NovelToon NovelToon

Diburu Pria Posesif

Bola Dunia

"Si gendut bertingkah lagi."

"Dasar! Dia menyatakan cinta lagi."

"Tidak ada kapok-kapoknya."

Suara orang-orang yang membicarakan dan menertawakannya, hanya membuat tekad Bella semakin kuat. Perlahan dirinya mengintip sosok Reva, pemuda yang selalu berada di peringkat 2 umum. Cendrung terlihat seperti kutu buku pendiam.

Tapi bagi Bella seperti pangeran berkuda poni. Tidak ada kata untuk menjabarkan bagaimana rupanya dapat mengalihkan dunia Bella, remaja dengan berat badan 99 kg.

Bertekad menyatakan cinta pada ayang lagi. Membawa kotak bekal dirinya berjalan cepat.

Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti. Seorang pria menghadang jalannya, pria paling rupawan, berprestasi, sekaligus urakan di sekolah ini. Musuh bebuyutannya Ervan.

"Buntalan kentut, mau kemana!?" Tanyanya arogan.

"Ke dalam." Bella tersenyum menunjukkan gigi putih bersih ala iklan pasta gigi.

"Ke dalam?" Ervan membalas senyumannya."Pajaknya mana?"

"Pajak apa? Permisi..." Bella berusaha untuk lewat, tapi dengan cepat pula Ervan menarik bagian belakang kerah pakaiannya. Membuat Bella berjalan di tempat.

"Apa lagi!?" Bentak gadis gemuk itu.

"Pajaknya." Ervan menadahkan tangannya.

Sedangkan Bella menatap sengit."Tampang CEO, tapi dompet gi*golo." Cibirnya, mengeluarkan beberapa lembar uang.

Ervan mengambilnya dengan cepat."Kamu pikir aku butuh uangmu? Aku hanya ingin melihat makhluk gemuk sepertimu menjadi kurus karena kekurangan nutrisi." Pemuda yang tersenyum, menepuk-nepuk perut Bella menggunakan tangannya. Kemudian berjalan berlalu.

Bella menatap sengit ke arah punggung sang pemuda. Dari luar memang begitu tampan, bak malaikat, tapi aslinya bak comberan.

"Ervan! Boleh aku minta nomormu."

"Ervan! Mau ke bioskop nanti malam."

"Kak Ervan boleh kenalan?"

Beberapa siswi menghadang jalan Ervan. Tapi pemuda itu hanya berlalu tanpa terlihat peduli. Melangkah penuh arogansi, benar-benar cocok disebut sebagai pangeran sekolah.

"Dasar lintah penghisap darah." Cibir Bella mengingat dirinya begitu sering diganggu. Pipinya kerap ditarik bagaikan adonan mochi oleh Ervan. Benar-benar pria gila.

Bella hanya menghela napas kembali konsentrasi pada ayang Reva. Melangkah penuh senyuman memasuki ruang kelas.

"Reva, aku buatkan bekal untukmu." Ucap Bella penuh senyuman, menyodorkan kotak bekal. Gadis gemuk yang merupakan putri tunggal konglomerat.

Reva menghela napas kasar. Mengambil makanan yang diberikan Bella."Terimakasih..." Ucapnya berusaha sopan.

Walaupun yang memberikannya badak laut, tapi tetap saja isi dalam kotak bekal sudah pasti makanan kelas sultan.

"I...itu...aku." Bella tertunduk malu-malu, ingin menyatakan cinta lagi.

"Bekalnya sudah aku terima, jadi sana cepat pergi." Reva berusaha keras untuk tersenyum.

"Ta...tapi..." Bella hanya dapat menghela napas kasar melangkah pergi. Tertunduk bagaikan bunga yang layu kekurangan cinta, karena dikau tidak mencintai daku.

***

Ada yang namanya cinta monyet bertepuk sebelah tangan. Mungkin itulah yang dialami olehnya walaupun dirinya sama sekali bukan sosok monyet.

Berat badannya membuatnya menghela napas sembari menikmati bekal spaghetti bolognese, dengan toping daging Wagyu kwalitas premium.

Ini bukan salahnya, ini kesalahan koki di rumahnya yang terlalu pintar memasak. Juga kesalahan orang tuanya, kenapa malah menyewa chef restauran bintang lima untuk menjadi kepala koki.

"Karenamu aku gemuk, karenamu aku tidak punya pacar, ini semua karenamu!" Teriak Bella menghujat ke arah sekotak spaghetti."Terimalah balas dendamku!" Lanjutnya memakan spaghetti yang membuatnya gemuk.

Hingga.

Brak!

Kepalanya mengenai bola basket. Membuat wajah dan rambut Bella terkena spaghetti. Gadis yang melirik menatap penuh dendam ke belakang. Matanya mengamati orang yang berani-beraninya merusak rencana makan siangnya.

"Badan badak! Kenapa cara makanmu seperti b*bi!?" Ervan tersenyum padanya. Diikuti dengan tawa orang-orang.

Bella membulatkan matanya. Menatap pemuda tengil yang selalu menggangu hidupnya. Pangeran sekolah yang selalu membully si gemuk.

Berusaha berdiri bagaikan Hulk. Setiap langkahnya bagaikan pesumo Jepang. Dirinya tidak akan kalah! Menggunakan kekuatan ultraman bergerak.

Bola berada di kolam, tidak dirinya tidak akan mengambil bola yang begitu jauh. Takut tenggelam, tapi spaghetti bolognesenya tersayang terlanjur tumpah.

Matanya melirik menatap salah seorang siswa lewat membawa Globe, tiruan bola dunia. Bentuknya sama-sama bulat bukan.

Percayalah, ketika rasa benci dan kesal menyelimutimu, maka mengangkat karung beras pun akan terasa ringan. Globe diambilnya, melemparkan pada Ervan yang membulatkan matanya tidak sempat menghindar.

Bruk!

Seketika pangeran sekolah roboh, dengan kepala berlumuran darah, akibat ulah sang badak yang melemparkan globe padanya.

"Ervan!" Teriak beberapa siswa mendekat.

"A...aku menjadi pembunuh!" Teriak Bella ketakutan setengah mati. Gila saja, wajah begitu tampan yang terjatuh dengan cindera di kepalanya.

Wanita yang membayangkan dirinya masuk penjara. Ingin menangis rasanya. Tapi dia kan memang sering di-bully. Jadi, untuk pertama kalinya Bella membalas, itu artinya tidak apa-apa. Tapi kalau mati bagaimana?

Tubuh Ervan diangkat, dimasukkan ke dalam ambulance yang dengan cepat dihubungi pihak sekolah. Bella hanya dapat menangis ikut masuk ke dalam ambulance. Mengingat jika mati dirinya lah tersangka utama.

Wanita yang mulai menghubungi kedua orang tuanya. Hingga pada akhirnya panggilannya diangkat.

"Mama...aku membunuh temanku." Teriak sang badak ketakutan. Usai menyeruduk pangeran menggunakan globe.

"Membunuh? Sayang coba kamu katakan dengan tenang. Apa yang sebenarnya terjadi." Ucap sang ibu dari seberang sana.

"Be... begini, kepalaku dilempar menggunakan bola. Lalu aku balas melempar kepalanya menggunakan globe. Globe terbuat dari kayu, jadi pasti mati, kepalanya berdarah. Mama, tolong aku, tadi aku cek masih bernapas, sekarang tidak tau." Wanita berberat badan 99 kilogram itu menangis terisak. Benar-benar memilukan.

"Tenang kalau ada apa-apa mama siapkan pengacara. Sekarang kamu tenang, kirimkan alamat rumah sakit biar mama yang atur semuanya." Kalimat dari sang ibu di seberang sana. Pada akhirnya Bella mematikan panggilannya. Kemudian mengirim alamat rumah sakit yang dituju.

***

Cidera di bagian kepala Ervan telah diobati. Dokter mengatakan tidak ada kerusakan di otak. Jadi kondisinya masih aman terkendali.

Tapi tetap saja, dirinya tidak menyangka hari ini hampir membunuh Ervan.

"Ervan...maaf ya...aku tidak sengaja." Ucapnya dengan mulut dipenuhi roti. Menunggui Ervan, mengingat kedua orang tua pemuda ini tidak dapat dihubungi.

Hingga pada akhirnya pemuda itu mengerjapkan matanya. Jarinya bergerak pelan.

"Kamu sudah bangun!? Maaf! Aku tidak sengaja! Aku tidak sengaja!" Ucap Bella memegang jemari tangan Ervan. Mulutnya masih dipenuhi dengan roti.

Ervan membulatkan matanya, air matanya tiba-tiba mengalir. Bagaikan menyiratkan rasa haru dan tidak percaya.

"Kamu kesakitan hingga menangis? Aku panggilkan tempat kremasi, ah! Salah! Maksudnya dokter." Ucap Bella cepat, terlihat panik.

Tapi ada yang aneh. Ervan tiba-tiba bangkit duduk di tempat tidur kemudian memeluknya erat.

"I...istriku, aku berjanji tidak akan berselingkuh lagi. Mulai sekarang tidak akan ada orang yang dapat memisahkan kita." Kalimat yang membuat Bella membulatkan matanya, tidak mengerti.

Berselingkuh

"Dokter! Perawat! Dokter!" Teriak Bella terdengar cempreng, menekan-nekan tombol dekat tempat tidur pasien.

Ervan menjadi aneh, menjadi tidak waras. Tiba-tiba saja memeluknya, bahkan bagaikan lem Korea yang super duper lengket melekat padanya.

Bella berusaha melepaskan diri. Perawat yang masuk memegangi Ervan. Sementara Bella sendiri melangkah mundur gugup. Untuk pertama kalinya dirinya dipeluk oleh pria, dan pria itu berandalan gila ini?

"Di...dia pasti mengalami kerusakan otak parah. Panggil dokter terbaik, aku akan membayar berapa pun. Agar aku tidak dituntut. Aku sudah membuat teman sekelasku gila." Ucap Bella mengingat globe yang melayang mengenai kepala Ervan.

Sementara Ervan sendiri tiba-tiba terdiam. Mengamati keadaan sekitar dengan seksama.

"Bella... kenapa seragam. Tidak! Ini tanggal dan tahun berapa?" Tanya Ervan bagaikan ling-lung.

"Kemarin 21 Agustus, jadi sekarang 22 Agustus 2025." Bella kembali mengunyah rotinya.

Begitu aneh, Ervan kembali berbaring di atas tempat tidur. Seakan-akan tidak percaya dengan satu hal, memandangi jemari tangannya sendiri, sembari mengerutkan kening.

Pemilik saham terbesar di rumah sakit ini adalah orang tua Bella. Karena itu Bella sengaja mengirim Ervan ke tempat ini dengan bantuan ibunya.

Menghela napas kala Ervan terlihat lebih tenang. Beberapa dokter spesialis datang melakukan pemeriksaan lebih mendetail.

"Ervan...jangan mati ya? Kalau kamu mati, nanti aku dipenjara." Gumam Bella menghela napas, kala temannya tengah menjalani beberapa tes dan pemeriksaan.

"Tentu saja, untuk Bella tersayang apa yang tidak." Kalimat dari Ervan membuat Bella kembali membulatkan matanya.

"Dia!? Dia pasti mengalami kerusakan otak parah. Kondisi kritis! Hubungi ibuku, minta ibu mengirimnya berobat ke luar negeri." Bella bertambah panik mendengarnya. Mana pernah mulut tukang bully ini berucap manis. Sudah pasti ini hanya dunia ilusi. Dasar gila, karena globe teman sekelasnya tidak waras.

Sementara Ervan menghela napas kala dokter memeriksanya.

"Kamu ingat indentitasmu? Siapa namamu? Dan berapa 2 pangkat 4?" Tanya sang dokter.

"Namaku Ervan Raditya Anggara. 2 pangkat 4 hasilnya 16." Cibir Ervan kesal setengah mati. Apa dirinya dianggap hilang ingatan, atau menjadi gila?

"Nona Bella, kami akan melakukan pemeriksaan lebih mendalam. Sebaiknya CT scan dilakukan sekali lagi untuk memastikan kondisi pasien." Sang dokter sedikit menggaruk-garuk kepalanya sendiri.

Tidak ada kerusakan di otak sama sekali. Apa mungkin masalah psikologis?

"Baik lalukan apa saja, jangan pikirkan biayanya. Ibuku sedang dalam perjalanan." Ucap Bella pada akhirnya berhasil menghabiskan rotinya.

Tapi rasa tegang membuatnya lapar lagi. Kembali Bella merogoh tasnya. Kemudian membuka bungkus biskuit untuk memakannya.

"Kamu mau?" Bella menawarkan biskuit pada Ervan. Ini hanya rasa tanggung jawab pada pasien yang hampir mati karenanya. Tapi sudah pasti, seperti biasanya Ervan akan menolak dan mengejeknya.

Tapi, ada yang aneh, bukan mengejek, bukan menolak, bukan meraih menggunakan tangan, bukan sulap bukan sihir, tiba-tiba Ervan memakan biskuit yang disodorkan Bella. Bibir pemuda itu mengenai jemarinya terasa begitu lembut, begitu tampan.

Membuat gadis gemuk itu menelan ludah.

"Mau menyuapiku lagi?" Tanya pemuda itu dengan suara serak yang super seksi. Membuat Bella merinding setengah mati

"Me...memang ada yang tidak beres dengannya. Dokter, sebelumnya dia selalu mengejekku gendut. Tiba-tiba sekarang bertingkah seperti macan musim kawin, badak sepertiku pun mau digasak. Sudah pasti dia dalam kondisi tidak baik-baik saja." Ucap Bella cepat.

Sang dokter sedikit melirik ke arah Bella, kembali melirik ke arah Ervan. Ada apa sebenarnya? Tapi memang tidak logis, bagaimana bisa pria yang rupawan bagaikan pangeran ini menyukai nona buntalan kentut yang bulat bagaikan bakso.

"Kami akan kembali melakukan pemeriksaan." Sang dokter menghela napas, entah apa yang terjadi. Sudah pasti ada yang aneh dengan kondisi pasien saat ini. Tapi hasil CT scan sebelumnya memang tidak ada kerusakan otak.

***

"Dimana kedua orang tuamu?" Tanya Bella yang tengah duduk didampingi seorang pelayan pribadi. Memakan olahan caviar yang disajikan begitu estetik.

Ervan menatap ke arah jendela sejenak. Kembali berusaha tersenyum pada Bella."Jika 10 tahun lalu, itu artinya mereka masih sibuk dengan urusannya masing-masing. Berselingkuh..."

Satu kata keramat membuat Bella yang selalu hidup bahagia mengangkat sebelah alisnya. Berselingkuh? Wanita yang tidak mengerti sama sekali, pasalnya Bella tumbuh di keluarga yang begitu harmonis.

"Kalau berselingkuh kenapa menikah?" Gerutu Bella, masih makan dengan lahap. Duduk begitu jauh dari Ervan.

"Benar... kalau berselingkuh kenapa menikah?" Ervan tertawa kecil, tapi menatap ke arah Bella."Menganggap perselingkuhan itu hal yang wajar. Aku berjanji tidak akan berselingkuh lagi. Jika kamu menerimaku kembali."

"Dasar otak rusak." Mulut Bella masih dipenuhi dengan makanan. Anak tunggal yang begitu dimanjakan kedua orang tuanya.

Ervan tiba-tiba bangkit dari tempat tidur. perban masih terlihat di kepalanya. Bahkan menggunakan baju pasien saja masih terlihat begitu tampan. Memang dasar, keindahan mana yang engkau dustai.

Pemuda yang tiba-tiba duduk di samping Bella. Kala Bella bergeser, maka Ervan bergeser lebih dekat lagi. Bela kembali bergeser, Ervan juga duduk bergeser kembali melekat pada Bella. Gadis yang lagi-lagi bergeser, hingga pada akhirnya mentok di ujung sofa. Kembali Ervan melekat padanya.

"Jangan dekat-dekat! Panas!" Bentak Bella, berusaha sedikit mendorong Ervan.

"Tapi badanmu dingin..." Bisik Ervan di telinga Bella.

Jantung gadis itu bagaikan mau meledak. Teganya pemuda ini membuat gadis tidak bersalah baik hati deg-degan.

"Ervan! Katakan ini trikmu untuk kembali menjahiliku kan?" Bella menatap sengit padanya.

"Aku hanya remaja tidak berdosa dan tidak bersalah yang terkena perangkap cintamu. Apa yang harus aku lakukan?" Ervan memasang wajah memelas yang begitu rupawan. Tapi begitu menjijikkan, begitu mencurigakan. Tentu saja seorang Bella tidak akan percaya pada Harimau musim kawin ini begitu saja.

"Makan yang banyak, sampai kamu sembuh. Itu akan amat sangat membantuku mengerti?" Bella berusaha tersenyum, benar-benar berusaha keras. Menjejali mulut pemuda ini dengan makanan, agar tidak merayu lagi.

Bagaimana bisa pria paling cool di sekolah, menjadi pujangga yang pandai merangkai kata.

Ervan menurut makan dengan cepat, jakunnya yang bergerak naik turun kala menelan, terlihat menggoda. Tidak ada yang tidak sempurna dari pemuda ini, kecuali akhlaknya.

"Bella, bagaimana ini aku semakin mencintaimu." Ucap Ervan menatap mata Bella, bagaikan bersungguh-sungguh.

Bayangkan pangeran yang takluk oleh gumpalan lemak karena tertimpa sebuah globe. Ini aneh, sudah pasti hanya prank. Tidak! Dunia ini mungkin benar-benar sudah gila.

"Ervan... aku rasa setelah ini aku harus meminta ibuku untuk memeriksakan otakmu pada dokter di luar negeri." Gumam Bella menghela napas.

Hingga handphone Ervan berbunyi. Bella sedikit mengintip, bukankah itu wanita yang paling diincar Ervan? Bunga sekolah... wanita yang paling cantik, paling pintar dan paling menarik, Ruby Natalia.

Ingin mendengar bagaimana rayuan si dingin pada Ruby yang dicintainya. Bella memasang telinganya baik-baik.

Ervan menghela napas mengangkat panggilan menggunakan mode load speaker.

"Ervan, bagaimana keadaanmu?" Suara yang sungguh cantik terdengar dari seberang sana.

Tapi.

"Kue apemmu selalu kegatalan ya? Pantas saja kamu sendiri ulat bulu yang menebarkan penyakit kemana-mana. Dengar! Aku sekarang sedang menikmati malam dengan pacar, bukan! Istriku! Jangan menghubungiku lagi, atau aku telanjangi kamu di depan satu sekolah."

Kalimat ancaman yang nyata aura permusuhan terlihat kala Ervan mematikan panggilannya. Hal yang membuat gadis itu mengangkat sebelah alisnya.

"Sayang... maaf dia membuat waktu berdua kita terganggu. Aku sudah memblokir nomornya. Kamu tenang saja..."

Ini menjadi semakin aneh saja. Amat sangat aneh.

Mandi Bersama

Tidak peduli pada apapun, hanya kembali makan. Walaupun lemak sudah menumpuk, tambah makan sedikit, kemudian berolahraga besok, berat badannya akan turun. Itulah jalan ninja badak laut. Yang sudah bertekad diet tapi tidak pernah berhasil.

"Sayang mau aku suapi?" Tawaran dari Ervan, menyodorkan sepotong daging ikan salmon yang terlihat menggoda. Dengan cepat wanita itu menerima suapannya.

Bukan karena wajah terkutuk Ervan yang menggoda. Tapi karena rupa daging yang keterlaluan indah. Pria tampan memang menarik, tapi rasa daging lebih menggoda.

"Jangan coba-coba bertingkah aneh lagi. Mengerti?" Tanya Bella dengan mulut dipenuhi makanan.

Ervan mengangguk bagaikan anak penurut."Mulai sekarang aku tidak akan bertingkah aneh lagi. Hanya fokus untuk mencintai dan menyayangimu. Tidak akan tergoda wanita lain lagi."

"Ervan... Ervan... Ervan...aku mual." Gerutu Bella ingin muntah rasanya mendengar kata-kata dari seorang pujangga.

"Mual? Kamu hamil!?" Tanya Ervan, memeriksa perut Bella.

"Tidak! Itu murni timbunan lemak. Aku mual karena ocehan dari mulutmu." Komat-kamit Bella kembali mengomel. Kemudian lagi-lagi makan tanpa peduli pada apapun.

Ervan mengangkat sebelah alisnya. Menyipitkan matanya sendiri."Bella kamu tidak hamil? Mau aku hamili?"

Pertanyaan yang seketika membuat Bella tersentak kaget."Kamu tidak waras ya? Dasar harimau musim kawin, badak kecil sepertiku mau digasak."

"Aku kan cuma bertanya." Ervan menghela napas sejenak. Namun, sepersekian detik melirik ke arah Bella. Perlahan senyuman terlihat di wajahnya. Bagaikan sebuah rasa syukur, menatap betapa ceria wanita ini.

"Ingin yang perempuan atau laki-laki?" Lagi-lagi pria itu iseng bertanya.

"Tutup mulutmu! Segera berbaring dan kembali menjadi Ervan yang dulu! Agar aku tidak diliputi rasa bersalah, membuat kamu menjadi gila." Gerutu Bella, menyumpal mulut Ervan dengan makanan.

***

Malam semakin larut, aneh memang kedua orang tua Ervan tidak dapat dihubungi. Bella sendiri masih tinggal di rumah sakit setelah berkirim pesan dengan ibunya.

Memang dasar anak orang kaya, ranjang dikirimkan ke rumah sakit. Hanya karena Bella ingin menunggui Ervan sebagai bentuk tanggung jawab. Ayahnya mentransfer uang ratusan juta rupiah, untuk uang jajan putrinya yang menginap di rumah sakit satu malam. Pelayan pribadi, standby di depan ruang rawat, menjaga dua remaja yang masih dalam masa pubertas.

Bella berbaring memakai piyama yang begitu hangat bermotif sapi. Matanya sedikit melirik ke Ervan yang mungkin tertidur akibat pengaruh obat-obatan.

Orang ini kenapa tiba-tiba menjadi aneh?

Ervan dan Reva merupakan saudara sepupu, lebih tepatnya ibu mereka bersaudara. Ayah Reva berkerja di perusahaan milik orang tua Bella. Sementara Ervan... dirinya tidak tau apa pekerjaan dan siapa ayah Ervan.

Tapi pria ini begitu sering membully nya. Jatuh cinta? Jangan bercanda. Sama sekali tidak mungkin orang ini bisa jatuh cinta.

Masih teringat di benaknya kala Ervan meletakkan tasnya di atas pohon. Hingga Bella harus menghubungi supir untuk membelikan tas, buku dan alat tulis baru. Menyiramnya menggunakan air pel, pada akhirnya Bella harus melakukan treatment seharian di spa, agar tubuhnya kembali bersih dan wangi.

Hampir setiap hari Ervan meminta pajak padanya. Uang yang didapatkan Ervan dari Bella dipergunakan untuk menyenangkan Ruby. Membelikan tiket bioskop, hadiah, coklat, bunga.

Bagaimana Ervan mengejar Ruby satu sekolah mengetahuinya. Walaupun Ruby selalu menolaknya, lebih tepatnya memberikan harapan palsu.

Tapi tiba-tiba musuh terbesar Bella memanggilnya istri? Kemudian berjanji tidak akan berselingkuh lagi? Ini sebuah konspirasi kegilaan yang benar-benar besar.

Namun, wajah Ervan begitu rupawan, tinggi, berkulit putih, bentuk tubuh proporsional. Membuat Bella menelan ludah.

Tidak! Pria ini adalah orang yang paling menyebalkan. Sudah pasti ini prank semata. Matanya menelisik, memastikan tidak ada kamera kecil yang tersembunyi.

Tapi...ada pemikiran gila lain dalam benak Bella, melirik ke arah handphone Ervan. Dimana beberapa pesan masuk, dari pengirim Ruby.

"Apa dia hanya ingin membuat Ruby cemburu?" Gumam Bella bergidik ngeri. Istilahnya dirinya dijadikan tumbal, dijadikan kambing hitam kecemburuan Ruby.

Menghela napas kembali berusaha tidur sembari memeluk boneka beruang raksasa.

Beberapa jam berlalu, tepat pukul 2 pagi mata Ervan terbuka. Melangkah membawa infusnya mendekati Bella. Wajah Ervan tersenyum, namun air matanya mengalir.

"Bella masih hidup dalam keadaan sehat. Tidak seperti saat terkurung di rumah sakit jiwa." Gumam Ervan terdiam tertegun sejenak, mengingat bagaimana darah mengotori dinding ruang rawat. Wanita yang tertawa sembari menangis setelah menyayat tubuhnya sendiri. Hingga pada akhirnya beberapa hari kemudian, tubuh kaku yang tergantung ditemukan oleh Ervan dan perawat.

"Aku mencintaimu..." Kalimat aneh dari seseorang yang begitu terasa aneh. Mengecup bibir Bella. Kemudian berbaring memeluknya.

Siapa sangka Tuhan akan memberikannya kesempatan kedua untuk memperbaiki segalanya. Kematian kedua orang tua Bella, perselingkuhannya, ada banyak hal yang harus dirubah.

Pemuda yang begitu aneh, akan menjaga buntalan kentut ini sepenuh hati. Kali ini, karena tidak ada yang tulus padanya kecuali Bella. Bahkan Ruby hanya pengkhianat yang pada akhirnya membunuh Ervan.

Tapi bagaimana caranya merubah kesalahannya perlahan?

Pemuda yang memejamkan matanya, sembari memeluk tubuh Bella yang mendengkur dari belakang. Kini ada harimau putih yang memeluk badak. Kita anggap saja seperti itu.

Suara dengkuran yang bahkan dirindukannya.

***

Mimpi aneh seorang Bella, wanita yang merenggangkan otot-ototnya. Perlahan membuka penutup mata yang digunakan untuk tidur.

Oh! Pemandangan indah terlihat, betapa tampan orang yang memeluknya. Mungkin karena udara dingin dan menganggap ini mimpi, Bella membalas pelukan sang pemuda, guna untuk kembali tertidur. Ini pasti mimpi... pasti mimpi... pasti...

Suara ketakutan pintu membuat Bella sadar, membulatkan matanya. Bagaimana bisa orang jahat ini tidur disampingnya.

Brak!

Dengan kekuatan bulan, dengan satu tendangan, dirinya membuat Ervan terjatuh dari ranjang.

"Sakit! Aku pasien disini!" Bentak Ervan memegangi pinggangnya.

"Makanya jangan sembarangan naik ke ranjang orang. Kamu tau berapa harga kasur ini? Kasur ini dibuat khusus untukku dari bahan paling berkualitas. Dan hanya boleh ditiduri olehku." Bella menatap sengit padanya. Wanita gemuk yang terlihat bersungut-sungut.

"Pantas saja rasanya lumayan." Gumam Ervan bangkit dari lantai, mengamati selang infusnya yang masih terpasang."Aku tidur sambil jalan..." gumamnya menguap membuat alasan.

Bella memutar bola matanya malas, tangannya meraba, ke arah laci. Pada akhirnya menemukan kue lapis legit kwalitas premium.

Menghela napas, memakannya dengan beringas. Memotong lalu menikmatinya, belum sikat gigi tapi sudah makan.

"Kamu mau kemana?" Tanya Bella dengan mulut penuh.

"Mandi, aku harus sekolah hari ini. Kenapa mau mandi bersamaku?" Tanya Ervan berjalan mendekat, mengigit kue bekas gigitan Bella."Sayang...ini namanya ciuman tidak langsung."

"Benar kan!? Otakmu masih rusak. Badak saja tetap ingin kamu gasak." Sedikit serpihan kue menyembur dari mulut Bella. Membuat Ervan tidak dapat berkata-kata.

Pemuda yang pada akhirnya melangkah mundur."Mau mandi bersama tidak?" Tanyanya mengedipkan sebelah matanya. Pemuda yang membuka kancing baju pasiennya tanpa malu sedikitpun. Memperlihatkan otot-otot perut dan dadanya yang mulai terbentuk.

"Roti...roti..." Batin Bella menelan ludah, menatap bentuk perut Ervan. Gara-gara Ervan dirinya jadi lapar lagi bukan, ingin makan roti. Memang dasar pria murahan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!