Sore itu jadwal rutin pertemuan remaja masjid, yg diadakana rutin disetiap bulan. Begitu acara selesai, Melan keluar lebih dulu. Padahal waktu berangkat tadi kami janjian untuk pergi ke toko buku setelah acara selesai. Dia hanya mengedipkan mata memberi kode, kemudian berjalan keluar mengikuti ustadzah Zia yang masih saja menampakkan sorot mata tidak senang terhadap ku.
"ada apa??? " pikir ku. Terpaksa aku menunggu sembari membereskan sisa-sisa dari pertemuan. Sampai selesai beres-beres belum juga melan terlihat keluar rumah.
"kamu gak pulang" tanya salah seorang anggota lain.
"iya kak,tunggu Melan. Tadi janjian mau ke toko buku" mereka berlalu pergi dan semua telah pulang.
Masjid sudah sepi, tinggal aku seorang. Tapi Melan belum juga keluar, harusnya aku tinggal samperin dia kerumah ustadzah. Sayangnya, Rahardian,anak ustadzah Zia sedang ada dirumah. Ya, entah kenapa kami selalu enggan untuk bertemu. Tak pernah ada masalah antara kami, tapi setiap kali bertemu kami selalu saling memalingkan muka dan kemudian pergi. Entah dia atau aku yang memulai terlebih dahulu, terjadi begitu saja dan berlarut seperti tak ada yang segan untuk mengakhiri dengan sekedar saling tersenyum atau menyapa "hay"
"hayo, ngelamun apa" Dan ternyata yg ditunggu muncul juga, Melan mengagetkan ku.
"lama bener, garing tau"
karna dia masih ada hubungan kerabat dengan ustadzah, jadi aku tidak mempertanyakan hal apa yg membuat dia berada dirumah itu begitu lama. Ya, Melan masih sepupu Rahardian, yang menjadi sahabat ku sejak lahir bisa dibilang 😃(lahirnya kapan yaaa?? oklah lanjut)
Sekalipun aku begitu dekat sama Melan, ia sendiripun juga tidak pernah mendapat jawaban atas pertanyaan yang sering kali aku tanyakan sama dia.
"jadi ke toko buku gak? eh, aku ada berita penting" Tiba-tiba nadanya naik, kemudian tangan ku ditarik untuk segera meninggalkan masjid.
"penting apaan, jangan bilang soal kakak kamu itu"
"iya, tentang dia? " kali ini Melan berbisik di telinga.
Aku tersentak kaget, geli, atau seperti enggan mendengar barita itu. Dan terang saja..
"kamu mau dilabrak sama ustadzah" Melan mulai berbicara ketika kami telah memasuki rumah dia, rumah kami tak jauh dari masjid.
"whatsss.... apa? " begitu kagetnya aku sampai tersandung ketika hendak melangkahkan kaki masuk rumah. Untungnya kami jalan bergandengan, jadi Melan masih sempat menahan ku sehingga tidak jatuh.
"sloow saja neng" ucap Melan dengan nada mengejek.
"punya salah apa aku sama ustadzah? "
beberapa kali pertemuan kami memang terlihat beliau kurang begitu ramah, terlihat begitu jutek dengan wajah masam. Padahal biasanya beliau begitu ramah, menggoda mengajak bercanda. Karna aku sama Melan sering bermain di rumah beliau, tentu saja saat Rahardian tidak dirumah. Dia berada di pesantren mulai belum masuk SMP. Karna kami tidak pernah 1sekolah mulai dari kecil, sekalipun rumah berdekatan.
"hayo... kamu nyulik anak orang ya" Melan malah menggoda
"maksudnya" tanya ku heran, seperti tidak nyambung
"nyuri anak orang, nyuri hatinya" belum juga dia berhenti menggoda
"apaan sih. Ayo cepetan kasih tau, keburu dicariin sama mama aku" aku mulai mendesak, karna sebentar lagi adzan magrib terkumandang.
"ustadzah bilang, jauhi anaknya atau kamu bakal di labrak ke rumah! "
gedubrak, seketika buku yg aku pegang jatuh. Seingat ku juga aku tidak pernah membuat masalah, aku tidak pernah berbuat neko-neko.
"apa maksudnya, kenapa bisa gitu, salah apa coba? " tanya ku semakin mendesak supaya Melan segera menjelaskan dengan gamblang.
"kak Dian Khan sering pulang ahir-ahir ini, kamu gak sadar apa? "
"iya sih, aq sering lihat dia sekilas. Sekedar lewat di depan, kadang juga pas dirumah depan"
tepat berhadapan dengan rumah ku adalah rumah bude dia juga. 3rumah berderet adalah rumah bersaudara, termasuk salah satunya rumah Melan.
"ustadzah ngiranya kak Dian sering pulang gara-gara mau ketemu kamu"
nada Melan datar, santai, karna dia juga tau tidak pernah ada pertemuan antara aku dengan kakak sepupu dia.
"ya sudahlah gak usah dipikirin. Tadi juga aku jawabnya iya iya aja"
Melan berusaha menenangkan, karna wajah ku nampak tegang dia bilang.
Bagaimana tidak, selama ini aku tergolong anak penurut, gak pernah buat masalah. Dibenci,kata itu menjadi sangat mengusik di otak ku.
Seperti kena setrum ue. Tak lama kemudian aku pulang, meninggalkan Melan di kamar yg entah masih sibuk apa.
"Kayra Putri Almahira"
Yah, itu nama yg orangtua ku berikan pada ku. Seringkali aku mendapati tulisan nama itu di sembarang tempat. Pos kamling, pohon pinggir jalan, bahkan trotoar sekitaran rumah. Semenjak masuk SMP aku sering kali mendapat gangguan, entah itu dari orang-orang yang sebelumnya aku kenal, teman-teman baru di sekolah baru, kakak tingkat, bahkan dari orang yg namanya saja tidak aku kenal.
Seringkali melintas di telinga "seperti boneka". Namun seperti apapun persepsi mereka aku tidak harus menanggapinya bukan?
Aku bukan dari keturunan berkulit putih, asli Jawa tulen. Hanya kebetulan saja kulit ku memang tergolong putih dibanding orang Jawa pada umumnya, yang rata-rata berkulit kuning langsat. Dengan tinggi semampai, rambut ikal, bola mata kecoklatan. Entah ngidam apa mama diwaktu hamil dulu.
Merasa masa bodoh dengan nama-nama yang tertulis di sembarang tempat. Mungkin juga mama atau papa sesekali mengetahui, untungnya tak jadi masalah. Mungkin mereka memahami bahwa anaknya yang baru gede ini mulai punya fans di mana-mana (uhhhuk uhhhuk 😂 keselek isi kedondong).
Karna kami sangat dekat dalam keluarga, atau mungkin lebih tepatnya mereka lebih percaya bahwa gadis kecil mereka akan tetap terjaga.
Sering juga paket datang untuk nama yg sama "Kayra Putri Almahira" beruntung mama tidak terlalu bertanya yg detail, hanya sesekali berkata "kakak ini sukanya belanja online"
"mumpung lagi promo ma" hahhaa, kelemahan wanita pada kata "promo" yah, padahal gak tau rekayasa apa yg dilakukan pihak penjual sebelum menyematkan kata tersebut.
Sudah hampir 1 kardus air mineral gelas barang-barang yang terkumpul. Tertulis dari pengiriman toko yang sama, dan diujung tertulis inisial RPA. Sempat beberapa kali buka diawal-awal, sebelum akhirnya hampir setiap bulan paket datang. Bosan atau apalah, enggan saja setiap kali terlihat dari pengirim yang sama.
Beberapa kali yang sempat aku buka, isi dari paket tak lain acc cewek. Memang benar sih aku suka pakai acc ganti-ganti, tapi tidak ada minat buat pakek barang asing itu.
Sempat sekali surat datang dengan tulisan Arab, pada ujung kanan bawah tertanda "Rahardian Putra Argantara". Mungkin juga karna inisial itu menunjukkan nama dia sehingga enggan saja.
" kak, mama mau antar adek ke toko buku. Mau ikut? " mama membuka pintu, mengagetkan ku.
"gak ma, lagi PW"
PWdi depan TV??? padahal pikiran ke mana-mana.
"yasudah mama tinggal"
"eh ma, HP kay dimana? mau telp Melan donk" mumpung rumah sepi, kesempatan ngobrol soal kemaren. Pagi-pagi papa juga sudah pergi.
"ada di laci kamar mama" sembari berlalu dan pergilah sang bunda ratu, huhu
Ku pencet nomor Melan, setelah beberapa saat diangkat juga.
"rumah sepi neng" ucap ku singkat
"ok meluncur" sudah faham dengan kode saja, sangking lamanya bersama.
Karna Dian yang jadi sering dirumah dan muncul di antara ke 3 rumah itu, jadi aku lebih was-was. Melan yang jadi lebih sering maen ke rumah.
"padahal lagi aman juga dirumah"
Melan sudah melangkah masuk rumah.
"gak ah, daripada tiba-tiba dia muncul"
(Ku giring Melan masuk ke dalam kamar)
"tuh lihat" sambil ku tunjuk kardus yang berisi benda misterius.
"whatt? sebanyak ini? ( dengan nada kaget dan geleng-geleng kepala)
"bener-bener tuh kakak. Trus mau kamu apakan kay? "
"di buang, atau di bakar mungkin" jawab ku asal, dengan mata tetap ke arah TV
"hush, asal kamu. Sayang ah, masih baru semua lagi. Buat aku sajalah kalo gitu"
"hemmp" aku hanya berdehem, sebenarnya bukan soal itu yang ingin ku bicarakan. Tapi lebih pada ibunya, yah... kebencian dari ustadzah membuat ku resah.
Sekolah baru dengan babak kehidupan baru. Kiranya semakin besar semakin bertambah pula masalah, bolehkan jika aku ingin menjadi bocah 2th saja?!
Diam, menggelengkan kepala, rupanya tak membuat masalah berlalu begitu saja. Sesekali perlulah bersuara, biar kucing-kucing pada takut kalau serigala mulai mengaung. Ribut secara fisik, jujur saja itu sangat aku hindari. Cukup kebencian dari satu orang saja, sudah membuatkan begitu tidak nyaman. Karna aku bukan tipe orang yang suka cari masalah.
Beruntung aku punya sahabat yang masih setia menemani sejak dari bangku SMP. Sejak pertama kali aku mulai mendapat gangguan di SMP, mereka yang selalu berada di garis terdepan. (uhukk uuhuuk, berasa jadi nona 😂😂)
Selalu berada satu kelas dengan mereka membuat ku merasa begitu nyaman dan aman. Ada Melan, yang sudah menjadi sahabat sejak dari lahir 😃. Ada Meysa dan Melda yang menjadi pelengkap kami berdua. Sampai kami mendapat julukan KM3.
Siang itu diwaktu jam istirahat pertama, Lagi-lagi dia yang muncul. Selalu saja bikin kelas ribut kalo dia yang muncul
"hay...Kayra si boneka"
lanjut deh para cowok bersahutan brisik. Dia kakak kelas iseng mantan OSIS yang waktu itu menjadi kakak tutor saat Massa Orientasi Siswa. Dan juga pernah berada pada keanggotaan yang sama di OSIS, membuat dia tidak pernah berhenti menyebut nama itu.
Sebut saja itu nama julukan yang dia sematkan untuk aku. Berawal juga dari dia, kata "boneka" yang kemudian terus disebut-sebut oleh anak lain.
Sialnya berawal dari situ juga, kakak kelas cewek jadi sering memperhatikan aku, dengan wajah heran juga jutek. Maklum, dia salah satu anggota tampan, mapan juga selalu di garis depan. Jadi hits lah nama dia, sebut saja begitu.
"ambil ini"
dia ulurkan sebuah amplop lewat jendela. Yang menjadi kebiasaan dia sejak selesai MOS sampai satu tahun ke depan. Suara isengnya selalu saja mengusik lewat jendela saat dia melintasi kelas ku. Namun kebiasaan itu berhenti sejak dia berada di kelas 3,yah...hidup menjadi tenang. Tidak taunya kembali lagi tuh orang
"apa kak" tanya ku
"sudah ambil saja"
aku tak berfikir panjang lagi segera ku ambil amplop itu berharap dia segera pergi setelah tak ada urusan lagi.
"nanti pulang sekolah ku tunggu jawabannya di gerbang belakang"
ucapnya dengan lirih kali ini, aku tak jawab apapun dan kembali ke bangku.
"eciiieee" 3M sudah bersorak saja
"surat cinta ku yang pertama"
Meysa menggoda dengan lirik lagu yang kemudian berlanjut jadi penyanyi kelas 😛 mengalahkan reriuhan para lelaki yang dari tadi juga mengejek ku.
Tak lama kemudian bell pelajaran dimulai berbunyi. Sayangnya guru yang mengajar sedang jaga piket, jadi hanya diberi tugas. Kami berempat mojok, dengan pelan-pelan mulai ku buka amplop itu. Aku mah, penasaran..... tapi males, isinya juga gitu-gitu aja
Aku memang yg memegang kertas itu, tapi 3M yang asik membaca dengan saksama dengan suara lirih. Jadi berasa punya juru baca.
Dan benar saja,kali ini isinya sedikit berbeda. Dia yang biasanya gokil dan menulis dengan gaya gokil, kali ini bernada lebih serius.
...teruntuk gadis boneka 😂...
Bilamana kau tak suka, ku mohon jangan pernah abaikan aku
Maaf jika dalam segala keisengan ku terkadang buat mu tak nyaman
Tapi itulah cara ku menyembunyikan segala rasa
Rasa yang masih saja berkecamuk sejak saat itu
Tahun dimana awal pertemuan kita
Berupaya membuat dekat dengan mu, itu yang ku mau
ah sayang.....waktu terasa begitu singkatnya
terlalu singkat untuk aku ingin selalu dekat
terlalu singkat untuk aku dapat berlama-lama menatap
Kini waktu ku telah diambang pintu,
sementara....
Melihat mu itu bagai candu, yang setiap saat membuat ku rindu
Kiranya aku tak lagi berbaju putih abu sama seperti mu,
Bolehkah untuk aku tetap merindu???
ku mohon, jangan pernah menjauh
ku mohon, temui aku ditempat yang ku mau
Dan itu adalah sebait puisi penutup.
Segera ku lipat kembali kertas itu, dan ku masukkan ke dalam amplop. Sembari ku lakukan itu, 3M sudah menertawai ku sedari tadi. Ini bukan kali pertamanya kak Johan menulis surat untuk ku.
Masih ku ingat, saat pertama kali ku dapat kirimin surat dari dia, selang beberapa hari kemudian ku trima labrakan dari kakak kelas, yah... mungkin dia yang menyukai kak Johan.
Beruntung ada 3M yang selalu jadi tameng, huhu
Saat itu ku coba hindari kak Johan, tapi karna kami menjadi pengurus di keanggotaan yang sama pada OSIS, jadi aku tidak pernah berhasil. Terlagi dengan sifat kak Johan yang suka gokil dan suka iseng. Aku tak pernah berhasil menahan tawa di buatnya.
Untuk surat-surat selanjutnya, aku hanya membuka, membaca, tanpa memberi respon apapun. Setelah itu lama tak ada surat lagi, mungkin sudah jera, atau sudah menyerah, pikir ku.
Ternyata tidak, mungkin hanya karena dia lebih fokus pada persiapan ujian.
Minggu lalu ujian nasional berahir, tak ku sangka dia kembali berulah.
"yasudah lah kay, beri keputusan kali ini" Melan memberi saran
"iya, sebentar lagi juga dia lulus, gak bakal sering ketemu lagi" Meysa menambahkan
"tapiiiiiiii ya gak tau lagi kalo ternyata jadian" goda Melda
Mungkin kali ini aku memang harus buka suara
"kalo untuk pacaran yang pasti tidak akan terjadi. Bisa-bisa cuma tamat SMA aku kalo ketahuan papa, enak saja"
3M diam seketika
"ketat sih memang papa kamu Kay" dengus Melan lirih
Krrriiinnngggg
bell tanda pergantian jam pelajaran berbunyi, itu artinya percakapan harus kami ahiri
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!