NovelToon NovelToon

Dikala Cinta Menyapa

Bab 1

Namaku Yoona aku tinggal di sebuah desa yang asri dengan pemandangan alam yang indah. Aku berasal dari keluarga yang kaya di desa ini ayahku yang memiliki lahan pertanian yang luas dan juga peternakan yang besar, yang paling besar malah di desa ini. Tapi, meski hidup dengan bergelimang harta tidak menjadikanku hidup dalam kesombongan, karena orang tuaku mengajarkanku untuk hidup sederhana dan tidak berfoya-foya. Ayahku yang seorang pengusaha peternakan di desaku sangat di hormati oleh para penduduk di desaku.

"Dek Yoona mau pergi?" Ucap salah satu tetangga yang menyapaku dengan hangat.

"Iya pak Amir, mau ke ladang lihat para pekerja" ucapku pada pak Amir.

"Baiklah nak, hati-hati dijalan" balas pak Amir.

"Iya pak saya pamit dulu" balasku dengan ramah.

Hari ini aku akan ikut bekerja di ladang keluargaku, karena hari ini adalah hari panen aku ingin ikut membantu para pekerja di ladang, Yoona's farm adalah nama perusahaan peternakan keluargaku. Ayahku yang memberikan nama itu untuk perusahaan peternakannya, seperti namaku.

"Ayah Yoona ikut bantu ya" sahutku setelah sampai di ladang.

"Boleh kalau kamu mau" jawab ayah dengan lembut "tapi hati-hati ya" ucap ayah lagi.

"Wah dek Yoona hari ini ikut kerja juga?" Tanya salah satu pekerja ladang.

"Iya bi Inah, habis bosan di rumah karena tidak pekerjaan" jawabku pada bi Inah

"Wah kalau dek Yoona ikut bantu pasti akan cepat selesainya" ucap pak Ali salah pekerja ayah.

"Iya pak, biar Yoona juga ikut belajar bekerja di ladang" jawab ayah pada pak Ali.

"Iya biar Yoona juga sekalian bisa ikut langsung untuk melihat hasil panen bulan ini" jawabku ikut menambahkan.

"Wah, pak Seok Jin pasti bangga punya putri seperti dek Yoona" ucap pekerja lain.

"Iya sudah cantik, pintar, rajin, dan mau bekerja langsung di ladang" ucap yang lainnya.

"Tentu saja saya bangga pak, bu karena Yoona lah yang nanti akan mewarisi perusahaan saya setelahnya. Jadi Yoona harus belajar dari sekarang jika ingin mengambil alih perusahaan saya" jawab ayah.

"Tapi Yoona masih 18 tahun ayah, Yoona masih harus sekolah" jawabku menimpali perkataan ayah.

"Justru karena kamu masih muda jadi harus banyak belajar sedari sekarang" jawab ayah lagi.

"Baiklah aya Yoona akan menuruti perkataan ayah" jawabku dengan pelan.

Keluargaku adalah keluarga pengusaha keturunan korea-indo ayahku Kang Seok Jin yang berdarah korea dan ibuku Martha yang berdarah indo. Ayah dan Ibuku tidak pernah mengajarkanku untuk malas bekerja meskipun keluargaku memiliki banyak pekerja namun orang tuaku selalu mengajarkan aku untuk ikut langsung bekerja di perusahaan keluargaku, kata ayah supaya aku terbiasa dengan pekerjaan ini dan bisa ikut mengelola jika nanti sudah saatnya. Aku senang sih bisa bekerja dan mempelajari secara langsung tentang perusahaan. Sehingga nanti ketika aku mengambil alih perusahaan ini aku bisa paham tentang sistem kerja di perusahaan.

Setelah selesai bekerja di ladang biasanya aku membantu ibu untuk menyiapkan makanan di rumah, meski keluargaku memiliki asisten rumah tangga tapi ibu tidak pernah melimpahkan semua pekerjaan rumah kepada ART. Ibu biasa ikut turun langsung bekerja di rumah, terutama soal memasak makanan untuk keluarga. Keluargaku tidak pernah membedakan antara tuan rumah ataupun pekerja kami terkadang makan bersama di satu meja makan. Karena prinsip keluargaku adalah semua manusia itu setara baik miskin atau kaya. Itulah kenapa ayah ibuku selalu mengajak makan bersama para pekerja baik di rumah ataupun di ladang dan peternakan. Tidak ada jarak antara majikan dan pekerja semua seperti keluarga, bahkan terkadang keluargaku selalu membagikan hasil ladang dan peternakan kepada para tetangga. Karena itulah mengapa keluargaku sangat di hormati di desa ini.

"Bu, aku bantu ya masaknya" kataku pada ibu setelah sampai rumah.

"Boleh, tapi cuci dulu tanganmu kan kamu baru dari ladang!" Kata ibu padaku.

"Baiklah bu, aku akan cuci tangan dulu" jawabku pada ibu sambil berjalan ke wastafel.

"Sini bi, biar aku saja yang kerjakan" kataku pada bi Asih ART yang bekerja di rumahku.

"Baiklah non, bibi serahkan ke non Yoona" jawab bi Asih.

"Ini tinggal di goreng aja kan ayamnya bi?!" Tanyaku pada bi Asih.

"Iya non tinggal aja semua ayamnya, tapi hati-hati menggorengnya nanti minyaknya nyiprat ke wajah cantiknya non Yoona" kata bi Asih padaku sambil menggodaku

"Iya bi Yoona akan hati-hati kok menggorengnya" jawabku

"Yoona ayahmu mana, kok belum pulang?" Tanya ibu padaku sambil melihat sekeliling rumah

"Sebentar lagi bu, ayah bilang akan mengecek pemasaran hasil ladang dan peternakan di kantor" jawab ke ibu

"Ya sudah jika begitu, kalau sudah selesai menggorengnya kamu tumis sayurnya ya Yoon" pesan ibu padaku

"Baiklah bu" jawabku seadanya

Keluarga ku adalah keluarga yang harmonis seperti impian semua orang, keluargaku beranggotakan 4 orang yaitu ayah, ibu, aku dan adikku Tae Hyung yang berusia 15 tahun. Aku bahagia hidup bersama keluargaku di desa ini. Keseharian ku setiap hari adalah sekolah, belajar dan terkadang bekerja di ladang dan peternakan terkadang aku juga bekerja di kantor untuk membantu ayah sekaligus belajar tentang sistem perusahaan. Begitulah kehidupan keluargaku setiap harinya.

"Kak, makanannya udah siapkan? Aku udah lapar nih" tanya Tae Hyung padaku

"Sudah semua nih, tapi tunggu ayah pulang dulu ya dek makannya bareng-bareng" jawabku pada Tae Hyung

"Emang ayah belum pulang?" Tanya Tae Hyung lagi

"Belum, ayah masih di kantor" jawabku lagi

"Yah padahal aku udah lapar banget" keluh Tae Hyung

"Sabar ya dek paling sebentar lagi ayah pulang" jawab ibu yang datang ke meja makan

"Emang ayah lagi kerja apa lagi sih bu, kan sudah ada karyawan yang bekerja?" Tanya Tae Hyung pada ibu

"Ya walaupun ada karyawan ayah masih harus bekerja langsung untuk mengawasi perusahaan, dan bertanggung jawab langsung untuk mengembangkan perusahaan" jawab ayah yang tiba-tiba datang dari arah pintu depan

"Tapikan ayah punya karyawan, kenapa tidak karyawan saja yang kerjakan semuanya" tanya Tae Hyung lagi kini pada ayah

"Karyawan kan bekerja sesuai tugasnya masing-masing mana bisa semua tanggung jawab di bebankan ke karyawan. Maju mundurnya perusahaan tergantung pada ayah sebagai pemiliknya" jawab ayah panjang lebar

"Makanya kamu juga belajar tentang perusahaan supaya nanti jika ayah pensiun kamu dan kakakmu bisa ambil alih perusahaan ayah nantinya" jawab ayah lagi

"Baiklah aku akan mulai belajar jika ayah mau mengajari ku" kata Tae Hyung pada ayah

"Begitu dong kamu kan laki-laki yang nantinya akan memimpin keluarga ini jika ayah sudah tua nanti" kata ayah pada Tae Hyung

Begitulah kehidupan keluargaku selama 18 tahun hidupku. Aku berfikir bahwa kebahagian keluargaku akan bertahan selamanya, tapi aku salah sampai suatu ketika peristiwa itu terjadi pada keluargaku. Peristiwa yang mengubah kehidupan keluargaku secara tiba-tiba. Peristiwa yang mengharuskan aku untuk bisa menerima kepergian ibu dari hidupku. Ibu tiba-tiba sakit parah sampai akhirnya meninggal dunia. Aku, adikku dan ayah harus menerima kepergian ibu secara ikhlas.

Bab 2

Sore hari ketika semua keluargaku berkumpul di halaman belakang untuk menikmati secangkir teh dan cemilan sore sebelum makan malam, tiba-tiba kami di kejutkan dengan teriakan bi Asih dari dalam rumah.

"Ibu, ibu kenapa? Pak tolong pak ibu pingsan" teriak bi Asih dari dalam ruma.h

"Kenapa, kenapa dengan ibu bi?" Tanya ayah pada bi Asih.

"Bibi tidak tahu pak ibu tiba-tiba pingsan dan jatuh di lantai" kata bibi pada ayah.

"Pak, pak Damar tolong siapkan mobil untuk membawa ibu kerumah sakit" teriak ayah pada pak Damar sopir keluargaku.

"Baik pak, akan saya siapkan sekarang" jawab pak Damar pada ayah.

"Tae Hyung,  Tae Hyung" panggil ayah pada adikku.

"Iya yah Tae datang" jawab adikku.

"Tolong bantu ayah untuk mengangkat ibu ke mobil" pinta ayah pada Tae adikku.

"Iya yah" kata Tae Hyung pada ayah.

"Yoona tolong kamu siapkan keperluan untuk ibu kalau-kalau ibu harus di rawat di rumah sakit" pinta ayah padaku.

"Baik yah Yoona siapkan dulu" jawab ku.

Dengan perasaan yang campur aduk aku pergi ke kamar orang tuaku untuk menyiapkan keperluan ibu di bantu dengan bi Asih dan beberapa ART lain.

"Non Yoona yang tenang ya non jangan panik supaya non bisa berfikir dengan jernih" kata salah satu ART lain di rumahku.

"Iya mbak Riska, aku coba tenang kok. Tapi tetap aja aku masih gemetar khawatir dengan kondisi ibu. Yoona takut kalau ibu kenapa-kenapa mbak" kataku pada mbak Riska.

"Ini non Yoona tasnya sudah selesai di bereskan" kata bi Asih sambil menyodorkan tas hitam besar padaku.

"Makasih bi, Yoona susul ayah sama Tae dulu ya bi, kedepan!" Jawabku pada bi Asih.

"Iya non, hati-hati bawanya. Semoga ibu tidak kenapa-kenapa ya non" kata bi Asih khawatir.

"Iya bi, bibi doakan saja semoga ibu tidak apa-apa, dan bisa pulih dengan cepat" kataku lagi.

"Jika ada apa-apa telepon ke rumah ya non" kata mbak Riska.

"Iya pasti mbak, bi" kataku pada mereka.

Setelah sampai depan rumah aku langsung naik mobil yang di kendarai oleh keluargaku untuk kemudian kami pergi kerumah sakit. Di perjalanan kerumah sakit aku terus khawatir tentang keadaan ibu. Bahkan Tae adikku terus menangis karena khawatir juga, begitupun dengan ayah yang khawatirnya dengan kami.

"Pak Damar tolong cepat ya pak jalannya saya takut istri kenapa-napa" pinta ayah pada pak Damar.

"Baik pak saya coba untuk lebih cepat lagi" jawab pak Damar pada ayah.

Mobil melaju dengan kecepatan 100 km/jam di jalan antar kota. Setelah 20 menit perjalanan akhirnya mobil sampai di depan rumah sakit kota yang tidak terlalu jauh dari desaku, rumah sakit itu adalah rumah sakit terbesar yang ada kota. Setelah mobil berhenti beberapa perawat berlarian sambil membawa ranjang rumah sakit, ayah pun segera membaringkan ibu di ranjang tersebut. Lalu kemudian ibu di bawa ke IGD rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan.

"Maaf kalian hanya boleh mengantar sampai sini" ujar salah perawat rumah sakit.

Kamipun akhirnya menunggu di ruang tunggu depan IGD sambil terus cemas memikirkan kondisi ibu di dalam sana.

"Kita berdoa ya nak semoga ibu baik-baik saja" ucap ayah menenangkan.

"Iya ayah semoga saja ibu baik-baik saja" ucapku sambil memeluk ayah dan adikku.

"Aku takut yah, bagaimana jika ibu tidak baik-baik saja" ucap Tae yang dengan cemas.

"Makanya kita berdoa semoga tuhan bisa membantu ibu untuk bertahan" ucap ayah sambil menepuk pundak Tae Hyung.

Sekitar 30 menit menunggu di ruang tunggu IGD akhirnya seorang dokter keluar dari dalam ruangan. Kamipun berdiri dan menghampiri dokter untuk bertanya kondisi ibu.

"Dokter bagaimana keadaan istri saya" tanya ayah pada dokter itu.

"Saat ini pasien masih dalam kondisi tidak sadarkan diri dikarenakan adanya pembuluh darah yang pecah di otak pasien. Oleh karena itu harus dilakukan operasi sesegera mungkin untuk menolong pasien" ujar dokter menjelaskan.

"Lakukanlah dokter, lakukan apapun untuk menolong istri saya. Asalkan istri saya bisa selamat" ucap ayah dengan sedikit khawatir.

"Baiklah kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menyelamatkan pasien. Harap tanda tangani segera dokumennya agar kami bisa segera lakukan tindakan" ucap dokter lagi.

Dokter pun pergi untuk melakukan persiapan operasi untuk ibu sementara ayah segera mengurus pendaftaran ibu di administrasi.

"Kak bagaimana jika ibu tidak sembuh?!" Tanya Tae Hyung padaku.

"Kita berdoa aja ya dek semoga ibu bisa sembuh" ucapku untuk menenangkan adikku.

Setelah ayah kembali dari bagian administrasi, kami duduk kembali sambil berpegangan satu sama lain. Tidak lama kemudian ibu keluar untuk di pindahkan keruang operasi. Kami ikut mengantar ibu ke tempat operasi sambil memegangi tangan ibu. Sesampainya di depan ruang operasi perawat kembali menghentikan langkah kami.

"Keluarga pasien cukup mengantar sampai sini saja" ucap perawat yang membawa ibu.

Kamipun kembali menunggu di depan ruang operasi ibu sambil harap-harap cemas dengan kondisi saat ini. Operasi ibu berlangsung cukup lama kamipun semakin dibuat cemas karenanya. Setiap waktu berlalu kami semakin cemas memikirkan kondisi ibu di dalam. Tak terasa waktu menunjukan semakin malam, karena kami belum makan ayah pun mengajak kami untuk makan di kantin rumah sakit supaya lebih dekat, agar jika operasi ibu sudah selesai kami bisa berlari ke ruang operasi. Setelah selesai makan kamipun kembali ke tempat operasi, namun ternyata operasi yang di lakukan belum selesai. Kamipun menunggu dengan gelisah di depan ruang operasi.

"Ayah kenapa operasi ibu lama sekali" tanya Tae Hyung pada ayah.

"Ayah juga tidak tau nak, semoga ibu tidak terjadi hal yang serius pada ibu ya" ucap ayah yang berusaha menenangkan kami.

"Tapi kenapa operasi ibu belum selesai juga padahal susah hampir 6 jam ibu di dalam yah" tanya Tae Hyung lagi.

"Apa operasi ibu susah ya yah makanya ibu lama di dalam" ucap Tae Hyung lagi menambahkan.

"Kita tidak tau dek, mungkin saja dokter memang membutuhkan waktu lama untuk menangani ibu, kita tunggu aja ya dek. Semoga ibu bisa cepat keluar dari ruang operasi" kataku mencoba untuk menenangkan Tae Hyung.

Waktu sudah menunjukan jam 12 malam, yang artinya ibu sudah di operasi selama 6 jam lamanya, karena lamanya kami menunggu akhirnya aku dan adikku Tae Hyung tertidur di ruang tunggu. Sekitar jam 1 ibu baru keluar dari ruang operasi ayah pun membangunkan ku dan Tae Hyung.

"Bangun Yoon, Tae ibu sudah keluar" kata ayah sambil menepuk lenganku dan Tae Hyung.

Kami terbangun sambil mengusap usap wajah mencoba untuk sadar dari tidur. Setelah dokter keluar ayah mencoba untuk bertanya pada dokter.

"Bagaimana dokter keadaan istri saya?" Tanya ayah pada dokter.

"Pasien berhasil melewati masa kritisnya, namun kita masih harus memantau kondisinya lebih lanjut saat pasien sudah sadar. Kami akan terus mengobservasi keadaan pasien dan mengawasinya secara berkala" ucap dokter.

"Saat ini keadaan pasien masih belum sadar maka dari itu kami akan memindahkan pasien ke ruang ICU agar pasien mendapatkan perawatan intensif. Saya harap Anda sekeluarga bersabar menunggu kepulihan pasien. Kami akan berusaha semaksimal mungkin dalam merawat pasien" ucap dokter lagi menjelaskan.

"Tapi keadaan istri saya tidak gawat kan dokter?" Tanya ayah lagi.

"Untuk saat ini keadaan sudah lebih stabil. Semoga pasien bisa sadar lebih cepat" ucap dokter lagi.

"Jika ada keadaan gawat kami pasti akan segera menghubungi keluarga pasien. Kita akan tahu keadaannya jika pasien sudah sadar nanti" ucap dokter memastikan.

"Baiklah dokter terima kasih atas pertolongannya" ucap ayah.

"Sama-sama pak sudah tugas kami untuk membantu pasien. Kalau begitu saya tinggal dulu masih ada pasien yang sedang menunggu" ucap dokter sambil pamit.

"Baik dokter sekali lagi saya ucapkan terima kasih" kata ayah yang di balas dengan anggukkan kepala dari dokter.

"Kalian pulang dulu ke rumah bersama pak Damar biar ayah yang tetap disini menemani ibu kalian. Ayah lihat kalian sudah kelelahan, nanti jika ada kabar terbaru tentang ibu ayah akan kabari kalian" pinta ayah pada kami.

"Baiklah ayah kami pulang dulu dengan pak Damar, tapi jika ada kabar ayah harus segera mengabari kami" ucapku dan Tae Hyung hampir bersamaan.

Bab 3

Keesokkan harinya sekitar pukul 8 pagi aku mendapat pesan dari ayah bahwa ibu telah di pindahkan ke ruang rawat. Aku dan Tae Hyung berencana akan pergi ke rumah sakit setelah selesai sekolah. Sore sekitar jam 4 sore kami berniat pergi ke rumah sakit di antar oleh pak Damar.

Setelah sampai di rumah sakit aku dan Tae langsung mendatangi ayah di kamar rawat ibu. Ketika barada di depan kamar ibu, sayup-sayup aku mendengar percakapan ayah dengan seseorang dari dalam.

"Kak, kenapa kita tidak masuk menemui ibu?" Tanya Tae Hyung padaku.

"Kita tunggu dulu ayah selesai bicara dengan seseorang ya dek, baru setelah itu kita masuk" ucapku pada Tae Hyung.

Sementara itu ayah sedang berbincang dengan seseorang dari dalam kamar ibu.

"Pak Seok Jin keadaan pasien sekarang memang sudah stabil, tetapi kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada pasien kedepannya, mengingat kondisi pasien sampai hari ini belum juga sadarkan diri" ucap doker pada Seok Jin.

"Bukankah dokter bilang operasi istri saya berhasil di lakukan dengan baik, dan iapun juga sudah melewati masa kritisnya?" Tanya Seok Jin pada dokter.

"Memang operasi berhasil di lakukan dengan baik, tetapi di banyak kasus yang terjadi ada juga kemungkinan pasien tidak bisa bertahan selama menjalani masa perawatan. Oleh karena itu kita harus siap dengan segala kemungkinan terburuk" ujar dokter menjelaskan.

"Apakah tidak ada cara untuk membuat istri saya sadar, dok?" Tanya Seok Jin lagi.

"Untuk saat ini tidak banyak yang bisa kami lakukan pak. Kami hanya bisa memantau perkembangan pasien kedepannya. Kami akan berupaya semaksimal mungkin untuk kesembuhan pasien, tapi kami hanyalah manusia biasa, semua kembali pada takdir Tuhan pak" kata dokter yang membuat Seok Jin menghela nafas berat.

"Baiklah dokter terima kasih atas penjelasannya" kata Seok Jin dengan berat hati.

"Bersabarlah pak, mungkin ini ujian untuk keluarga Bapak. Semoga Tuhan memberikan keajaibannya pada istri Bapak" kata dokter yang mencoba untuk menguatkan Seok Jin.

Tak berselang lama dokter pun keluar dari dalam kamar. Mata kami sempat berpapasan, dokter memandang kami dengan sorot mata yang sulit di artikan. Kami pun saling menunduk untuk memberi hormat. Aku dan Tae Hyung masuk ke dalam untuk melihat kondisi ibu.

"Ayah, bagaimana kondisi ibu?" Tanya pada ayah yang duduk di samping ibu.

Ayah menoleh ke arah kami dan menjawab pertanyaanku.

"Kondisi ibu stabil tapi belum ada tanda-tanda akan sadar" jawab ayah dengan raut wajah yang terlihat sedih.

"Kenapa ibu belum sadar, yah?" Tanyaku lagi pada ayah.

"Dokter bilang ibu dalam keadaan koma akibat pendarahan yang terjadi pada otak ibu. Ini di akibatkan dari pecahnya pembuluh darah akibat peradangan selaput otak yang mengakibatkan tekanan pada otak ibu"ucap ayah menjelaskan.

"Lalu kapan ibu akan sadar kembali, yah?" Tanyaku lagi penasaran.

"Ayah juga tidak tahu pasti kapan ibu kalian akan sadar kembali. Dokter bilang kita harus bersiap untuk kemungkinan terburuk jika kondisi tetap seperti ini. Di beberapa kasus ada pasien yang bisa sadar lebih cepat, tapi beberapa pasien ada juga yang tidak bisa sadar kembali dan akhirnya meninggal dunia. Jika ibu belum sadar juga itu akan mengakibatkan kerusakan pada otak ibu. Maka dokter mengatakan kita hanya bisa menunggu dan memantau kondisi ibu" kata ayah dengan wajah yang sulit di baca.

"Lalu bagaimana keadaan ibu ke depannya?" Tanyaku lagi.

"Apa ibu tidak akan bisa pulih lagi?" Tanya Tae Hyung menambahkan.

"Ayah juga tidak tahu, jika kondisi ibu memburuk kita akan bawa ibu ke korea dan merawat ibu disana" lanjut ayah lagi.

"Apa kita tidak akan bisa lakukan apapun saat ini?" Tanyaku.

Dokter bilang, mereka akan lakukan yang terbaik yang bisa mereka lakukan. Tapi mereka pun punya keterbatasan kemampuan. Kita tidak bisa menyalahkan mereka" jawab ayah dengan raut wajah sedih.

"Jika pada akhirnya kita harus kehilangan ibu, kita semua harus merelakan  kepergiannya" ucap ayah dengan pelan.

Keheningan memenuhi seluruh ruangan. Aku tidak tahu mengatakan apa dalam situasi saat ini. Emosi bercampur aduk dalam diriku saat ini. Tidak tahu harus berbuat apa dalam untuk bisa memulihkan kondisi ibu. Di tengah keheningan yang terjadi ucapan ayah membuyarkan lamunanku.

"Yoona, mulai sekarang kamu dan Tae Hyung harus mulai belajar mengelola perusahaan ayah. Selama ayah merawat ibu kalian di rumah sakit, kau dan Tae Hyung harus menggantikan pekerjaan ayah. Ayah tidak mau pekerjaan ayah tertunda. Sehingga banyak urusan yang belum di selesaikan. Hal itu dapat menghambat perkembangan perusahaan kedepannya, sehingga dapat menghambat pekerjaan karyawan dan para pekerja peternakan.

Ayah tidak ingin para karyawan dan para pekerja jadi terlantar karena masalah ini. Ayah akan mengajari kalian satu persatu, sambil mengawasi hasil pekerjaan kalian dari sini. Ayah akan mengutus pak Shin Hyun Bin untuk mendampingi kalian selama bekerja di perusaan kalian pelajarilah apa yang perlu kalian lakukan di bawah bimbingan pak Hyun Bin" kata ayah dengan tegas.

"Baiklah ayah, Yoona akan belajar sebaik mungkin untuk bisa memimpin perusahaan ayah. Agar Yoona juga bisa meringankan beban ayah selama berada di rumah sakit" jawabku menenangkan pikiran ayah

"Tae Hyung juga akan berusaha untuk membantu kakak dalam menjalankan perusahaan" ucap Tae Hyung menambahkan.

"Dalam kondisi seperti ini kalian harus bisa kompak agar kita bisa melalui semua ini" kata ayah menambahkan.

Hari demi hari kami lalui dengan kesibukan di perusahaan dan juga kegiatan sekolah. Meski ibu terus mendapat perawatan tapi tetap saja tidak ada perubahan dengan kondisi ibu. Setiap hari kami bergantian untuk menjaga ibu saat libur sekolah terkadang kami menginap di rumah sakit untuk menemani ibu. Ayah masih tetap harus bolak balik untuk mengurusi perusahaan ayah.

Kamipun terus membantu ayah dengan bekerja di perusahaan di bawah bimbingan pak Hyun Bin orang kepercayaan ayah. Setahun kami lalui semual hal itu, sampai tiba waktu kelulusan kami. Aku dan Tae Hyung memang bersekolah di sekolah yang sama dan pada tingkat yang sama pula meski umur kami berbeda 3 tahun tapi kami satu angkatan. Itu karena Tae Hyung memang lebih pintar dari pada aku. Tapi di momen kelulusan kami ibu tidak bisa hadir menemani kami hanya ayah menemani kami.

Karena meski sudah setahun berlalu ibu tetap tidak sadarkan diri. Berbagai upaya sudah lakukan, berbagai metode sudah kami coba namun tetap tidak hasil yang memuaskan. Kami sudah berpasrah diri pada Tuhan jika ibu tetap tidak membaik, kami tidak ingin ibu menderita lebih lama lagi. Setelah kelulusan selesai kami mengunjungi ibu di rumah sakit. Meski ada rasa sakit karena ibu tidak menghadiri kelulusan kami.

Setelah sampai di rumah sakit kami menunjukan ijazah kelulusan kami serta piala yang kami dapat karena berhasil menjadi lulusan terbaik. Kamipun berphoto dengan ibu meski ibu belum bisa bangun. Setelah berphoto dan bercerita dengan ibu kami makan siang karena belum makan setelah acara kelulusan karena ingin cepat bertemu dengan ibu. Kamipun akhirnya pergi makan di restauran yang dekat dengan rumah sakit. Saat sampai di restauran kami duduk di meja yang dekat dengan jendela agar bisa melihat keluar jendela. Setelah duduk kamipun langsung memesan makanan yang ada di menu.

Restauran yang kami datangi adalah restauran makanan korea dengan gaya interior korea yang khas. Ayah sengaja memilih resto ini karena kangen dengan makanan korea yang biasa ayah makan saat di berada di negara asalnya. Setelah makanan yang kami pesan datang dan di sajikan di atas meja, kami langsung memakannya. Sesekali aku melihat ke sekeliling resto banyak pelanggan yang makan disana ada yang makan dengan pasangannya ada juga yang datang sendiri. Ada pasangan muda ada juga pasangan lansia, ada juga yang datang bersama keluarga.

Suasana di resto sangat ramai pada jam makan siang, namun entah kenapa ada perasaan sedih saat melihat situasi ini. Apalagi melihat satu meja yang di duduki oleh satu keluarga utuh. Melihat pemandangan itu membuatku membayangkan saat-saat ibu masih bisa menemani kami dulu. Saat bisa makan bersama dalam satu meja baik rumah ataupun di resto, aku ingin kembali ke masa itu.

Tanpa terasa air mataku menetes keluar membasahi wajahku. Ayah yang melihat sekilas selah tahu apa yang ku rasakan, tanpa harus bertanya ayah seolah tahu perasaan apa yang ku rasakan sekarang ini. Tak terasa waktu berlalu makanan yang kami pesan pun akhirnya habis kami makan. Saat kami akan membayar makanan yang di pesan tiba-tiba ayah dapat telepon yang ternyata dari rumah sakit.

"Yoona, kamu bayar makanan ini ayah akan angkat telepon dari rumah sakit" kata ayah sambil memberikan sebuah kartu.

"Baiklah yah, Yoona bayar dulu" kataku sambil meraih kartu yang di berikan ayah

"Ini, ayah tunggu kamu di depan" kata ayah sambil menunjuk keluar.

"Tae juga tunggu diluar ya kak sama ayah" kata Tae Hyung.

Akupun mengangguki dan langsung bergegas menuju meja kasir untuk membayar makanan yang kami pesan. Setelah sampai di meja kasir akupun menyodorkan kartu yang ayah berikan padaku ke petugas kasir.

"Semua total nya Rp. 350 rb ya kak" kata kasir penyebutkan total tagihan kami

Aku mengangguk dan mengatakan "iya, mbak"

Petugas kasir pun langsung memproses pembayaran. Setelah selesai petugas kasir itu menyerahkan kartu yang aku berikan.

"Ini kak, kartunya. Apa mau di ambil struknya?" Katanya sambil menyodorkan kartu.

"Tidak perlu mbak. Maaf saya buru-buru" kataku dengan gelisah dan langsung mengambil kartunya.

"Baik kak terima kasih telah mengunjungi resto kami" katanya sambil menangkupkan ke dua tangannya dan tersenyum ramah.

"Sama-sama mbak" balasku sambil menundukkan kepala.

Akupun langsung berlari keluar dan tanpa sengaja menabrak seseorang di depan ku. Akupun dengan cepat meminta maaf dan menoleh sekilas, aku melihat dia seperti seorang lelaki bertubuh tinggi. Namun karena aku buru-buru dan khawatir dengan apa yang di bicarakan ayah dengan pihak rumah sakit  melalui telepon akupun tidak menghiraukan lelaki itu. Aku bergegas keluar menemui ayah dan Tae Hyung yang tengah menungguku di luar restoran.

Setelah berada diluar aku melihat raut wajah ayah dan Tae Hyung yang tampak kebingungan dan cemas. Seketika aku itu aku teringat dengan kondisi ibu di rumah sakit, telepon itu pasti ada kaitannya dengan kondisi ibu. Ayah pun menoleh ke arahku dengan wajah panik dan juga cemas bercampur dengan perasaan sedih, begitupun dengan Tae Hyung yang menatapku demikian.

Kamipun segera kembali ke rumah sakit tempat ibu berada. Setelah sampai di rumah sakit aku melihat dokter dan para perawat berlarian ke kamar ibu, akupun semakin cemas dengan keadaan itu. Aku mencoba bertanya kepada salah satu suster yang merawat ibu.

"Suster apa yang terjadi dengan ibu saya" tanyaku dengan cemas.

"Kondisi pasien menurun dan dalam masa kritis" suster memberi penjelasan dan langsung berlari menuju kamar ibu.

Aku lihat ayah dan Tae Hyung juga merasa cemas dengan kondisi saat ini. Aku mendekati mereka dan mencoba untuk duduk bersama sembari menenangkan diri. Sementara di dalam dokter dan para perawat mencoba untuk melakukan tindakan.

"Dokter tekanan darah pasien terus menurun" kata salah satu suster.

"Lakukan kompresi jantung" kata dokter sambil terus mengawasi monitor.

Salah satu perawat naik ke ranjang dan melakukan kompresi jantung, beberapa kali proses di lakukan tapi jantung pasien tetap tidak stabil.

"Dok, kondisi pasien masih belum stabil" kata suster itu.

"Siapkan alat pacu jantung" kata dokter lagi.

"Sudah siap dok" kata perawat sambil menyodorkan alatnya.

"Tolong isi dengan 200 joule" pinta dokter.

"200 Joule siap"

"Oke clear, siap kejut"

Proses itu dilakukan beberapa kali, tapi tetap belum ada perubahan. Sampai indikator monitor menunjukan garis lurus dan alarm berbunyi "biiiiiib..... biiiiiib..... biiiiib" menunjukan pasien telah meninggal dunia.

"Suster umumkan kematian pasien" kata dokter pada suster.

"Hari ini senin tanggal 26 Mei 2019 jam 02:45 pasien atas nama Martha Angelina telah meninggal dunia" ucap suster mengumumkan kematian bu Martha.

Dokter pun keluar dari ruangan dan menuju ke tempat duduk keluarga Seok Jin. Dengan berat hati dokter pun mengabarkan kematian istrinya.

"Kami sudah berupaya semaksimal mungkin pak, tapi Tuhan berkehendak lain. Kami dengan berat hati menyatakan bahwa pasien telah meninggal dunia" kata dokter sambil menundukkan kepala.

Seok Jin dan anak-anak pun berlari menuju kamar istrinya berada. Seok Jin pun hanya mampu terdiam melihat tubuh istrinya yang sudah tidak bernyawa begitu pun dengan anak-anaknya yang hanya mampu menangisi jenazah ibu mereka. Seok Jin menatap wajah sang istri dengan seksama, istri yang telah menemaninya selama 20 tahun pernikahannya. Istri yang telah memberikan dia dua orang anak yang cantik dan tampan, yang telah memberikan kebahagiaan selama 20 tahun kehidupan pernikahan mereka.

Kini Ia harus menerima kenyataan bahwa istri yang selama ini ada bersamanya dan anak-anak telah pergi untuk selamanya meninggal mereka, setelah selama 1 tahun berjuang untuk melawan sakitnya. Kini Ia harus merelakan kepergiannya, dan harus terus membesarkan anak-anaknya seorang diri mulai saat ini.  Mau tidak mau Ia harus tetap tegar di hadapan anak-anak agar mereka pun bisa kuat menerima ujian ini.

"Yoona, Tae Hyung mulai saat ini kalian harus tetap kuat menerima kenyataan ini. Mulai hari ini kita hanya akan hidup bertiga tanpa ada ibu lagi, tapi ayah akan tetap bersama kalian hingga kalian dewasa nanti" kata Seok Jin pada anak-anaknya.

"Kita relakan kepergian ibu agar ibu bisa tenang meninggalkan kita, ya" tambah Seok Jin lagi

Anak-anak hanya bisa mengangguk tanda mengerti tanpa bisa bicara apa-apa lagi. Hanya isak tangisan yang terdengar di ruang itu. Dokter dan para tenaga medis hanya terdiam melihat kejadian siang ini, mereka pun merasa sedih atas kepergian Martha. Mereka telah merawat Martha selama 1 tahun dan telah berjuang bersama-sama untuk kesembuhan Martha.

Ada perasaan yang campur aduk yang mereka rasakan, karena selama merawat Martha mereka merasa sudah seperti keluarga. Walaupun mereka telah memprediksi dan bersiap untuk kemungkinan terburuknya, tetapi tetap saja kematian Martha yang tiba-tiba membuat mereka merasa sedih dan kehilangan.

Salah satu dokter mendekati Seok Jin dan berkata "Pak, kami akan memindahkan jenazah istri Bapak. Silakan Bapak mengurus berkas-berkasnya dibagian administrasi. Setelah itu kami akan mengurus jenazahnya" kata dokter menjelaskan. Seok Jin pun menoleh dan merespon dengan anggukan dan berkata "baiklah dokter akan saya selesaikan semuanya. Selebihnya saya serahkan sepenuhnya kepada pihak rumah sakit".

"Baik Pak, kami akan segera mengurus jenazah istri Bapak" jawab dokter sambil memberi isyarat kepada para staf medis untuk segera menyiapkan proses pengurusan jenazah.

Semua staf medis keluar dari ruangan satu per satu dan tubuh istri Seok Jin di pindahkan ke ruang jenazah rumah sakit. Sementara Seok Jin mengurus semua berkas istrinya Yoona dan Tae Hyung hanya bisa menunggu di ruang tunggu rumah sakit sambil terus menangisi kepergian ibunya. Air mata mereka seolah tidak mau berhenti keluar membasahi wajah cantik dan tampan mereka.

Kepergian ibu mereka yang secara tiba-tiba seolah telah menorehkan luka yang teramat dalam, pasalnya kejadian yang menimpa ibu mereka satu tahun silam pun terjadi begitu tiba-tiba tanpa adanya peringatan apa-apa begitu pun dengan yang terjadi sekarang ini semua terjadi secara mendadak. Mereka yang berharap akan bisa berkumpul kembali seperti sebelumnya harus menerima kenyataan bahwa sang ibu harus pergi terlebih dahulu meninggalkan mereka untuk selamanya, dan tidak akan bisa lagi membuat kenangan seperti dahulu lagi.

Di sisi lain ketika mereka tengah berduka ada seseorang yang tidak mereka ketahui tengah memerhatikan mereka dari kejauhan. Sesosok laki-laki tinggi yang di temui sekilas oleh Yoona saat di resto, Ia yang secara tidak sengaja bertemu Yoona secara diam-diam mengikuti Yoona dan keluarganya.

Tidak berselang lama akhirnya Seok Jin kembali menemui anak-anaknya di ruang tunggu. Sembari menunggu Ia mengabari semua anggota keluarganya tentang berita istrinya, bahkan anggota keluarganya yang berada di korea. Setelah mengabari anggota keluarganya Ia segera menelepon ke rumahnya untuk di siapkan acara pemakaman di rumahnya dan meminta pak Damar untuk menjemput mereka di rumah sakit.

Para ART dan juga para pekerjanya terkejut begitu mendengar kepergian salah satu majikannya, pasalnya mereka yang sudah di anggap keluarga oleh Seok Jin dan juga sudah saling mengenal sejak lama seperti sudah memiliki ikatan yang kuat. Mereka pun seolah tidak percaya orang yang selama ini mereka kenal dan mereka layani pergi secara mendadak.

Mereka pun segera mengabarkan berita tersebut kepada para tetangga dan respon para tetangga pun sama halnya seperti mereka, mereka sangat menyesalkan kepergian orang yang selama ini telah begitu baik memperlakukan para tetangganya.

Akhirnya mereka pun saling bahu membahu membantu mempersiapkan acara pemakaman.

Tanpa menunggu terlalu lama akhirnya jenazah bu Martha dibawa keluar dari ruang jenazah untuk selanjutnya di pindahkan untuk dibawa menggunakan mobil jenazah rumah sakit menuju ke rumah duka.

"Yoona, Tae Hyung kita siap-siap ya untuk bawa jenazah ibu ke rumah. Nanti kamu dan Tae Hyung pulang bersama pak Damar ya, biar ayah yang menemani ibu di mobil jenazah" kata Seok Jin mencoba untuk tenang dan tidak bersedih.

Yoona dan Tae Hyung hanya bisa mengangguk tanpa bisa berkata-kata saking sedihnya. Dari jauh masih terlihat seseorang yang sedari awal memperhatikan keadaan keluarga Seok Jin dengan seksama tanpa bisa mendekati ke arah mereka. Tidak lama kemudian pak Damar tiba di rumah sakit bertepatan dengan di naikkannya jenazah ke dalam mobil. Pak Damar pun langsung turun dari mobil dan segera menghampiri keluarga Seok Jin.

"Oh, kebetulan pak Damar sudah sampai rupanya. Pak nanti anak-anak biar ikut dengan mobil pak Damar ke rumah dan saya akan ikut dengan mobil jenazah bersama ibu" ucap Seok Jin ke sopirnya.

"Baik pak, biar non Yoona dan den Tae Hyung ikut dengan saya pulang" jawab pak Damar ke Seok Jin.

"Mari non, den kita masuk ke mobil segera" ajak pak Damar ke Yoona dan Tae Hyung.

Mereka pun ikut pak Damar dengan patuh walau masih dengan perasaan sedih. Sementara laki-laki yang sedari tadi memperhatikan mereka pun masih mengamati mereka sampai akhirnya keluarga Seok Jin pergi meninggalkan rumah sakit sampai mobil mereka tidak terlihat lagi oleh pandangan mata. Di dalam mobil baik Yoona ataupun Tae Hyung tidak dan juga pak Damar tidak ada yang berbicara sedikit pun, di sepanjang perjalanan mereka hanya diam tanpa saling bicara. Pak Damar yang memerhatikan mereka hanya mampu melihat raut wajah majikan mudanya dengan tatapan sedih.

Sementara Seok Jin yang berada di mobil jenazah istrinya pun juga hanya bisa diam sambil sesekali melihat tubuh istrinya yang mulai terasa dingin dan terbujur kaku tak bisa bergerak, sesekali Ia mengusap wajahnya yang mulai di basahi air mata. Dia terhanyut dalam pikirannya tentang bagaimana Ia dan anak-anaknya akan menjalani kehidupan mereka kedepannya tanpa adanya sosok istri yang selama ini menemaninya.

Sampai tidak terasa mobil sudah memasuki gerbang masuk desa tempat mereka tinggal sekarang. Dari awal mobil masuk warga desa sudah berkumpul untuk menyambut kepulangan jenazah dan juga keluarga Seok Jin. Kerumunan warga yang datang memenuhi sepanjang jalan sampai tiba di rumah keluarga Seok Jin. Karena berkat kebaikan mereke selama ini kepada penduduk desa membuat mereka amat sangat di segani dan di hormati oleh penduduk desa.

Sesampainya mobil di depan rumah mereka langsung turun dari mobil dan langsung membawa jenazah Martha masuk ke dalam rumah. Warga pun satu per satu masuk ke dalam rumah dan ikut ber bela sungkawa pada keluarga Seok Jin dan berusaha untuk menguatkan keluarga Seok Jin untuk tegar menghadapi semua musibah yang menimpa keluarganya. Karena hari semakin larut Seok Jin memutuskan untuk menguburkan jenazah istrinya besok hari.

Tetangga yang melayat dan penduduk desa pun sedikit demi sedikit mulai meninggalkan rumah kediaman keluarga Seok Jin Yoona Dan Tae Hyung yang sudah mulai kelelahan pun mulai memasuki kamar mereka. Di dalam kamar entah mengapa se lelah apapun mereka tetapi mata merek tetap tidak mau terpejam, setelah sekitar 3 jam mereka terjaga akhirnya mereka tertidur juga sekitar jam 03:10. Begitu pun dengan Seok Jin yang masih belum bisa beristirahat akhirnya tertidur jam 03:25.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!