Sweet Like A Vanilla Minamz Fanficantion Zb1
Introduction
Author
Aloooooo semuanya!!!!
Author
Selamat datang yang baru datang, dan jumpa kembali sama gue yang selalu ngikutin semua cerita gue!!!!!
Author
Di cs kali ini, gue bawa Shipper baru, dari ....
Author
Nah! Kapal utama kita adalah!!!!!
Author
Idol baru kapal baru!!!!!!!
Author
Mari kita berkenalan sama kapal utama kita yahhhh
Author
Yang pertama, selaku karakter utama.
Author
Coba, buat kamu yang sebelumnya udah baca cs aku, yang judulnya ASI UNTUK TUAN LEE
Author
Perhatiin deh muja Jiwoong, yang pic pertama. potongan mukanya tuh kayak Lee Minho tau😭
Author
Oke lanjut! Yang ketiga!
Author
Sung Hanbin imnidaaaaa!!!!
Author
Dia leadernya Zb1 genk
Author
Lanjut!!! Yang keempat.
Author
Ni hao wo seu Zhang Hao.
Author
Bener enggak? 🤣🤣🤣🤣🙏🏻
Author
Kelima🤣 masih ngakak gue
Author
Seok Matthew!!!! Idol Canada nih!!! Percaya enggak percaya, behaviornya tuh disandingin sama Mark🤣 plus Hanbin🤣🤣
Author
Btw Hanbin sama Matthew ini beneran bestie yah dari jaman sebelum debut
Author
Oke lanjut!!! Keenam!!
Author
Kim Gyuvin!!!!!! Si anti Aegyo tapi suka banget sama yang gemes-gemes, dedek Yujin maksudnya.
Author
Oke, selesai. Masih ada karakter sampingan lain yang mungkin selewat doang, masih ada tiga member lagi juga yang belum di spill.
Author
Antara bakal selewat atau emang enggak bakal ikut aja, hehe.
Author
Kalo kalian penasaran sama mereka kalian bisa langsung main ke akun ig, YouTube, Spotify buat dengerin musiknya, boleh banget. Tapi jangan terlalu cinta yahhhh
Author
Bonus pengenalan dari gue
Author
Doctors Doctors by. Zerobaseone.
Author
ICONIK by. Zerobaseone.
Author
Goosebumps by. Zerobaseone.
Author
Ada Versi Wattpadnya juga, ayo jika berkenan dalam bentuk novel(・∀・)
01
Cinta pada pandangan pertama. Kalimat yang terdengar manis, rasanya hati berbunga hanya dengan sekedar mendengar kalimat tersebut.
Apakah, ini yang sedang aku alami?
Hari ini, menyebalkan. Iya. Hari ini menyebalkan, kenapa?
Karena ... astaga, aku rasa aku tak bisa membicarakan ini. Ini sedikit banyak menyakitkan untukku.
Baiklah, aku akan menceritakan kejadian itu.
Pagi hari, berjalan seperti biasa. Aku melakukan rutinitasku seperti hari-hari normal lainnya. Bahkan kondisi hatiku pun sama baiknya.
Tak ada yang beda. Sampai aku baru saja menjejakkan kakiku dikawasan kampus.
Aku bersekolah disana, dan ini adalah tahun ketigaku. Sebentar lagi aku akan dihadapkan dengan skripsi dan kelulusan.
Mengingat fakta itu saja sudah membuatku merasa. GOD! ITS KILLING ME!
Tapi. Semua itu tak ada tandingannya dengan apa yang sedang aku lihat saat ini.
Kim Gyu Vin. Teman satu jurusanku, ah. Bahkan kami berbagi kamar.
Kim Gyu Vin. Didepan sana, tengah berlutut. Terlihat keren, dengan pose paling umum saat seseorang sedang menyatakan perasaan.
Senyumnya lebar, bahkan kini telinganya memerah, buket bunga besar terdapat disatu tangannya dengan tangan lain menengadah.
Aku mendengus, atara tak percaya dan ... pasrah.
Kim Gyuvin
It's really not easy. You know what I meant, but.
Kim Gyuvin
Kim Tae Rae. Will you ....
Gadis-gadis menutup mulut, lengkap dengan kamera yang sudah menyala sejak tadi.
Napasku sedikit tercekat, tangan terkepal didalam saku celana. Aku menunggu dengan jantung yang ribut, kata apa yang akan diucapkan oleh Gyu Vin.
Seok Matthew
Will you be my boyfriend. Klasik.
Aku menoleh saat Matthew berucap, atau lebih tepatnya mencibir.
Tangannya bahkan sudah berlipat didepan dada dengan wajah yang berbanding terbalik dengan suasana lapangan saat ini.
Matthew mendongak sedikit kepadaku—karena perbedaan tinggi kami.
Seok Matthew
Dia, enggak punya hati.
Aku terkekeh kecil. Tak punya hati? tidak, Gyu Vin memiliki hati yang begitu baik. Ia tulus, mencintai Taerae. Dan tidak untukku.
Shen Ricky
Tidak. Gyuvin tak seperti itu.
Aku kembali menoleh kedepan, Gyuvin masih terlihat malu-malu untuk mengucapkan. Para penonton mulai mendesak.
Maukah, kau menjadi pacarku? Aku harap. Itu yang akan keluar dari mulut Gyuvin, setidaknya aku. Mungkin. Masih bisa berjuang, untuk mendapatkan hatinya.
Kim Gyuvin
Taerae. Will you ... be my fiancé?
Tarikan napas tertahan terdengar dari beberapa penonton, atau bahkan 90% orang yang menonton melakukannya, dan aku. Salah satu dari mereka.
Mataku yang membola memanas, hati ku sakit. Tentu saja, semua orang yang memiliki perasaan lebih kepada seseorang, tapi melihat orang yang disukai menyukai orang lain ....
Itu sakit, namun. Kesadaran tentang. 'memang sudah berakhir' membuat diriku sedikitnya merasa lebih baik.
Aku menjatuhkan pandanganku, tak sanggup melihat. Lagipula jawabannya sudah pasti.
Zhang Hao
Woah! daebak! tentu saja.
Zhang Hao
Mereka pasangan yang serasi, Taerae tak mungkin menolak Gyuvin.
Tenggorokanku terasa kering, namun sulit untuk menelan ludah. Kak Hao. Yang baru saja datang. Membuat mataku semakin berarti.
Memalukan! Tak mungkin aku akan menangis ditengah-tengah kerumunan ini, benar?!
Suara Kak Hao kembali terdengar, tapi aku masih menunduk.
Suara kak Hao terdengar kebingungan dan tak mengerti.
Matthew terlihat mengumpat lalu menarik tanganku untuk keluar dari kerumunan tersebut.
Sorakkan semakin kecil terdengar. Kami menjauh, Matthew membawaku masuk kedalam kampus.
Seok Matthew
Ricky. Kau ... baik-baik saja?
Langkah kami melambat, Matthew setia disampaiku. Tangan kecilnya menggenggam tanganku untuk menyemangati.
Shen Ricky
Aku baik. Kau tenang saja Matt.
Shen Ricky
Memang sudah seharusnya berakhir seperti ini, bukan?
Aku mencoba tersenyum, mencoba tegar. Namun tentu saja sulit, sudut bibirku tak ingin terangkat barang seinci
Seok Matthew
Tidak. Atau mungkin, ya ....
Aku terkekeh, bahkan Matthew pun sama lelahnya.
Memang sudah seharusnya seperti ini, aku yang tak memiliki banyak keberanian untuk mengungkapkan perasaanku pada Gyuvin terlebih dahulu.
Seok Matthew
Kenapa? bukannya dari dulu udah banyak kesempatan, ya?
Kini Matthew menatapku. Sedikit kecewa dan kasihan.
Shen Ricky
Jangan mengasihaniku Matt.
Lidahku kembali kelu. Dada terasa seperti terdapat batu besar. Berat, sesak hanya untuk sekedar menarik napas.
Shen Ricky
Pada akhirnya aku tak ingin Gyuvin menjauhi ku karena perasaanku sendiri.
Aku melirik Matthew yang nampak berdecak lirih.
Seok Matthew
Tetap saja, itu pasti sangat sakit. Walaupun aku belum pernah.
Aku mencoba tertawa, tak ingin terlalu dalam pada perasaan terpuruk ini.
Shen Ricky
Jangan sampai, kau harus mendapatkan kisah cinta yang lebih baik dariku!
Matthew merangkul pergelanganku, bergoyang-goyang dengan manja, sepertinya mencoba menghiburku.
Seok Matthew
Ayo ke kelas.
Aku mengangguk mengikuti langkah Matthew yang membawaku masuk kedalam kelas.
Matahari semakin naik, dua kelas sudah selesai, namun moodku masih belum terlalu baik.
Perutku keroncong tapi sungguh, aku malas hanya untuk sekedar melangkahkan kaki keluar dari kelas.
Aku masih belum sedikit 'iklas' dengan hubungan baru Gyuvin dan Taerae. Bahkan sepanjang kelas aku berusaha mati-matian untuk tak terlalu banyak berinteraksi dengan Gyuvin.
Aku merasa bersalah pada Matthew, yang selalu menoleh kebelakang padahal Dosen tengah mengajar, hanya untuk memeriksa apakah aku baik-baik saja.
Langkah cepat terdengar, lalu tak lama kursi disampingku berdecit tanda seseorang menduduki.
Aku masih dalam posisi—membaringkan kepala menyamping menghadap jendela. Malas rasanya untuk mengangkat kepala hanya untuk sekedar mengintip.
Ayolah! Suasana hatiku sedang cukup buruk!
Kim Gyuvin
Bodoh! Perutmu begitu berisik, dan kau tak ingin beranjak?!
Aku menghela napas perlahan, suara ini. Sangat aku kenal. Dan satu-satunya suara yang saat ini tidak ingin aku dengar.
Kim Gyuvin
Kau sakit, Ricky?
Gyuvin menarik bahuku, segera menempelkan telapak tangannya dikeningku, memeriksa suhu.
Kim Gyuvin
Kau tidak terlihat baik tapi aku rasa kau tak demam. Ada apa?
Gyuvin kini menatapku, tatapannya serius, penuh kekhawatiran yang jelas sebagai sahabat.
Aku melirik kedua tangan Gyuvin dipundakku, lalu memaksakan mengukir senyum tipis.
Shen Ricky
Aku baik. Hanya sedang malas saja.
Perlahan. Aku melepaskan tangan Gyuvin.
Gyuvin tampak mengernyit halus. Gyuvin pasti Bingung, memang tak biasanya aku begini.
Kim Gyuvin
Kau yakin tidak apa-apa?
Aku mengangguk. Gyuvin mendesah lalu melanjutkan.
Kim Gyuvin
Ya sudah, baiklah kau mungkin hanya sedang dalam perasaan yang buruk.
Kim Gyuvin
Ah benar, untuk skripsi nanti—
Shen Ricky
Kau bodoh Gyuvin! jangan menyebut kata kutukan itu!!!
Eranganku terdengar nyaring bahkan Gyuvin sampai melompat sedikit dari kursinya.
Gyuvin lalu tertawa, mendorong tubuhku seperti biasanya saat tertawa begitu kencang.
Kim Gyuvin
Kau— hanya karena akan menghadapi skripsi sampai seperti ini.
Tawa Gyuvin mereda tapi moodku semakin hancur.
Shen Ricky
Sudahlah kau tak mengerti.
Kim Gyuvin
Oh ayolah Ricky, kau sahabatku, kita satu jurusan. Kita satu kondisi.
Gyuvin kembali menepuk bahuku, senyumnya lebar.
Kim Gyuvin
Ya sudah jika kau tak ingin makan sekarang, yang penting jangan sampai tak diisi saja.
Kim Gyuvin
Aku akan pergi kalo gitu.
Lewat ekor mataku aku melirik Gyuvin, mempelajari wajahnya, apakah Gyuvin tak ingin mengatakan padaku langsung tentang kejadian tadi pagi?
Aku menghela napas pelan, mungkin memang tak akan. Hubungan kami sedikit renggang sebenarnya.
Aku kembali menyembunyikan wajahku diantara lipatan tangan, angin kecil dari samping menandakan jika Gyuvin sudah bergerak berdiri.
Dan suara Gyuvin kembali terdengar, masih sangat jelas. Berada disampingku.
Kim Gyuvin
Malam nanti, saat kita sudah di asrama.
Kim Gyuvin
Aku ingin mengatakan sesuatu yang penting. Dan kita, harus merayakan itu!
Aku mengangkat pandangan, hal pertama yang kulihat adalah mata Gyuvin yang bersinar karena bahagia.
Matanya bahkan ikut menyipit karena senyumnya yang lebar. Belum sempat aku membalas Gyuvin sudah lebih dulu mengusak rambutku cukup kuat.
Membuatku sedikit mengaduh, Gyuvin menepuk kepala ku beberapa kali, sebelum ia benar-benar pergi dari kelas. Meninggalkanku sendirian, kesepian dan rasa sesak yang belum hilang.
Author
TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA!!!!
Author
Kalo kamu masukin ini ke favorit jangan sampe ngelewatin Enggak pencet like nya yahhhhh
02
Langkah Ricky berat, sepanjang hari. Rasanya tubuhnya tidak memiliki jiwa.
Shen Ricky
Ck ... haruskah mengadakan party? disaat aku sedang hancur?
Ricky menendang beberapa kerikil kecil sepanjang jalan trotoar.
Dirinya benar-benar memilih berjalan kaki walaupun tahu jarak yang ditempuh tidaklah dekat. Ricky terlalu takut untuk datang ke asrama terlalu cepat.
Rambutnya sudah tak berbentuk, untuk Ricky yang selalu menjaga penampilan sudah membuktikan jika dirinya sudah terlalu kalut saat ini.
Langit sudah semakin gelap, angin berhembus cukup dingin. Orange dan ungu gelap memenuhi langit diatas sana.
Ricky menengadah seolah meminta pada Tuhan untuk mengulang waktu, dengan semangat ia akan keluar dari kelas sebelum Gyuvin menghampirinya.
Disaat sedang meratapi, suara cekikikan khas remaja perempuan terdengar memecah suasana Ricky. Ricky melirik pada dua pemudi yang baru saja keluar dari dalam Caffe.
Sorot lampu dari kendaraan dipinggir jalan seolah menunjuk pada Caffe tersebut. Nama Caffe yang dilengkapi lampu neon seraya menarik Ricky untuk menatap lebih lama.
Pandangan Ricky kembali turun pada kaca besar yang menampilkan suasana dalam Caffe, tembok-tembok dicat dengan warna pastel. Merah muda, biru dan kuning.
Terlihat nyaman dan hangat, serta simpel dan sangat minimalis.
Ricky memperhatikan jalanan, seingatnya tak ada Caffe disekitar sini, setidaknya selama hampir tiga tahun ia tinggal disekitar sini sebagai Mahasiswa.
Ricky melihat Banner didepan pintu masuk Caffe itu, masih ada dekorasi pembukaan dan kata selamat.
Tanpa sadar kakinya melangkah, lampu dalam Caffe yang memiliki kesan temaram namun masih cukup terang untuk melihat dengan jelas menarik Ricky lebih dari yang Ricky bisa sadari.
Gemerincing bell terdengar saat Ricky membuka pintu, dua orang. Pria. Langsung menoleh dengan senyum yang sangat lebar.
Terlihat profesional namun terlalu hangat, seperti menyambut kedatangan setelah seharian penuh aktivitas melelahkan.
Pria yang memakai celemek sepinggang berwarna coklat membawa nampan kosong mendekat, rambutnya pendek tertata rapih dengan poni panjang sampai alis.
Kemeja putihnya terbuka dua kancing memperlihatkan tattonya di tengah tulang selangka. Ricky terdiam beberapa detik.
Sung Hanbin
Selamat datang. Minamz Caffe disini menemanimu untuk rehat.
Ricky mengangguk kaku dengan tangan spontan mengelus tengkuk belakang.
Tak terpikir olehnya akan mendapat sambutan seperti itu. Karyawan itu kembali tersenyum lebih lebar. Memperlihatkan deretan giginya yang rapih. Bahkan Ricky bisa melihat dimple diatas tulang pipi.
Karyawan itu membungkuk sedikit yang langsung dibalas oleh Ricky, Ricky lalu kembali berjalan masih dengan mengamati setiap detail Caffe.
Terdapat beberapa pajangan foto atau bahkan tulisan quote. Disaat langkah terakhirnya didepan kasir.
Seseorang dibaliknya langsung bersiap menunggu pesanan Ricky. Ricky merasa gugup entah kenapa.
Mencoba mengabaikan seluruh keanehan dalam dirinya Ricky langsung mengecek daftar menu, terdapat beberapa minuman dingin dan panas juga beberapa cemilan manis dan asin.
Sang kasir setia menunggu Ricky dalam memilih. Ricky masih belum menunjukkan tanda ingin memesan apa. Akhirnya sang kasir pun berucap.
Kim Jiwoong
Bisa saya rekomendasikan menu?
Ricky terkesiap sedikit. Ia mengulum bibirnya sepertinya ia benar-benar terlalu lama bahkan dalam memilih.
Shen Ricky
Oh ... maaf, minuman terlaris disini yang mana, ya?
Kedua tangan Ricky berada diatas meja, Kasir itu melirik sebentar sebelum mendengus entah karena apa.
Ia lalu menegakkan tubuhnya, dan mulai memberikan Ricky beberapa rekomendasi menu yang paling banyak diminati.
Kim Jiwoong
Vibemu itu seperti anak tongkrongan dengan rambut putih dan pakai all black itu.
Kim Jiwoong
Tapi aku rasa Sweet Vanilla cocok untuk menormalkan perasaanmu lagi.
Ricky tertawa kecil, apa-apaan itu? Setransparan itukah dirinya?
Ah ... mengingat penampilannya sih, sepertinya benar.
Shen Ricky
Begitukah, aku tak tahu harus membalas apa. Satu Sweet Vanilla tolong. Take away.
Kasir itu kembali tertawa kecil, aegyosal dibawah matanya lebih menyembul, menciptakan kesan imut diwajah kasir itu.
Kim Jiwoong
Tak perlu membalas apapun tentang ucapanku, maaf. Aku terlalu spontan.
Kim Jiwoong
Tapi cukup dengan bintang lima dipapan tulis itu tentang Caffe dan menu kami. Itu sudah cukup.
Kasir itu menunjuk satu spot dinding, Ricky mengikuti arah tunjuk tersebut dan benar mendapat sebuah papan yang sepertinya sudah tak ada tempat untuk dirinya menempelkan satu sticky note kecil disana.
Kim Jiwoong
Satu apresiasi kecil darimu sangat berarti bagi Minamz Corner. Cash or card?
Ricky mengeluarkan dompetnya mengambil satu kartu dan memberikannya.
Kartu itu diterima dan mulai melakukan transaksi.
Shen Ricky
Ah, tolong mango latte nya satu.
Ricky nampak ragu saat mengacungkan satu jarinya.
Kasir itu mengangguk. Lalu kembali mengembalikan kartunnya.
Kasir itu sudah siap dengan spidol dan gelas plastik.
Kasir itu menunjukkan belakang gelas yang terdapat beberapa garis. Ricky berpikir sejenak sebelum mengangguk.
Shen Ricky
Young and rich, tall and handsome. Thats me. Shen Ricky.
Kasir itu kembali mengangguk dengan satu garis senyum.
Shen Ricky
Yang satunya. I had so much word to left ...
Tanpa sadar manik Ricky menjadi kosong menatap gelas plastik itu.
Kasir itu melirik Ricky, sedikit menaikkan alisnya sebelum berdehem.
Kim Jiwoong
Satu sweet vanilla dan Mango latte akan segera siap.
Kasir itu tersenyum lebar. Ricky membalas lalu berbalik untuk mencari tempat duduk.
Setelah duduk, Ricky membuka ponselnya mendapati pesan dari Matthew, Hao dan Gyuvin. Dari ketiga itu. Ricky menatap lama pada pesan Gyuvin yang menanyakan keberadaannya saat ini.
Menarik napas singkat, akhirnya Ricky mengetuk layar ponselnya. Mengetik dengan cepat.
Shen Ricky
💬|Aku akan datang, sabarlah bodoh. Mango latte untukmu sedang dibuat.
Dan sebuah photo suasana Caffe terkirim. Pesan Ricky langsung dibaca oleh Gyuvin.
Kim Gyuvin
💬|Kau sangat mengenal diriku. Beritahu aku letak Caffe itu jika minumannya sangat enak.
Kim Gyuvin
💬|Kita bisa pergi bersama lain kali.
Ricky memandangi balon pesan itu lama. Bibir bawahnya ia gigit hatinya kembali terasa tersayat. Mengingat kenyataan jika Gyuvin sudah memiliki satu orang spesial. Lebih spesial dari dirinya.
Sung Hanbin
Permisi. Pesananmu sudah siap.
Ricky tersentak. Dengan cepat menjawab 'oke' oada Gyuvin sebelum menatap pada karyawan didepannya. Yang tadi menyambutnya.
Shen Ricky
Astaga. Maaf, aku sungguh tak mendengar apapun.
Karyawan itu kembali tersenyum lebar.
Sung Hanbin
Tidak, tidak apa. Ini pesananmu.
Ricky menerima plastik tersebut, masih merasa tak enak. Ia melirik kebawah pada kemeja lalu melihat nametag yang tak ia sadari sedari awal.
Shen Ricky
Aku akan memberikan bintang sepuluh untuk caffe ini!
Ricky segera mengeluarkan pulpen dan sticky note. Menulis beberapa kata dan pujian untuk caffe dan karyawan Caffe tersebut.
Sung Hanbin
Terimakasih sudah datang, nikmati minuman kami dan datang kembali~
Ricky membungkuk membalas Hanbin. Pintu dibelakangnya kembali tertutup dengan suara lonceng cukup nyaring.
Hanbin masih dibalik pintu, menatap Ricky yang semakin menjauh diluar sana. Kemudian ia merasakan sesuatu datang dari belakang.
Kim Jiwoong
Ia lucu. Apalagi saat tersenyum. Kenapa wajahnya sangat kecil, ya?
Hanbin menoleh, mendapati Jiwoong yang sudah berdiri lengkap dengan tangan berlipat didepan dada. Ikut memperhatikan Ricky.
Sung Hanbin
Hyung, jangan berpikir untuk bisa kenal dengan pelanggan yang bahkan kita tak tahu akan kembali lagi atau tidak.
Sung Hanbin
Lebih baik fokus dulu pada Caffe, kita baru satu bulan.
Hanbin menepuk bokong Ricky lalu kembali berbalik menuju meja kasir. Menebar senyum lebar pada pelanggan lain yang terang-terangan berbisik dengan mata tertuju padanya.
Kim Jiwoong
Ricky ... Shen Ricky ....
Jiwoong mendesis seperti sedang membersihkan giginya dari sisa makanan.
Kim Jiwoong
Bagaimana dia bisa tetap terlihat imut saat dengan keadaan berantakan seperti itu.
Jiwoong terkekeh sendiri, pikirannya melayang jauh pada penampilan Ricky saat pertama kali masuk kedalam Caffe.
Mata tajamnya, alis tebalnya, dan wajah kecil itu. Melekat lebih jelas meningkatkan rasa penasaran samar dalam dada Jiwoong.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!