang mempelai wanita.
Dan mempelai wanita pun tersenyum menyambut uluran tangan gadis itu.
Masih tetap tersenyum gadis itu berjalan melewati banyak pasang mata yang menatapnya dengan seribu tanya di benak mereka masing-masing.
"Maria..." gumam Adi menyebut nama gadis itu. Dan masih bisa di dengar oleh Shasha sang mempelai wanita.
Ada rasa sendu yang menusuk hatinya ternyata lelaki yang kini telah resmi menjadi suaminya mencintai wanita lain.
Shasha menguatkan hatinya menyingkirkan kesedihannya karena ini hari bahagianya. Ia harus tetap tersenyum di hadapan tamu undangan.
Masih banyak tamu undangan yang hendak memberi selamat pada kedua pengantin itu. Sedari tadi laki-laki itu menatap pengantin wanita itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Laki-laki tersebut ikut dalam antrian yang memberi selamat pada sepasang pengantin itu. Dia menguatkan hatinya untuk memberi selamat kepada kedua pengantin itu. Mungkin ia harus merelakannya perlahan langkahnya berhenti lalu menjabat tangan sang pengantin pria.
Sang pengantin pria tersenyum tipis sambil merangkul pinggang pengantin wanitanya yang kini telah resmi menjadi istrinya. Laki-laki itu tersenyum kecut lalu beralih pada mempelai wanita. Menatap sendu wanita yang sangat dikasihinya. Memberi selamat pada pengantin wanita yang kini sudah menjadi milik orang. Shasha menjabat tangan laki-laki itu sambil tersenyum. Mungkin senyum terakhir dari wanita yang selama ini menghiasai mimpi-mimpinya. Setelah ini tidak akan ia dapati senyum itu lagi.
Laki-laki itu undur diri dan ikut bergabung dengan yang lainnya. Di sana ada juga sepupunya Daniel tapi ia memilih berkumpul bersama teman-temannya yang ia kenal sampai acara selesai.
Acara telah usai dan tamu undangan satu persatu telah meninggalkan gedung itu.
Tinggal keluarga kedua mempelai dan kerabat dekat saja yang masih tinggal.
Kerabat dari Adi dan Natasha juga pamit pulang. Ayah dan ibunya Natasha mendekati putri kecilnya.
"Mama akan selalu merindukanmu sayang ..." kata mama Natasha menahan sedih. Lalu memeluk putri kecilnya itu dan Shasha membalas pelukan mamanya.
"Ma Shasha akan tinggal di bude Rina . Hanya beberapa blok dari rumah mama..."sahut Natasha. "Mama bisa kapan saja ke rumah bude Rina " kata Natasha menghibur mamanya agar tidak sedih lagi.
Lalu Santi menghampiri Rina besan sekaligus sahabat dekatnya itu.
"Rin, titip Shasha ya..."pinta Santi pada besannya. Rina tersenyum melihat Santi memohon kepadanya.
Santi amat sedih harus berpisah dengan anak semata wayangnya itu. Selama ini putri kecilnya itu selalu di dekat orangtuanya.
Setelah besar diambil menantu dan tinggal di rumah mertuanya. Akhirnya Santi dengan berat hati melepas Shasha untuk tinggal dengan Rina, besannya.
Kedua orangtuanya Shasha dah pergi kini tinggal mereka bertiga dan beberapa orang yang sibuk membereskan ruang pesta yang sedikit berantakan.
Ada juga Daniel dan rekan kerja Adi yang masih tinggal. Mereka membantu membereskan ruangan. Ada juga yang duduk menanti sang pengantin pria berbincang antar sesama lelaki sebelum melepas masa lajangnya. Seperti pesta bujangan saja.
Adi mendekati ibunya dan meminta ibu dan Shasha pulang duluan.
Karena dia masih ada urusan sebentar dengan teman-temannya.
Adi memanggil pak Slamet sopir keluarga untuk mengantar ibu dan istrinya pulang.
Tak lama kemudian sampailah mobil yang membawa mertua dan menantu itu di sebuah rumah peninggalan ayah Adi.
Setelah mobil berhenti pak Slamet keluar lebih dulu dan membuka pintu mobil sambil sedikit membungkuk.
Ibu Rina keluar dari mobil lalu disusul Shasha menantunya.
Sebelum masuk ke dalam rumah, Rina berpesan pada pak Slamet untuk menjemput Adi yang masih di sana.
Setelah berpamitan pak Slamet kembali ke gedung tempat diadakannya pesta pernikahan anak majikannya itu.
Natasha pamit untuk masuk ke dalam kamar.
"Bude Shasha ke dalam dulu ya..." kata Natasha kepada ibu Rina mertua Shasha.
"Jangan panggil bude ...panggil ibu ya Sha...sekarang kamu sudah jadi bagian dari keluarga ibu" kata wanita paruh baya itu.
Wanita paruh baya itu tersenyum bahagia menatap menantunya. Akhirnya keinginannya menjodohkan Adi dan anak sahabatnya terkabul.
Natasha berlalu meninggalkan ibu mertuanya dan berjalan menuju kamar suaminya.
Sementara ibu Adi masuk ke kamarnya untuk istirahat.
Adi sendiri masih sibuk dengan teman-temannya. Masih di gedung yang sama tempat acara resepsi pernikahan nya. Adi bersama sahabatnya Daniel dan juga rekan kerjanya yang lain menikmati pesta. Mereka duduk sambil menikmati secangkir kopi dan hidangan yang masih tersisa di sana.
Ada juga beberapa teman Adi yang membawa minuman beralkohol dosis rendah. Adi membiarkan saja yang penting mereka tidak membuat keributan.
Adi memilih minum secangkir kopi hangat dan duduk di sebelah sahabatnya Daniel.
*****************************************
Di tempat lain
Shasha pergi ke kamar hendak menghapus riasan wajahnya. Dia menatap wajahnya di cermin dan tersenyum.
Lama dia di depan cermin sambil mengagumi wajah cantiknya. Lalu menghapus make-up nya dan melepas pernak-pernik yang menempel di tubuhnya.
Dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya di kamar mandi. Shasha keluar dari kamar mandi dan telah berganti dengan piyama tidur.
Duduk di depan meja rias menyisir rambutnya yang basah.
Di saat yang sama terdengar deru suara mobil di halaman depan. Pak Slamet turun terlebih dulu dan membuka pintu untuk anak majikannya.
Lelaki tampan itu turun dari mobil setelah menghabiskan malamnya bersama sahabat dan rekan kerjanya.
Lelaki itu adalah sang pengantin pria masih terlihat gagah dan tampan di usianya yang hampir mendekati kepala tiga itu.
Sang pengantin pria itu pun memasuki kamarnya. Melihat ke arah istrinya lalu berjalan mendekat ke ranjang.
Melepas jasnya menaruhnya di atas sofa. Duduk di ranjang melepas sepatunya dan merebahkan tubuhnya di sana.
Hari yang melelahkan baginya telah usai. Ia memejamkan matanya menghilangkan penat di tubuhnya.
Membiarkan pikirannya berkelana pada sosok yang amat dirindukannya. Maria gadis berlesung pipit itu kenapa tiba-tiba datang di waktu yang tidak tepat.
Harusnya Maria yang menjadi pengantin wanitanya.
Tapi orang yang dicintainya datang bukan sebagai calon pengantin wanitanya. Dia datang memberi ucapan selamat kepadanya.
Adi menghela nafas pelan melepaskan sesak di dadanya. Seribu tanya memenuhi kepalanya namun semua menguap begitu saja tanpa ada satu jawaban yang pasti.
Shasha mendekat ke ranjang menatap Adi yang kini telah menjadi suaminya. Menatap wajah tampan suaminya setelah puas memandang ia duduk di pinggir ranjang.
"Mas..."suara Shasha membuyarkan lamunan Adi. Membuat Adi perlahan membuka matanya dan menoleh ke arah Shasha istrinya.
"Ada apa..." tanya Adi menatap pada Shasha. Shasha tersenyum menutupi kegugupannya.
" Air hangat sudah aku siapkan apa mau mandi sekarang?" tanya Shasha sedikit gugup.
Adi tersenyum dan mengusap pucuk rambut Shasha. Dimata Adi, Shasha adalah adik yang menggemaskan. Adi beranjak dari ranjang dan berjalan masuk ke kamar mandi.
Setelah membersihkan diri Adi keluar dengan wajah segar sehabis mandi. Membiarkan rambutnya basah dengan sisa air yang menetes di bahunya menambah ketampanannya.
Hanya berbalut handuk yang melingkar di pinggangnya tampak seksi dan sedap di pandang mata. Lalu mengambil piyama tidurnya dan memakainya.
Tanpa rasa bersalah akan ulahnya membuat pipi Shasha bersemu merah seketika. Dan memalingkan wajahnya ke tempat lain.
Adi berjalan mendekat dan naik ke atas ranjang. Merebahkan kembali tubuhnya di ranjang.
Shasha masih duduk di pinggir ranjang melihat Adi merebahkan tubuhnya dan menatap ke arahnya.
"Sini Sha..."kata Adi sambil menepuk kasur menyuruh Shasha mendekatinya.
Dengan ragu Shasha merebahkan tubuhnya di sebelah Adi. Adi memiringkan tubuhnya menghadap Shasha mengacak-acak rambut Shasha seperti yang selama ini sering ia lakukan.
Adik kecilnya kini sudah besar dan malam ini sudah menjadi istrinya. Adi tersenyum melihat kegugupan Shasha.
" Sudah malam kita tidur saja," kata Adi masih tersenyum lalu mulai memejamkan matanya yang sejak tadi terasa berat.
Karena terlalu lelah membuat Adi langsung tertidur pulas.8
Shasha menoleh ke arah suaminya ternyata Adi sudah terlelap tidur. Shasha menatap wajah tampan di sampingnya yang kini telah menjadi suaminya.
Ada rasa bahagia memenuhi relung hatinya. Teman semasa kecilnya yang selalu ada buat dirinya. Selalu membelanya saat ada anak-anak nakal yang mengganggunya. Menjadi tempat berkeluh kesahnya menjadi sahabat sekaligus cinta pertamanya.
Mereka tumbuh besar bersama meski umurnya lebih muda tiga tahun dari Adi. Dan menjadi kakak yang selalu melindungi.
Hampir setiap hari bertemu karena rumahnya beda beberapa blok dari rumah Adi. Selain itu mamanya dan ibu Adi bersahabat sejak SMP.
Shasha masih menatap wajah suaminya dan perlahan memejamkan matanya. Keduanya terlelap di malam itu dengan tidur saling berdampingan satu sama lain.
Hari masih pagi sinar matahari masih enggan menampakan panasnya. Penghuni kamar itu masih terlelap tidur. Tak ada kegiatan pagi suasana kamar itu senyap.
Beberapa detik berlalu Shasha mulai membuka matanya. Dia menoleh menatap wajah suaminya. Tampak Adi masih nyenyak tidurnya. Tak tega ia membangunkannya. Shasha beranjak bangun dan membersihkan dirinya di kamar mandi. Setelah berganti baju ia ke luar kamar.
Shasha menuju ke dapur di sana Rina ibu mertuanya sedang memasak buat sarapan pagi.
"Pagi bu..." sapa Shasha mendekati ibu mertuanya.
Orang yang di panggil ibu itu pun menoleh dan tersenyum menyuruh menantunya mendekat. Shasha lalu menghampiri dan membantu ibu mertuanya memasak di dapur.
"Ini masakan kesukaan Adi" ibu Rina memberi tahu menantunya.
"Boleh Shasha bantu bu" sahut Shasha lagi. Ibu Rina menganggukkan kepalanya.
Ibu Rina tersenyum lalu melanjutkan masaknya. Shasha sangat senang membantu ibu mertuanya.
Selesai masak Shasha menaruh masakan itu di meja makan. Dan beranjak ke kamar hendak membangunkan Adi suaminya.
Baru beberapa langkah Shasha berjalan menuju kamar pintu kamar pun terbuka.
Terlihat Adi suaminya dah bangun dan berpakaian rapi. Lalu menuju meja makan menarik kursi lalu mendudukinya.
"Apa mau berangkat sekarang..." tanya bu Rina sambil berjalan menghampiri Adi yang sudah terlebih dulu duduk di kursi meja makan diikuti Shasha menantunya.
" Sebentar lagi ..." kata Adi sambil melihat jam di tangannya.
" Apa cutinya sudah habis" kata bu Rina lagi.
" Ya Bu, cutinya cuma dua hari" kata Adi pada ibunya.
" Kenapa tidak melanjutkan usaha ayahmu saja" kata bu Rina menatap anaknya.
" Adi belum siap Bu, dan lagi Adi lebih nyaman bekerja di tempat Adi sekarang" sahut Adi. " Usaha ayah sudah diteruskan oleh paman kan Bu" ibu Rina mengangguk.
" Ya sudah kalau itu keputusanmu ibu sih menurut saja" kata bu Rina akhirnya.
Adi melihat jam di pergelangan tangannya masih ada beberapa menit lagi. Masih cukup waktu untuk sarapan pagi.
Sementara itu Shasha mengambilkan piring yang berisi nasi goreng telur ceplok kesukaan suaminya, lalu mengambilkan buat mertuanya dan terakhir buat dirinya sendiri.
Adi masih menikmati makanan kesukaannya itu ketika bu Rina berkata lagi pada anaknya.
"Kamu dan Shasha tinggal di sini saja ya Di..." pinta bu Rina .
"Di sini ibu cuma sendiri kalau kamu kerja ada Shasha yang menemani ibu..."kata bu Rina lagi.
Adi menatap wanita yang ia hormati yang dipanggilnya Ibu. Sebelum menikah hanya dia dan ibunya yang tinggal di rumah itu. Ayahnya telah lama meninggal karena sakit. Kakak perempuannya tinggal bersama suaminya di kota lain. Di rumah besar itu hanya dia dan ibunya yang menempatinya. Rumah peninggalan Lukas Nugroho, ayahnya.
"Terserah ibu saja..."sahut Adi tak tega bila meninggalkan ibunya sendirian di rumah sebesar ini. Mungkin kalau ada Shasha yang menemani ibu tak kesepian lagi, pikirnya.
Selesai sarapan Adi bersiap hendak berangkat ke kantor. Dia mencium punggung tangan ibunya dan berjalan ke arah pintu.
Shasha mengantarkan suaminya sampai depan pintu rumah.
Adi mencium kening istrinya dan mengusap lembut pucuk rambut Shasha.
" Ih kau ini sukanya berantakan rambut aku saja" seru Shasha cemberut.
" Habis gemes sih lihat rambutmu" kata Adi tertawa.
" Kebiasaan... sudah sana kerja" sahut Shasha.
Adi berlalu menuju mobilnya masih dengan tertawa. Di sana sudah ada pak Slamet yang menunggu anak majikannya. Adi masuk ke mobil duduk di bangku penumpang diikuti pak Slamet di belakang kemudi.
Mobil pun melaju pelan meninggalkan rumah besar itu.
Shasha masuk ke dalam rumah dilihatnya ibu mertuanya duduk di ruang keluarga. Dia mendekati ibu mertuanya dan duduk di sebelah mertuanya.
"Ibu mau masak apa hari ini biar Shasha yang belanja"kata Shasha sambil duduk di sebelah mertuanya.
"Tidak usah Sha ibu tadi dah belanja tinggal masak saja" sahut bu Rina lembut. " Sini temenin ibu..."
Shasha pun menurut saja.
"Nanti kita masak ya Bu...Shasha bantuin"pinta Shasha lagi.
"Shasha kan pengin pintar masak juga," katanya lagi.
Ibu mertua Shasha memang pintar masak. Kadang Shasha betah berlama-lama di rumah Adi. Dulu saat mamanya berkunjung ke rumah ibu Rina dia ikut ke dapur, belajar masak biar pinter kayak bude, kata Shasha kala itu.
" Ya Sha ..." bu Rina tersenyum karena kini dia tak sendirian lagi ada Shasha yang menemaninya di rumah.
Sambil menonton tv bu Rina ngobrol dengan menantunya. Walau mereka mertua dan menantu tapi bu Rina sudah menganggap Shasha seperti anak sendiri. Karena Shasha anak sahabatnya, Santi.
Ketika dua wanita itu asyik ngobrol terdengar suara pintu diketuk dari luar.
Tok...tok...tok.
Shasha beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu. Di lihat nya siapa yang datang. Saat pintu dibuka terlihat seorang wanita seumuran bu Rina langsung memeluk Shasha. Wanita itu tak lain adalah mamanya Shasha.
"Aduh ma pagi-pagi dah ke sini" tanya Shasha membalas pelukan mamanya.
Wanita itu Santi mamanya Shasha tak menjawab pertanyaan anaknya. Santi melepas pelukannya dan menggandeng tangan anaknya lalu masuk ke dalam.
Santi menghampiri mertua Shasha dan duduk berhadapan.
"Mama kangen sayang" sahut Santi melepas rindu sama Shasha putri kecilnya yang sudah dewasa.
"Baru sehari sudah kangen"sungut Shasha sambil memegang tangan mamanya.
"Emang ga boleh, ya udah mama pulang saja," sungut Santi tapi tak beranjak dari tempat duduknya.
Bu Rina hanya menggeleng pelan dan tersenyum melihat tingkah besannya sekaligus sahabatnya itu.
"Tiap hari mama lihat kamu dan sekarang tak jumpa sehari saja mama sudah kangen," sela Santi sambil memandang wajah putri kecilnya itu.
Shasha tersenyum sambil melihat tingkah mamanya yang menurutnya berlebihan.
"Tinggal di sini saja sekalian kita reunian," gurau mertua Shasha menahan tawanya." Dia bukan putri kecil mu lagi...Shasha dah besar," sahut Rina mengingatkan sahabatnya itu.
"Tapi dia masih putri kecilku, Rin"jawab Santi tak mau kalah. Shasha yang melihat perselisihan kecil itu pun berlalu meninggalkan mama dan ibu mertuanya.
Dan keduanya pun melanjutkan obrolannya. Tak berapa lama Shasha membawa nampan berisi dua gelas minuman dan cemilan.
Shasha ikut ngobrol dan sesekali ada tawa mamanya menambah hangat suasana pagi menjelang siang.
Lama mereka ngobrol setelah kehabisan bahan obrolan Santi pun pamit karna hari sudah siang. Setelah pamit pada besan sekaligus sahabatnya Santi pun pulang.
Shasha mengantar mamanya sampai depan rumah. Dan berpesan agar menjadi istri yang baik bagi suami nya juga menghormati ibu mertuanya.
Shasha pun menganggukkan kepalanya.
******************************************
Sudah lewat jam pulang kantor tapi Adi belum juga pulang ke rumah. Baru satu hari jadi pengantin baru tapi Adi merasa masih bujangan saja. Masih tetap pulang terlambat seperti kebiasaannya selama ini.
Lewat jam 7 malam Adi baru pulang ke rumah. Tampak raut wajahnya sumringah. Ketika Shasha melihat suaminya begitu senang dia mengerutkan alis tampak heran.
Ada apa ya, batinnya bertanya-tanya. Belum lepas rasa herannya Adi merangkul pinggang Shasha dan mendaratkan kecupan di pipinya. Shasha kaget dan gugup dibuatnya.
"Kamu cantik..."lirih suaranya.
"A apa..." seru Shasha masih bingung.
"Ah...lupakan," sahutnya sambil melepas tangannya dari pinggang Shasha. Dan pergi ke kamar mandi.
Setelah selesai ritual mandinya Adi melangkahkan kakinya menuju meja makan.
Shasha berlalu menuju dapur menyiapkan makan malam buat suaminya. Hatinya bertanya- tanya akan sikap aneh suaminya.
Sementara ia menyiapkan makan malam buat suaminya, sesuatu yang lembut mendekat ke telinganya.
'Masak apa hari ini ..." sepertinya enak sekali," suara Adi mengagetkan Shasha.
"Gulai ayam," sahutnya sambil membawa makanan itu ke meja makan.
Shasha tampak gugup dengan tingkah suaminya yang tak biasa. Ia mencoba menenangkan diri dan menghela nafas pelan.
Tenang Shasha tenang, batinnya menyemangati dirinya untuk tetap tenang meski di benaknya tersimpan seribu tanya.
Shasha mengambil piring lalu menaruh nasi dan lauk di atasnya lalu memberikannya pada suaminya.
Lalu mengambil piring mengisinya dengan makanan yang sama dengan suaminya.
Mereka menyantap gulai ayam masakan favoritnya Adi. Sambil menikmati makanan kesukaan suaminya sesekali dipandanginya sosok disebelahnya.
Selesai makan malam Adi tak melihat ibunya.
"Ibu mana..."tanya Adi membuyarkan lamunan Shasha .
"Istirahat," sahut Shasha singkat.
"Sudah makan?"
"Sudah,"
Selesai makan Adi bergegas menuju kamar ibunya. Sementara Shasha hanya menatap suaminya pergi ke kamar mertuanya.
Adi membuka pintu kamar ibunya pelan lalu melihat ke dalam.
Wanita yang ia panggil ibu itu sedang istirahat di kamar. Adi merasa tenang setelah melihat wajah teduh penuh kasih itu tidur.
Menutup pintu kamar ibunya pelan agar tak mengganggu tidur malamnya lalu menuju kamarnya.
Sampai di kamar Adi membaringkan tubuhnya di ranjang. Mengambil ponselnya yang di atas meja samping ranjang tidurnya.
Sementara itu Shasha membereskan sisa makanan di meja dan membawanya ke dapur.
Membersihkan piring dan gelas yang kotor di wastafel. Mencucinya lalu menaruhnya di rak piring.
Selesai aktifitasnya di dapur Shasha tak langsung ke kamar. Ia menuju ruang keluarga dan menonton tv.
Ia mencari tombol tv dan memencetnya mencari acara kesukaannya.
Flashback on.
Keluar dari kantor Adi menuju tempat parkiran karena pak Slamet dah menunggunya.
Melewati tempat parkiran tak sengaja dia melihat seorang gadis yang sangat ia kenal berjalan santai di depan kantornya. Ia menyusul gadis itu.
"Maria..." gadis itu menoleh dan tersenyum.
"Yo..."seru gadis itu. "Ngapain di sini..."
"Kerja..."
"Kamu ..."
"Mau pulang," sahut gadis berlesung pipit itu.
Lalu Adi mengajak gadis itu yang adalah Maria ke cafe sebelah kantornya.
Pesona gadis berlesung pipit itu telah menghipnotisnya.
Lama ia menatap Maria, gadis itu malah tersenyum simpul membuat Adi gemas di buatnya.
Dan mendaratkan ciuman di pipinya.
"Ntar ada yang lihat..."seru Maria kaget mendapat ciuman tiba-tiba.
"Ngga ada."
'Ntar ada yang marah,"
"Sapa..."
"Istrimu..."
"Biarin..."sahut Adi santai. "Aku kangen kamu..."
"Ih, genit kamu," seru Maria tergelak melihat mimik Adi yang manja.
Setelah memesan minuman lalu keduanya asyik ngobrol. Adi menatap Maria sementara sang gadis pun membalasnya dengan penuh cinta.
Membelai lembut pipi Adi dan mendaratkan kecupan singkat. Membawa angan Adi terbang melayang jauh di awan.
Menahan kerinduan pada gadis berlesung pipit itu sejak lama. Sejak kepergiannya yang tak ada kabar berita seperti lenyap ditelan bumi.
Dan akhirnya harus menerima perjodohan dengan istrinya. Shasha teman kecilnya yang sekarang menjadi istrinya.
Karena menghormati persahabatan ibunya dan mamanya Shasha. Selain itu juga membalas kebaikan keluarga Shasha yang banyak membantu keluarganya.
Tanpa terasa Adi meraih pinggang mungil milik Maria menariknya ke dalam pelukannya.
Menikmati aroma tubuh yang sudah lama tak pernah ia rasakan. Dan Maria juga merasakan hal yang sama tapi ia berusaha tidak larut dalam perasaannya.
"Dah sore aku mau pulang," bisik Maria sambil melepas tangan Adi. Lalu hendak beranjak dari duduknya.
Adi memegang tangan Maria dan mencegahnya pergi.
"Bentar lagi...aku masih kangen,' bisik Adi di telinga Maria.
"Lain waktu kita ketemu lagi," pinta Maria setengah merajuk.
Akhirnya Adi pun mengalah meski ia ingin lebih lama bersama gadis yang dicintainya.
Adi melonggarkan pelukannya dan mengambil benda pipih di saku bajunya.
Ternyata Adi menelpon pak Slamet untuk menuju cafe. Menjemputnya pulang sebelumnya mengantar Maria ke rumahnya terlebih dulu.
Pak Slamet melajukan mobil ke tempat yang di tunjuk anak majikannya itu.
Sampai di depan cafe pak Slamet turun dan membukakan pintu mobil.
Keduanya masuk ke mobil. Dilihatnya dari kaca spion anak majikannya dan gadis itu tampak mesra. Seperti sepasang kekasih.
Lelaki setengah baya itu hanya diam dan tetap konsentrasi ke depan. Jalanan sore itu sedikit macet.
Lampu jalan mulai menyala. Ketika melewati kawasan perumahan pinggir kota mobil pun berbelok. Dan berhenti di sebuah rumah kecil bercat biru sesuai arahan Maria.
Adi mengantar Maria sampai ke rumahnya.
Sampai di depan rumah Maria, Adi menyuruh pak Slamet untuk di dalam mobil saja.
Adi membuka pintu mobil dan keluar lalu memutari mobil dan membuka pintu untuk Maria.
Adi mengulurkan tangannya dan disambut oleh Maria. Keduanya berjalan memasuki halaman rumah Maria.
Adi menggandeng tangan Maria dan berhenti di depan pintu rumah.
Membalikkan tubuh kekasihnya itu untuk menghadap ke arahnya. Memeluknya erat sambil membisikkan ke telinga gadis berlesung pipit itu
"Aku mencintaimu..."
Maria hanya tertawa manja menampilkan giginya yang putih. Mengalungkan kedua tangannya di leher Adi.
Mengecup sekilas bibir Adi mengelapnya dengan ibu jari tangannya. Melepas tangannya dan berbalik menuju rumah.
Akhirnya sosok manja itu pun hilang di balik pintu rumahnya.
Adi berdiri mematung memandangi sosok yang dicintainya sampai masuk ke dalam rumahnya.
Mengusap bibirnya sekilas menikmati sensasi bibir manis Maria lalu tersenyum tipis.
Malam yang cerah secerah hati Adi saat ini. Lalu Adi pun masuk ke mobil duduk di bangku penumpang.
Flashback off.
Pak Slamet lalu menjalankan mobilnya keluar dari kawasan pinggir kota itu. Melajukan mobil dengan kecepatan sedang melewati jalan raya.
Sepanjang perjalanan Adi tampak tersenyum sendiri membuat pak Slamet yang duduk di belakang kemudi menggelengkan kepalanya.
Pak Slamet menghela nafas perlahan melihat tingkah anak majikannya yang masih berhubungan dengan kekasihnya.
Padahal sudah ada istrinya yang cantik dan baik hati. Kasihan non Shasha kalau melihat ini semua. Tapi mau gimana lagi dia hanya seorang bawahan yang menurut apa kata majikan.
Mobil melaju di jalanan membawa sang majikan kembali ke rumah.
*********************"*******************
Bosan dengan acara tv yang tak menarik Shasha beranjak dari ruang keluarga dan menuju kamar.
Di kamar Adi masih asyik dengan telpon genggamnya. Membalas setiap pesan yang masuk ke ponselnya.
Sesekali tertawa bila ada yang lucu lalu membalas kembali ke pengirimnya yang tak lain Maria.
Sehingga tidak menyadari kehadiran Shasha di sebelahnya.
Ada rasa ngilu merayap di hatinya kala tawa Adi menggema setiap membaca pesan yang masuk. Atau pun membalasnya dari seseorang dan itu pesan dari kekasihnya.
Ada kesedihan yang mendera hatinya saat suaminya masih berhubungan dengan wanita lain.
Tapi Shasha hanya pasrah saja melihat itu semua.
Shasha tak ingin mengganggu suaminya ia merebahkan badannya di samping suaminya.
Meski sudah sah menjadi istri Adi namun Shasha belum melakukan kewajibannya sebagai seorang istri kepada suaminya.
Setiap malam hanya tidur berdua di ranjang yang sama tanpa melakukan aktifitas lain selain tidur berdampingan satu ranjang.
Adi melirik sekilas ke arah istrinya. Adi menghela nafas perlahan meski ia tak membenci istrinya tapi juga belum bisa menerima sepenuhnya.
Baginya Shasha masih tetap teman kecilnya dan perasaannya masih sama menganggap Shasha sebagai adiknya.
Tapi kini statusnya berbeda Shasha adalah istrinya dan dia adalah suami Shasha.
Adi meletakkan ponselnya di meja samping ranjang. Melihat ke arah istrinya yang tidur memunggungi dirinya.
Perlahan Adi menggeser badannya mendekat ke arah istrinya. Melingkarkan tangannya ke pinggang Shasha istrinya.
Ada kehangatan yang menelusup di hati Shasha. Saat itu Shasha belum sepenuhnya tidur. Ia bahagia walau tidur berdampingan dengan Adi lelaki teman masa kecilnya. Yang dikaguminya dari dulu dan perasaan itu berubah seiring berjalannya waktu.
Maaf, bisik Adi di dalam hati lalu memejamkan matanya sambil merangkul pinggang istrinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!