NovelToon NovelToon

Cinta Naira

Bab 1 # telepon dari Ibu"

Hari ini masih sama seperti hari yang kemarin yang diisi Naira dengan pergi kerja dan pulang seperti biasa... Mandi, sholat subuh, berberes, buat sarapan dan berangkat kerja. Sebelum berangkat memastikan penampilan dulu di cermin. Sesaat atensinya teralihkan

" Hallo, assalamualaikum Bu, ada apa Bu???"

aku menerima telpon ibu...

"waalaikumsalam nak, gak ada apa apa nak ibu cuma mau ingetin kamu jngan lupa nanti Sabtu sore udah sampe rumah. Acaranya makan malam Sama perkenalan kamu dengan calon suami kamu"

" Bu mesti dijodohkan y Bu", aku mendesah pelan...

" Udah kamu kenalan dulu"... Aku melirik jam tangan dan menyahut" baiklah Bu nanti aku pulang. "Telponnya aku tutup dulu nanti aku telat Bu.. Assalamualaikum Bu"

"Baiklah, waalaikumsalam, hati-hati kerjanya".

" Ya Bu"...

Tanpa membuang waktu lagi Naira berangkat kerja setelah berpamitan dengan Ibu kos...

Sesampainya ditempat Naira mengais rezeki langsung masuk kantor. Naira masuk dan menaruh tas beserta laporan yang akan diserahkan ke kepala bagiannya.

Diruangan ini terdiri dari 5 meja yang mana 2 meja bagian admin produksi, satu admin sortasi, satu meja kepala bagian sortasi dan meja Naira. Kebetulan meja Naira menghadap pintu masuk dan dekat jendela samping dekat jalan lalu lalang karyawan dan juga truk barang.

Namun bila beruntung tak ada yang lalu lalang maka taman perusahaan yang jadi pemandangan... Ada pokok mangga yang sedang berbuah di pinggiran taman ada bunga bonsai warna kuning dan hijau serta bunga Flamboyan dalam pot besar serta rumput jepang yang tertata rapi memanjakan penglihatan dan pikiran. Seperti pikiran Naira saat ini sedang dilema dengan apa yang akan datang Sabtu malam nanti...

Namun suara bel berbunyi menyadarkan Naira dari pikiran yang agak kacau untuk kembali ke realita dan bekerja sebagaimana mestinya. Naira pun bersiap keluar ruangan menuju lapangan kerja tempat beberapa bagian yang akan diawasi mulai dari angkat bahan dan stok bahan, sortasi dan packing, gudang karton dan stok gudang, serta mutu dua dan tes air.

Memberi instruksi pada masing masing bagian tentang apa yang akan dikerjakan hari ini serta target finishing agar tidak lembur. Setelah mandor bagian masing-masing mengerti dan memberikan laporan kerja mereka semalam Naira pun beranjak. Melanjutkan pekerjaan dengan membawa laporan tadi untuk di copy dan menyerahkan yang asli kepada kepala bagian.

Terkadang Naira jadi sasaran amukan kepala bagian apabila ada bagian tadi tidak bekerja sesuai aturan yang dibuat oleh kepala bagian. Setelah laporan sudah ACC Naira pun bersiap menuju kantor utama menyerahkan laporan harian kepada direktur pelaksana. Hanya menaruh saja karena laporan itu pun sudah diperiksa kepala bagian baru diserahkan kepada direktur.

Keseharian yang dilalui Naira setiap hari dengan penuh semangat karena sibuk tapi tidak hari ini karena dia sedang memikirkan rencana perjodohan yang dilakukan oleh orangtuanya dengan teman sepengajian Ibunya. Memang dalam keluarga Naira hanya Naira yang belum menikah dari empat bersaudara. Kakak, Abang bahkan adiknya telah berumah tangga satu tahun yang lalu sudah dikaruniai anak umur 2 bulan. Bukan Naira menutup hati seperti kata ibunya namun memang Naira saja belum siap untuk itu.

" Aduh bengong aja kamu dari tadi saya perhatikan Ra." Aku tersenyum kepada Dita salah satu mandor yang paling banyak berhubungan dengan ku. " Gak kok hanya lagi berpikir keras", ujar ku bergurau .

"Hmm ...Masya Allah ditanya serius kok mala dua rius jawabnya". Aku terkekeh mendengar jawaban nyeleneh Dita sambil meletakkan telunjuk dibibir. Dita pun paham sambil berlalu meninggalkan aku sendirian lagi.

Aku kembali mendesah mengingat Sabtu besok. Semua keluarga ku akan berkumpul. Aku pasti diledekin sama ponakan ku apalagi jika dia tahu aku akan dijodohkan.

Bab 2 Perkenalan 1

Sabtu hari yang paling ditunggu tunggu oleh seluruh keluarga besar Naira tapi tidak bagi Naira. Biasanya hari Sabtu adalah hari yang paling membahagiakan bagi Naira tapi kini tidak. Naira merasa Sabtu ini adalah hari yang paling tidak ingin ia lalui. Naira melihat jam dinding kamar pukul 16.00 wib. Hendak keluar dari gelungan selimut pun rasanya masih malas. Ingin rasanya ia tidur sampai besok tanpa tahu apa yang akan terjadi.

#flash back 30 menit yang lalu#

"Halo, Assalamualaikum Naira udah bangun?"

"udah Bu", jawab ku masih dengan suara serak khas orang bangun tidur..

" Naira tidak lupakan janji untuk pulang hari ini?", ibu sepertinya memastikan kedatangan ku, " Ya Bu tidak lupa tapi masih malas gerak", aku menyahut seadanya. Kudengar Ibu mendesah diseberang sana.

"Sayang, paling tidak kamu harus kenal. Apa kamu mau langsung akad nikah aja tanpa tahu wajahnya?", ibu mengingat kan. " Ya nggak juga sich Bu tapi Naira kan belum mau berumah tangga. Niatnya udah ada tapi gak dalam waktu dekat juga Bu", aku menyahut tanpa aku sadari pasti ibu sudah jengkel di sana.

" Biasanya Naira sampe rumah sebelum Maghrib juga Bu. Kenapa sekarang harus diuber-uber Bu masih setengah empat ni Bu", Naira memperpanjang alasan.

"Gak apa-apa Naira, biar kamu sempat didandani sama Kak Nay", ibu masih kekeh.

" Ya kali segitunya Bu,cuma mau kenalan doang pake acara dandan Bu", aku menyahuti ibu. "Udah Kamu nggak usah ngeyel dikasih tahu. Cepat gih siap-siap biar cepat juga sampe rumah atau kalau kamu masih malas biar dijemput sama Bg Nabil aja gimana?",Ibu menyahut...

Naira semakin kesal mendengar saran Ibunya . Memang jarak kosan Naira dengan rumah lebih kurang 75 menitan kalau tidak macet. " Ihh Ibu makin lebay deh pake acara jemput segala. Udah Naira pulang seperti biasa aja Bu naik angkutan umum. Ya udah Naira tutup telpon nya Bu", aku menyahut sudah setengah jengkel. Kudengar Ibu malah tertawa diseberang sana, " ya sudah nanti kamunya hati-hati dijalan, Assalamualaikum".

" Y Bu, waalaikumsalam".

#Flashback off#

Setelah menempuh perjalan lebih kurang 80 menit akhirnya Naira sampai didepan rumah dengan angkutan online. Rumah Orangtua Naira adalah bangunan yang terdiri dari 2 lantai. Lantai pertama terdiri dari ruang tamu, kamar utama, ruang sholat, ruang keluarga ada sekat sekitar satu meteran dapur dan

ruang makan. Sedangkan di lantai 2 adalah kamar mereka 4 bersaudara serta balkon yang lumayan luas untuk bermain untuk anak-anak atau bagi kami yang sering ngumpul berempat disana sambil menghabiskan waktu jika sudah berkumpul.

Suasana rumah sudah ramai. Bg Nabil serta istri dan ketiga anaknya, Kak Naysila,suami serta anak kembarnya, adikku Nazlan, istri dan baby-nya masih berusia 3 bulan. Naira melangkahkan kakinya mendekati Bapak yang sedang ngopi di teras rumah sambil melihat si kembar bermain ayunan.. "Assalamualaikum Pak",ucapku seraya mencium tangan Bapak.

"Waalaikumsalam ", Bapak menyahut.

"Udah sampai Naira",

"Hmm, jawab Naira dengan malas dan langsung merosot duduk di kursi sebelah Bapak. Tak lama si kembar Kenzia berlari kearah Naira serta bertanya

" Onty mau nikah y?", Naira terbengong belum sempat menjawab. Kenzia berucap lagi " cepat ya Onty nikahannya jangan lama-lama biar adik Kenzia makin banyak.

Wah ni anak makin menambah pusing pikiran. Bapak menegur " Kenzia, sana main dulu Ato mau ngomong sama Onty". "Baik , To" , setelahnya bocah itu berlari masuk kedalam rumah mengabari seisi rumah bahwa aku telan tiba.

"Mau kenalan sama calon imam kok cemberut aja sih". "Senang dong gak susah nyari udah dibantu Ibu nyarinya. Ucapkan makasih gih sama Ibu", ujar Bapak seraya mengusak rambut Naira..

"Ih Pak Naira lagi gak mood ini malah digodain lagi. Pak, apa gak bisa dibatalkan aja acaranya bilang aja calon istrinya kabur", aku bicara asal aja saking gak moodnya.

PLETAK...

Aku meringis menahan sakit dahiku. Walau tak keras disentil Bapak tapi lumayan sakit juga." Ihh sakit Pak, kdrt ini Pak", aku manyun...

" Kamu ini ngomong itu jangan ngawur. Ucapan itu adalah do'a. Sudah sana masuk udah ditunggu Ibu juga didalam", Bapak menyuruh ku masuk. Niat hati ingin mencari pembela sefrekuensi nyatanya nihil.

Naira pun masuk,"Assalamualaikum", "waalaikumsalam", Ibu menjawab salam ku dan langsung menghampiri Naira. Belum sempat Naira menyalami, Ibu sudah memeluk Naira dan berkata " Sudah jangan terlalu dipikirkan apa yang Ibu lakukan semata-mata untuk kebaikan kamu.

Anaknya baik, orangtua nya juga Wellcome jadi udah klop kan sama kamu. Bukankah kamu bilang pengen punya mertua yang baik dan penyayang".

Naira hanya mengangguk dan berkata " Naira ke kamar dulu y Bu, udah mau Maghrib juga", " oke kemungkinan mereka sampai bakda Maghrib jangan lupa dandan dikit ya sayang". Naira hanya mengangguk sebagai jawaban atas permintaan Ibunya.

Kamar Naira paling ujung menghadap balkon. Naira bergegas menunaikan sholat Maghrib. Tak lupa Naira bermunajat agar diberi petunjuk dan dimudahkan segala yang menjadi urusannya.

Naira memandangi gaun brokat warna navy dengan hijab senada yang ada diatas kasurnya. Ia pun bergegas memakainya. Memberi riasan tipis diwajahnya dan disempurnakan dengan Bros hijab.

Naira mendengar ketukan pintu, " Naira boleh kak masuk?",suara kak Nay. " Masuk aja gak dikunci kak", aku menjawab. Kak Nay pun masuk. "Cantiknya adik kakak, gak sabar lihat calon adik ipar seganteng apa y".

Naira hanya manyun. "Kakak ngejek ya, kan tetap lebih cantik kakak ", aku menjawab godaan kak Nay. " Udah siap turun?","sepertinya sebentar lagi mereka akan sampai", ujar Kak Nay.

Naira pun mengangguk tanda sudah siap. Kemudian Kak Nay menggenggam tangan Naira untuk memberikan keyakinan. Naira tersenyum. Mereka melangkahkan kakinya keluar dari kamar dan menuruni anak tangga satu per satu. Ketika sudah sampai dibawah terdengar suara mobil memasuki pekarangan rumah.

Bab 3 Perkenalan part 2

Naira melihat Ibu berjalan cepat untuk menghampiri tamu yang datang. Begitu pintu terbuka muncul seorang perempuan yang hampir sama usianya dengan Ibu.

"Cantik banget", monolog Naira dalam hati. Apalagi anaknya pasti ganteng dan macho. Secara Ibu nya z masih cantik walaupun sudah tidak mudah lagi. " Assalamualaikum".

"Waalaikumsalam", jawab Ibu. Mereka bersalaman dan cipika-cipiki. "Silahkan masuk Siska, tapi rumahnya cuman begini", ujar Ibu yang mendapat towelan dari Tante di lengan ibu.

Tak berselang lama masuk laki-laki seumuran Bapak dan menjabat tangan Bapak seraya berkata "udah lama banget y Erlangga", Bapak menyahut " Selamat datang Juanda", mereka pun berpelukan. Berdiri dibelakangnya laki-laki seumuran Kak Nay menurut tebakan Naira. Dan wajahnya ganteng paripurna. Tinggi lebih kurang 178cm, kulit putih, hidungnya mancung dan otot-ototnya menandakan ia rajin olahraga. Tanpa sadar Naira menjatuhkan saputangan yang ia pegang.

Kak Nay yang menyadari itu mengusap punggung Naira.

Naira berbisik kepada Kak Nay, "ini mah cocok untuk kakak sama-sama ganteng dan cantik".

"Hush mulut kamu Naira, jangan sembarang bicara", Kak Nay mengingatkan aku.

" Tapi kan beneran kak dia itu cocoknya sama kakak mana seumuran lagi sama kakak", aku ngotot dengan pendapat ku.

Dibandingkan aku kak Nay itu memang lebih cantik bahkan lebih tinggi lagi. Aku memang putih tapi lebih putih Kak Nay.

" Udah ayo kita kesana", Kak Nay berucap sambil menarik tangan ku agar tetap berjalan menuju ruang tamu. Disambut Ibu, "Naira sayang, udah turun sini duduk dekat Ibu", Ibu menepuk sofa kosong disebelahnya.

"Tapi Salim dulu ya ini Oom Djuanda, Tante Siska, dan ini calon suami kamu Bima".

Ibu memperkenalkan satu persatu tamu yang datang. Aku pun mulai menyalami dan mencium punggung tangan Oom Djuanda yang langsung dibalas,"udah besar dan cantik kamu Naira, dulu terakhir Oom kemari masih umur 3 tahun kamu", Naira tersenyum mendengarnya.

Selanjutnya menyalami Tante Siska dan mencium punggung tangannya,"duh Santi rasanya udah gak sabar langsung bawa Naira sebagai menantu kerumahku ini", ucap Tante Siska seraya mengerlingkan mata kearah anaknya. Yang diberikan kode hanya diam tidak ada respon.

Selanjutnya Naira pun menyalami Bima.

"Naira",ucap ku dibalas salam sambil berkata, "Saka Bima Rahardian".

Naira pun melepaskan jabatannya. "Nah, karena semua udah kenalan kita langsung makan ya Siska sambil ngelanjutin obrolannya. Tapi kita duduk lesehan ya Sis, gak ada meja makan lebar", Ibu berujar.

Tante Siska langsung berdiri dan berkata, "itu mah yang saya tunggu-tunggu dari tadi Santi. Saya sangat rindu dengan masakan kamu". Semua orang tertawa mendengar jawaban Tante Siska, dan mulai berdiri satu persatu meninggalkan ruang tamu.

Naira menyimak dari tadi gaya bicara Ibu dan Tante Siska seperti bukan orang yang jumpa di pengajian tapi seperti teman lama yang sudah lama gak ketemu. Sekali ketemu cerita panjang lebar dan berakhir dengan perjodohan ini.

Naira memejamkan mata sambil berpikir segala kemungkinan yang ada dikepalanya tanpa sadar dari tadi Bima memperhatikan dirinya bahkan melihat kerutan tipis di dahinya. "Sudah jangan terlalu dipikirkan, turuti aja apa yang menjadi kemauan mereka", ucap Bima.

Seketika Naira langsung membuka mata dan melihat kearah Bima yang sedang juga menatapnya. Ditatap seperti itu membuat Naira jadi gugup. Naira hanya mendesah dan berdiri menuju ruang makan.

Baru berjalan 6 langkah tiba-tiba Kenzia datang langsung berlari kearah Bima dan bertanya" Oom" panggil Kenzia. Bima pun menyahut " Ya cantik ada apa?". Kenzia bertanya lagi.

"Oom ini calon suaminya Onty Naira ya?". Bima pun tersenyum mendengar pertanyaan Kenzia. Bima jongkok untuk mensejajarkan tinggi dengan Kenzia.

"Kita belum kenalan, kenalan yuk", ucap Bima.

"Perkenalkan Oom, nama saya Kenzia Aisyah Putri Wardoyo, kembaran saya Kenzo Syabil Putra Wardoyo kami anak dari Mama Naysila Putri Erlangga dan Papa Harianto Wardoyo", Kenzia berucap lancar bagai jalan tol bebas hambatan.

Namun ucapan Kenzia sontak mengundang senyuman Bima. Bima memperkenalkan dirinya ."nama oom Saka Bima Rahardian. Ya kamu benar oom adalah calon suami Onty Naira", jawab Bima dengan singkat dan padat.

"Kenzia, ayo sini makan", suara panggilan dari Kak Nay mengalihkan percakapan itu. Kami melangkah menuju ruang makan. Disana sudah duduk sebelah kanan kaum Adam dan sebelah kiri diisi kaum hawa.

Semua fokus menikmati hidangan yang tersedia. Bahkan puding dan semangka sebagai pencuci mulut sudah tersedia. Acara makan terkadang hanya diselingi obrolan dari Ibu dan Tante Siska yang lain hanya sebagai pendengar tanpa ada niatan menimpali namun kegiatan itu berubah ketika tiba-tiba Ibu bicara dengan lantangnya

"bagaimana kalau dua bulan lagi Sis kita langsungkan pernikahannya?".. Naira tersedak semangka yang baru dikunyah "uhuk..uhuk..uhuk.uhuk.."

Punggung Naira diusap-usap oleh Mbak Rasti kakak ipar Naira karena kebetulan Naira duduk disebelahnya. Mbak Rasti juga memberikan air putih kepada Naira. Naira langsung meneguknya dan menatap kearah ibu dengan tatapan memohon.

Ibu yang tanggap memberikan jawaban "niatan baik itu harus disegerakan bukan ditunda-tunda". Mendengar itu rasanya tubuh Naira semakin lemas padahal baru diberi asupan. Hendak protes namun kembali tangannya digenggam oleh Mbak Rasti sambil menggelengkan kepalanya.

Naira pun jadi terdiam kembali. Naira menatap Bima berharap pria itu mengeluarkan suara sebagai protes namun yang dilihat malah asyik dengan pudingnya. Naira pun kembali menghela napas untuk menetralisir emosi yang sudah akan meledak.

Sampai acara makan malam selesai Naira hanya diam tak bersuara. Tak mau memberikan respon terhadap semua perbincangan Ibu dan Tante Siska. Ketika tamu sudah pulang dan pintu ditutup Naira pun bergegas menaiki tangga hendak memasuki kamar dan menyendiri lagi untuk menenangkan pikirannya yang sedang kusut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!