Pagi yang cerah dengan terpaan angin yang lembut membuat suasana dipagi itu tampak nyaman untuk menjalani rutinitas seperti biasa.
Universitas Bina Harapan saat ini sedang dalam masa OSPEK. Semua mahasiswa baru untuk jurusan Sastra Indonesia sedang diarahkan untuk segera berkumpul di auditorium.
Semua mahasiswa baru sudah mulai memadati tempat tersebut. Beberapa mahasiswa saling berkenalan satu sama lain.
"Fa? Itu Luthfi bukan sih? ". Tanya Risa sambil menunjuk salah satu mahasiswa baru yang berdiri tidak jauh dari mereka.
"Mana? " Syifa menengok kearah telunjuk Risa.
"Itu yang disana Fa", Risa terus menunjuk.
"Loh? Kok dia bisa ada disini? " tanya Syifa heran.
"Mana gue tau. Ngikutin loh kali" cetus Risa. Syifa memukul pelan pundak Risa
"Sembarangan loh" Risa hanya terkekeh.
Syifa membuang nafas dengan berat. Pasalnya, selama di SMA, Syifa sudah menyukai Luthfi, tapi dia terlalu gengsi untuk menyatakan perasaannya. Ya wajar sih, namanya juga cewek.
Sedangkan Luthfi? Dia terkenal sangat cuek dan dingin.
Syifa sebenarnya tidak terlalu tau apakah perasaannya kepada Luthfi benar atau hanya sekedar rasa kagum. Beruntung, saat di SMA, mereka tidak sekelas. Luthfi dikelas XII IPA C, dan Syifa dikelas XII IPA A.
Syifa berharap saat kuliah nanti, dia bisa melupakan Luthfi. Tapi nyatanya? Mereka kembali bertemu di Universitas yang sama, jurusan yang sama, dan sudah bisa dipastikan kelas yang sama.
"Sabar yah. Sepertinya hati kalian masih ingin bersama "cetus Risa membuyarkan lamunan Syifa.
"Hmm", Syifa hanya mengangkat kedua bahunya. Syifa, dan Risa sudah bersahabat dari sejak mereka kelas X.
Luthfi mengedarkan pandangannya seperti sedang mencari seseorang. Dan pandangannya tepat berhenti kearah, Syifa dan Risa.
"Dia melihat kita", Syifa panik sambil menundukkan pandangannya.
"Dia kemari", bisik Risa.
"Hai!" Sapa Luthfi dengan senyum tipisnya.
"Oh. Hai juga", sapa balik Syifa dengan senyum pekik.
"Loh ternyata daftar disini juga yah? " timpal Risa setelah merasakan ada aura canggung diantara mereka.
"Ia. Tadinya mau diluar Kota, tapi ngga dibolehin sama, Bunda", jawab, Luthfi tapi tatapannya masih tidak lepas dari Syifa, hingga membuat Syifa salah tingkah.
"Hmm.. loh sendirian aja? " tanya, Syifa.
"Ia", cetus Luthfi dengan ekspresi datar.
Risa hendak membuka mulut tapi, ketua panitia OSPEK sudah menyuruh mereka berbaris.
"Eh... Luthfi, kami duluan yah", Syifa menarik Risa cepat untuk segera berbaris dan menjauh dari Luthfi. Luthfi hanya mematung memandang pergi punggung, Syifa.
"Gue deg-degan", Syifa memegang dadanya, Risa hanya tertawa kecil setelah mereka berbaris.
"Jangan ngetawain gue" celetuk Syifa dengan kesal.
"Ok ok. Tapi muka loh ngga usah loh tekut gitu. jelek banget", Risa menyenggol bahu Syifa pelan.
"Diam..... Loh bikin gue kesal mulu", cetus Syifa dengan mencibir. lagi-lagi hanya disambut dengan tawa kecil, Risa.
Panitia sudah berkumpul dihadapan para mahasiswa baru, mereka mulai membagi tim untuk bermain game agar tidak membuat junior mereka merasa bosan.
"Semoga loh bisa satu tim sama Luthfi", Risa terkekeh dengan ucapannya sendiri. Syifa menatap tajam Risa,
"Gue hanya bercanda. Loh ini yah, marah-marah terus udah kayak nenek-nenek aja loh", cetus Risa.
"Diam deh... gue lagi ngga mood bercanda" celetuk Syifa dengan sangat kessal.
Syifa baru saja ingin membuka lembaran baru untuk hari-harinya selama dikampus, agar hati dan otaknya tidak terus-terusan memikirkan Luthfi. Tapi semuanya seperti sia-sia
*
*
*
Jangan lupa like dan vote
Pembagian tim sudah selesai, dan semua sudah berkumpul dengan tim masing-masing. Syifa bernapas lega saat tidak satu tim dengan Luthfi.
"Beruntung sih loh ngga setim sama Luthfi" cetus Risa.
"Ya udah diam. Nanti didengar sama yang lain tau" bisik Syifa saat sedang berkumpul dengan timnya.
"Baiklah. Jika sudah berkumpul dengan timnya, silahkan berbaris bersama timnya, kita akan perkenalan terlebih dahulu sebelum game kita mulai. Silahkan untuk seluruh panitia terlebih dahulu memperkenalkan diri, kemudian dilanjut oleh tim satu dan seterusnya. Baiklah. saya Raditya Veriandi, ketua panitia angkatan ketiga", ketua panitia OSPEK menyudahi perkenalan dirinya, dan disusul oleh beberap anggota panitia OSPEK lainnya.
Kini, giliran tim satu yang akan memperkenalkan diri mereka. Salah satu dari mahasiswa baru tim satu berdiri dan ketengah untuk memperkenalkan dirinya.
"Halo. Saya Reza Ariansyah mahasiswa baru dari tim satu", Reza disambut meriah oleh beberapa mahasiswa lainnya, terlebih teriakan para gadis, karna Reza terlihat sangat tampan, bahkan senyumnya sangat mematikan bagi lawan jenisnya, tapi tidak untuk Syifa.
"Gila. Tuh cowok ganteng banget sumpah", guman, Risa dengan mengatupkan kedua tangannya ke dagu.
Syifa hanya melirik malas ke Risa.
"Ngga usah lebay deh Sa".
"Dih. Yang lebay tuh loh. Saking cintanya sama Luthfi, sampai-sampai ngga bisa lagi lihat cowok ganteng selain Luthfi doang", Risa memutar bola matanya malas.
Syifa lebih memilih diam. Sejujurnya ia sudah sangat malas jika terus-terusan membahas Luthfi.
Setelah Reza pamit undur, kemudian disusul oleh cewek cantik yang juga berada di tim satu, dan tidak kalah disambut meriah terutama bagi kaum adam.
"Halo. Saya Marcelia Anandita Putri dari tim satu" Marcelia kemudian pamit.
"Lumayan lah" celetuk Risa tiba-tiba dengan anggukan kecil dikepalanya.
Syifa menoleh, "Apanya yang lumayan? " bisik Syifa
"Yah cantiknya lumayan" cetus Risa juga setengah berbisik
"Lumayan gimana? Itu udah cantik banget tau" protes Syifa.
Risa mendengus kesal,
"Eh. Gue itu punya definisi tersendiri untuk sebuah kata 'cantik' tau ngga".
"Bilang aja loh iri" goda Syifa.
"Ha? Iri? Hello... Ngga usah bercanda deh Fa", Risa mengibaskan tangannya ke mukanya.
"Yakali aja loh iri karna dia lebih cantik", Syifa terkekeh sendiri.
"Sorry yah Fa. Definisi cantik bagi gue tuh ngga kayak dia", Risa menunjuk dengan kearah Marcelia dengan dagunya. "Tapi, definisi cantik bagi gue itu yah kayak lo lah" cetus Risa.
Syifa memutar malas bola matanya, "Ya ialah dibelain, orang kita teman juga. Dimana-mana yah pasti ngebelain temannya lah"
"Bukan cuma karna kita teman doang. Ngga percayaan banget sih. Perlu bukti?" seru Risa
Syifa hanya melirik sekilas kearah Risa tanpa bicara.
"Mau gue panggilin Luthfi? Terus gue tanyain, loh cantik apa engga?" goda Risa dengan wajah polosnya yang disambut tatapan tajam dari Syifa.
Risa hanya terkekeh melihat sahabat itu,
"Bercanda kali Fa. Serius banget deh".
Syifa masih tidak bergeming dengan tatapan tajamnya. "Ngga lucu" gurutu Syifa
"Hei. Kalian ngomongin apaan sih dari tadi? Kayaknya seru banget" cetus salah satu cewek di belakang mereka dengan sedikit berbisik ditelinga Syifa dan Risa yang membuat keduanya kaget.
"Astaga. loh ngagetin banget" seru Syifa yang memegang dadanya.
"Tau nih, bikin kaget aja" cetus Risa.
Cewek itu hanya terkekeh "Maaf. Habisnya dari tadi kalian ngobrol terus. Ngobrolin apa sih?"
"Ngga ngomongin apa-apa" seru Syifa dengan cepat.
Risa mengulurkan tangannya "Kita belum kenalan kan. Gue Risa" kemudian disambut oleh cewek itu
"Viona" lalu Viona mengulurkan tangannya ke Syifa, "Viona".
"Syifa", Syifa membalas dengan tersenyum.
Saking asyiknya mereka mengobrol, perkenalan dari tim satu sudah selesai. Kemudian beralih ke tim dua.
Luthfi berdiri dan maju ketengah sebagai perwakilan pertama dari tim dua. Syifa refleks memegang dadanya.
"Halo. Saya Gioluthfi Vanjaya dari tim dua"
Luthfi bahkan disambut meriah tidak kalah dari Reza tadi. Senyum Luthfi seperti es yang mampu melelehkan para wanita termasuk, Syifa.
"Ganteng banget yah" cetus Viona dari belakang
Syifa refleks berbalik, Viona heran dan Risa menahan tawanya melihat tingkah Syifa.
"Itukan definisi ganteng menurut loh?" goda Risa dengan berbisik. Syifa hanya diam berusaha menghiraukan celotehan Risa
"Kalian kenal sama dia?" tanya Viona sambil menunjuk kearah, Luthfi.
"Hmm.... I..Ia", Syifa sedikit salah tingkah
"Dia teman SMA kami" timpal Risa
Viona hanya membulatkan mulutnya berbentuk huruf O tanpa bersuara. Pandangan Syifa kembali kepada Luthfi. Dan tanpa sengaja, mata mereka bertemu.
"Duh.. Tatapannya bikin melting. Jantung masih ada kan?" goda Risa dengan terkekeh dan sedikit berbisik yang disambut dengan erangan kecil Syifa.
Syifa memalingkan wajahnya perlahan dari bersitatap dengan Luthfi. Detak jantungnya masih tidak karuan.
Setelah Luthfi selesai, kemudian disusul oleh cowok ganteng pula dengan alis tebal yang mempesona.
"Dia lagi. Dasar Ulat Bulu Jelalatan". Guman Viona dengan kesal tapi masih bisa didengar oleh Syifa dan Risa.
"Loh kenal sama dia?" tanya Syifa dengan heran dan hanya melirik ke Viona
"Yah gitu deh. Malas banget ketemu dia lagi disini" seru Viona dengan mencibir
"Teman SMA loh yah? " Risa berbalik menghadap Viona
Viona hanya mengangguk seperti enggan untuk menjawab.
"Tapi tadi gue dengar loh ngomong 'Ulat bulu jelalatan' ke dia" Syifa setengah berbisik
"He'em, ganteng-ganteng gitu loh bilang ulat bulu jelalatan" timpal Risa
"Udah ah. Ngga usah bahas dia lagi. Gatel lidah gue" gerutu Viona.
Syifa dan Risa saling bertatapan dengan heran namun mereka lebih memilih diam karna tidak tau apa-apa
"Halo. Gue Arvigo Wijaya Putra dari tim dua", Arvigo pun disambut meriah. Alis tebalnya menjadi daya tarik tersendiri serta warna mata yang kebarat-baratan, ditambah senyumnya yang manis.
"Dasar ulat bulu jelalatan, sok ganteng" gerutu Viona.
Syifa dan Risa hanya saling melirik satu sama lain dengan heran.
Viona tidak berhenti menggerutu selama Arvigo masih berdiri di depan.
Arvigo tidak sengaja melihat Viona, dia langsung tersenyum ke Viona. Tapi Viona malah membung muka dengan mendegus kesal (Entah apa yang merasukinya)
Syifa dan Risa yang menyaksikan adegan tersebut langsung heboh berbalik ke Viona. Viona hanya memutar malas bola matanya.
"Dia senyum ke loh Vi" heboh Risa
"He'em. Senyumnya kayak ada rasa gitu" timpal Syifa
Viona yang hendak menjawab terdiam setelah ditegur oleh salah satu dari tim mereka
"Kalian ini kok ribut banget sih dari tadi" seru salah satu dari mereka.
"Eh ia. Hehe maaf"
Risa membalikkan badannya keposisi semula yang diikuti Syifa. Sedangkan Viona hanya terkekeh
Perkenalan terus berlanjut dari tim dua hingga selesai. Dan sekarang beralih ke tim tiga. Perwakilan sudah berdiri dan maju, hingga tiba giliran Risa, Syifa dan Viona. Sebelumnya, Syifa menggeser posisi duduknya agar Viona bisa maju dan duduk disampingnya.
"Halo. Gue Ratu Erisa Febriani dari tim tiga" Risa pun disambut meriah karna senyumnya yang manis serta ginsulnya yang menawan.
Sekarang tiba giliran Syifa
"Halo. Gue Arsyifa Queenizzah Dian dari tim tiga" Syifa pun disambut lebih antusias. Baby face, eye smile, hidung kecil yang mancung, bibir tipis dengan senyum menawan, serta dagu yang lancip, perpaduan yang mempesona.
"Cie, idola baru nih" goda Risa dengan berbisik saat Syifa sudah kembali duduk.
"Apaan sih" cetus, Syifa
Kini giliran Viona yang maju
"Halo. Gue Viona Salsabila Chyra dari tim tiga", dengan senyumnya, terlihat ada lesung pipinya walau tidak terlalu nampak.
"Senyumnya dilebarin dong Vio. Biar makin manis" teriak Arvigo yang membuat semua heboh.
Kata 'Cie' pun terdengar menggema seisi ruangan tersebut.
"Dasar ulat bulu jelalatan" seru Viona yang kembali duduk.
Sepanjang acara perkenalan berlangsung, Viona tidak berhenti mengoceh, menyumpah serapahi teriakan Arvigo tadi yang membuatnya malu setengah mati.
Acara perkenalan telah usai. Sekarang berlanjut untuk game pertama.
"Baik. Untuk games pertama, game yang akan kita mainkan adalah 'Aku praktek, kamu teori'. Jadi, aturan untuk game ini, salah satu dari perwakilan tim akan mempraktekkan apa yang tertulis dalam kotak ini, kemudian yang lain akan menjawab. Mengerti semuanya? " tutur salah satu anggota panitia OSPEK.
"Mengerti Kak" semua menjawab
"Baik. Silakan memilih untuk perwakilan tim agar maju kedepan nantinya. Masing-masing dari setiap tim akan berunding satu sama lain".
"Eh, loh aja deh Vi. Tadi gue lihat loh banyak gerak", tutur salah satu dari tim mereka
"Loh? Kok gue sih?" Viona mengerutkan keningnya sambil menunjuk dirinya
"Ngga apa-apa. Hitung-hitung, loh perwakilan pertama dari tim kita" seru Risa
"Ia benar Vi. Belum tentu juga loh di games selanjutnya bakal lebih muda dari ini" Syifa menimpali.
"Kalian berdua yah. Bukannya ngebelain malah ikut-ikutan" Viona mendengus kesal. Syifa dan Risa hanya terkekeh
"Jadi sudah ditentukan yah. Dari tim kita Viona yang akan jadi perwakilan" seru salah satu dari mereka
"Oke", semua setuju
Semua tim sudah memiliki perwakilan masing-masing
"Baik. Saya harap perwakilan dari setiap tim kedepan untuk mengambil bola yang ada di dalam kotak ini", panitia mempersilahkan.
"Loh yang ikut games ini Vio?" Seru, Arvigo saat mereka sudah berada di depan kotak dengan senyum manisnya.
Viona tak menghiraukannya, ia langsung membuang muka dengan malas
"Jutek amat sih Vio" cetus Arvigo saat Viona hanya mengambil bola dan langsung kembali.
"Shit. Kenapa juga dia yang harus jadi perwakilan games pertama ini. Dasar si ulat bulu jelalatan. Menyebalkan, ingin sekali ku remuk wajah sok ganteng itu"
Viona terus mengoceh yang tidak jelas sampai ke tempat duduknya.
"Kenapa lagi sih Vi?" Syifa bertanya saat Viona sudah duduk disampingnya. Viona tidak menjawab, ia hanya terus menggerutu tidak jelas
"Karna Arvigo yang jadi perwakilan pertama untuk tim dua yah?" Syifa kembali bertanya setelah tidak mendapati jawaban dari Viona
"Sumpah yah. Gue tuh eneg banget kalau lihat dia", Viona sedikit merengek tapi dengan nada yang begitu sangat kesal.
"Yah ngga usah lihat dia kalau gitu Vi" seru Risa.
Syifa hanya melirik kedua temannya itu dan lebih memilih diam, terlebih melihat tingkah Viona yang terus mencibir
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!