Sebelum masuk ke cerita. Author mau kenalin dulu nih tokoh-tokoh yang ada di novel ini biar kalian para pembaca bisa berimajinasi. Hehehe😁
***TOKOH UTAMA***
Hardian Wiryatama
Siapa sangka laki-laki 28 tahun ini adalah pemilik perusahaan Globaltech Group, perusahaan raksasa yang bergerak dibidang teknologi dan automotif, yang memiliki 7 anak perusahaan.
Hardian laki-laki yang bertanggung jawab, tegas, hangat namun cuek pada hal-hal yang dianggapnya tidak penting. Wajahnya tampan, kulitnya putih, bertubuh atletis, tinggi 183 cm. Sejak kecil ia selalu menjadi kebanggaan orangtuanya dan anak yang sangat penurut.
Hardian adalah anak sulung Bambang Wiryatama pemilik PT. Wiryatama Perkasa yang bergerak dibidang kontruksi dan PT. Wiryatama Sawit , pabrik pengolaham minyak kelapa sawit.
Kirana Ayudia Pramulya
Panggilannya Kiki. Parasnya cantik, senyumnya manis, tingginya 165 cm, dan berkulit putih. Gadis sederhana, baik hati, lembut, ramah dan ceria.
Dia adalah putri kedua dari Wijayanto Pramulya pemilik perusahaan manufaktur PT. Indo Cement, PT. Tuna Segar bergerak dibidang pengalengan ikan dan Pramulya Corp dibidang kontruksi.
Walaupun berasal dari keluarga kaya. Kirana sangat mandiri, low profile, dan pekerja keras. Disaat gadis kaya seumurannya berfoya-foya, Kirana justru senang menyibukan diri dalam kegiatan amal dan kemanusiaan. Kirana's Boutique, usaha yang ia rintis sendiri dari nol.
Sedari kecil orangtua Kirana memberi pemahaman dan didikan bahwa kekayaan bukanlah segalanya.
***TOKOH PENDUKUNG***
Reynaldo
Terlahir dari keluarga miskin, yatim diusia 8 tahun membuatnya harus putus sekolah karena ketiadaan biaya.
Bambang Wiryatama mengangkatnya sebagai anak asuh. Aldo diperlakukan selayaknya keluarga, difasilitasi, diberikan pendidikan yang layak hingga kejenjang perguruan tinggi di luar negeri dan di bekali ilmu bisnis oleh ayah Hardian itu.
Untuk membalas semua kebaikan yang ia dapatkan dari keluarga Wiryatama, ia pun mendedikasikan hidupnya untuk selalu membantu dan mendampingi Hardian.
Astrid Kemala
Wanita arogan, matre dan ambisius.
Entah apa yang membuat seorang Hardian jatuh cinta pada wanita ini.
Mereka sempat berpacaran selama 2 tahun namun hubungan mereka tidak pernah direstui sampai akhirnya Astrid kepergok berselingkuh dengan Ferdi, sahabat baik Hardian.
Ferdi Halim
Ferdi adalah sahabat baik Hardian dari jaman SMA. Keluarga Ferdi dan Hardian sangatlah dekat. Dia dan Astrid lebih dulu saling mengenal, mereka sangatlah akrab.
Diam-diam Ferdi menaruh hati pada Astrid. Sayang dayung tak bersambut. Setelah diperkenalkan pada Hardian, Astrid dan Hardian justru berpasaran. Meskipun begitu Ferdi masih menyimpan perasaa pada Astrid.
Salsabilla Wiryatama
Gadis manis dan baik hati. Adik satu-satunya dan kesayangan Hardian. Kini ia berkuliah bisnis managemen di London, Inggris.
Walaupun usianya sudah dewasa, bagi Hardian, Salsa tetaplah adik kecilnya yang perlu sangat ia sayangi.
Hanun Santika
Sahabat baik Kirana. Dari TK sampai SMA mereka selalu masuk di sekolah yang sama. Namun mereka akhirnya harus berpisah ketika Hanun lolos ujian masuk perguruan tinggi di Bandung.
Jun Adiguna
Jun adalah laki-laki supel, humoris dan baik. Teman sekelas Kirana. Sebenarnya Jun menaruh hati pada Kirana. Begitu juga sebaliknya. Tapi bagi Jun persahabatan mereka jauh lebih penting. Demi kenyamanan satu sama lain. Mereka memendam rasa itu.
Sonia Larasati Pramulya
Sungguh tragis nasibnya. Diusia yang masih terbilang muda Sonia dihadapkan cobaan besar. Acara akad nikahnya batal, calon suaminya, kekasih yang ia cintai walau dijodohkan sang ayah, melarikan diri setelah aksi penggelapan dananya terbongkar.
Rasa sakit, sedih dan malu membuatnya hancur, gelap mata membuatnya memilih mengakhiri hidupnya. Mirisnya Kirana lah yang menemukan jasad Sonia.
Tragedi tersebut mengubah Kirana menjadi sosok yang tertutup pada laki-laki dan menganggap cinta hanya membawa bencana.
*****
Itulah tokoh dalam cerita ini. Mohon maaf Authornya masih sangat amat amatir.
Jika ada saran dan masukan bisa langsung komentar ya...😊
Semoga kalian menikmati cerita ini.
Selesai membaca tolong tinggalkan jejakmu ya...😊
Tolong Like, komen dan vote.
Terima Kasih*** 😘❤
Kirana berlari kecil dibawah guyuran hujan menuju halte bis terdekat untuk berteduh. Mendung yang menggelayut sedari siang tak kunjung hengkang. Disekanya air hujan yang membasahi wajahnya.
"Wangi hujan memang menenangkan." batin Kirana
Jari lentiknya memainkan tetesan air hujan yang jatuh dari atap halte. Pandangannya kemudian terhenti pada sebuah mobil mewah berwarna hitam yang terparkir tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Sepuluh menit berlalu mobil itu masih disana. Kirana menyipitkan matanya ketika merlihat tangan terjulur keluar dari kaca jendela mobil itu.
Hujan yang deras tak menyurutkan niatnya mendekati mobil itu, memastikan apa yang dilihatnya. Seketika ia terperanjat sambil menutup mulutnya. Amplop coklat berisikan berkas magang yang ia pegang jatuh ke tanah. Pintu mobil diketoknya berkali-kali tapi nihil, tidak ada respon dari orang yang ada didalam sana.
"ya Tuhan apa yang harus aku lakukan??" Dalam kepanikan dan tubuh yang mulai basah, tanpa pikir panjang ia mengambil sebongkah batu besar, menghancurkan kaca jendela mobil lalu merogoh ke dalam jendela.
CTEK !
Kuncian jendela pun terbuka. Pria didalam sana tidak sadarkan diri. Kirana menepuk pipi pria itu berharap pria itu akan terbangun namun usahanya sia-sia. Ia mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.
"Halo, Kiki ada apa nak?"
"Om Hafif ! Tolong aku. Ada orang pingsan disini. Apa yang harus aku lakukan?" ucapnya cemas.
"Bawa dia ke RS Om."
"Baik, Om."
Kirana berlari ke tepi jalan raya mencoba menyetop sebuah taksi. Salah satu taksi akhirnya menepi.
"Pak tolong ada yang pingsan!"
Kirana menarik-narik lengan baju sopir taksi. Sopir taksi itu pun berlari dibelakang mengikuti Kirana. Sekuat tenaga mereka berdua menggotong tubuh pria malang itu lalu menidurkannya di kursi penumpang. Kirana duduk disebelahnya. Menaikan kepala pria itu dipangkuannya.
"Jalan pak ke rumah sakit X."
"Baik, mbak" sopir taksi melaju kencang.
"Mas bangun. Mas." Kirana masih menepuk lembut pipi dan menggosok-gosok tangan pria itu. Taksi sampai di parkiran rumah sakit.
Dokter Hafif dan dua orang perawat bersiaga di lobi sambil membawa brankar. Tubuh pria malang itu kemudian dipindahkan.
"Cepat larikan ke UGD!" perintah dokter Hafif.
Kirana membayar taksi, lalu ia berlari ke arah UGD. Dari pintu kaca UGD tampak perawat dan pamannya cekatan menangani pria itu.
Berselang satu jam pria itu di bawa ke ruang perawatan VIP. Kirana menarik kursi. Ia duduk di sebelah pria itu. Gadis itu basah kuyup, kemejanya kusut, rambutnya berantakan dan sepatunya penuh lumpur.
Pintu raung perawatan terbuka. Dokter Hafif muncul dengan stetoskop melingkar dileher dan membawa handuk kering. Kirana mencium punggung tangan pamannya.
"Keringkan badanmu." dokter Hafif menyodorkan handuk putih rumah sakit.
"Terima kasih. Bagaimana keadaannya, Om?"
"Kondisinya sudah lumayan stabil. Dia kelelahan, kekurangan nutrisi dan terserang tipus. Untung kamu menolongnya tepat waktu. Jika tidak, ia berada dalam masalah serius."
"Bagaimana menghubungi keluarganya? kita nggak punya kontaknya."
"Kamu tenang saja. Om sudah mengurus semuanya. Mamanya pasien rumah sakit ini. Setiap bulan dia kesini mengantarkan mamanya untuk check kesehatan."
Kirana mengangguk paham. Ia memandangi wajah pucat pria itu.
"Ganteng ya? masih jomblo loh dia." goda pamannya
"Apa sih, Om."
"Bukannya hari ini kamu magang?"
"Nggak jadi, Om. Berkasnya juga sudah kotor." menunjukan map coklat di tangannya.
"Kamu aneh. Orang tua punya perusahaan malah magang di perusahaan orang."
"Om tahu sendiri aku tuh orangnya gimana. Pantang aku KKN. Penilaiannya nanti nggak objektif. Yang ada di sana aku nggak belajar apa-apa."
"Terserah kamu saja. Ya sudah Om tinggal dulu. Jagain sebentar nanti ada keluarganya yang kesini."
"Beres, Om."
"Jangan lupa badanmu di lap. Kalau nanti kamu sakit om juga yang repot."
"Iya Om, iya."
Hujan mereda. Hari pun menjelang sore. Kirana masih setia menemani pria itu.
"Kenapa keluargamu belum datang?" gumamnya pelan
drrt drrt drrt
ponsel Kirana bergetar
"Assalamualaikum, mbak Inah"
"Waalaikumsalam non. Non, di suruh papa pulang."
"Ada apa ya, mbak?"
"Ndak tahu non. Pokoknya cepatan pulang. Kayaknya penting."
"Oke, mbak waalaikumsalam."
"Kenapa keluargamu belum datang? Sebenarnya aku nggak tega ninggalin kamu. Tapi aku harus pergi. Semoga lekas sembuh ya. Aku panggilkan perawat untuk menjagamu. Selamat tinggal." Kirana menepuk pelan bahu pria itu. Gadis itu bergegas pergi.
.
.
.
Bersambung...
Selesai membaca tolong tinggalkan jejakmu ya...😊
Tolong Like, komen dan vote.
Terima Kasih*** 😘❤
Kediaman Pramulya
"Mbak. Mbak Inah."
"Iya non." mendengar dirinya di panggil mbak Inah berlari menghampiri. Ia lap tangan basahnya karena cucian piring ke celana bahan yang ia kenakan. Alangkah terkejutnya Ia melihat penampilan anak majikannya.
"Astagfirullah ya ampun, non. Baju non kenapa? Perasaan tadi pagi pamitnya cantik, wangi. Pulang-pulang kok koyo ngene? Kotor banget. Non, habis ngapain ?" Mbak Inah meraba pakaian Kirana.
"Mbak Inah mau tahu aja. Papa mana, mbak?" matanya mencari keberadaan ayahnya.
"Itu tuan ada di ruang kerjanya. Buruan mandi non wes di tunggu sama papanya. Cepatan mandi non kalau papa lihat non kayak gini mbak bisa kena omel."
"Mbak Inah biasa aja kali. Gini nih kebanyakan nonton drama korea. Bawaanya lebay. Orang cuma kotor. Seenggaknya kan aku pulang utuh bukan nama."
"Hus ngomongnya. Awas di denger tuan." Asisten rumah tangga berusia tiga puluh itu menyentil bibir Kirana.
"Ya udah aku ke kamar dulu, mbak. Badan ku gerah, pliket."
Langkah Kirana terhenti, Ia pun berbalik.
"Mbak Inah."
"Iya, non."
"Mama kemana, mbak? Ini sudah sore kok nggak kelihatan?"
"Itu non. A-anu." Mbak Inah tergagap. Ia menunduk bingung mau jawab apa.
"A-nu non. Mamanya nyekar ke makam ka-"
BRAK !
Kata-kata mbak Inah terpotong suara bantingan pintu. Kirana sudah hilang masuk ke kamarnya.
"Sampai kapan non nggak terima kenyataan? mbak kasihan lihat non." Mbak Inah membatin.
****
Kirana yang telah membersihkan diri dan berdandan rapi, berdiri di depan pintu ruang kerja ayahnya.
"Semoga bukan masalah itu itu lagi." Ia mendesah kasar
Tok tok tok
Kirana membuka pintu ruang kerja ayahnya. Laki-laki paruh baya itu sedang duduk di sofa. Matanya yang sendu, rambut sedikit memutih dan gurat-gurat usia tak mampu menutupi karismanya.
"Sini nak papa ingin bicara."
Kirana duduk, mencium punggung tangan ayahnya.
"Papa hari ini nggak ngantor? tumben?"
"Hari ini ingin di rumah saja. Kantor biar Om Lukman yang urus."
"Nak, Papa mau menjodohkan kamu sama anak teman papa."
Mata Kirana terbelalak.
"Apa? Perjodohan lagi? Papa ini sudah yang ketiga kalinya. Jawaban Kirana tetap nggak mau! Titik!"
"Nak, ini demi keluarga kita."
"Keluarga kita kurang apa sih, pa? Apa semua ini kurang?"
Pria tua itu mengulurkan tangannya meraih tangan Kirana.
"Ini menyangkut perusahaan kita, nak. Sekarang cuma kamu anak papa. Kalau suatu hari papa nggak ada. Siapa yang akan menjaga kamu dan mama? Makanya papa pengen kamu segera menikah. Kalau kamu menikah kamu dan mama ada yang menjaga. Kamu dan suami mu kelak bisa meneruskan perusahaan papa."
"Aku bisa menjalankan perusahaan papa tanpa perlu menikah. Kapan? Kasih tahu saja kapan aku harus memulai." tantang Kirana, melepaskan tangan ayahnya.
"Kuliah mu saja belum selesai, kamu juga masih harus magang kan."
"Aku bisa mulai belajar mengurus perusahaan, soal nilai magang itu kan bisa di atur. Asal kan aku tidak di jodoh-jodohkan lagi dengan siapapun. Aku akan mengurus semua bisnis papa dan mama."
Papa menangkup pipi Kirana. Menatap lekat mata putrinya penuh harap.
"Orangnya baik. Dulu waktu kecil kalian akrab. Dia sering jagain kamu. papa yakin dia bisa membahagiakanmu."
Kirana berpikir keras mengingat-ngingat siapa-siapa saja yang dekat dengannya waktu kecil. Tapi yang muncul hanya Hanun.
"Siapa, pa?"
"Bagas. Kamu ingat?"
"Bagas? Bagas gendut? bukannya dia waktu SD pindah ke Jerman."
Bagas, teman gembulnya waktu umur lima tahun. Dulu rumah mereka berhadapan. Bagas memang selalu baik pada Kirana, tapi baiknya itu bukan tanpa maksud.
Bagas selalu bilang masakan mamanya tak enak, jadi dia sering main ke rumah Kirana karena suka masakan Sarah, mama Kirana. Bagas juga suka diam-diam memperhatikan Sonia. Dan Kirana tahu kalau Bagas menaruh hati pada Sonia yang lebih tua empat tahun.
Hanun dan Bagas tidak pernah akur. Mereka adalah tom and jerry di dunia nyata. Tiada hari tanpa pertengkaran jika kedua orang itu bertemu.
Sayang, setahun kemudian Bagas dan Kirana masuk SD, Om Ilyas di pindah tugaskan ke Jerman memaksa Bagas dan tante Mira juga harus ikut.
Kirana melepas tangan ayahnya. Memalingkan wajahnya.
"Kirana nggak mau di jodohkan, apalagi sama Bagas, pa. Nggak pa please."
"Dulu Papa juga ngelakuin hal yang sama ke kak Sonia. Papa bilang dengan perjodohan kakak ku akan bahagia. Tapi nyatanya? Apa yang terjadi? Kakak ku harus." Kirana menunduk. Dadanya sesak, rasa sakit menghujam jantungnya, merobek-robek hatinya. Gadis itu terisak. Sedangkan sang ayah mematung. Raut wajah tuanya tak kalah pilu.
"Kirana masih ingin sendiri, pa. Kirana nggak percaya yang namanya perjodohan, cinta atau pun pernikahan. Kita sudahi saja percakapan ini. Keputusan ku sudah bulat. Kalau papa memaksa. Papa rasanya harus siap-siap kehilangan satu putri lagi."
"Kirana ngomong apa kamu, nak?" sang ayah mengangkat tangannya ke udara. Kirana yang takut terkena pukulan refleks menutup mukanya.
Beruntung sang ayah tersadar dan mengendalikan diri. Hampir saja Wijayanto melakukan tindakan yang akan Ia sesali. Laki-laki tua itu meraup wajahnya.
"Jaga ucapanmu, nak. Kamu lupa sedang bicara dengan siapa?" ketus ayahnya
"Jodoh sudah ada yang mengatur kenapa harus bingung pa? Jika Allah berkehendak dan menetapkan jodoh untuk ku, suatu hari orang itu pasti akan datang. Untuk sekarang ini maaf Kirana belum siap. Kirana saja masih dalam pengawasan psikiater. Bagaimana Kirana bisa membahagiakan pasangan Kirana nanti? Kirana saja belum menerima kematian kakak."
"Coba kamu pikirkan lagi, nak" suara ayah Kirana memelas.
Kirana bangkit dari duduknya. Menatap ayahnya kecewa. Baru kali ini sang ayah tidak mau mengertikan kegundahan hatinya.
"Sekali Kirana bilang nggak, ya nggam papa. Maafkan aku." Gadis itu bergegas keluar dari ruang kerja sang ayah.
.
.
.
Bersambung...
Selesai membaca tolong tinggalkan jejakmu ya...😊
Tolong Like, komen dan vote.
Terima Kasih*** 😘❤
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!