NovelToon NovelToon

Binar Mahligai

Chapter 1

Davee Xhuan Diansyah adalah seorang alumni 1 tahun lalu dari SMK Kalijingga yang merupakan sekolah terfavorit di kotanya. Ia merupakan orang yang jauh dari kata cukup, ia berada di keluarga yang sangat berkecukupan.

Ayahnya memiliki beberapa restoran ternama dan Ibunya yang akhir akhir ini baru saja mendirikan cabang butiknya yang ke 5.

Karena terbiasa hidup yang serba bergelimang dengan kemewahan. Davee lantas menjadi anak yang merasa ia bisa membeli apapun yang dia inginkan atau bahkan jasa setiap orang disekitarnya.

Ya, bisa dibilang ia sangat sombong.

****

Berbeda dengan Riana, walau Ayah dan Ibunya juga seorang pengusaha sukses. namun Riana terbiasa hidup mandiri.

Itu karena ia sering ditinggal oleh orang tuanya. Jika saja orang tuanya pergi ke luar kota, untuk mengurus pekerjaan mereka.

Walau di rumah sudah ada asisten rumah tangga, tetap saja Riana akan pergi ke dapur untuk memasak mungkin, ataupun sesekali membuat kue. Malah dengan adanya keberadaan asisten rumah tangga di rumahnya, Riana merasa lebih leluasa bertanya tentang resep resep masakan.

Ia juga memiliki kelebihan lain yaitu bermake up, ya walau masih di bangku kelas 3 SMK bahkan Riana sudah sering mendapatkan hasil dari jasa make upnya.

Riana bersekolah di SMK Kalijingga. Ya, tepat. Ia memang adik kelas Davee.

***

"Dav, Mamah dan Papah akan pergi ke Semarang pagi ini. Ayo bangun untuk sarapan bersama ,Dav." Ucap Bu Rita yang berada di ambang pintu kamar Davee.

"Davee masih ngantuk, Mah. Mamah dan Papah berangkat saja. Aku akan melanjutkan tidurku lagi. Mamah keluarlah." Ucap Davee bermalasan - malasan dan segera menutup wajahnya dengan bantal.

Wanita berkepala empat itu hanya bisa menghela nafas kasar mendengar ucapan anaknya.

"Baiklah, jaga kesehatanmu. Mamah dan Papah akan di sana selama seminggu. Uangmu akan Mamah transfer ketika

Mamah sudah di sana, Dav. see you baby."

Davee tidak menjawab, dan ternyata sedari tadi sudah tidak sadarkan diri karena tidur di balik bantalnya itu, tentu saja ia tidak mendengar apa yang barusan Bu Rita katakan pada dirinya.

***

"Dimana Davee, Ma?" tanya Pak Santoso sambil mengoles selai coklat di atas rotinya.

"Dia masih ingin tidur, Pa. Biarkan saja mungkin dia memang kecapean."

"Kecapean Mama bilang? Davee itu sudah lulus SMK 1 tahun lebih, Ma. Dan dia sama sekali tidak mau kuliah ataupun bekerja. Sampai kapan dia akan terus bermain main dengan waktu. Nanti setelah Papa tua, yang kita harapkan menggantikan Papa adalah Davee. Anak kita satu satunya, Ma. Baiklah, biar Papa sendiri yang akan membangunkannya." Baru saja Pak Santoso bangkit dari tempat duduknya, handphone yang ada di saku celananya kini berdering. Ia pun mengurungkan niatnya dan segera mengangkat telepon.

Sementara Bu Rita tetap melanjutkan makannya dan menghela nafas lega. Bu Rita memang sangat memanjakan anaknya. Namun ia juga tidak berani menentang suaminya jika suaminya marah apabila Davee melakukan kesalahan.

***

Jam 09.32 Davee keluar dari kamarnya dan langsung pergi ke garasi, lalu beberapa menit kemudian mobil mewah Davee sudah berlalu dari gerbang rumahnya.

"Hey, Dav. Kemana aja lo?" Tanya Randy teman Davee yang langsung merangkul bahu Davee.

"Gue dilarang bokap keluar rumah, gue disuruh kuliah atau nggak, gue kerja." Jawab Davee sembari memasang muka kesalnya.

"Hahahaha.. Lo kan anak orang kaya, Bro. Ngapain harus sekolah lagi? Yang ada buang buang waktu, dan kalau kerja, buat apa? Uangkan bisa aja lo dapetin dengan mudah, gue rasa orang tua lo lucu banget dah."

"Dari itu gue nggak akan nurutin apa yang orang tua gue suruh."

"Eh, eh, liat liat, Dav." Ucap Randy sembari menunjuk dua orang gadis yang berjalan melewati mereka. "Itukan adek kelas kita dulu, Dav." Katanya lagi.

"Yang mana sih?" Davee celingak celinguk kebingungan, dengan terus mencoba memutarkan bola matanya, mencari sosok yang dimaksud sahabatnya itu.

"Itu noh, yang sebelah kiri, Dav." Seraya menunjukan jarinya ke gadis yang sudah hampir berlalu.

"Gue tau, tapi gue nggak tau Mamanya"

"Ngapain lo harus tau Mamanya, B*go?!" Ucap Randy sambil menyentikkan telunjuknya ke kepala Davee.

"Maksud gue, namanya. Salah ngomong gua." Davee membalas sentilan Randy dengan mendorong kepala Randy.

"Namanya Riani, eh bentar. Riana, B*go!"

"Lah lu, kenapa liat kearah gue? Kan lu yang salah ngomong!" Davee sekali lagi mendorong kepala Randy.

"Iya, maaf"

"Eh ngomong ngomong sekarang dia makin cantik, ya. Apa gue samperin ya?" tanya Davee kepada sahabatnya.

"Lah mau ngapain?"

"Ya, mau tau nama instagramnya mungkin."

"T*lol, itu sama aja lu ngerendahin harga diri lo."

"Hahaha, benar juga ya. Mana mungkin seorang Davee yang ganteng ini memohon mohon biar di dekatin cewek. Yang ada harus kebalikannya."

"Gitu dong baru temen gua." Ujar Randy sembari merangkul sahabatnya. "Eh kok gue lupa ya, dua hari lagi sekolah kita ngadain acara pertemuan alumni angkatan 48 dan 49, Dav. Lu bisa nggak?" Tanya Randy sambil mendelikkan matanya

"Lu kok lebih update sih? Gue nggak tau apa - apa tentang pertemuan itu."

"Ya gimana lu tau, orang lu di rumah terus dan HP-lu nggak ada gunanya sama sekali di hubungin. Gimana lu bisa datang nggak? acaranya dimulai jam sepuluh pagi."

"Iya gua bisa, kita langsung ketemu di sana aja.

"Okey bro.."

***

Dua hari kemudian

Riana tampak sangat anggun dan cantik mengenakan gaun panjang yang terbelah menampakkan kakinya yang mulus dan bening. Ditambah lagi riasan natural dengan look nude yang sangat cocok dengan warna gaun yang ia kenakan.

"Sahabatku ini cantik banget sih." Ucap Amanda sambil mencolek wajah Riana

"Calon MUA gitu loh. Hehehe..." Linda melanjutkan pujian Amanda yang merupakan juga sahabat dari Riana.

"Ih, apaan sih kalian. Tapi gue aminin dengan khusyuk pujian kalian berdua."

Mereka bercanda hingga tertawa lepas. Riana memang sangat dekat dengan dua sahabatnya itu. Sejak dua tahunan lalu mereka sudah saling kenal dan selalu bersama.

"Kayanya kita sudah harus keluar deh, para alumni pasti udah pada dateng. Sekarang udah jam setengah sepuluh, nih." Kata Linda mengajak Riana dan Amanda.

"Yaudah ayo??..." Riana langsung beranjak dari tempat duduknya dan mereka bertiga berjalan keluar ruangan.

________________🌺🌹🌹🌹🌺_______________

Chapter 2

"Baghh.." Riana tidak sengaja menabrak tubuh laki laki yang lebih besar dan tinggi darinya. Minuman yang sedari tadi ada ditangannya tentu saja menumpahi jas laki laki itu.

"Ah, maaf Kak maaf. aku bersihin ya.." Riana secepat kilat mengambil tissue dan mencoba membersihkan jas itu.

"Nggak perlu, lo punya mata nggak sih! Cantik cantik tapi buta. Acaranya belum mulai jas gue sudah lu bikin lecek gini." Ucap laki laki itu yang tidak lain adalah Davee. Ia meninggikan suara di depan Riana.

Riana sudah ingin mengeluarkan tangis mendengar bentakan Davee. Seumur - umur hanya kali ini ia dibentak dengan keras.

"Iya maaf Kak. Sini, biar aku bersihin." Riana sekali lagi mengulurkan tangannya ke arah jas Davee, dan lagi lagi Davee memundurkan tubuhnya, untuk menjauhi tangan Riana.

"Gue bilang nggak perlu! Punya telinga nggak sih! Mending lo pergi dari hadapan gue sekarang!"

Riana berlari pergi sambil membawa tangisnya yang sedari tadi ia tahan. Ia berhenti berlari ketika sudah berada di hadapan sahabatnya.

"Loh kok kamu nangis, Ya? Siapa yang bikin kamu nangis?" Amanda sedikit mengguncang bahu sahabatnya itu

"Gue kesel banget sama cowok itu, dia kenapa sih nggak punya perasaan banget ngebentak orang kaya gitu. Cowok apaan sih, sama cewek aja dia berani - beraninya gitu. Pokoknya gue kesel banget, Man. Lu berdua tau nggak sih, gue kesel banget. Masa gue dibentak di depan teman teman dia dan dia sama sekali nggak mau nerima tangan gue buat bersihin jasnya yang kena tumpahan air minum gue."

"Gue penasaran sama orangnya, gue pasti tau namanya." Ucap Linda dengan masang wajah datar

"Secara lu kan ratu cowok di sekolah ini. Blaaa.." Amanda menjulurkan lidahnya kearah Linda

"Ih, kok lo berdua biasa aja sih dengan penderitaan gue?" Riana mengerucutkan bibirnya, untung saja tangisannya kini sudah berhenti.

"Eh, iya iya maaf, ya udah ayo kita labrak dia." Ajak Linda dengan gaya menegakkan badannya.

"Ih sok bener lu!" Amanda menyentil kepala Linda. "Tapi kita boleh juga nyamperin tu cowok gue penasaran sama cowok yang berani - beraninya sama cewek gitu."

Amanda menarik tangan Riana dan Linda.

*

"Ih, gue nggak mau nongolin muka gue di depan dia lagi."

"Ya udah kita berdiri disini dan lo tunjukin yang mana orangnya." Linda begitu semangatnya memandang wajah wajah alumni di balik tirai panggung, terutama tentu saja arah pandangannya ke arah kaum laki laki.

"Itu tuh, yang pakai jas hitam, yang lagi pegang gelas, terus yang lagi ketawa ketawa nggak jelas tuh." Riana mengarahkan telunjuk ke orang yang ia sebutkan ciri cirinya.

"Eh, yang bener aja lo abis nabrak dia, Ya? Ganteng banget... Badannya tegas gitu. Ya ampun ganteng banget." Linda menggigit jarinya.

"Gue mau ambil minum dan pura pura nabrak dia deh." Amanda celingak celinguk mencari minuman di dekat mereka.

"Ih yang bener aja lo, emang lo mau dimaki maki kaya gue tadi?"

"Gue rela dimaki maki dia, asal gue bisa bersentuhan sama dia."

"Ganteng sih ganteng tapi perangainya buruk banget. Nggak punya hati!" Sungut Riana, Ia masih memasang muka kesalnya, ditambah lagi ketika melihat wajah Davee. Rasanya ingin ia melemparkan sepatunya ke muka Davee.

"Bentar gue lupa lupa ingat deh namanya, emmm.." Linda mengentuk ngetuk dahinya menggunakan telunjuknya. "Oh iya, gue ingat namanya Dav, Dave eh, Dava, oh iya Davee. Iya namanya Davee." Linda kegirangan sendiri setelah merasa berhasil mengingat nama alumni ganteng itu.

Ketika mereka bertiga masih berbincang soal Davee di belakang panggung, seorang panitia acara tiba tiba menghampiri mereka.

"Riana, 5 menit lagi acara akan dimulai kamu tampil sebagai pembuka. Sudah siapkan?" Panitia itu memberikan mic ke tangan Riana. Tentu saja Riana kaget karena seharusnya bukan penampilannya sebagai pembuka acara.

"Bukannya kemarin Riana tampil setelah sambutan kepsek, Kak?" Riana mengernyitkan dahinya.

"Iya, maaf Ria. Tadi malam ketika geladi bersih itu semua sudah dibahas dan kamu tidak bisa hadirkan?"

"Eh iyasih, Kak. ya udah deh. Aku siap kok." Riana menaiki anak tangga panggung.

"Halo kaka dan teman teman sekalian, perkenal nama aku Riana Putri Ningsih. Disini aku sebagai pembuka acara akan membawakan sebuah lagu berjudul pura pura lupa."

🎼🎼🎼

"Pernah aku jatuh hati🎶

Padamu sepenuh hati🎶

Hidup pun akan kuberi🎶

Apapun akan kulalui🎶

🎼🎼🎼

Tapi tak pernah ku bermimpi🎶

Kau tinggalkan aku pergi🎶

Tanpa tahu rasa ini🎶

Ingin rasa ku membenci🎶

🎼🎼🎼

Tiba-tiba kamu datang🎶

Saat kau telah dengannya🎶

Semakin hancur hatiku🎶

🎼🎼🎼

Jangan datang lagi cinta🎶

Bagaimana aku bisa lupa🎶

Padahal kau tahu keadaaannya🎶

Kau bukanlah untukku🎶

🎼🎼🎼

Jangan lagi rindu cinta🎶

Ku tak mau ada yang terluka🎶

Bahagiakan dia🎶

Aku tak apa🎶

Biar aku yang pura-pura lupa🎶

🎼🎼🎼

Tiba-tiba kamu datang🎶

Saat kau telah dengannya🎶

Semakin hancur hatiku🎶

🎼🎼🎼

Jangan datang lagi cinta🎶

Bagaimana aku bisa lupa🎶

Padahal kau tahu keadaaannya🎶

Kau bukanlah untukku🎶

🎼🎼🎼

Jangan lagi rindu cinta🎶

Ku tak mau ada yang terluka🎶

Bahagiakan dia🎶

Aku tak apa🎶

Biar aku yang pura-pura lupa🎶

🎼🎼🎼

Jangan datang lagi cinta🎶

Bagaimana aku bisa lupa🎶

Padahal kau tahu keadaaannya🎶

Kau bukanlah untukku🎶

🎼🎼🎼

Jangan lagi rindu cinta🎶

Ku tak mau ada yang terluka🎶

Bahagiakan dia🎶

Aku tak apa🎶

Biar aku yang pura-pura lupa🎶

🎼🎼🎼

Bahagiakan dia🎶

Aku tak apa🎶

Biar aku yang pura-pura lupa🎶"

"Terimakasih..." Riana membungkukkan badannya. Lalu disusul suara tepuk tangan semua orang di dalam ruangan itu kecuali Davee, ia sama sekali tidak bergeming melihat penampilan Riana.

"Lu kenapa sih, Dav? Masa lu nggak kagum sama penampilannya. Sudah cantik, suaranya bagus pula." Kata Randy pada sahabatnya itu.

"Jelek." Kata Davee dengan wajah datar.

"Eh, elu dasar aneh!" Randy mendorong kepala Davee.

*

Setelah jam menunjukkan jam dua belas siang. Para alumni serta tim lainnya bersiap untuk mengambil makanan siang yang sudah tersedia. Begitu juga dengan Davee, ia meninggalkan kursinya dan memilih makanan yang ia inginkan. Ia memilih dengan lauk ayam panggang. Sementara Riana yang juga merasa perutnya keroncongan dan perlu segera diganjal dengan makanan, langsung mengarah ke tempat makanan bersusun. Ia memilih menu ayam goreng dengan sedikit menambahkan sambal dan sayuran di dalam piringnya. Riana yang merasa ia sedang dengan Amanda untuk mengambil makanan, ia pun menyerocos bicara tentang Davee yang menurutnya menyebalkan dan terlalu menyebalkan sejagat raya itu. Tapi ternyata Riana salah, Amanda memang ingin mengikutinya. Namun setengah jalan kemudian ia berbelok untuk mengambil tasnya yang tertinggal di belakang panggung tanpa Riana ketehui.

"Kita harus cepet cepet nih, Man. Gue nggak mau ketemu si cowok gila itu lagi. Kalau sampe gue ketemu, gue nggak mau lagi hidup di dunia ini." Riana terus saja berbicara sembari menambahkan nasi dipiringnya.

"Lo gila ya?!" Tiba - tiba seperti petir yang sangat memekik telinga Riana, kini muncul. Suara orang yang sama seperti yang ia dengar pagi tadi, yang membuat kesal setengah mati dirinya. Siapa lagi kalau bukan Davee yang ternyata ada di depannya, mengantri untuk mengambil nasi juga, sama seperti Riana.

"Siapa yang gila? Gue ngomong sama ... " Riana celingak celinguk mencoba mencari Amanda sahabatnya itu. "Tadi gue ngomong sama temen gue." Riana menjawab lagi dengan wajah malu.

"Temen lo jin? Mana ada orang ada di dekat kamu dari tadi kali. Jangan jangan lo emang temenan sama jin ya? Gila ya lo, masih sekolah berani beraninya melihara makhluk kaya gituan."

"Heh, lo songong banget sih! sudah tadi ngebentak gue. Lo itu banci ya, hah? beraninya sama cewek.." Riana mengangkat wajahnya karena tubuh Davee yang tinggi darinya.

"Eh, apa lo bilang?"

"Banci! lo banci."

"Lo cewek gila!" Davee baru menyadari ternyata sedari tadi perseteruannya itu mengundang perhatian orang orang. Ia langsung meninggalkan Riana yang memandangnya dengan penuh kebencian.

_____________🌺🌴🌴🌴🌺______________

Chapter 3

"Eh, dasar pengecut! lu yang gila!" Riana masih saja melanjutkan kekesalannya. Ia tidak memperdulikan dirinya dijadikan tontonan dari kegalakannya.

Riana kembali ke kursinya dan ia menemukan Amanda dan Linda di sana.

"Lo berdua dari mana aja sih? Dan lo, Man. Lo kemana? Ih gara gara lo, gue jadi berhadapan lagi sama cowok tengik itu."

"Maksud lo Si Davee lagi? Dan kenapa gue disalahin nih?" Tanya Amanda sembari mengernyitkan dahinya.

"Tadi gue kira lu sama gue dan ada di belakang gue, dan karena itu gue ngomong sama lo ceritanya. Ternyata lu nya nggak ada."

"Apa?! Ahahaha..." Linda terkekeh menertawai Riana. "Dan terus gimana sama Davee itu?" Tanya Linda lagi.

"Ya tiba tiba aja dia muncul dan ngata - ngatain gue. Demi apapun gue benci sama dia. Kayanya dia bukan dari planet bumi deh, tuh orang nggak punya sopan santunnya sama sekali." Sungut Riana sembari menghentakkan sendok dipiringnya dan tentu saja menimbulkan bunyi.

"Iya gue salah nggak ikut lo tadi, Ya." Amanda memasang wajah sedihnya

"Iya emang lo salah, ninggalin gue gitu aja."

"Gue salah, karena menjauhkan kesampatan gue."

"Maksud lo?"

"Kesempatan buat berhadapan sama si Davee dan bersentuhan sama dia.."

"Ih, emang setres deh lo ya, Man." Riana menjitak pelan kepala Amanda.

***

"Halo Pak Santoso, Bagaimana kabar Bapak?" Kata Pak Darmawan sembari menjabat tangan Pak Santoso.

"Ya seperti yang Pak Dar lihat, saya sehat dan masih sangat kuat. Apalagi jika kita terus berkerja sama begini, saya akan tambah semangat, Pak." Balas Pak Santoso sembari melemparkan senyumnya.

"Syukurlah, Pak. Saya sangat senang mendengarnya." Kata Pak Darmawan.

"Selain bisnis kita, saya juga ingin membicarakan satu hal penting, Pak. Dan agar lebih enaknya, sebaiknya kita bisa menyuruh istri kita berkumpul bersama kita dulu." Pak Santoso melambaikan tangannya pada asistennya. "Tolong panggilkan istri Pak Dar dan Bu Rita masuk."

"Baik Pak.."

Bu Rita dan Bu Rahmah bersamaan memasuki ruangan di mana tempat suami mereka berdua tempati.

"Wah tumben nih, sepertinya ada hal yang sangat serius, ya?" Tanya Bu Rahmah kepada Pak Santoso sembari menjabat tangan Pak Santoso lalu duduk di sofa samping suaminya.

"E, begini Pak Darmawan dan Bu Rahmah. Setelah bertahun tahun kita menjalani hubungan dekat, baik itu untuk keluarga maupun bisnis kita. Saya sangat ingin lebih mempererat lagi hubungan kita ini. Saya bermaksud ingin menjodohkan anak saya Davee, dengan putri Pak Dar." Ucap Pak Santoso dengan hati hati. Pak Darmawan dan Bu Rahmah saling bertukar tatapan dan membulatkan mata mereka.

"Tapi putri kami masih sekolah, Pak." Kata bu Rahmah

"Iya, Pak. Saya setuju dengan pendapat Pak Santoso. Saya juga ingin kita menjadi sebuah keluarga besar." Jawab Pak Darmawan dengan sembari mengeluarkan senyum ramahnya.

"Tapi Pa, apa kita tidak bisa menunggu Riana lulus dulu?" Bu Rahmah bingung terhadap sikap suaminya. "Dan pasti Riana nggak akan mau, Pa."

"Ma, putri kita akan tetap bisa bersekolah walau dia sudah menikah, dan masalah Riana mau atau nggak, nanti Papa akan menjelaskan padanya."

"Baiklah, kalau begitu acaranya akan kita laksanakan Tiga hari setelah kepulangan kita ke Jakarta, Pak." Kata Pak Santoso.

"Baik, Pak. Oh iya, apakah Davee sudah mengetahui ini juga, Pak?" Tanya Pak Darmawan.

"Davee belum tahu tentang ini, Pak. Tapi Bapak tenang saja dia pasti mau. Iyakan, Ma?" Tanya Pak Santoso pada istrinya.

"Iya, Pak." Bu Rita memasang senyum terpaksanya. Sebetulnya ia keberatan tapi ia tidak bisa berbuat apa apa karena ia tahu suaminya yang berwatak keras dan tidak bisa dibantah keputusannya itu.

________________🌺🌾🌾🌾🌺________________

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!