NovelToon NovelToon

Troublemaker My Ice Girl

EPISODE 1

Ketika mata tak mampu melihat.

Bibir tak mampu berucap.

Dan tubuh hanya bisa bergetar ketakutan.

Iblis dalam wujud manusia.

Itulah aku.

Itulah jiwa ku.

Dan itulah kebenaran ku.

-Troublemaker My Ice Girl-

Manusia juga punya hati.

Ia memiliki perasaan yang rapuh.

Sekuat apapun fisiknya.

Namun batinnya sangat rentan.

Kasih sayang, itu yang aku inginkan.

Dapatkah aku memiliknya?

Sakit hati yang terus menumpuk membuat rasa dendam kian membuncak.

Membuatku terjebak dalam tautan iblis.

Kesenangan awal yang memuaskan hati.

Bertahan hanya sementara.

Tapi bagai candu untukku.

EPISODE 1

Tuk...tuk...tuk

Sepasang sepatu milik sang gadis berusia 16 tahun itu seakan menggema di dalam loby kantornya. Tatapannya lurus dan datar namun terkesan dingin.

Semua karyawan menunduk hormat sekaligus takut melihat sang bos lewat.

Langkah kakinya terhenti tepat di depan meja resepsionis yang tengah berdandan dengan kaca kecilnya.

Ia berjalan mendekati resepsionis.

"Ehem!" batuknya disengaja. Resepsionis itu yang tadinya fokus pada cermin kecil yang ia pegang. Kini menoleh kearah sumber suara.

Prank!

Kaca yang dipegangnya jatuh terpecah belah.

Gadis itu melihat ke arah name tag miliknya. Rika Asefany. Nama yang bagus, tapi sayang kelakuannya kayak ******.

"Peraturan!" ucapnya singkat namun menusuk.

Rika menunduk takut, mati dia. Semua karyawan melirik takut, tak ada yang berani mendekat.

"Pergi!"

Mata Rika melebar kaget, "Ja...jangan pecat s...saya nona, saya mi...minta ma...maaf, tolong am...ampuni saya," ucap Rika. Bahkan ia sampai berlutut dan mencium sepatu milik sang bos!

Semua mata menatap Rika iba.

Brak!

Lagi dan lagi, semua karyawan dibuat nya terkejut atas tindakan gadis itu. Ia menendang wajah Rika dengan sangat keras. Bahkan hingga sudut bibirnya berdarah!

"Pergi!"

"Ta-"

"GO!"

Rika langsung bangkit dan mengambil tasnya, lalu pergi dengan terpincang-pincang akibat tendangannya.

"MAU GUE COLOK TUH MATA!"

"KERJA!"

Semua karyawan yang tadinya melihat, kini cepat-cepat mengalihkan pandangannya ke arah yang lain. Mencoba menyibukkan diri nya dengan kembali bekerja. Sebelum mereka yang jadi korban selanjutnya.

"Dimana kak Gia?" tanya nya pada salah satu karyawati.

"G...Gia ada di ru-ruangannya, Nyonya."

Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, ia segera melangkah menuju lift khusus pemilik dan menekan tombol 23. Tempat ruangan kantornya berada.

****

Zeline Zakeisha Jovanka Williams. Atau yang biasa dipanggil Zee, oleh orang sekitarnya. Gadis berusia 16 tahun yang sudah mendirikan perusahaanya hingga mencapai rekor terkaya nomor 2 didunia!

Aneh bukan? Diumurnya yang terbilang muda. Bukan...bukan muda, tapi sangat muda, sudah mendirikan perusahaan. Dengan IQ nya yang diatas rata-rata.

Terdengar sangat mustahil, tapi, itulah Zee, ia mampu mendirikan perusahaannya hingga maju seperti ini walau dengan cara licik sekali pun.

Itu yang dinamakan bisnis kan?

"Kak?" panggil Zee pada gadis yang berbeda 3 tahun lebih tua darinya.

Gadis yang dipanggilnya 'kak' itu menoleh, "eh, Zee, sejak kapan disini?"

"Baru aja."

"Oh ya, kakak dengar di loby tadi ada ribut-ribut, ada apa memangnya?" tanya Gia.

Gia adalah sekretaris pribadi Zee. Namun Zee lebih menganggapnya sebagai kakak sendiri.

"Peraturan," ucapnya singkat.

Gia yang mengerti hanya ber-oh ria sambil menganggukan kepalanya.

Zee berjalan menuju kursi kebanggaannya yang sudah ia duduki selama 2 tahun ini.

"Kak..."

"Hm?"

"Gue capek," lirihnya sambil memejamkan matanya.

Gia yang tadinya tengah membereskan berkas-berkas di meja Zee, kini menghentikan kegiatannya. Berganti dengan menatap Zee yang nampak memejamkan matanya.

Ia tahu betul bagaimana perasaan Zee. Mungkin jika ia ada di posisi Zee, ia tidak akan kuat. Bisa jadi ia akan bunuh diri.

"Zee, kamu harus mencoba merelakan, memaafkan dan berdamai dengan masa lalu. Kalau seperti ini terus, kamu akan merasa masa lalu itu adalah beban. Dan yang rugi juga kamu, kamu bisa sakit," peringat Gia lembut tapi tegas.

Zee membuka matanya. Ia menatap lirih kearah Gia.

"Mengucapkan memang mudah. Tapi melakukannya?" Zee menggeleng samb tersenyum kecut, "Gue rasa itu perlu waktu. Gue nggak semudah kakak yang terlalu mudah memaafkan. Gue membela diri karena gue ngerasa nggak bersalah."

"Perlahan kamu pasti bisa. Ikhlaskan dan maafkaan. Jangan jadikan ini beban yang berujung dengan balas dendam."

Zee terdiam.

Terngiang kembali dimana saat-saat menyedihkan ataas perlakuan keluarganya dulu.

Flashback on.

"Zaline? Kamu ngapain opa sama oma?!" pekik Zeline yang melihat Opa dan omanya sudah bersimbah darah, dengan tangan Zaline yaang memegang pisau.

"Z...Zaline nggak ngapa-ngapain. Ini pisau nya buat kamu," ucap kembarannya Zaline. Ia menyerahkan pisau itu ke Zeline.

Zeline menerimanya, tepat saat itu Zaline meringkuk ke pojokkan dan semua keluarganya datang.

"ASTAGA! INI KENAPA ADA APA INI?!" pekik smith, Dady mereka.

"Yatuhan! Dad, Mom itu oma sama opa kenapa?" tangis Kardika pecah bersamaan dengan Kardito dibelakangnya.

Mata Smith terlihat memerah marah. Pandangannya kini teralihkan dengan Zaline yang tengah meringkuk seperti oraang ketakutan. Smith menghampiri Zaline dan memeluknya.

Dan pandangannya jatuh kembali kearah Zeline yang tengah memegang pisau yang sudah dipenuhi darah.

"ZELINE!"

Zeline tersentak kaget. Ia tak menyangka bahwa dady nya membentaknya.

"APA YANG  KAMU LAKUKAN?!" teriak fiska, Ny. Smith.

"Ze..Zeline nggak ngapa-ngapain. I...ini tad-tadi di-"

"Zeline bunuh oma opa. Dan tadi Zeline mau bunuh hiks Zaline juga, Dad," sela Zaline cepat. Diselingi isakan kecilnya.

Zeline kaget mendengar penuturan tidak benar dari Zaline.

"Enggak! Nggak, bukan Zeline yang bunuh opa-oma. Ta-tapi Zaline. Tadi Zaline yang-"

Plak!

Kardito tersentak melihat Kardika, kembarannya itu menampar Zeline secara tiba-tiba.

"Udah jelas-jelas kamu yang pegang pisau nya! Pake nuduh-nuduh Zaline! Pembunuh!" bentak Kardika.

Mata Zeline memanas. Ia memegang pipinya yang panas akibat tamparan dari abangnya sendiri. Abang yang ia harapkan bisa melindunginya kini menamparnya.

"PERGI KAMU DARI SINI!" usir Fiska tak sadar.

"MULAI SEKARANG KAU BUKAN KELUARGA KAMI LAGI. PERGI! DAN JANGAN PERNAH MEMAKAI MARGA SMITH LAGI!" bentak Smith, seorang ayah yang Zeline banggakan kini mengusirnya.

Tangis Zeline semakin keras. Ia menatap kearah Kardito, menatap dengan tatapan memohon bantuan. Tapi, apa yang ia lakukan? Tidak ada. Hanya diam, tanpa berbuat kasar maupun menolong.

"PERGI!" bentak Fiska lagi.

Zaline tersenyum kemanangan.

"OKE!" ucapnya membentak, lalu pergi berlari dengan keadaan terisak.

Malam itu, hujan turun, petir mengeluarkan cahya dan teriakannya. Meredam tangis sang gadis kecil ini.

****

Dimalam yang sama, Williams, keluarga yang terkenal dengan kekayaan nya no 1 didunia dan keluarganya yang harmonis tengah berlibur dan menuju kearah pulang.

Hujan turun deras, sehingga Williams tidak dapat melihat jalan dengan jelas. Dan menabrak Zeline yang tengah berjalan sambil memeluk dirinya sendiri.

Brak!

"Dady! Dady nabrak orang!" pekik Davin. Disebelahnya ada kembarannya, Gavin yang terlihat sedikit terkejut.

Dengan cepat, Williams mengambil payung dan turun dari dalam mobil. Disusuli oleh, Kaila, Ny. Williams, Gavin dan Davin.

"Dia kedinginan. Lebih baik kita membawanya kerumah sakit!" ucap Williams. Kaila mengangguki.

****

"DOKTER! SUSTER!" teriak Williams.

Semua dokter dan perawat langsung berdatangan, hafal dengan pemilik suara.

Ya, Williams membawanya kerumah sakit miliknya. W'Hospital.

"CEPAT TANGANI ANAK INI! JIKA DIA KENAPA-KENAPA, KALIAN SEMUA KAMI PECAT!" ancam Kaila. Semua perawat mengangguk mengerti. Dan segera membawa Zeline ke UGD.

"Dad, Mom, dia siapa?" tanya Davin. Davin dan Gavin memang kembar. Tapi diantara mereka, Davin lah yang bersikap paling kekanak-kanakan.

"Tuan," panggil dokter yang telah keluar dari UGD.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Kaila cepat.

"Pasien tidak apa-apa. Dia hanya kedinginan, dan butuh beristirahat. Tapi apakah tuan ayahnya? Maaf bila saya lancang, setau saya tuan tidak memiliki anak perempuan."

"Ya, kami memang tidak mempunyai keturunan perempuan, tapi akan," jawab Williams.

"Maksudnya?" tanya dokter.

"Dia akan menjadi putri kami." Ny. Williams menjawab. Gavin dan Davin tersenyum bahagia.

"Berarti kita punya adik perempuan dong!" pekik Gavin senang.

Williams dan Kaila, ny. Williams mengangguk sambil tersenyum lembut.

"Yeyyy!!! Kita punya adik perempuan. Gavin punya temen main!"

"Dia temen Davin bukan temen Gavin!" rengek Davin.

"Wleeee. Temen Gavin!"

Williams dan Kaila tertawa bahagia. Melihat pertengkaran kecil dari kedua anak laki-lakinya itu.

Sepertinya kehadiran Zeline akan menghadirkan kelengkapan dan kebahagian untuk keluarganya.

****

"Enghh," erang Zeline. Semalam ia sudah dipindahkan ke ruangan VVIP.

"Dad, mom. Liat, dedek bangun!" ucap Davin senang.

Williams dan Kaila yang tadinya sedang berbicara ringan, kini mengalihkan pandangannya ke arah brankar. Dan terlihat Zeline yang sudah bergerak-gerak.

Williams dan istrinya segera bangkit dan menuju brankar. Menunggu Zeline membuka matanya.

Cantik, satu kata yang ada difikiran Davin. Davin lah yang sedari tadi menunggu Zeline untuk bangun.

"Ka-kalian siapa..hiks..."

"Jangan nangis, Sayang. Kami yang menolong mu dari hujan kemarin. Apakah kamu sendirian disana?" tanya Kaila lembut.

Bukannya menjawab Zeline malah semakin terisak, "hiks...dad-dady momy sa-sama hiks...bang dika jah-hat..."

Williams dan Kaila saling bertatapan.

"Nama orang tua mu siapa nak?" tanya Williams.

"Dady Smith...hiks..."

Mereka sama-sama terkejut. Smith?

"Smith? Smith itu siapa, dad?" tanya Gavin dengan suara lengkingnya.

"Smith teman ayah, sayang. Lalu kenapa kamu sendirian diluar kemarin malam? Hujan-hujanan pula."

"Mereka hiks...usir Zeline, mereka hiks...tuduh Zeline hiks...bunuh omaopa, padahal hiks...bukan Zeline yang hiks...bunuh, tapi, Zaline."

"Tega ya mereka mas," ucap Kaila. Ia turut menangis mendengar curhatan sang gadis kecil dihadapannya. Lalu ia memeluknya dengan kasih sayang.

"Cup...cup...sayang, sekarang kamu nggak sendirian lagi. Sekarang, kamu punya kami. Kami yang akan mengasuh mu. Ya?" tanya Kaila sambil menyelipkan anak rambut milik Zeline kabelakang telinganya.

Perlahan Zeline mengangguk.

"Yeyy,,, Davin dan Gavin punya temen main!" ucap kedua twins itu, Gavin dan Davin. Perawat dan para dokter yang berada diruangan itu tertawa melihat kelakuan bocah kembar ini.

Zeline tertawa. Williams dan Kaila pun ikut tertawa.

"Nah gitu dong, ketawa. Kan cantik," ucap Williams sambil mencubit hidung mungil milik Zeline.

"Iya om," ucap Zeline.

"Eh, jangan om dong. Panggil nya dady, dan ini panggil momy. Dan mereka kamu panggil abang. Oke?"

"Oke o-eh Dady. Hehe."

Sekali lagi tawa menggema di ruangan VVIP itu.

Flashback off

****

"Terimakasih sudah menerima ku sebagai keluarga. Perbuatan baik akan dibalas dengan sangat baik. Dan perbuatan buruk akan dibalas lebih buruk lagi."

EPISODE 2

"MOMY, DADY, ABANG! YUHUUU ZEE PULANG! KOK GAADA SAMBUTANNYA? RED CARPETNYA MANA?!"

Jika kalian bertanya siapa Zee? Tentu saja dia adalah Zeline Zakeisha Jovanka Williams. Kenapa dipanggil Zee? Itu adalah nama kesayangan yang diberikan oleh Zee dari Davin.

"Apasih Princess, jangan teriak-teriak ini mansion, bukan Mall!" Davin memperingatkan.

Pletak!

"Heh! Kembaran sebleng, dimana-mana juga di mall nggak boleh teriak-teriak, teriak tuh ya di dalam kolam renang! Biar ga berisik!" protes Gavin.

Pletak! Pletak!

Kini Zee yang menjitak kedua abang-abangnya.

"UDAH DEH BANG, ZEE CAPEK. MAU ISTIRAHAT. KALAU BERISIK KAYAK GINI, GENDANG TELINGA ZEE BISA PECAH!" omel Zee.

Davin dan Gavin saling bertatapan, lalu...

Pletak! Pletak!

Dua jitakan mendarat mulus ke kening Zee.

"HUAAAA...MOM, DAD. BANG GAVIN SAMA DAVIN JITAK KEPALA ZEE...HUAAAAAA!"

"Eh-eh. Sutt jangan berisik. Nanti kita bisa kena cakar harimau. Sutt, princess diem nanti kita beliin es krim mau?" bujuk Davin sambil membungkam mulut Zee.

"ARGGHHH!" jerit Davin saat tangannya di gigit oleh Zee.

"Princess tega, masa tangan bang Davin yang tampan ini digigit," uvcap Davin dramatis.

"Yaelah, baru digigit gitu doang, udah mewek," ejek Gavin.

"Ada apa ini?" tanya Kaila yang keluar bersama Williams.

"Ini nih, tadi bang Gavin sama bang Davin jitak kepala Zee. Kan sakit," aduh Zee.

Sedangkan Gavin dan Davin hanya cengengesan menatap Williams dan Kaila yang menatap mereka tajam.

"Biarin, Dad potong uang bulanan   mereka 50%! Dan princess, uang tabungan mu menambah," ucap Williams

"HAH?!"

"Jangan dong, dad. Nanti kita jajan apaan? Princess enak udah tamat sekolah. Udah S1 lagi," unek-unek Davin di keluarkan.

"Jadi nggak mau dipotong 50% nih?" tanya Kaila.

Davin dan Gavin mengangguk serempak.

"Oke, mom potong 70%!"

"****** DOMPET GUE!"

"80%!"

"Eh-eh udah 80% piss. Jangan nambah lagi," protes Gavin.

"****** lu bang, bwahahahaha!"

"Princessss!!" geram kedua kembar itu.

"BWAHAHAHAH!" bukannya berhenti tertawa justru Zee semakin memperkeras tawanya.

Gavin dan Davin saling bertatapan, kemudian mengangguk saat ide jail terlintas dikepala mereka.

Grep!

"BWAHAHAH. BANG UDAH BANG, EH *****, GELI....BANG DAVIN...BWAHAHAHAH...BANG GAVIN UDAH...AMPUN...BWAHAHA!" Zee tertawa keras ketika tubuhnya di gelitik oleh kedua abangnya.

Williams dan Kaila tertawa bahagia, melihat ketiga anaknya akur.

"Makanya, jangan ngeledikin kita. Ini kan akibatnya," ejek Davin, tanpa memberhentikan aksinya.

"Iya, iyaa. Bwahahah, ampun bang, Zee sakit perut nih...bwahaha..."

Davin dan Gavin memberhentikan aksinya, saat kata 'sakit' lolos dari mulut Zee.

"Princess sakit? Duh maafin abang. Mana yang sakit? Mau abang bawa ke dokter?" panik Davin dan Gevin.

Uhuk...uhuk...

Zee terbatuk-batuk. Membuat semuanya semakin panik.

"Yaallah, princess bawa ke rumah sakit aja ya. Itu sampe batuk-batuk gitu. Kamu sih bang!" omel Kaila.

"Zee nggak papa. Lagian cuma batuk doang begini. Makasih karena udah menghawatirkan kesehatan Zee. Zee sayang kalian semua," ucap Zee tulus.

Semua yang mendengarnya tersenyum lembut, "kalau Zee sayang kami, kami lebih lebih lebih sayang sama Zee. Kamulah pelengkap keluarga kami," balas Kaila. Ia mengelus belakang rambut Zee.

"I love you princess," ucap semua serempak.

"Me too!"

****

"Princess! Udah belum. Cepetan, sebelum aunty dan uncle datang!" panggil Kaila dari bawah.

"Iya sebentar, Mom!" saut Zee.

Malam ini, aunty dan uncle nya akan berkunjung ke mansionnya. Jadi, semua tengah mempersiapkan untuk makan malam bersama.

Para maid sedari tadi tidak berhenti bergerak. Mondar-mandir kesana dan kemari.

Ting nong!

Bunyi bel pintu berbunyi.

"Bik Imah, tolong bukain pintu nya ya," suruh Kaila halus pada salah satu maid.

Belum sempat Bik Imah menjawab, Zee yang baru saja keluar dari lift langsung menyahut.

"Biar Zee aja bik, Bik Imah siapkan yang lain aja."

"Baik non Zeline."

Malam ini Zee menggunakan baju jeans bermerk Suprime, dan celana jeans yang menutupi bawahannya.

Jika kalian bertanya Davin dan Gavin menggunakan setelan apa? Tentu saja harus serempak. Mereka bertiga memakai baju couple yang sama. Baju jeans bermerk suprime dan celana jeans.

Zee melangkah menuju pintu utama dengan langkah semangat. Ia tak sabar bertemu dengan abang-abang sepupunya itu.

Ceklek!

"HALO PRINCESS!!" sapaan pertama yang diucapkan oleh Hans, uncle nya, Tia, aunty nya, dan Prim, abang sepupunya.

"Aaaa,,, aunty, uncle! Zee kangen kalian!" pekik Zee dan berhambur kepelukan mereka berdua.

Hans dan Tia membalas pelukan dari sang ponakan tercintanya. "Kami juga kangen sama kamu, princess."

"Ehem! Disini masih ada orang!" cibir Prim.

Mereka melepas pelukannya dan tertawa. "Abang Prim, Zee juga kangen sama abang!" pekik Zee dan memeluk Prim dengan erat, sampai-sampai Prim hampir terjungkal kebelakang. Untung saja ia bisa menyeimbangkannya.

"Abang juga kangen sama kamu."

"Oh ya, dimana bang Satria?" tanya Zee saat sudah melepaskan pelukannya dari Prim.

"Ada dimobil. Lagi ngambil barang-barang, biasa, mau latih diri jadi babu," canda Prim dan langsung mendapat tatapan tajam dari kedua prang tuanya.

"Hehe, peach!"

"Mom, sama dad kamu dimana?" tanya Hans.

"Ada di dalam. Aunty, Uncle, sama Bang Prim masuk aja duluan. Zee mau nyusul bang Satria dulu."

"Oke princess!"

Mereka memasuki mansion besar itu. Dan Zee pergi untuk bertemu abang sepupunya yang paling ia sayangi itu.

"BANG SATRIA!" panggil Zee dari kejauhan.

Seorang pria yang bernama Satria itu menoleh, dan tersenyum melihat Zee yang berlari menuju kearahnya.

Grep!

"Abang kemana aja, sih. Kok lama banget!" keluh Zee. Saat ini Zee sedang berada di pelukan Satria. Dimana Satria juga mengangkat tubuh Zee.

"Emang kenapa kalau abang lama? Kangen yaaaaa?" ledek Satria diakhiri tawaan ledeknya.

"Yaiyalah, Zee kan kangen. Uncle sama kalian kan jarang-jarang main ke mansion."

"Iya deh iya. Besok-besok abang mampir-mampir. Kan abang juga lagi ngurus perusahaan, princess. Jadinya jarang ada waktu," ucap Satria. Sambil menggiring Zee untuk masuk ke dalam mansion, dengan posisi yang tidak berubah. Zee masih dalam dekapannya.

"Huh! Kan ada abang Prim!"

"Prim masih sekolah, dia juga belum terlalu mengerti masalah bisnis. Yang ada, perusahan papi rusak gara-gara dia," kekeh Satria.

Zee memanyunkan bibirnya.

"Yaelah. Baru juga dateng, udah adegan peluk-pelukan aja," cibir Davin.

"Sirik aja lo!" kekeh Satria.

"Udah, udah, sekarang kita makan aja dulu. Keburu dingin makanannya," Kaila menengahi.

Mereka mengangguk, Zee duduk disamping Satria.

"Bang Sat, suapin," ucap Zee. Membuat semua orang tertawa, termasuk para maid.

"Sejak kapan nama lo jadi Bang Sat! BWAHAHAH!" tawa Gavin, Davin, dan Prim pecah.

"Kampret lo semua! Princess sih. Kalo nyebut nama tuh jangan setengah-setengah. Harus lengkap! Satria Gino Hans!" geram Satria.

"Hehe damai bang."

"Dasar! Untung sayang!" Satria mengacak-acak rambut Zee.

Zee memanyunkan bibirnya, melihat rambutnya yang sudah ia tata rapi, berantakan akibat acakan dari Satria. Dan itu kembali mengundang tawa.

"Udah udah, nggak baik ribut-ribut di depan makanan. Sekarang kita makan," ucap Tia menghentikan tawa mereka.

****

"Bang sat langsung pulang?" tanya Zee.

"Princess!" tegur Satria. Busett, namanya cakep-cakep SATRIA dipanggil BANGSA*! Siapa yang nggak marah?!

"Hehe, Maaf. Jadi?"

"Nggak. Abang sama yang lain tinggal disini malem ini," ucap Prim.

"Zee tanya bang Satria. Kenapa Bang Prim yang jawab!" cibir Zee. Tawa kembali menggema.

"Iya, kita tinggal disini," ucap Satria lembut.

"Yey! Abang tidur sama Zee ya? Ya?" pinta Zee.

"Lah? Abang tidur dimana? Ikut dong!" pekik Prim.

"Lo tidur di sofa aja, kan nyaman," celetuk Gavin santai.

"Nah! Sekalian tuh gelar tikar aja. Kan lo suka nya sama kayak kemah-kemah gitu. Tapi jangan nyalain api. Kebakaran kan berabe!" sambung Davin.

"*** lo berdua!" kesal Prim.

Semua tertawa.

"Bang Prim mau tidur bareng juga?" tanya Zee.

Prim mengangguk semangat, "wah iya dong princess!"

"Yaudah nanti kita tidur bareng-bareng aja. Bang Gavin, bang Davin, Bang Prim, sama Bang satria!" pekik Zee.

"ASIAAAPP PRINCESS!"

"Yaelah. Nggak bisa berduaan sama princess dong. Lo bertiga ganggu suasana nih!" protes Satria.

"Bodo!" ucap mereka bertiga serempak!

"Mmm, mom, dad, aunty, uncle, bang," panggil Zee saat suasana hening kembali.

Semua menatap Zee penuh tanda tanya, namun masih terkesan lembut.

"Zee mau sekolah lagi," ucap Zee pelan.

"WHAT!"

Zee menutup kupingnya, "Ssshhh. Jangan keras-keras dong teriaknya. Berisik tau!"

"Hehe. Sorry princess. Tapi, kenapa princess mau sekolah lagi. Princess udah pinter, udah tamat S1, kita aja yang masih sekolah aja pengen cepet-cepet minggat," ucap Prim. Diangguki oleh Davin dan Gavin.

"Bukan gitu bang, Zee cuma mau ngerasain masa-masa SMA doang. Dulu kan belum pernah, karena langsung test IQ."

"Boleh ya mom, dad, uncle, aunty, bang?" pinta Zee. Tak lupa dengan jurus andalannya. Yup! Popy eyes (betul kagak sih tulisannya-_-)

"Aduh, jangan gitu dong, nanti abang meleleh nih," kata Davin alay.

"Iya iya kita bolehin kok," ucap Williams.

"YEYY!! THANKS YOU DAD, MOM, AUNTY, UNCLE, BANG!"

Zee memeluk mereka satu persatu.

Semua tersenyum bahagia melihat Zee tersenyum. Kebahagiaan mereka adalah ketika melihat Zee bahagia.

"Urwel princess!"

****

Fake girls

KailaShrlyC  : p

VaniakyraT    : pa pe pa pe. Salam dulu, gblk:v

KailaShrlyC  : iy bct. Assalamu'alaikum ukhty:')

VaniakyraT   : wa'alaikumsalam

Zeline_ZJW  : (2)

KailaShrlyC  : eh, bos dateng.

VaniakyraT  : hormat oyy

Zeline_ZJW  : bct. Ke markas ayo. Udah lama gue nggak ke sana. Sekalian ada yang mau gue omongin

VaniakyraT   : Skuy!

KailaShrlyC  : otw

VaniakyraT   : (2)

Zee mematikan handphone nya. Pagi ini, ia akan ke markas bersama teman kecilnya. Vania dan Kaila.

Zee memakai kaos putih bertulisan FAKE dengan celana jeans putih suprime. Dan sepatu adidas putih. Fiks, putih-putih-putih. Kayak mau mati aja lo!

"Loh? Princess mau kemana? Tumben jam segini udah rapi?" tanya Tia.

"Mau kerumah Vania, aunty," alibi Zee.

"Perlu dianter nggak? Aunty minta bang Satria anterin ya?"

"Eh, gausah aunty, Zee bisa nyetir sendiri kok," tolak Zee halus.

"Oh, yaudah. Hati-hati dijalan princess. Jangan ngebut-ngebut, jangan dengerin musik kalo lagi dijalan, jangan pegang handphone, jangan angkat telepon kalo lagi dijalan, jang-"

"Zee pergi dulu, aunty!" teriak Zee. Menghentikan ucapan Tia.

Tia hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan keponakan perempuan satu-satunya itu.

****

EPISODE 3

Tiga mobil sport milik Zee, Kaila dan Vania berhenti didepan gerbang mansion yang besar nan luas, didepannya banyak penjaga mansion bertubuh besar.

Sport merah milik Zee, Sport biru milik Kaila, dan sport Gold milik Vania.

Penjaga gerbang yang tadinya berdiri tegap. Kini menunduk hormat dan membukakan gerbang pada ketiga mobil sport itu.

Mereka memasuki mansion yang sangat indah tampilan luarnya. Seperti mansion pada umumnya. Bahkan diluar banyak berbagai macam bunga. Mulai dari fungsi hias sampai fungsi pakai sebagai obat.

Zee, Kaila, dan Vania keluar dari mobilnya dengan tatapan dingin. Lalu melangkah mendekati pintu utama yang sangat sangat dijaga ketat oleh Zee.

Didekat pintu utama juga diamankan dengan penjaga yang bersenjata. Mereka menunduk hormat pada ketiga gadis itu.

Zee masih dengan tetap pendiriannya, muka dingin dan datar. Zee masuk kedalam mansion itu diikuti oleh Kaila dan Vania dibelakangnya. Dan terpampanglah berbagai macam senjata menempel di setiap dinding. Mulai dari pisau kecil, celurit, berbagai macam pistol beserta peluru nya, dan banyak lagi. Semua lengkap.

"Gilang!" Panggil Zee sedikit keras pada salah satu anggota kepercayaannya. Bisa dibilang Gilang itu tangan kanan Zee.

Gilang yang berada tak jauh dari posisi Zee, berjalan menghampiri Zee.

"Kenapa, Zee?

"Kumpulkan semua anggota diruang utama, ada yang pengen gue umumin. 15 menit," ucap Zee dingin. Dan melenggang begitu saja.

"Zee, apa sih yang mau lo bicarain? Tumben juga lo ngajak kita kemarkas, ada angin apa?" Cerocos Vania.

"Entar juga lo tau!" Jawab Zee singkat.

Kaila dan Vania mendengus kesal.

Zee masuk kedalam ruangan khusus pendiri. Di sana sudah ada Rangga, Cleo dan Zalfa. Mereka adalah sahabat-sahabatnya di sini.

Jadi, mansion ini adalah markas gangster DBD (Diamond Black Devil's) yang di bangun oleh Zee. Jangan salfok sama namanya. mentang-mentang "DBD" disangkanya kena gigit nyamuk:v

Sebenarnya ia membangun Gangster ini hanya sekadar ingin balas dendam pada keluarganya. Tetapi ternyata banyak yang minat untuk bergabung kedalam gangsternya, mulai dari remaja sampai dewasa. Keluarganya tidak ada yang mengetahuinya. Yah, Zee hanya tidak ingin keluarganya khawatir. Dan tanpa disangka-sangka, dirinya sudah menjadi gangster terkuat nomor 2 di dunia. Masih nomor 2 memang, tapi Zee. akan membuat gangsternya menjadi nomor 1 di dunia! Pasti!

"Bang, kak!" Panggil Zee.

Rangga, Cleo dan Zalfa sudah ia anggap seperti kakak dan abangnya sendiri. Rangga, Cleo, Zalfa, Kaila dan Vania. Entahlah, jika tidak ada mereka, mungkin Zee tidak akan seperti ini.

Mereka bertiga menoleh serempak ke arah belakang.

"Zee, Kaila, Vania!" Pekik Zalfa. Dan langsung berhambur kepelukan mereka bertiga.

"HUAAA GUE KANGEN TAU SAMA LO! LO JARANG MAIN KESINI SEKARANG! GUE KIRA LO PADA UDAH LUPA SAMA KAKAK TERSAYANG LO INI!" Cerocos Zalfa.

"Kak, udah deh. Gue sesek napas ini!" ucap Zee, Kaila dan Vania serempak. Hingga membuat Zalfa melepaskan pelukannya.

"Hehe ya sorry!"

Rangga dan Cleo menghampiri mereka berempat.

"Bang, kak. Ke ruang utama yuk. Gue udah nyuruh mereka semua kumpul. Ada yang pengen gue omongin." Ucap Zee.

"Ada apa emangnya?" Tanya Rangga heran.

"Nanti juga tau. Udah yuk ah!" Zee meninggalkan mereka dengan keadaan bingung. Setelahnya mereka mengejar Zee.

****

"Langsung to the point aja. Gue ngumpulin kalian semua untuk menyerang markas DBM (Dark Blue Mafia)"

Semua terkejut saat mendengar bahwa harus menyerang markas DBM. Yang terkenal dengan Gangster terkuat no 1 dunia.

"Seperti yang kita tahu. Gangster itu gangster terkuat no 1 di dunia. Dan itu nggak lama lagi. Karena kita akan yang dapatkan kekuasaan itu!"

"Jika kalian fikir gue cuma pengen dapat kekuasaan. Kalian salah! Mereka menggunakan kekuasaan mereka untuk menyiksa orang lain. Oleh karena itu, gue nggak mau makin banyak lagi korban. Kita harus menjatuhkan DBM, dan gue udah siapin ini dari awal!"

"Gilang! Siapin peralatannya!"

Gilang datang menghampiri Zee dengan membawa i-fokus. Dan tertera rencana yang akan mereka hadapi.

"Ada sekitar 127 orang yang menjaga ketat markas DBM di daerah barat dan Utara. Dan gue butuh 100 anggota yang pergi ke arah barat. Dan 100 anggota lagi ke arah utara. kita kepung anggotanya. Rehan, lo yang memimpin."

Rehan mengangguk paham.

"Dan sekitarnya Hanya ada 50 orang yang menjaga bagian Timur. Kita butuh 50 anggota untuk ke daerah bagian sana! Bang Rangga lo yang memimpin."

Rangga mengangguk paham

"50 anggota, mengikuti Kaila dan Vania kearah selatan. Karena di sana tidak ada pengawasan. Hanya jebakan. Gue harap hati-hati."

"Sisanya, selagi yang lain sibuk berperang, Tancapkan bom disekitar markas DBM, kelilingi markas mereka dengan bom. Pastikan kalian selesaikan waktu dalam kurang dari 3 menit. Setelahnya kalian mundur. Jika tidak. Kalian lenyap."

Mereka meneguk salivanya kasar.

"Setelah itu gue yang nanganin!"

"Mengerti?!"

"MENGERTI!"

"Jangan sampai ada yang mati. Jaga satu sama lain. Kita menyelamatkan banyak orang. Gue butuh ketuanya!... dalam keadaan hidup ataupun mati!" Zee tersenyum miring. Membuat anggota DBD bergidik ngeri.

"Bersiap untuk 30 hari kedepan. Perbanyak latihan, karena musuh kita ini bukan orang sembarangan. Bulan depan kita berangkat ke Perancis."

Semua mengangguk serempak.

"Ah ya satu lagi. Gue, Kaila dan Vania akan kembali bersekolah. Gue butuh dua orang dari kalian bersama kami. Untuk menyelesaikan dendam gue. Bukan untuk main-main!"

Semua nampak terkejut. Termasuk Kaila dan Vania.

"Kok lo nggak bilang-bilang gue sih Zee?" Protes Kaila kaget.

Zee hanya mengangkat bahunya acuh. Lalu pergi begitu saja menuju ruangan khususnya.

"Dasar!" ucap Vania kesal.

****

"Zee lo mau sekolah kok nggak ngajak-ngajak gue sih!" Protes Zalfa.

Walaupun Zalfa dan Zee hanya beda satu tahun. Tapi Zee tetap memanggil Zalfa, kakak. Kalau Rangga, dan Cleo mereka seumuran dan berbeda dua tahun dari Zee.

Zee berdecak kesal, "itu bukan main-main, kak! Gue harus nyelesain semuanya!"

"Balas dendam?" Tanya mereka bersamaan.

Zee mengangguk lesu. Terngiang kembali masa lalu kelamnya.

"Gue tau lo kuat! Apa perlu gue yang bunuh mereka semua, kalo itu buat Lo puas?" Ucap Cleo.

Zee menggeleng kuat, "jangan lo! Biar gue!"

"Kita akan selalu bersama lo! Ingat itu!" Ucap Rangga.

"Thanks," Zee tersenyum tulus.

"Jadi? Gue ikut ya?" Pinta Zalfa.

Zee memutar bola matanya malas. "Ck. Iyaudah iya!"

"AAAA tengkiuu!" Pekik Zalfa dan memeluk Zee erat.

"Tapi bukan buat main-main yaa, inget itu! Kalo gak, lo gue keluarin!"

"Iya kok enggak."

"Bang Rangga sama bang Cleo nggak mau ikut?" Tanya Kaila.

Rangga menggeleng pelan.

"Kalo kita ikut, nanti nggak ada yang jaga markas." Ucap Rangga.

"Iya, walaupun sebenarnya kita juga pengen ikut hehe!" tambah Cleo.

"Biar Gilang aja yang jaga. Ya nggak Zee?" usul Vania.

Zee menimang-nimang keputusannya. Ya memang Gilang adalah orang kepercayaannya. Tapi, apa aman jika mereka semua ikut dan meninggalkan markas. Sepertinya Zee harus memperkuat keamanan.

"Yaudah, entar gue yang ngomong sama Gilang!" Ucap Zee akhirnya.

"Berarti Abang ikut nih?" Tanya Cleo.

"Iya Abang!"

"Yess! Gue bisa sekolah SMA akhirnya!" Pekik Rangga senang.

"Bang Rangga nggak pernah SMA?" Tanya Zalfa.

"Hehe, belum! Gue langsung loncat kelas. Orang pinter mah bebas. Gue juga nggak tau kenapa IQ gue diatasi rata-rata. Nggak kayak Cleo, IQ kok jongkok!"

"*******." desis Cleo.

Mereka tertawa bersama.

"Kapan kita sekolah?" Tanya Vania.

"Besok."

"Secepat itu?" tanya Kaila tak percaya.

Zee mengangguk.

"Yaudah gue balik dulu ya, bang, kak! Takut mom khawatir. Udah sore juga nih!" Pamit Zee dan segera berlalu.

"Oke, hati-hati!"

"Kita juga pamit bang, kak!" Pamit Kaila dan Vania.

"Iya lo juga hati-hati!" Ucap Rangga pada Kaila. Membuat kaila blushing

"Kaila doang nih? Gue nya kagak?" Goda Vania bercanda.

"Ooh! Lo mau juga diucapin gitu?" Tanya Cleo.

"Yaiyalah!"

"Yaudah hati-hati dijalan, honey!" Goda Cleo diakhiri tawanya.

"Jijik!"

Mereka tertawa bersama.

"Wah banyak Pj nih!" Pekik Zalfa.

****

*Mansion Williams.

21.30

Malam sudah larut, dan benar saja mereka tidur bersama di kamar Zee.

"Ck! Lo berdua kan punya kamar sendiri!" Kesal Satria pada Davin dan Gavin. Acara tidur berduanya dengan Zee kini gagal karena adanya tiga bocah curut. Siapa lagi kalau bukan, Gavin, Davin dan Prim.

"Bodo!"

Satria mendengus kesal.

Kasur Zee sangat lah luas, jadi sangat cukup untuk mereka tiduri berempat.

Zee berada ditengah-tengah abangnya. Disebelah kanannya ada Satria dan Davin. Sedangkan disebelah kirinya ada Prim dan Gavin.

Ah, bahagia rasanya punya abang-abang yang bisa menjaganya. Zee merasa seperti permata emas berharga yang harus dijaga dan disimpan baik-baim. Zee bahkan merasa beruntung telah diangkat menjadi anak dari Williams .

"Princes udah tidur! Diem!"

Benar saja Zee sudah tertidur pulas dengan wajahnya yang ia tenggelamkan di dada bidang Satria.

"Ck. Tuker tempat elah. Gue mau disampingnya princes!" Ucap Davin pelan.

"Nggak! Yang ada princes lo timpa!" Elak Satria.

"Yaelah!"

Gavin, Prim dan Davin sudah tertidur pulas. Kini hanya Satria yang masih terjaga. Ia menatap wajah polos milik Zee yang masih bersandar ke dada bidangnya.

Senyum tipis tercetak dibibir Satria. Satria sangat menyayangi Zee. Lebih dari dirinya sendiri. Ia lah yang sangat menginginkan adik perempuan.

"Bang Satria belum tidur?" Tiba-tiba Zee terbangun.

"Belum," jawab Satri dengan senyum tipisnya, "princes kok bangun?"

Zee terdiam.

"Ada masalah hmm?" Tanya Satria.

"Zee jahat nggak sih bang kalau Zee benci keluarga kandung Zee?" Tanya Zee tiba-tiba.

Tanpa sadar tangan Satria mengepal. Tapi itu ia sembunyikan di balik badannya. Satria memang sangat membenci keluarga kandung Zee. Tapi terkadang dia juga bersyukur, karena kejadian itu membjat Zee berada dikeluarganya. Menjadi pelengkap keluarga harmonisnya.

Satria mengelus lembut belakang rambut Zee, "Kamu nggak salah, yang salah mereka. Udah ngusir Putri cantik kayak kamu."

Perkataan Satria membuat Zee tenang. Setidaknya ia mengambil jalan yang benar. Itu yang ia pikirkan.

Tut...

"Eh?"

"Suara apa itu?" Tanya Zee.

Satria menoleh kebelakang, ia melihat Davin yang tertidur dengan keadaan menungging.

Sial!

Bisa-bisanya Davin kentut!

"Bukan apa-apa. Tidur aja yuk!"

Zee menurut dan kembali terlelap.

Davin anjing, awas lo besok! Manaan bau banget lagi. Aghhhh nggak bisa tidur nyenyak gue!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!