NovelToon NovelToon

Koki Kesayangan Tuan Daniel

Ayra Maharani

Ayra menyederkan sepedanya di garasi rumahnya. Tubuhnya terlihat sangat letih dan lelah, setelah seharian bekerja di restoran tempat ia mencari rezeki.

Ia membuka pintu utama, lalu masuk dan menutup pintunya kembali.

ia berdiri menatap ruangan yang tak seberapa luas itu, rumahnya begitu berantakan, pakaian kotor, dan sampah bekas makanan nampak ada di mana-mana.

Ia menghembuskan nafas panjang, lalu ia punguti satu persatu pakaian kotor tersebut. Di ruang tengah, nampak suaminya tengah asyik menonton televisi sambil menikmati cemilan di tangannya. Sementara mertua dan adik iparnya sudah terlelap di kamar mereka masing-masing.

"Sudah pulang Ra?" Tanya suami Ayra tanpa menatapnya.

"heem," jawab Ayra sambil terus memunguti satu persatu sampah di lantai.

Ayra pergi ke dapur, bahkan keadaan dapur pun jauh lebih parah. Piring kotor dan bekas masakan yang tidak dibersihkan nampak sangat menganggu mata Ayra.

Ayra menggulung lengannya, lalu mulai membersihkan dapur meskipun dirinya sudah sangat lelah.

"Sebenarnya, apa pekerjaan mereka seharian? Bahkan tidak ada satu orang pun yang mau membersihkan rumah!" ujar Ayra sambil terus mencuci piring di wastafel.

Selesai mencuci piring, ia lanjut menyapu dan membersihkan bagian rumah lainnya. Ayra melihat jam, rupanya sudah pukul 11 malam. Ayra bergegas pergi mandi lalu bersiap untuk istirahat.

Saat akan merebahkan dirinya di kasur. Rayyan, suaminya masuk dan ikut merebahkan tubuhnya.

"Besok aku bagi uangnya ya, aku mau lihat barang di kota sebelah," ujar Rayyan.

"Aku belum gajian mas, lagian kenapa si kamu gak cari kerja yang lebih baik saja, dari pada di rumah terus begini!"

"Ini aku juga kerja Ra, kamu tahu kan, dari dulu kerja ku memang begini, jual beli kendaraan bekas."

"Iya, tapi penghasilannya gak jelas, dan cuma habis buat seneng sendiri. Aku ini capek lho mas, berangkat pagi pulang malam cari uang buat menghidupi kalian semua, tapi sampai rumah pun, aku masih mengerjakan pekerjaan rumah, apa tidak bisa kamu suruh adik dan ibu mu membantuku mas?"

"Kamu tahu sendiri kan kalau adikku sekolah, dan ibu sudah tidak bisa bekerja berat lagi? Sudahlah tidak usah manja, jangan mentang-mentang kamu yang cari uang, lantas kamu bisa seenaknya sendiri, jangan lupa, ini rumah orang tua ku, bukan orang tua mu!"

Ayra tak menanggapinya lagi, baginya percuma bicara dengan suaminya yang egois itu, hanya akan menambah luka hatinya saja.

Ia tidur memunggunginya suaminya, air matanya menetes membasahi wajahnya.

"Ayah...! Kenapa engkau mengirimku ke neraka seperti ini, pria yang kau bilang baik ini adalah orang yang paling busuk yang pernah ku kenal, tapi apalah daya, aku belum bisa mengembalikan uang yang kau pinjam pada mereka," batin Ayra.

Ia mengusap wajahnya, teringat kejadian 2 tahun yang lalu. Saat itu, ia baru saja lulus sekolah kejuruan. Alih-alih mendapatkan penawaran sekolah yang lebih tinggi, Ayra justru dipaksa menikah dengan Rayyan yang umurnya 10 tahun lebih tua darinya. Bukan tanpa alasan, ayahnya memiliki hutang pada Rayyan dan tidak bisa membayarnya. Sehingga untuk membebaskannya, ayah Ayra menikahkan Ayra dengan Rayyan.

Saat itu, Ayra tidak punya pilihan, ia terpaksa setuju karena tak mau melihat ayahnya mendekam dipenjara.

Setelah menikah, bukan kebahagiaan yang Ayra dapatkan, melainkan perlakuan buruk dari Rayyan dan keluarganya. Ayra dipaksa bekerja untuk menghidupi seluruh keluarga itu. Beruntung, ia mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya, ia menjadi koki di sebuah restoran ternama di tempat ia tinggal.

Di restoran itu, Ayra merasa lebih dihargai dan dihormati dari pada di rumah. Meskipun untuk masalah gaji, ia selalu tak mendapatkan ujung karena semua gaji nya selalu dihabiskan oleh mertua dan suaminya.

Ayra bertekad untuk terus belajar mengembangkan diri di restoran itu, karena ia memiliki cita cita ingin memiliki restoran sendiri suatu hari nanti.

***

keesokan paginya,

Ayra tengah membuatkan sarapan, tiba-tiba adik iparnya yang masih duduk di bangku SMA datang menghampirinya.

"Mbak, aku minta uang untuk ke salon ya, tidak banyak hanya lima ratus ribu saja," kata Jesy, adik ipar Ayra.

"Mbak gak ada uang, tadi sudah diminta sama mas kamu," jawab Ayra.

"Pelit banget si mbak, awas saja ya, aku aduin ke ibu biar mbak Ayra dimarahin ibu lagi!" ancam Jesy.

"Terserah...!" balas Ayra sambil meletakkan telur mata sapi di meja.

"iihhh...!" Jesy nampak kesal, ia berlari ke kamar untuk mengadu pada ibunya.

Melihat itu, Ayra bergegas keluar menuntun sepeda dan meninggalkan rumah yang bagaikan neraka untuk Ayra.

Ia terus menggoes sepedanya tak peduli mertuanya berteriak memanggilnya dari belakang.

"Bodo amat! Habiskan suara mu untuk memanggil ku, tapi aku tidak akan kembali!" ujar Ayra menatap lurus ke jalan.

Saat melewati jalan yang berlubang dan tergenang air, tiba-tiba mobil mewah lewat dengan kecepatan tinggi.

"Byuuur..." Genangan air itu mengenai Ayra, hingga membuatnya jadi basah kuyup.

"Woiiiii...! Sialan kamu ya!" Makinya pada pengendara mobil itu.

Alih alih berhenti dan meminta maaf, mobil itu justru mempercepat lajunya.

"Sialan...! Kurang ajar banget si dia, mentang-mentang orang kaya! Aduh kalau begini gimana jadinya? Bajuku basah kuyup begini. Kalau aku pulang, pasti aku diserbu sama nenek sihir itu, tapi kalau aku gak pulang, gimana aku mau kerja?" gumammya kebingungan.

Akhirnya, setelah ia fikir dengan matang matang, ia memilih untuk melanjutkan perjalanannya, dan memilih untuk meminjam pakaian kawannya dari pada harus pulang dan bertemu mertua dan adik iparnya.

"Ya ampun Ra...! kamu habis ngapain? Kok baju kamu kotor dan basah begini?" tanya Mira, sahabatnya di restoran.

"Kena cipratan air Mir, aku pinjam baju kamu yang di gudang ya!"

"iya sana pakai saja! Buruan ganti, keburu pak bos datang!"

"iya, bentar ya, aku ganti dulu!"

Ayra pergi ke gudang, lalu berganti pakaian di sana. Baru setelah itu, ia mulai beraktivitas di sana sebagai seorang koki.

"Ra, hari ini gajian, kamu mau ikut nongkrong gak sama temen temen?" tanya Mira disela sela pekerjaannya.

"Gak, aku pasti akan dirujak jika ikut pergi bersama kalian!" Jawab Ayra sambil terus mengaduk aduk menu di dalam panci.

"Kamu terlalu lemah si Ra, sekali kali coba kamu melawan, aku itu sedih banget tau lihat kamu."

"Mau bagaimana lagi, selama aku belum bisa lunasi hutang ayahku, mereka tidak akan pernah membiarkan kan hidup tenang."

"Emang berapa si hutang ayahmu? Bukannya kalau kamu sudah dinikahkan harusnya sudah lunas ya?"

"Harusnya begitu, tapi namanya juga orang licik Mir, pasti ada saja alasannya, kalau sudah punya 30 juta aku kan bayarkan dan keluar dari sana!"

"Semoga saja ada keajaiban ya Ra."

"Siapa tahu ada uang satu koper jatuh dari langit kan!"

"Hahaha..." Mereka tertawa bersama.

Bertemu Daniel

Menjelang siang, Ayra menyempatkan diri untuk keluar. Hari itu, ia menerima gaji, dan ia harus menyisihkan sebagian uangnya untuk ia simpan sendiri. Karena jika tidak, pasti semua uangnya akan dihabiskan oleh mertua dan suaminya.

Ayra mengeluarkan sepedanya, lalu ia goes pergi menuju bank terdekat.

Usai bertransaksi di bank, ia segera kembali ke restoran secepat

mungkin.

"Untung saja mereka tidak pernah tahu kalau selama ini gaji ku naik, kalau sampai mereka tahu, sudah pasti aku tidak akan bisa menyisihkan uang ku," Gumam Arya sambil terus menggoes sepedanya.

Saat di tengah perjalanan, ia berhenti lalu turun dari sepeda, memperhatikan mobil yang terparkir dipinggir jalan.

"Ini mobil yang tadi pagi kan?" ucapnya lirih.

Ia berjalan memutari mobil tersebut sambil memeriksa keadaan dalam mobil. Tak sangka, seorang pria tengah mengawasinya dari balik kaca cafe tak jauh dari sana.

"Akan saya bereskan tuan," kata salah satu bodyguard yang mengawal pria itu.

"Heemm"

Bodyguard itu berjalan menghampiri Ayra yang masih terus memeriksa mobil tersebut.

Saking fokus dia, dia sampai tak memperhatikan jika sudah ada seseorang berdiri di depannya.

Ayra terjingkat karena terkejut, hampir menabrak pria itu.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya bodyguard itu tanpa ekspresi.

"Anda pemilik mobil ini?"

"Katakan saja apa yang membuat nona terus mengawasi mobil kami."

Ayra memperbaiki cara berdirinya menjadi tegak sambil mengangkat kepalanya menatap lurus kedepan.

"Pagi tadi anda sudah mengotori pakaian saya dan anda tidak bertanggung jawab sama sekali, anda tahu! Pakaian saya jadi kotor gara gara anda!"

Pria itu mengerenyit, mengangkat alisnya sebelah.

"Lalu?" tanya pria bertubuh tinggi besar itu lagi.

"Ya minimal tanggung jawab dong! Minta maaf atau bagaimana, gimana sih! Jangan mentang-mentang orang kaya jadi seenaknya sendiri!"

"Kalau begitu, kami minta maaf nona!" kata pria itu sambil membungkuk badannya.

Ayra tidak menjawab, ia mencelos lalu pergi begitu saja dengan sepedanya.

Pria itu menggaruk garuk kepalanya menatap Ayra bingung.

***

Sesampainya di restoran, Ayra segera kembali ke dapur. Ia berhenti sejenak menatap heran para rekannya yang tengah sibuk berkutat di dapur.

"Ayra...! Cepat kemari! kemana saja kamu?" panggil bos nya.

Ayra mendekat menghampiri bos nya sambil menundukkan kepalanya.

"Maaf bos, saya tadi keluar ke bank sebentar."

"Sudah sudah, sekarang cepat kamu pikirkan sesuatu, pemilik grup Alexander akan datang berkunjung ke restoran kita, kamu harus cepat menyiapkan menu yang terbaik."

"E,, tapi menu apa lagi bos? bukannya menu yang ada di restoran kita sudah banyak?"

"Aduh, kamu ini banyak tanya, dia tidak menginginkan menu yang tersedia di restoran kita, dia minta menu rumahan yang lezat, dia ingin makan makanan yang bisa mengingatnya pada mediang ibunya."

"Haa?? Aneh sekali, kenapa tidak makan di rumah saja kalau begitu, kenapa mesti datang kemari coba?" kata Ayra masih belum bisa mengerti.

"Kamu tau, alasan dia memilih restoran kita?"

Ayra menggeleng.

"Dasar bodoh! itu semua karena kamu!"

"Aku...?" tanya Ayra menunjuk dirinya sendiri.

Bos mendekat lalu menarik telinga.

"Aduh...!! Aduh sakit bos!" kata Ayra sambil memegangi telinganya.

"Kamu kan terkenal sebagai koki yang selalu bisa menyajikan makanan yang lezat di sini, makanya dia jauh jauh datang kemari untuk menguji kemampuan mu!" ujar bos melepaskan telinga Ayra.

"Tetap gak ngerti," jawab Ayra.

"Sudah, sekarang lebih baik kamu pikirkan menu rumahan yang lezat dan pasti disukai tuan Daniel, kalau kamu bisa memuaskan lidah tuan Daniel, bukan hanya kita, tapi kamu akan mendapatkan bonus yang besar!"

"Benarkah? Kalau begitu baiklah, akan ku siapkan semuanya!" ucap aura bersemangat.

"Jangan senang dulu, kalau kamu gagal memuaskan lidah nya, maka nasib buruk akan menimpamu, dia dikenal sebagai pria yang kejam dan dingin!"

"Haaa???" Ayra menelan saliva, mendengar itu tubuhnya jadi menegang.

"Untuk itu, berusaha lah semaksimal mungkin bersama tim mu, jangan sampai membuat malu restoran kita, ingat itu!"

"Baik bos!"

Ayra segera berlari, memerintahkan para tim nya untuk segera menyiapkan segalanya. Ayra berdiri di depan kompor, memikirkan sejenak, menu apa yang pas untuk seseorang yang tengah merindukan sosok ibu.

"Bos...!" Ayra berlari menghampiri bos.

"Ada apa lagi? sudah sana cepat kamu olah, kita tidak punya banyak waktu, dia akan datang kemari malam nanti."

"Kira kira umur berapa bos besar itu?"

"Emmm, mungkin sekitar 25 sampai 27 tahunan lah."

"Baik kalau begitu, terimakasih bos!"

Ayra kembali ke meja, menyiapkan bahan bahan yang akan ia butuhkan untuk membuat menu yang telah ia pikirkan itu.

"Ayra kamu yakin akan membuat menu ini?" Tanya Winda, salah satu rekannya.

"Ya, percaya saja! Yang penting semua mengerjakan sesuai dengan arahan ku!"

"Baiklah kalau begitu, kami percayakan pada mu."

Ayra mengangguk sambil tersenyum.

***

Ayra dan tim nya, telah selesai menyiapkan semua menu. Ia juga telah menghias makanan itu secantik dan semenarik mungkin.

"Semoga saja bos besar itu menyukainya dan kita semua akan selamat!" Ujar Ayra sambil merapihkan meja.

"Semoga saja ya Ra, kalau sampai dia tidak suka, maka tamatlah kita semua!" Imbuh Winda.

"Ayo ayo...! Kalian semua berdiri di pintu masuk, Tuan Daniel akan tiba sebentar lagi, kita harus memberikan sambutan yang terbaik!" ujar bos sambil terus mengerahkan anak buahnya untuk menyambut tamu istimewanya itu.

Tak lama, sebuah mobil mewah datang lalu memarkirkan mobilnya, disusul beberapa mobil dibelakangnya. Seorang bodyguard keluar lalu membuka pintu untuk Tuan nya.

"Lah, itu bukannya mobil yang tadi pagi? Dan pria itu, pria yang tadi berbicara dengan ku," kata Ayra memperhatikan mereka.

"Ohhh, ternyata pria itu bukan pemilik mobil yang tadi pagi, tapi pria yang satunya," ucapnya lagi.

"Suuts...! sudah jangan berisik! siap siap jangan sampai membuat malu!" kata bos mengingatkan.

Semua karyawan langsung bersiap memberikan sambutan yang terbaik untuk tuan Daniel dan para pengawalnya.

Mereka menunduk memberi hormat pada tuan Daniel, pria yang dikenal dingin dan kejam.

Daniel berjalan melewati para karyawan restoran dengan nama Bintang timur, restoran yang dikenal dengan aneka menu lezat buatan kokinya. Daniel berhenti melangkah tepat dihadapan Ayra, membuat Ayra menjadi sangat gugup.

"Selamat datang tuan, mari..." bos mengarahkan Daniel ke tempat yang telah disediakan.

Namun Daniel masih tetap berdiri menatap Ayra dengan tatapan tajam, dari ujung kaki hingga ujung rambut. Membuat Ayra tambah gugup, ia bahkan tak berani sedikitpun menatap Daniel.

"Dia koki terbaik di restoran kami tuan, namanya Ayra," kata bos memperkenalkan Aira.

Daniel menatapnya sejenak, lalu berjalan menuju meja yang telah disediakan.

"Duhhh mati aku, kalau tahu pemilik mobil itu adalah tuan Daniel, aku gak akan pernah mempersalahkan masalah tadi pagi, pasti setelah ini dia akan marah besar padaku," batin Ayra merutuki dirinya sendiri.

Daniel duduk, dihadapannya sudah tersedia berbagai menu masakan ala rumahan yang dibuat spesial oleh Ayra dan tim nya.

"Silahkan dinikmati tuan, semuanya masih hangat dan fresh," kata bos.

Daniel menarik sebuah piring berisi nasi goreng, ia menatap sekilas nasi goreng itu, lalu beralih menoleh pada pengawalnya.

Seorang pengawal pribadinya datang menghampiri, lalu dengan cepat ia mencicip makanan yang akan dimakan oleh Daniel, untuk memastikan masakan itu aman untuk dikonsumsi.

Pengawal itu terlihat begitu tercengang saat merasakan suapan pertama dari menu nasi goreng. Matanya membesar menandakan jika ia sangat menyukai dengan nasi goreng itu.

Ia menoleh menatap Daniel sambil mengangguk. Lalu Daniel meraih sendok dan menyicipnya. Ekspresi Daniel tak jauh berbeda dengan pengawalnya, hanya saja ia merasa ada sedikit yang kurang pas dengan masakan itu.

Melihat itu, Ayra menegang, ia merasa ketar ketir karena takut masakannya tidak disukai oleh Daniel.

"Siapa koki di sini?" tanyanya.

"Ohhh, itu tuan koki kami," bos menunjuk pada Ayra.

Daniel menatap Ayra.

"Aku mau dia memasak langsung dihadapkan ku dan mengolahnya sendiri tanpa bantuan asistennya!"

"Haaa...?" Ayra sangat terkejut mendengar permintaan Daniel.

Bos menghampiri Ayra yang masih berdiri mematung

"Cepat Ayra, lakukan sesuai perintah tuan Daniel!"

"Tapi bos, aku sudah menyiapkan semua menu itu mati matian, dan dia malah meminta ku masak secara langsung dihadapannya, kalau tahu begitu aku tidak perlu capek capek menyiapkan tadi bos!"

"Sudah jangan mengeluh, lakukan saja, nanti kamu akan kuberi bonus yang besar!"

"Baiklah..." balas Ayra sedikit lemas.

Ayra berjalan lalu berdiri dihadapan Daniel, sementara para rekannya menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk Ayra memasak untuk Daniel.

Bonus dari Daniel

"Aku tidak suka makanan yang terlalu banyak hiasan, aku lebih mengedepankan rasa ketimbang penampilan. Aku ingin kau buatkan nasi goreng lagi!" Kata Daniel memberi perintah.

Ayra hanya mengangguk, lalu segera meracik sendiri perbumbuan yang akan ia digunakan untuk membuat nasi goreng. Saat Ayra tengah sibuk memasak, Daniel memperhatikan setiap gerakan dari Ayra, membuat Ayra sedikit gugup. Sementara bos dan tim hanya bisa melihat Ayra dengan tegang tanpa bisa membantu apapun.

Tak butuh waktu lama, nasi goreng buatan Ayra telah tersaji di meja, nasi goreng polos tanpa hiasan.

"Silahkan tuan..." kata Ayra sambil menyodorkan hidangan tersebut dengan sangat berhati-hati pada.

Daniel menerima sajian dari Ayra, ia hirup sesaat aroma yang sangat lezat dari masakan Ayra. Seorang pengawal segera mendekat, lalu mencicip makanan itu sebelum Daniel menyantapnya.

Melihat itu, Ayra hanya menatapnya dengan heran.

"Apa semua orang kaya seperti itu? Mau makan saja harus dicicipi orang lain terlebih dahulu, itu si namanya makan bekas orang," batinnya sambil menghendikkan bahunya.

Pengawal Daniel nampak begitu menikmati makanan itu, meskipun hanya sedikit sekali suapan. Ia sampai memejamkan matanya lalu mengangkat jempol memberi tanda jika makanan itu sangat enak.

Daniel menarik piring, mengambil sendok lalu mengambil satu suapan.

Pelan pelan ia menguyah dan merasakan sensasi gurih dan lezat dari nasi goreng sederhana buatan Ayra. Matanya terlihat berkaca-kaca, namun segera ia kondisikan agar ia tidak terlihat lemah.

Ayra mengerenyit menatap ekspresi wajah Daniel yang biasa saja.

"Jangan-jangan dia tidak suka dengan masakan ku, ekspresinya terlihat biasa saja, berbeda dengan pengawalnya tadi yang terlihat sangat menyukai masakan ku. Apa mungkin masakan ku tidak enak di lidahnya?" Batin Ayra sambil terus menatap Daniel.

Suapan demi suapan begitu Daniel nikmati sampai habis tak tersisa. Setelah suapan terakhir, Daniel meletakkan sendoknya di atas piring, lalu mengelap mulutnya dengan tisu. Ayra yang saat itu masih berdiri di depan Daniel, segera menuangkan air putih untuknya.

Daniel hanya menatapnya sekilas, lalu meneguk air tersebut hingga habis tak tersisa. Selesai makan, Daniel mengeluarkan satu gepok uang, dan ia letakkan di meja.

"Terimakasih..." ucapnya pada bos sambil meninggalkan meja tempat ia makan.

Bos lalu berlari menghampiri lalu membungkuk memberi hormat pada Daniel.

"Terimakasih banyak tuan, suatu kehormatan bagi kamu bisa melayani tuan, kami akan menerima kedatangan tuan dengan senang hati, kapan pun tuan akan datang."

Daniel hanya mengangguk lalu melangkah menuju mobil diikuti para pengawalnya.

Bos pria dengan tubuh gembul berlari menghampiri Ayra, begitu senangnya dia sampai melompat kegirangan dihadapan Ayra.

"Good job Ayra! Good job...!" Teriaknya.

Bos mengambil uang yang diletakkan di meja, ia terlihat sangat bahagia.

"Kalian berbaris lah, akan ku bagi kalian semua satu persatu!" Perintah bos.

Tak mau menunggu lama, para karyawan yang berjumlah 20 orang itu berbaris menunggu antrian.

"Setelah membereskan semuanya, kalian semua boleh pulang!" kata bos sambil terus membagi uang tersebut.

Sementara teman temannya dibagi uang, Ayra duduk di kursi sambil tersenyum menikmati kebahagiaan itu.

"Ayra...! malam ini kamu tidak usah ikut membersihkan dapur, biar kami saja, bagaimanapun kami mendapatkan bonus ini juga karena kamu," kata Doni, asisten yang selalu membantu Ayra.

"Oke oke..." jawab Ayra sambil tersenyum.

Ayra melepas topi koki dan celemeknya, ia pergi ke ruangan ganti lalu berganti pakaian.

Ia menatap jam, ternyata masih pukul 8 malam, ia duduk di kursi memperhatikan kawan kawannya yang sudah hampir selesai membereskan dapur dan juga seluruh restoran.

"Kamu gak pulang duluan Ra?" tanya Winda sambil mengelap meja yang ada dihadapan Ayra.

"Masih jam 8, aku males pulang terlalu awal," jawabnya.

"Kalau begitu, mending ikut kita jalan jalan dulu," bujuk Winda sambil terus mengelap meja.

"Kalian pergi saja, aku akan di sini sejenak."

"Ngomong-ngomong, beruntung sekali kita ya, ternyata tuan Daniel menyukai masakan mu, padahal tadi aku sudah pesimis Ra, takut kalau dia tidak suka dengan masakan mu."

"Dari mana kamu tahu dia suka masakan ku? Kalau dilihat dari ekspresi wajahnya, terlihat biasa-biasa saja."

Winda menghentikan aktivitasnya, lalu duduk disamping Ayra.

"Kalau dia tidak suka, mana mungkin dia memberi bos uang sebanyak itu Ra, dia itu memang seperti itu, nyaris tidak pernah tersenyum."

"Kelihatannya, agak nyebelin gitu ya, atau mungkin semua orang kaya seperti itu?"

"Menurut gosip yang kudengar, sikapnya seperti itu setelah dia kehilangan ibu dan istrinya sekaligus. Dan kabarnya dia datang ke kota ini karena dia memiliki misi tertentu."

"Misi?? Misi apa?"

"Kamu gak pernah lihat berita ya, atau minimal lihat di medsos?"

Ayra menggeleng.

"Ah payah kamu! Jangan jangan kamu tidak tahu siapa sebenarnya tuan Daniel?"

"Enggak, memang dia siapa?"

"Aduh...parah banget hidup kamu Ra, dia itu pewaris utama grup Alexander, orang paling kaya di negeri ini, ibu dan istrinya meninggal karena kecelakaan 3 tahun yang lalu, kabarnya itu bukan sekedar kecelakaan biasa, tapi karena disengaja oleh seseorang, kemungkinan dia datang ke kota ini karena ia mencurigai seseorang di sini," kata Winda menjelaskan.

"Oh gitu..."

"Ya sudah lah, aku mau siap siap, mau jalan jalan sebelum pulang ke rumah, kamu beneran gak mau ikut?"

Ayra kembali menggeleng.

"Ya sudah, kamu hati hati ya pulangnya nanti..."

Ayra tersenyum sambil mengangkat jempolnya.

***

Setelah kepergian semua teman temannya, Ayra bangkit dari tempat duduk dan bersiap untuk ikut menyusul pulang. Namun, bos mencegah dengan memanggilnya dari arah dapur.

Ayra berhenti, ia berbalik menunggu bos yang sedang berjalan menghampirinya.

"Ada apa bos?" Tanya Ayra.

"Ini untuk kamu," kata bos sambil memberikan amplop coklat berisi uang pada Ayra.

"Apa ini bos?" tanya Ayra bingung.

"Itu uang yang diberikan tuan Daniel tadi, aku hanya mengambil sedikit sisanya untuk kamu semua."

Ayra memeriksa isi dari amplop tersebut, ia terkejut karena isinya lebih dari angka 3 juta rupiah.

"Tapi ini banyak banget bos!"

"Ini semua hasil keras mu, dan kamu pantas mendapatkannya."

Ayra menatap bos dengan mata yang berkaca-kaca, ia raih kedua tangan bos dan menyalaminya.

"Terimakasih banyak bos, bos memang yang terbaik. Tapi...sepertinya malam ini aku titip dulu sama bos ya, besok akan ku ambil dan ku pindahkan ke rekening pribadi ku, bagaimana? Bos mau kan?"

"Tapi kenapa Ra?"

"Kalau uang ini ku bawa pulang sekarang, pasti akan diminta semua oleh suami dan mertua ku, aku jadi tidak punya simpanan sama sekali kalau diambil mereka," jelas Ayra sambil melepaskan tangan bos dan duduk kembali di kursi.

"Ayra Ayra...! kasihan sekali hidup mu, kamu yang kerja mati matian tapi mereka yang menikmati hasil kerja mu, kenapa si kamu tidak melawannya saja?"

"Sebenarnya ingin sekali aku melawan ketidakadilan ini, tapi sayangnya, ayah ku memiliki hutang pada mereka, dan selama aku belum bisa melunasinya, aku tidak bisa lepas dari mereka, bukan hanya itu, mereka selalu mengancam akan mencelakai ayahku jika aku berani melawan mereka."

"Kamu itu terlalu polos Ayra, kamu telah dimanfaatkan oleh mereka, bagaimana kalau aku kasih kamu pinjam uang untuk melunasi hutang orang tua mu, setelah itu kamu bisa bebas dan mencicil hutang mu padaku dengan potong gaji?" Tawar bos.

"Terimakasih banyak bos, nanti akan aku pikirkan."

"Kalau kamu berubah pikiran, kamu bisa datang kapan pun menemui ku, oke. Dan uang ini akan aku pegang sampai besok pagi, setelah itu kamu masukkan kedalam rekening mu sendiri."

Ayra mengangguk, lalu setelah itu Ayra berpamitan untuk pulang ke rumahnya.

Tepat pukul 9 malam, Ayra keluar dari restoran menuju rumah dengan mengendarai sepeda kesayangannya.

Disepanjang jalan, ia memikirkan perkataan bos. Sebenarnya ia sedikit membenarkan ucapan bos. Tapi sejauh ini ia belum memiliki keberanian untuk melawan mereka.

"Seandainya aku punya keberanian, pasti aku sudah terlepas dari mereka sejak dulu, sayangnya aku tidak memiliki keberanian itu, aku takut jika aku melawan mereka, maka mereka akan mencelakai ayah," gumamnya sambil terus menggoes sepedanya.

Saat akan berbelok ke gang rumahnya, ia melihat mobil Daniel tengah berhenti di sana. Ayra melambatkan goes an sepedanya, matanya memicing memperhatikan mereka yang sepertinya tengah melakukan sesuatu di sana.

"Aduh, bakal dapet masalah ini, mana tidak ada jalan lain lagi," ucapnya.

Ayra menghentikan sepeda nya, memperhatikan sesaat aktivitas mencurigakan mereka.

Terlihat, mereka tengah mengintrogasi seseorang dan lebih tepatnya tengah mengintimidasi nya.

"Orang itu bukannya temannya mas Rayyan? dia kan yang sering bekerja sama saat melakukan jual beli kendaraan bekas sama mas Rayyan, Punya masalah apa dia dengan tuan Daniel?" ujar Ayra.

Tanpa diduga, Daniel yang memang sudah tahu keberadaan Ayra dari dalam mobil, keluar lalu menoleh menatap Ayra.

Seketika Ayra mengangkat tangan kiri menutupi wajahnya, dan perlahan berbalik berniat ingin menjauh.

"Berhenti...!" perintah Daniel dengan nada sedikit tinggi.

"Aduh...! mati aku!" ucap Ayra lirih, ia berhenti sambil menuntun sepedanya.

Daniel memerintahkan anak buahnya untuk memasukkan pria yang sedang mereka interogasi ke dalam mobil. Lalu ia melangkah mendekat ke tempat Ayra berdiri.

Suara langkah kaki Daniel terdengar begitu tegas dan semakin mendekat. Ayra semakin gugup dan takut, instingnya mengatakan jika ia harus pergi dari tempat itu untuk menyelamatkan diri.

Lalu, tanpa menunggu lama lagi, Ayra bergegas naik ke sepeda dan menggoes sepedanya secepat mungkin.

Pengawal Daniel berlari ingin mengejar, namun segera dicegah oleh Daniel.

"Biarkan saja!" ujar Daniel.

"Tapi tuan...!"

"Sudah, ayo kita kembali ke apartemen dan membereskan masalah kita!"

"Baik tuan."

Daniel kembali ke mobilnya, diikuti oleh pengawalnya lalu pergi meninggalkan lokasi itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!