Bab 1. Pertemuan.
Sial! Gara-gara para bajingan itu aku jadi terlambat pulang! kata seorang pemuda bersungut-sungut karena marah.
Pemuda itu bernama Jaka. Seorang siswa kelas 10 di SMA Negeri Nusantara. Atau juga bisa disebut kelas 1 SMA.
Jaka berjalan sambil tertatih-tatih. Merasa nyeri di sekujur tubuhnya, ia kembali mengumpat.
Sialan! Sakit sekali! Rasanya tulang-tulangku seperti mau patah, keluhnya.
Ya... Jaka bisa terlambat pulang karena dia ditindas oleh teman-temannya yang merupakan anak orang kaya. Ada satu orang yang sering mengganggunya di sekolah, nama Beni. Dia ditindas hanya karena satu alasan, yaitu "siswa miskin" yang berhasil masuk sekolah tersebut karena beasiswa di bidang olahraga.
Kebetulan SMA Negeri Nusantara adalah sekolah favorit di kota tempat ia tinggal. Nama kota tersebut adalah Blue Star. Atau para orang-orang yang lebih tua lebih sering menamainya dengan sebutan kota Bintang Biru.
Kembali ke cerita.
Tepat saat jam pulang sekolah berdering, Jaka diseret oleh anak buah Beni ke gudang belakang sekolah. Di sana dia dihajar dan dipukuli oleh sekitar lima orang. Berusaha melawan mati-matian, namun pada akhirnya dirinya tetap babak belur karena ketidakseimbangan, yaitu satu lawan lima.
Jaka mengepalkan tangannya erat-erat. Dia teringat dengan jelas hinaan yang dilontarkan oleh Beni padanya.
Flashback On.
"Hahaha! Dasar sampah. Jika kau tidak terima dan ingin marah, salahkan saja orang tuamu karena kau terlahir dari keluarga miskin," ucapnya dengan nada mencibir.
Mendengar itu, mata Jaka langsung memancarkan kebencian yang begitu dalam.
Dengan keras dia meraung bahkan meludahi wajah Beni.
"Dasar brengsek! Cuih! Kau boleh menghinaku tapi jangan pernah menghina keluargaku, bangsat!" umpatnya.
Mendapati dirinya diludahi, amarah Beni langsung naik ke ubun-ubun.
"Brengsek! Sialan kau!"
"BUGH!"
Sebuah tinju yang sangat keras menghantam perut Jaka. Saat itu ia sedang dipegangi oleh dua orang.
"Argh! Uhuk-uhuk!"
Seketika rasa sakit yang begitu tajam langsung mengaduk perutnya, membuatnya memuntahkan air.
Dengan tatapan penuh kekejaman, Beni memberikan perintah kepada anak buahnya.
"Kalian semua pukuli anjing ini sampai dia tak berdaya!" kata Beni sambil berbalik pergi.
Akhirnya pukulan demi pukulan pun diterima oleh Jaka tanpa bisa melakukan perlawanan. Tenaganya sudah habis dan dia sudah sangat lemas karena seluruh kekuatannya ia gunakan untuk melakukan pertahanan diri dan membalas di awal.
Setengah jam kemudian, para anak buah Beni sudah capek memukulinya sehingga mereka membiarkannya tergeletak begitu saja seperti ikan mati.
Untuk beberapa saat Jaka tidak bisa menggerakkan tubuhnya sedikit pun. Setelah beristirahat seperempat jam, dia memaksakan tubuhnya untuk bangun dan melangkah dengan gontai. Langkahnya tertatih bahkan sedikit terseok karena rasa nyeri yang merajam tubuhnya dari segala sisi.
Penjaga sekolah yang melihatnya hanya bisa memandang dengan prihatin. Ingin sekali ia membantu, tetapi ia sendiri sangat paham seperti apa hierarki yang ada di sekolah yang dipenuhi oleh orang-orang kaya ini.
Flashback Off.
Masih terus berjalan, tiba-tiba cuaca mendadak berubah. Awan di langit mulai menggelap dan tidak lama kemudian hujan pun turun dengan lebat.
"Dras! Dras! Dras! Dras!"
Air hujan itu langsung mengguyur tubuh Jaka. Mengenai tubuhnya yang terluka dan kulitnya yang robek, seketika rintihan langsung terdengar. Bahkan sesekali terdengar suara gelegar petir bersahut-sahutan.
"Argh! Ah, sialan! Perih sekali rasanya."
Mencoba bertahan sambil menahan rasa sakit dan perih yang kian menyengat, matanya menatap sekeliling mencoba untuk mencari tempat berteduh. Beruntungnya, tidak jauh di tempat ia berjalan ada warung nasi pecel.
Ah, mungkin aku bisa berteduh di sana sebentar, gumam Jaka dalam hati.
Namun, baru selangkah ia menggerakkan kakinya, tiba-tiba...
"ZRRT... DUAR!"
Sebuah petir yang sangat dahsyat langsung menghantam tubuhnya! Seketika peristiwa itu membuat geger orang-orang yang ada di sekitarnya. Beberapa orang yang melihat langsung menelpon pihak rumah sakit terdekat.
Jaka yang menjadi korban, tubuhnya langsung ambruk dan pingsan di tempat. Orang-orang tidak berani menyentuhnya atau memindahkan tubuhnya. Mereka takut kalau-kalau ada cedera parah yang mereka tidak ketahui akan memperparah keadaannya.
Keributan terus bertambah saat orang-orang yang berkumpul menjadi semakin banyak. Sementara orang-orang itu terus berkerumun dan bercerita, kesadaran Jaka yang sedang pingsan benar-benar tertarik sepenuhnya ke sebuah tempat yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Dirinya ditarik ke sebuah tempat yang sepenuhnya sunyi dan putih. Ya... itu benar-benar putih sejauh mata Jaka memandang.
Dilanda kebingungan, dirinya mematung.
"Hah! Di mana aku?"
"Tempat apa ini? Apakah ini alam setelah kematian?" Pertanyaan demi pertanyaan terus berkecamuk di dalam pikirannya.
Saat ia masih tenggelam dalam kebingungan, tiba-tiba terdengar suara yang menggema. Suara tersebut tidak keras namun begitu jernih, halus, dan lembut. Seperti suara lantunan musik surgawi yang mengalir lembut di telinganya.
"Selamat datang, anak muda. Kamu belum mati, ini adalah dunia jiwa yang terbentuk di dalam alam bawah sadarmu," ucapnya lembut.
Tanpa sadar tubuh Jaka berbalik. Dan saat itu tiba-tiba tubuhnya membeku. Karena yang berdiri di hadapannya adalah seorang wanita dengan kecantikan seperti dewi yang turun dari sembilan surga. Kulitnya halus dan lembut, putih bersih seperti susu vanila. Rambutnya hitam legam, dan matanya, itu sangat jernih seperti embun pagi.
Melihat pemuda yang ada di depannya linglung, wanita cantik itu terkekeh kecil.
"Apakah kamu sudah puas memandangku?" ucapnya dengan suara yang merdu.
Mendengar itu, seketika Jaka langsung tersadar dari linglungnya. Detik berikutnya wajahnya langsung memerah karena malu. Bagaimanapun, ini adalah pertama kalinya dia melihat seorang wanita yang sangat cantik. Bahkan kecantikan Miss Universe yang sering ia lihat di televisi tidak sebanding dengan kecantikannya.
"S-siapa kamu?" tanya Jaka dengan bibir yang bergetar.
Wanita itu langsung menghela napas panjang. Dan kata-kata yang keluar dari mulutnya benar-benar sesuatu yang tidak pernah diduga oleh Jaka.
"Maaf. Perkenalkan, namaku Amira. Aku bukan berasal dari planet ini. Melainkan berasal dari planet yang sangat jauh bernama Planet Silver Moon. Aku terlempar kemari oleh badai ruang spasial karena di tempat planetku berada sedang ada perang besar melawan para monster," ucapnya.
Seketika Jaka langsung tercengang. Mulutnya melongo, otaknya kosong seolah sedang error. Bahkan dirinya tidak tahu harus merespons bagaimana.
"Apa-apaan ini? Ruang spasial? Planet lain? Silver Moon?" Ia benar-benar tidak paham apa yang dibicarakan oleh wanita cantik yang ada di depannya, terutama pada bagian terakhir yaitu perang besar melawan monster.
Melihat kebingungan di wajah Jaka, Amira sekali lagi menghela napas. Matanya dipenuhi oleh rasa bersalah dan juga perasaan tak berdaya. Jika pun bisa, sebenarnya dia juga tidak ingin melakukan ini.
Namun apalah dayanya. Para orang-orang terdekatnya berjuang keras merobek celah spesial agar dirinya bisa melarikan diri dan menyelamatkan nyawanya. Pada akhirnya dia pun berhasil masuk ke dalam celah ruang.
Akan tetapi setelah memasuki celah ruang pun ia harus mengalami badai kekacauan yang dipenuhi oleh distorsi hukum ruang dan waktu. Berusaha keras menembus dimensi dan melarikan diri ke tempat yang lebih aman.
Dengan usaha yang sangat keras dan hampir menguras seluruh kekuatannya, dia pun berhasil menembusnya, menciptakan sebuah celah ruang. Meskipun berhasil, yang sangat disayangkan adalah tubuh fisiknya hancur dan hanya menyisakan jiwa saja.
Jika terus dibiarkan, jiwanya akan menguap dan menghilang. Secepatnya dia harus menemukan wadah yang cocok untuk menampung dirinya. Setidaknya seseorang itu harus memiliki kekuatan jiwa yang sangat besar sehingga bisa menampung keberadaannya.
Di mana dia harus menemukan sosok seperti itu? Pikiran Amira diselimuti oleh kecemasan yang luar biasa.
Pada saat kritis, Amira melihat secerca harapan. Dengan matanya yang spesial, ia melihat pemuda yang memancarkan fluktuasi kekuatan jiwa yang sangat besar, namun belum sepenuhnya terbangun.
Dengan kilatan tekad di matanya, Amira pun memadatkan seluruh kekuatannya dan sisa energi yang ada di dalam tubuhnya menjadi ledakan kekuatan yang mirip seperti petir. Ia memperlebar celah ruang sehingga dirinya bisa menerobos masuk.
Karena ia sangat terburu-buru, akhirnya ia pun memasuki tubuh pemuda itu yang tidak lain adalah Jaka.
Jika diceritakan semuanya akan sangat panjang, jadi aku akan menceritakan garis besarnya saja, ucapnya.
Jadi seperti ini...
Lalu mengalirlah semua cerita Amira serta kejadian yang dialami oleh planetnya yang saat itu sedang dalam pertarungan besar melawan invasi monster yang berasal dari alam semesta lain.
Jaka menyimak semuanya dengan seksama tanpa sekalipun menyela. Entah sudah berapa kali jantungnya dibuat berdegup kencang; hal-hal baru di luar imajinasi yang diceritakan oleh wanita cantik yang ada di depannya benar-benar mengguncang jiwanya hingga ke dasar.
Segala macam cerita yang ia anggap hanya sebuah dongeng fantasi yang tidak nyata ternyata kini benar-benar nyata dan ada. Dari keterangan yang dijelaskan oleh Amira, ada orang-orang dengan kekuatan yang di luar nalar manusia; mereka semua disebut Esper.
Ada juga orang yang memiliki kekuatan dan bakat yang sangat langka disebut Overload. Mereka semua adalah jenis orang-orang yang memiliki bakat langka tersembunyi untuk mengaktifkan kemampuan otak mereka melampaui batas normal dengan menggabungkan metode pelatihan mental dan jiwa.
Keberadaan mereka sangat langka, bisa dikatakan satu banding seribu.
Setelah mendengar semua itu, Jaka pun terdiam. Kini ia mengerti garis besarnya. Amira saat ini dalam kondisi yang sangat lemah dan dia harus tinggal di dalam dunia jiwanya untuk memulihkan diri.
Berpikir ada seorang wanita cantik yang menyatu dengan dirinya, entah kenapa Jaka merasakan rasa bangga di dalam hatinya. Bagi seorang jomblo ngenes yang sangat minim pengalaman asmara seperti dirinya, ini bisa dikatakan sebuah prestasi besar yang melampaui anak-anak seusianya.
Namun, tiba-tiba perasaan buruk mulai mendekap hatinya.
"Bagaimana jika dia berniat untuk merebut tubuhku? Bukankah itu akan sangat berbahaya bagiku?" pikirnya. Dalam sekejap rasa bangga yang ia rasakan langsung lenyap. Berubah menjadi krisis besar seperti gelombang tsunami yang siap menguburnya kapan saja.
Seolah mengetahui isi pikiran Jaka, ekspresi wajah Amira langsung berubah muram.
Dia mendengus dengan jijik.
"Jika kau berpikir aku akan merebut tubuhmu, maka kau salah besar. Aku hanya akan tinggal di sini untuk sementara, sampai aku bisa memadatkan jiwaku sendiri," ucapnya dengan ketus.
Mendengar itu, Jaka langsung nyengir. Ekspresi salah tingkah terukir jelas di wajah polosnya. Itu semua tidak luput dari pengamatannya. Matanya begitu jernih, seolah tidak menyimpan niat buruk sedikit pun.
Melihat itu, ekspresi kesalnya langsung turun drastis; setidaknya ia tidak terlalu kesal sekarang.
Amira juga menambahkan, "Tenang saja, aku tidak akan tinggal di dalam lautan jiwamu dengan gratis. Aku akan mengajarkan metode penyerapan energi dan menjadikanmu seorang Esper."
Mendengar itu, Jaka langsung bersemangat.
"Wow... Benarkah? Apakah aku benar-benar bisa menjadi seorang Esper? Baiklah, kalau begitu... kau bisa tinggal di dalam dunia jiwaku sebanyak yang kau mau," ucapnya.
Entah kenapa, Jaka begitu yakin dan percaya jika wanita cantik yang ada di depannya tidak akan menyakitinya.
Bab 2. Overload Gerbang 1.
Seorang pemuda mengerjapkan matanya. Namun pemandangan pertama yang ia lihat adalah langit-langit berwarna putih serta bau obat-obatan yang menyengat.
"Huh... Apakah aku di rumah sakit?" pikirnya dalam hati.
Tiba-tiba terdengar suara yang sangat familiar.
"Oh Tuhan... Terima kasih! Ibu cepat kemari, Jaka sudah sadar dari komanya," ucap suara itu bersemangat.
Ya... Pemuda itu tidak lain adalah Jaka. Dan seseorang dengan suara bersemangat itu tidak lain adalah kakaknya, yaitu Reina.
Tidak lama kemudian seorang wanita paruh baya segera mendekat dengan langkah sedikit tergesa karena tidak sabar untuk melihat keadaan putranya. Tidak salah lagi, wanita paruh baya itu adalah ibunya Jaka. Namanya Julia.
"Ya ampun, Jaka anakku, akhirnya kamu sadar juga, Nak! Terima kasih, Tuhan!" ucapnya dengan penuh haru.
Kemudian dia berbalik untuk menatap anak pertamanya.
"Reina, cepat panggil suster. Katakan jika adikmu sudah siuman agar dokter segera datang memeriksanya," kata Julia dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.
"Baik, Bu," jawab Reina sambil berbalik untuk memberikan kabar kepada suster.
Sepeninggal Reina, Jaka pun langsung menatap ke arah ibunya.
"Ibu! Berapa lama aku tak sadarkan diri?" tanyanya.
Sambil menyeka air matanya, Julia pun menjawab,
"Jika hari ini kamu masih belum sadarkan diri, maka itu genap satu minggu."
Mata Jaka langsung melebar mendengar jawaban dari ibunya.
"Hah, satu minggu? Apakah benar-benar selama itu?" serunya tidak percaya.
Dia kira dirinya hanya pingsan beberapa jam saja. Paling lama satu hari. Apalagi saat kesadarannya ditarik ke dunia jiwa dan ia berbincang dengan Amira. Semuanya terasa begitu singkat. Namun, tidak disangka-sangka itu justru memakan waktu hampir satu minggu.
Tidak lama kemudian Reina kembali bersama dengan para suster dan seorang dokter. Dia adalah seorang pria muda berusia sekitar 30 tahunan.
Dengan sigap dokter itu segera melakukan beberapa pemeriksaan menyeluruh. Setelah memeriksa beberapa saat, dia pun berseru dengan takjub.
"Saat ini kondisi pasien baik-baik saja, bahkan sudah sangat stabil," ucap sang dokter.
Mendengar itu Julia sangat bahagia, begitu juga dengan Reina.
"Ah... Benarkah begitu, Dok? Apakah itu artinya putra saya bisa pulang sekarang?"
Sang dokter pun tersenyum dan mengangguk.
"Ya... Saya rasa tidak ada masalah yang serius, Bu Julia. Pasien sudah bisa pulang hari ini juga."
Mata Julia langsung berbinar dipenuhi dengan kebahagiaan dan kelegaan.
Sementara Jaka sendiri sama sekali tidak terkejut mengenai hasil itu. Dari penjelasan Amira saat masih berada di dalam dunia jiwa, kekuatannya yang berupa petir itu telah tersinkronisasi ke dalam tubuhnya.
Yang artinya, kekuatan itu telah merekonstruksi ulang tubuhnya mulai dari sel-sel, tulang, daging, darah, otot, dan organnya. Semuanya diperkuat dan diperkokoh. Jadi sangat wajar jika tidak ada luka serius di dalam tubuhnya.
Ini bukan lagi tubuh manusia biasa, melainkan tubuh yang dimodifikasi ulang agar bisa menyerap energi Qi untuk menjadi calon Esper bahkan mungkin Overload.
Bahkan berkat rekonstruksi itu, tubuh Jaka telah berhasil membuka seribu titik akupuntur dan dua puluh jalur meridian di dalam tubuh secara langsung. Hal itu menyebabkan tubuhnya menjadi sensitif dan sangat peka terhadap energi Qi.
Selama ia pingsan dalam satu minggu ini, tanpa diketahui oleh semua orang, dia telah melakukan pelatihan bersama Amira di dalam dunia jiwa. Tubuhnya telah berhasil memadatkan dantian dan menyimpan energi Qi yang sangat besar.
Flashback On.
Di dalam dunia jiwa, Amira berkata kepada Jaka,
"Baiklah, kalau begitu aku akan mengajarimu bagaimana cara menyerap energi Qi dengan sebuah teknik yang bernama pernapasan diafragma."
"Meskipun namanya terdengar sederhana, namun ini adalah teknik yang dirancang khusus untuk menyerap energi dari alam sekitar ke dalam tubuh. Energi berupa sambaran petir yang sebelumnya masuk ke dalam tubuhmu sudah cukup untuk merekonstruksi semua bagian secara menyeluruh," kata Amira.
Jaka yang notabene masih sangat awam hanya mengangguk. Dia mendengarkan semua yang dikatakan Amira dengan sangat serius, karena ini berkaitan dengan masa depannya.
"Baik, aku mengerti, Amira," jawabnya.
Amira pun segera menyentuh kening Jaka dengan jari telunjuknya. Seketika jari itu langsung memancarkan sinar kuning keemasan. Ajaibnya, cahaya itu langsung terserap begitu saja ke dalam kepalanya.
Jaka sendiri tiba-tiba merasakan sakit yang cukup menyengat di dalam kepalanya karena ada berbagai macam ilmu pengetahuan baru dan sangat asing masuk begitu saja.
"Meskipun terasa sakit, tetapi tahanlah. Sebentar lagi semua itu akan berakhir," kata Amira mengingatkan.
Mendengar itu, Jaka pun menggertakkan gigi dan bertahan. Setelah beberapa saat, rasa sakitnya mereda.
Dan akhirnya dia benar-benar mendapatkan pengetahuan baru tentang teknik kultivasi pernapasan diafragma.
"Sekarang lakukan teknik pernapasan diafragma seperti yang sudah ada di dalam ingatanmu," kata Amira.
Mengangguk, Jaka pun segera duduk bersila dan berkultivasi. Di dalam dunia luar seolah tidak terjadi apa-apa. Namun jika diperhatikan lebih teliti, udara di sekitar mulai bergetar dengan halus dan terserap masuk ke dalam tubuh Jaka seperti pusaran gelombang. Itu adalah energi Qi.
Dan begitulah, akhirnya dia benar-benar tenggelam dalam kultivasinya. Tanpa sadar, dia membuka titik akupuntur, meridian, dan akhirnya berhasil membentuk dantian untuk pertama kalinya.
Semua itu tidak luput dari pengamatan Amira yang berseru dengan takjub. Namun Amira sudah menduganya. Berkat itu juga ia bisa merasakan bahwa kekuatan jiwa Jaka yang sebelumnya belum terbangun kini mulai bereaksi secara alami.
Jaka sendiri tidak menyadari bahwa kekuatan jiwanya telah terbangun. Namun yang ia rasakan adalah panca indranya menjadi lebih peka, tubuhnya lebih ringan, dan pikirannya juga lebih jernih.
Tubuhnya mulai mengalami kelebihan energi. Jaka panik, rasa sakit yang begitu tajam langsung mendera tubuhnya.
"Argh!"
Akhirnya ia tak kuasa untuk menahan rintihannya. Melihat itu semua, Amira segera berseru,
"Jaka! Cepat edarkan semua energi itu ke seluruh tubuhmu. Jangan panik dan bingung. Kau hanya perlu berpikir dan berkonsentrasi merasakan setiap aliran itu menyebar dan terbagi secara merata."
Mendengar apa yang dikatakan Amira, Jaka segera melakukannya. Berpikir dan berkonsentrasi, tanpa sadar kekuatan jiwanya yang besar mulai melakukan tugasnya dengan mengedarkan energi itu ke seluruh tubuh.
Rasa sakit pun mereda. Setelah ini, langkah yang paling penting akan menentukan jalan yang ditempuh oleh Jaka ke depannya, yaitu menjadi seorang Esper. Itulah yang dipikirkan Amira.
Namun semakin Jaka menyerap energi Qi dari alam sekitar dan memurnikan energi dari dirinya yang sebelumnya masih tertahan, matanya melebar dengan rasa tak percaya dan dipenuhi rasa takjub yang luar biasa.
"Hah... I-ini...?" ucapnya sambil menutup mulut tanpa sadar.
Di bawah tatapan terkejutnya, tubuh Jaka memancarkan aura yang sangat kuat. Energi Qi yang begitu padat berputar-putar di sekeliling tubuhnya. Di saat yang sama, kekuatan jiwanya membeludak, melebihi apa yang dialami pada langkah pertama untuk menjadi seorang Esper.
Jantung Amira langsung berdegup kencang. Namun untuk sekarang, ia tidak berani mengambil kesimpulan terlalu jauh dan masih terus mengamati segala perubahan yang dialami Jaka.
Namun detik berikutnya, mata Amira kembali terbelalak saat terjadi perubahan besar. Urat-urat di dalam tubuh Jaka mulai menyala terang bahkan ada percikan elemen petir yang menyebar di seluruh tubuh, dan yang terpenting adalah matanya. Pada bagian pupil, terbentuk simbol unik dengan lambang infinity.
"Ya ampun... Apakah anak ini benar-benar telah melampaui Esper dan berhasil masuk ke jalur itu? Sungguh luar biasa!" kata Amira dengan takjub.
Ya... yang dimaksud oleh Amira adalah bahwa Jaka berhasil melangkah ke jalur Overload, sebuah keberadaan yang sangat langka di dunia.
Mulai sekarang, jika tidak ada bahaya yang mengancam di tengah jalan, masa depan Jaka bisa dikatakan tidak terbatas.
Tanda-tanda kekuatan mereka telah aktif adalah ditandai dengan terbukanya sebuah batasan, dan batasan itu disebut "Gerbang."
Untuk Esper sendiri terbagi menjadi 20 gerbang yang ditandai dengan sebuah lingkaran (circle) yang mengikat dantian mereka. Saat satu lingkaran terbentuk itu disebut Tier 1. Saat lingkaran kedua terbentuk itu disebut Tier 2, dan seterusnya.
Sementara untuk Overload justru sangat berbeda. Itu hanya terbagi menjadi 12 gerbang.
Setiap gerbangnya terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu awal, menengah, dan puncak. Namun, setiap kali menerobos satu gerbang, perbedaannya sangat besar.
Seorang kultivator yang menempuh jalur Overload pada pembukaan "Gerbang 1 tahapan puncak" saja, kekuatannya setara dengan Esper gerbang 3 tahap puncak bahkan bisa bersaing dengan Esper gerbang 4 tahap puncak.
Kenapa perbedaannya begitu mencolok?
Karena pada dasarnya, setiap manusia hanya bisa mengaktifkan paling banyak 10% kemampuan otak. Sementara seseorang yang melangkah ke jalur Overload, pada pembukaan gerbang pertama mampu membangkitkan tambahan 5% kemampuan otak.
Jadi totalnya, mereka berhasil membangkitkan 15% kemampuan otak. Sinkronisasi energi Qi pun menjadi semakin lancar, dan kemampuan memanipulasi elemen pun lebih unggul daripada seorang Esper.
Dari sini sudah sangat jelas perbedaan kekuatan di antara keduanya.
Kembali Ke Cerita.
Jaka terus berkonsentrasi pada penyerapan energi Qi di dalam tubuhnya. Karena masih sangat awam, ia tidak mengetahui bahwa dirinya telah melangkah ke jalur Overload.
Akhirnya, dengan energi besar yang terus masuk ke dalam dantiannya, sebuah langkah besar pun tercapai. Dantiannya mulai dipenuhi retakan yang tak terhitung jumlahnya. Kapasitasnya sudah penuh, melebihi batas.
Retakan itu semakin luas hingga akhirnya terdengar suara "KRAK" yang sangat jelas. Detik berikutnya, dantian itu hancur berkeping-keping dengan bunyi "PYAR."
Berubah menjadi butiran-butiran cahaya yang menyebar ke dalam tiga jalur: pertama ke seluruh tubuh, kedua ke dantian baru dengan kapasitas yang lebih luas, dan ketiga masuk ke dalam otaknya.
Akhirnya, dengan suara "BOOM," Gerbang 1 tahapan awal pun berhasil dibuka. Di sekitar dantian terbentuk sebuah lingkaran energi yang tidak lain adalah Circle Tier 1.
Jaka yang matanya terpejam ini langsung terbuka. Merasakan adanya energi luar biasa yang meledak-ledak dalam tubuhnya, ia pun merasa takjub dengan segala perubahan yang terjadi.
"Gila! Ada apa dengan diriku?" ucapnya penuh keterkejutan.
Saat ia mengepalkan tangannya, fluktuasi energi yang begitu dahsyat langsung menyebar keluar. Itu seperti ledakan berkekuatan besar yang membuatnya tercengang sampai tak bisa berkata-kata.
Melihat kebingungan Jaka, Amira yang ada di sampingnya hanya terkekeh. Namun rasa takjub di matanya tak pernah pudar.
Dengan suara yang dibuat sesenang mungkin, ia berkata,
"Selamat, Jaka. Mulai saat ini kamu telah resmi menjadi seorang kultivator di jalur Overload. Dan sekali lagi, selamat karena telah berhasil menerobos gerbang pertama tahap awal."
Mendengar itu, mata Jaka terbelalak lebar.
"Hah... Amira! Apa yang kau katakan? Apakah aku tidak salah dengar? Overload? Aku? Apakah itu benar?" tanyanya dengan jantung berdegup kencang.
Ia benar-benar terkejut bukan main. Karena jalur Overload adalah jalur yang lebih tinggi dibanding jalur Esper.
Dan bicara tentang masa depan, tentu saja Overload jauh lebih tinggi, dan kekuatannya juga jauh lebih besar.
Sebagai tanggapan, Amira menganggukkan kepalanya.
"Ya... Aku juga tidak menyangka bakatmu sangat luar biasa. Tadinya aku mengira dirimu akan menjadi kultivator di jalur Esper. Siapa yang menduga kamu justru menyentuh jalur yang lebih tinggi, yaitu Overload."
Kemudian Amira mulai menjelaskan perubahan besar yang terjadi pada pembukaan Gerbang 1 tahap awal, yaitu pengaktifan tambahan 5% kemampuan otak.
Sehingga Jaka mengalami perubahan yang sangat signifikan. Dan dari perubahan itu ada empat faktor yang bisa disimpulkan.
1. Fisik & Kekuatan:
Pukulan setara 15 kg TNT.
Otot tangkas, daya tahan meningkat, cedera minor cepat sembuh.
2. Refleks & Koordinasi:
Refleks tajam, mampu menghindar dari benda bergerak cepat.
Koordinasi tangan-mata meningkat, mempermudah belajar gerakan baru.
3. Sensorik & Kesadaran:
Kesadaran tubuh dan lingkungan meningkat.
Indera lebih sensitif (penglihatan, pendengaran, getaran).
4. Kecerdasan Otak:
Konsentrasi tinggi, memori tajam.
Pemecahan masalah cepat, awal kecerdasan fotografis.
Pengolahan informasi mental lebih cepat, reaksi situasi mendadak meningkat.
Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Amira, mata Jaka pun berbinar.
Pantas saja ia merasa segala hal yang terjadi pada dirinya seperti sedang menyeberang ke dunia lain. Segala yang ia lihat terasa begitu baru.
Terutama pada penglihatannya, matanya seperti memiliki zoom yang bisa mengamati segalanya dengan lebih jelas, terutama aliran energi yang terlihat seperti titik-titik kecil, berkumpul, memadat, lalu membentuk benang-benang halus yang tak terhitung jumlahnya.
Kini dengan segala perubahan yang ada, dirinya sadar bahwa mulai saat ini ia bukan lagi manusia biasa, melainkan seorang kultivator jalur Overload yang bisa meningkatkan kapasitas kemampuan otak dengan potensi tak terbatas.
Flashback Off.
Kembali Ke Masa Sekarang.
Akhirnya, setelah Julia mengurus biaya administrasi, Jaka pun diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Saat ini, ketiganya sedang berdiri di pinggir jalan menunggu taksi yang akan membawa mereka pulang menuju rumah.
Bab 3. Perubahan.
Satu hari pun berlalu dengan cepat.
Pagi hari, tepatnya pukul 06.00 WIB, seorang pemuda berusia 16 tahun membuka matanya. Namun saat matanya terbuka, tiba-tiba dahinya berkerut. Hidungnya mengendus bau yang tidak sedap. Seketika itu juga dia langsung berjingkat dan bangkit dari tidurnya.
Saat menatap kondisinya, pemuda itu terkejut bukan main.
"Hah, apa yang terjadi pada tubuhku? Kenapa dipenuhi lendir hitam? Dan baunya… uuh… sangat busuk," seru Jaka dengan mata terbelalak.
Ya… pemuda itu tidak lain adalah Jaka.
Seketika dia menjadi sangat panik lalu memanggil Amira yang berada di dalam dunia jiwanya.
"Amira! Apa yang sebenarnya terjadi padaku?" tanyanya dengan penuh keterkejutan.
Tidak lama kemudian terdengar suara Amira menggema di kepalanya.
"Lebih baik kau segera mandi terlebih dahulu, barulah setelah itu aku akan menjelaskan semuanya," kata wanita itu singkat. Namun wajahnya sedikit memerah saat membayangkan Jaka yang sedang mandi.
Kemudian dengan cepat ia menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Apa sih yang aku pikirkan? Apakah aku sudah gila? Jaka itu hanyalah bocah," ucapnya.
Kemudian yang segera memutus koneksinya dengan dunia luar, ia segera duduk berkultivasi dan tidak ingin memikirkan hal-hal lain yang memalukan.
Saat di kamar mandi, Jaka buru-buru membuka seluruh pakaiannya yang sudah hitam pekat seperti tinta, lalu melempar begitu saja di keranjang yang berada di pojokan.
Setelah mengguyur tubuhnya dengan air dan terlihat bersih, matanya terbelalak lebar.
"Hah… apa yang terjadi pada tubuhku?" serunya penuh keterkejutan.
Saat ini badannya menjadi semakin kekar, ototnya begitu kencang dan urat-uratnya terlihat jelas. Dan yang lebih mencolok adalah ukiran delapan roti sobek yang menghiasi perutnya.
"Woah… gila! Tubuh fisikku benar-benar berubah? Apakah ini manfaat karena aku berhasil membuka Gerbang 1?" ucapnya dengan takjub.
Padahal itu hanya tahap awal, dan perubahan fisiknya sudah sangat menakjubkan. Jika dibandingkan dengan tubuhnya yang sebelumnya, perbedaannya amat sangat jauh.
Setelah mengagumi dirinya sendiri beberapa menit, akhirnya Jaka pun menyelesaikan mandinya dengan cepat. Bagaimanapun, dia harus segera berangkat ke sekolah.
Kali ini dia memakai seragam baru, karena seragam yang sebelumnya benar-benar hangus terbakar saat dirinya tersambar petir tempo hari.
Setelah sarapan bersama ibu dan kakaknya, Jaka pun segera berangkat ke sekolah. Kebetulan jarak antara rumahnya dan sekolah tidaklah jauh, cukup berjalan sekitar 1 km saja, maka sampailah dirinya di sekolah.
Saat perjalanan ke sekolah itulah, Amira menjelaskan jika lendir hitam yang sebelumnya memenuhi tubuhnya adalah sisa-sisa kotoran dalam tubuh yang lama mengendap, kini telah berhasil terbuang keluar.
Saat hendak melangkah masuk ke dalam pintu gerbang, tiba-tiba suara Amira menggema di dalam kepalanya.
"Jaka, ingatlah! Kini dari 15.000 lapisan segel yang telah kau gunakan untuk menekan kekuatanmu, saat melawan orang biasa, maksimal hanya bisa membuka 10 lapisan segel saja. Kekuatan sebesar itu sudah cukup untuk meletakkan tulang…
Tapi… jika kamu kelepasan dan membuka lebih banyak, misalnya 5 lapisan segel lagi, bisa dipastikan tulang mereka akan pecah dan organ mereka akan hancur," kata Amira dengan serius.
Mendengar itu, Jaka pun menelan ludah. Semalam sebelum tidur, kesadarannya memasuki dunia jiwa. Menyadari jika Jaka belum bisa mengontrol kekuatannya dengan baik, Amira segera mengajarinya cara untuk menjaga kekuatannya dengan perisai energi Qi.
Berkat peningkatan 15% kemampuan otak yang telah terbangun, Jaka pun bisa mempelajarinya dengan sangat cepat. Setelah menciptakan lapisan perisai untuk segel berkali-kali, barulah pada angka ke-15.000, seluruh kekuatannya berhasil ditekan hingga setara dengan manusia biasa.
Menyadari fakta itu, Jaka benar-benar tercengang sampai tak bisa berkata-kata.
Kembali ke masa sekarang:
"Baik. Aku mengerti dan akan sangat berhati-hati," ucapnya.
Dia harus benar-benar menahan diri jika tidak dirinya bisa menjadi bencana berjalan. Namun baru saja ia berpikir seperti itu, suara familiar yang sangat tidak ingin didengarnya tiba-tiba masuk begitu saja di gendang telinganya tanpa permisi.
"Hei hei hei… teman-teman, lihat nih siapa yang datang ke sekolah, bukankah ini si miskin yang katanya nyaris mati karena tersambar petir? Woi gembel! Kok kamu masih hidup? Kenapa nggak mati aja? Toh hidup pun juga nggak guna!" kata suara itu dengan nada angkuh yang sangat sombong.
Suara itu berasal dari Beni.
Jaka pun langsung mengepalkan tangannya. Baru saja dia ingin menahan diri dan tidak membuat keributan, namun si monyet liar satu ini selalu saja menghinanya. Membuatnya menjadi naik darah dan selalu menguji kesabarannya.
Tiba-tiba suara Amira yang penuh dengan kemarahan pun terdengar.
"Jaka, aku mengizinkanmu melepas 500 lapisan segel. Hantam dia, sampai hancur jadi debu, lalu bantai semua keluarganya hingga tak tersisa," ucapnya dengan murka.
Mendengar kata-kata Amira, Jaka membelalakkan matanya dengan lebar. Apa-apaan wanita satu ini? Kenapa dia justru terlihat lebih marah dariku? Kenapa begitu meledak-ledak?
Padahal barusan dia menyuruhku untuk menahan diri dan hanya boleh menggunakan 10 lapisan segel saja. Kenapa maksudnya melepas 500 lapisan itu?
Dan kata-katanya yang terakhir? Itu membuat Jaka benar-benar bergidik ngeri. Bagaimana bisa dengan entengnya wanita cantik yang terlihat anggun itu memintanya untuk membantai seluruh keluarganya hingga tak tersisa?
Faktanya, di dunianya, Amira telah mengetahui satu orang yang memiliki sifat persis seperti Beni. Mengandalkan latar belakang keluarga untuk mengancam dan merendahkan orang lain, bahkan melakukan pelecehan dan penyiksaan terhadap banyak wanita tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Di mata Amira, hal-hal yang menjijikkan seperti itu luar biasa menjengkelkan sekaligus memuakkan. Pada kasus ini, sosok Beni sama bejatnya dengan orang itu. Makanya tanpa sadar emosinya langsung berfluktuasi dan meminta Jaka untuk menghancurkan dirinya dan juga keluarganya.
Kembali ke cerita.
Akhirnya Jaka hanya bisa menghela napas panjang. Namun sorot matanya langsung berubah tajam dan tampak mengerikan. Jika itu dirinya yang dulu, maka dia akan diam dan menelan semua hinaan itu bulat-bulat. Tetapi sekarang, semuanya telah berubah.
Dia tidak akan diam saja saat direndahkan. Sedikit menoleh ke samping, Jaka menyipitkan mata dan berkata dengan tajam:
"Sekumpulan idiot," ucapnya datar.
Setelah itu, Jaka pun memalingkan wajahnya dan melangkah maju tanpa peduli pada cacing-cacing yang tidak penting itu.
Sementara itu, saat mendengar apa yang dikatakan Jaka, Beni dan antek-anteknya langsung membeku di tempat. Detik berikutnya, amarah yang luar biasa langsung menyelimuti mereka semua.
Terutama Beni, yang terkenal sebagai pembully paling kejam dan paling sadis di sekolah. Wajahnya merah padam seolah sedang direbus di atas kompor.
Salah satu anak buahnya yang merupakan penjilat sejati segera berkata dengan lantang:
"Dasar sampah! Apakah kau sudah bosan hidup? Matilah!" ucapnya, lalu melesat maju sambil mengepalkan tinjunya. Namanya Ucok.
"WUSH!"
Di mata orang biasa, pukulan itu begitu cepat, kuat, dan tajam. Jika itu Jaka yang sebelumnya, dia pasti akan langsung terkapar. Namun kini semuanya berubah. Persepsinya menjadi semakin tajam, dan hal-hal yang terlihat cepat kini mengalir lambat di depan matanya.
Dia pun segera membalikan tubuhnya. Di depan matanya, tinju Ucok yang sangat cepat itu terlihat seperti siput. Seketika tangan kanannya terangkat, lalu jari-jarinya menekuk seperti cakar elang. Tanpa ragu, dia langsung membuka satu lapisan segel yang menekan kekuatannya.
"WUSH!"
Kecepatannya sangat luar biasa, jari itu mencengkeram wajah lawannya. Dengan satu sentakan dan dorongan yang sangat kuat, Jaka pun langsung membanting lawannya ke tanah.
"BRUAK!"
Suaranya begitu kencang. Suasana yang semula ramai penuh dengan bisik-bisik, seketika menjadi sunyi.
Ucok sendiri tidak sempat menjerit atau merasa sakit, karena serangan yang diberikan oleh Jaka bagaikan ledakan dahsyat yang mengguncang otaknya sehingga dirinya langsung pingsan.
Dari awal hingga akhir, sepertinya semua terlihat begitu lama, namun sebenarnya semuanya terjadi kurang dari 1 detik.
Jadi yang terlihat di mata semua orang adalah Ucok yang melesat maju namun tiba-tiba langsung terbanting ke tanah dan pingsan begitu saja.
Hening!
Tidak ada suara sedikitpun yang keluar. Yang ada hanyalah kebisuan yang membekukan udara. Semua pasang mata terbelalak lebar tak percaya dengan apa yang mereka lihat, termasuk Beni dan antek-anteknya.
Wajah mereka dipenuhi oleh keterkejutan yang luar biasa!
Sementara itu, Jaka sendiri yang menjadi pusat perhatian segera bangkit berdiri. Tatapannya datar dan acuh tak acuh, seolah apa yang dia lakukan tidak ada kaitannya sama sekali dengan dirinya.
Dirinya sempat menatap tajam ke arah Beni. Entah kenapa, saat melihat wajahnya, semua amarah yang dimiliki Jaka langsung lenyap tak bersisa.
Bukan karena dia rendah hati atau apa, tetapi setelah ia mendapatkan kekuatan, meladeni Beni entah kenapa itu seperti merendahkan harga dirinya.
"Setelah aku mendapatkan kekuatan, entah kenapa mataku dia sama sekali tidak penting. Bahkan saat menyamakannya dengan kuman, kuman itu sendiri jauh lebih memiliki arti daripada dia," monolognya.
Ditatap sedemikian tajam, entah kenapa hawa dingin langsung merambati tubuh Beni. Seolah yang ada di depannya bukanlah orang lemah yang selama ini dia tindas, tetapi orang yang bahkan lebih kejam dari ayahnya sendiri ketika sedang marah dan memukulinya.
Wajahnya memucat, tubuhnya tidak berhenti gemetar, entah kenapa rasa takutnya begitu hebat hingga tanpa sadar membuatnya mundur beberapa langkah.
Melihat itu, Jaka hanya mendengus.
"Tsk… menyedihkan!" gumamnya lirih nyaris tak terdengar. Kemudian dia pun segera berbalik.
Saat melangkahkan kaki, semua siswa tanpa sadar menepi dan memberi jalan. Setelah Jaka pergi, keheningan itu segera meledak menjadi kehebohan yang sangat luar biasa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!