NovelToon NovelToon

Aku Ternyata Sangat Mencintainya

LIBURAN KE KOTA

Liburan sekolah telah tiba dan ini momen yang pas untuk mengajak keluarga berlibur bukan? .... Tante Ira hari ini akan pergi ke kota kelahiran suaminya. Dia akan pergi bersama kedua orang anaknya Mira dan Nara.

"Tante aku bisa ikut?" tanya Aluna kepada adik ibunya yaitu tante Ira.

"Boleh kalau diijinkan ibumu yah. " Jawab tante Ira.

Selang beberapa jam mereka sudah sampai di kota. Aluna ikut tentunya karena sudah diijinkan orangtuanya. Aluna terlihat sangat bahagia setelah kapal yang mereka tumpangi berlabuh di pelabuhan kota tersebut. Yah, Aluna memang tinggal di sebuah pulau tepatnya disebuah desa kecil. Jadi untuk pergi ke kota, mereka harus menggunakan transportasi laut. Naik kapal tentunya.

"Cie senang sekali Kak Luna." canda Nara. " Gimana ngga senang dek, mau ketemuan sama pacar tersayang." Celetuk Mira sambil tertawa. Aluna dan tante Ira hanya tersenyum dengan gurauan Nara dan Mira. Aluna memang sudah beberapa kali ikut tante Ira, bahkan dari dia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.

Pertama kali dia datang ke kota itu, dia bertemu dengan seorang pria yang statusnya masih pelajar sama seperti dirinya. Bisa dibilang Aluna jatuh cinta pada pandangan pertama dengan pria itu, sama halnya dengan pria itu. Dia jatuh cinta pada pandangan pertama sama Aluna. Yah, ini mungkin cinta pertama Aluna dan bisa dibilang cinta monyet. Karena dia jatuh cinta diumur 15 tahun dan masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.

"Yeeeh, akhirnya sampai juga di rumah nenek." Teriak Nara antusias. "Papa...." Mira dan Nara berteriak sambil menghamburkan pelukan kearah ayah mereka.

"Jadi nenek dicuekin nih ceritanya! " Ucap nenek Ami dengan wajah memelas. "Apa kalian cuma rindu sama papa kalian, sama nenek tidak? " Gerutu nenek Ami.

" nenek.... " Mira dan Nara melepaskan pelukan pada ayah mereka sekarang beralih memeluk nenek mereka.

"Nenek kami rindu" Ucap Mira, lalu mencium pipi kanan nenek Ami. Kemudian disusul Nara mencium pipi kiri nenek Ami. Nenek Ami mengelus lembut rambut kedua cucunya, sambil memberikan ciuman di pipi kedua cucunya.

"Hei gadis cantik apakah kamu akan tetap berdiri disitu? " Kali ini pandangan nenek Ami tertuju pada Aluna. Lalu nenek Ami memanggil Aluna. Aluna kemudian mendekat dan memeluk nenek Ami. Nenek Ami juga menyayangi Aluna seperti cucu kandungnya sendiri.

Karena ketika liburan sekolah Aluna selalu ikut tante Ira, jika tante Ira mengajak Mira dan Nara liburan ke rumah orangtua suaminya itu. Jadi nenek Ami juga sudah dekat dengan Aluna. Karena Aluna merupakan gadis yang baik, mudah bersosialisasi, walaupun sedikit keras kepala.

Mereka sudah duduk diruang makan mengisi perut yang kosong karena selama perjalanan mereka tidak makan apa - apa.

" Mira udah kelas berapa? " Tanya nenek Ami. " Udah kelas tiga SMP nek. " jawab Mira setelah selesai mengunyah makanannya. "Kalau Nara? " Tanya nenek Ami kembali. "Kelas satu SMP nek". Kali ini Nara yang menjawab.

"Kalau aku udah lulus SMA nek." Ucap Aluna sambil tersenyum. Semuanya sontak tertawa karena Aluna sudah menjawab sebelum ditanyai oleh nenek Ami.

"Luna? "

"Iya nek." jawab Aluna.

"Kamu ke sini tiap liburan mau ketemu nenek apa mau ketemu...?" Ucapan nenek Ami menggantung, sehingga membuat Mira dan Nara sudah menahan tawa mereka. Mereka tahu siapa yang dimaksud nenek mereka.

"Iya mau ketemu nenek sekalian mau ketemu sama..... " Kalimat Aluna juga menggantung.

"Sama siapa ayo? " Canda nenek Ami.

"Sama Om Ben, iya sama Om Ben." Jawab Aluna gelagapan.

Sontak semuanya tertawa mendengar jawaban Aluna. Karena mereka tahu selain bertemu dengan nenek Ami dan om Ben, Aluna ingin bertemu kekasihnya yang sudah tiga tahun berpacaran dengannya.

"Kak Luna, kok pacar kakak tidak kesini?" tanya Mira. Karena sudah berjam - jam mereka sampai di kota tapi pria yang dirindukan Aluna belum juga muncul. Bahkan rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah nenek Ami, hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk sampai di rumah nenek Ami.

"Kak Luna belum mengabarinya, jadi dia ngga tahu kalau kak Luna datang." Jawab Aluna sambil merebahkan tubuhnya di samping Mira sepupunya.

"Oh pantas aja dia ngga datang, biasanya waktu kemarin - kemarin pas kita datang, dia udah datang duluan jemput kita di pelabuhan.

" Kak Luna mau kasih suprise yah? cie cie... " Mira tertawa dengan polosnya. Mendengar hal itu Aluna langsung menggelitik pinggang Mira. "Dasar anak kecil..."

"Aku bukan anak kecil lagi kak, aku udah SMP kelas tiga loh. " Protes Mira pada sepupunya itu.

"Emang kalau udah SMP kelas tiga udah gede?" Sangga Aluna.

"Iya udah gede dong kak. hayo kak Luna udah pacaran kan, waktu kak Luna SMP kelas tiga?" Pernyataan Mira membuat Aluna tersenyum merona karena malu.

"Iya.... iya bawel" Aluna mencubit lembut pipi gembul Mira.

"Terus kapan kak Luna telepon pacar kak Luna dan bilang kalau kak Luna udah ada disini?" Sambil memiringkan badannya menghadap Aluna, Mira kembali bertanya pada Aluna.

"Kak Luna akan menghubunginya besok, sekarang tidurlah. Kak Luna juga mau tidur. Karena Kak Luna masih agak pusing karena mabok laut. "

"Ok." Hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Mira.

Selang beberapa menit, Aluna sudah mulai menutup matanya karena ngantuk yang sudah menyerang.

"Kak Luna? " Rengek Mira. "Hhhmmm." Aluna menjawab tanpa membuka matanya.

"Nggak jadi deh. " Setelah dipikir - pikir Mira juga lupa apa yang hendak ditanyainya. Karena ngantuk yang begitu berat, akhirnya Aluna tertidur. Disusul Mira yang juga audah sangat mengantuk.

DIA MEMANG PACARKU

Matahari mulai nampak ditempat biasanya setelah beberapa jam yang lalu dia menghilang entah kemana. Kini dia kembali memancarkan sinarnya yang menghapus titik-titik embun di dedaunan, menghangatkan tubuh dari udara dingin dan membakar semangat baru di hari yang baru.

Aluna menggeliat dibalik selimutnya, dia membuka matanya ketika terik matahari mulai mengintip dibalik tirai jendela yang sedikit terbuka karena tiupan angin dari sela - sela ventilasi rumah nenek Ami.

Aluna tiba - tiba ingat seseorang dan langsung meraih ponsel yang ada diatas meja dekat ranjangnya. Dia mencari nama kontak yang bertuliskan BIE dan menghubunginya.

"Hallo Sayang... " Dengan suara khas baru bangun tidur, pria itu mengangkat ponselnya. Awalnya dia malas mengangkat telepon yang dirasanya mengganggu tidurnya. Tapi setelah melihat nama yang tertera di layar pemanggil, dia langsung mengangkat teleponnya.

"Hallo Bie... Aku rindu. " Kalimat pembuka yang membuat pria diujung telpon tersenyum bahagia. Mereka Sudah tiga tahun pacaran dan kata itu sering terucap di bibirnya dikalah dia jauh dari kekasihnya itu. Memang keduanya banyak menghabiskan waktu pacaran jarak jauh dikarenakan tempat tinggal mereka yang bisa dibilang tidak memungkinkan keduanya untuk bisa bertemu tiap saat. Namun walaupun seperti itu, hubungan mereka bisa dibilang baik. Karena mereka sama sekali tidak pernah bertengkar.

"Sama, aku juga rindu sayang. Mimpi apa nih aku semalam, pagi - pagi udah ada yang bilang rindu." Goda kekasihnya diujung telpon.

"Aku serius." Ada nada kesal terdengar dari sang gadis.

"Iya sayang aku tahu. Aku hanya bercanda tadi. "

"Malam ini kamu bisa ke rumah nenek Ami? aku sekarang di rumah nenek Ami." Ucapan Aluna membuat kekasihnya yang bernama Bryan itu terkejut.

"Apa? "

" Sejak kapan sayang?" Tanya Bryan kaget sambil mengambil posisi duduk bersandar di ranjangnya. Karena Aluna sama sekali tidak memberitahu kedatangannya.

"Sejak kemarin" jawab Aluna singkat.

"Kamu kok ngga bilang dari kemarin - kemarin sih sayang, kalau mau datang." Ini bentuk protes Bryan pada kekasihnya itu.

"Aku kan udah bilang barusan." Jawab Aluna lagi. Terdengar disana, Bryan menarik nafas panjang lalu membuangnya dengan kasar.

"Aku ngga bisa datang deh kayaknya malam ini sayang. Aku sekarang ada di Singapura. Ada beberapa pekerjaan mendadak yang harus ku urus disini. Mungkin butuh waktu seminggu aku baru balik." Tidak ada jawaban disana.

"Hallo Sayang, sayannngg...... Kamu masih di situ kan? " Panggil Bryan karena Aluna tidak kunjung menjawab.

"Aku masih disini kok. " Jawab Aluna lirih. Ada kekecewaan dihatinya. Niatnya yang ingin memberikan suprise kedatangannya kepada Bryan, nyatanya dia yang diberi kejutan karena orang yang dirindukannya tidak ada di kota yang dia datangi. Sedih iya, kecewa sudah pasti.

"Ya udah, hati - hati disana yah. " Aluna mengakhiri panggilannya tanpa menunggu persetujuan dari Bryan. Dia sudah tidak mampu menahan air mata yang mulai jatuh dengan sendirinya. Makanya dia memilih mematikan ponselnya.

Sementara pria diseberang sana masih berusaha menghubunginya dan hanya terdengar suara operator.

"Kak Luna kenapa? tanya Mira sambil duduk menghadap sepupunya itu.

"Tidak apa - apa," jawab Luna sambil menghapus sisa air matanya.

"Kak Luna nangis yah? " cerca Mira kepada Aluna.

"Tidak, kak Luna hanya kelilipan tadi. Ayo kita kebawah." Aluna menarik tangan Mira untuk menuju dapur mencari sarapan disana.

"Kak Luna sudah menghubungi pacar kak Luna? " tanya Mira sambil keduanya turun dari tangga lantai dua rumah nenek Ami.

"Sudah." Jawab Aluna singkat.

"Horee kita bisa jalan - jalan naik mobil Kak Bryan dong! " Teriak Mira antusias, dia tidak tahu bahwa sepupunya sedang bersedih karena kekasih yang dirindukannya beberapa bulan ini, setelah pertemuan terakhir mereka di liburan sebelumnya, tidak akan datang karena berada diluar negeri.

Aluna sengaja tidak memberitahu Mira, kalau Bryan tidak akan datang hari ini dan enam hari kedepannya.

"Aku akan bilang kalau dia sibuk, jika nantinya Mira dan lainnya bertanya perihal Bryan yang seminggu ini tidak akan datang" batin Aluna.

Siang telah berlalu dan malam pun tiba.

sudah banyak tamu yang berdatangan, kerabat dekat nenek Ami, sepupu Om Ben dan beberapa pegawai kantor perusahaan kecil milik nenek Ami yang sudah diserahkannya kepada om Ben anaknya. Setelah percakapan dengan om Ben anaknya, nenek Ami memang sengaja membuat pesta kecil untuk menyambut kedatangan menantu dan cucunya tersebut.

Ada beberapa pria tampan, pegawai kantor juga turut hadir dalam acara itu.

"Richo kamu juga datang?" Tanya nenek Ami menghampiri Richo yang sesekali memandang kearah taman depan rumah nenek Ami.

"Iya nek. Terima kasih telah menggundang kami." Jawab Ricko sopan. Nenek Ami sudah mengenal Ricko karena Richo sudah beberapa kali datang ke rumah nenek Ami, untuk membahas urusan kantor dengan om Ben.

Richo dan ketiga temannya memutuskan untuk pergi ke taman dimana ada Aluna, Mira dan Nara disana. Aluna duduk dikursi taman ditemani Mira dan Nara sambil sesekali ketiganya bercanda. Aluna hanya mengenakan Blous Navy warna kesayangannya, dengan balutan Jeans dan sepatu kets yang selalu setia menemaninya jika berpergian. Aluna memang jarang berdandan seperti gadis seumurannya dan soal penampilannya dia memang suka memakai apa saja yang menurutnya nyaman dipakai. Dia juga jarang memakai Gaun atau dress pesta, kecuali memang dibutuhkannya. Walaupun berasal dari desa, bisa dibilang Aluna memiliki paras cantik, dengan rambut panjang yang selalu diikat ekor kuda karena Aluna suka mengikat rambutnya.

"Hai! " Sapa Richo dan ketiga temannya.

"Hai Ka Richo. " Jawab Mira dan Nara barengan sambil berdiri ke samping menghadap Richo. Nara dan juga Mira juga sudah mengenal Richo, karena mereka sudah bertemu sebelumnya. berbeda dengan Aluna yang tidak mengenal Richo.

"Siapa itu? " tanya Ricko sambil berbisik agar orang yang ditanyanya tidak mendengar.

"Oh, itu Kak Luna sepupu aku." Jawab Mira juga setengah berbisik.

Richo kemudian mendekati Aluna dan mengulurkan tangannya.

"Hai boleh kenalan? " Tanya Richo sopan. Aluna sontak berdiri dan membalas uluran tangan Richo.

"Aluna." Menyebutkan namanya, lalu kembali duduk setelah Richo juga menyebutkan namanya.

Ricko sudah kembali disamping ketiga temannya.

"Aku suka sama di." Ucap Richo kepada ketiga temannya. Sementara Mira dan Nara sudah duduk kembali bersama Aluna. Richo memang tampan dengan tubuh Atletis yang tertutup dibalik jas hitamnya. Siapapun mungkin akan jatuh cinta dengan pesonanya.

"Secepat itukah kau jatuh cinta Ric? dan lagian bukankah kau sudah punya pacar?" Temannya mengingatkan.

"Akukan baru bilang suka, bukan cinta." Jawab Richo enteng. "Kalian lihat aja, aku akan mendapatkannya." Ricko tersenyum dengan percaya diri. Karena menurut pengalamannya, tidak ada wanita yang mampu menolaknya.

"Kalian lihat saja, adegan berikut ini. Aku akan memeluknya dan menyatakan cinta padanya." Richo lalu tersenyum licik kearah temannya dan mulai melangkah ke kursi taman.

Aluna kaget karena ada seseorang yang melingkarkan tangan dilehernya dengan lembut seperti memeluk dan mencium puncak kepalanya. Aluna yang baru mau berbalik, melihat siapa yang berani memeluknya, terhenti ketika mendengar ucapan pria tersebut.

"Aku Rindu." Aluna hafal dengan suara ini.

MENGHABISKAN WAKTU BERSAMA

Sementara dibelakang Richo mematung melihat adegan barusan. kemudian dia menghampiri pria yang masih memeluk Aluna.

"Hei Bryan kenapa kau memeluk wanitaku?" nada Richo kesal. Karena baru saja dia mengatakan kepada temannya untuk melihat adegan yang akan dibuatnya kepada Aluna tetapi dia sendiri yang harus melihat adegan tersebut.

Aluna langsung memutar balik tubuhnya dan membalas pelukan Bryan.

"Kamu datang sayang?" dengan lirih Aluna berkata, entah mengapa air matanya ikut mengalir.

"hei, aku kan sudah disini. Jadi jangan menangis lagi." usap lembut Bryan di pipi Aluna.

Richo semakin kaget dengan adegan yang tersuguh dihadapannya.

"Berhentilah mengatai semua wanita adalah wanitamu Ric, dia adalah wanitaku, kekasih yang sudah kupacari tiga tahun ini." Ricko semakin kaget dan malu mendengar pernyataan Bryan yang juga dikenalnya.

Taman yang tadinya ramai, kini terlihat sepi. Mira, Nara, Ricko dan ketiga temannya sudah kembali masuk kerumah nenek Ami. Richo awalnya menolak, tapi ketiga temannya sudah menarik Richo untuk menjauhi taman. Kini tersisa dua insan manusia yang sedang mengobati rindu masing - masing di kursi taman tersebut. Aluna bersandar didada bidang milik Bryan. Parfum Maskulin lembut tercium disana. Aluna sangat menyukai bau parfum Bryan karena memang bau parfumnya lembut untuk ukuran parfum pria.

Sementara tangan Bryan mengelus lembut rambut Aluna yang hanya diikat satu.

"Sayang, kamu kok bisa ada disini? ini bukan mimpikan? Aluna menepuk kedua pipinya tidak percaya kalau pria yang memeluknya nyata.

"iya dong sayang. Bryan mengelus pipi yang tadi ditepuk oleh Aluna.

"Tapi tadi pagi waktu ditelpon, kamu bilang ngga bisa datang karena ada di Singapur, terus tadi juga bilangnya seminggu disana." Luna mengingat pembicaraan mereka tadi pagi ditelpon.

"Habisnya ada cewek cantik yang mematikan telepon dengan sepihak dan aku tahu abis nutup telpon dia ngapain." Sindir Bryan sambil tersenyum.

"Emang abis nutup telpon aku ngapain? " tuntut Aluna meminta jawaban sambil bangun dari dada Bryan dan menatap Bryan lekat.

"Ngapain Yah.." pikir Bryan sambil tangan nya menepuk dahinya seolah mencari jawaban disana.

"ihh" Aluna ngambek dan mulai berdiri dari duduknya.

melihat gelagat wanitanya Bryan langsung menarik lembut tangan Aluna dan mendudukkannya kembali. kemudian Bryan mencium dahi Aluna dan berkata "githu aja ngambek."

"Paling abis nutup telpon, hujan datang dari pipimu." canda Bryan kembali, karena dia kenal betul gadis yang membuatnya meninggalkan pekerjaannya di Singapura. Aluna tidak tahu apa yang Bryan tukarkan untuk bisa sampai di Indonesia demi untuk bertemu gadis yang dicintainya itu. Aluna hanya merona malu mendengar penuturan Bryan.

Bryan memang sangat mencintai Aluna karena hanya gadis itu yang membuat harinya menyenangkan, ditengah sibuk pekerjaannya. Bryan setelah lulus SMA sudah menggantikan ayahnya menjalankan perusahaan milik keluarganya. Karena Bryan merupakan anak pertama dari keluarga Wijaya. Diusianya yang masih muda bisa dibilang Bryan cukup sukses memimpin perusahaan milik ayahnya yang saat ini hanya mengawasi perusahaan dari rumah mereka yang berada di Singapura.

Bryan menatap lekat wajah Aluna yang merona karena malu dengan tebakan benar Bryan. Bryan menyentuh bibir mungil Aluna dengan tangannya.

"Tidak ada yang menyentuhnya kan?" Bryan bertanya pada Aluna dengan mata menyelidik.

"nggaklah, emang aku punya pacar selain kamu." jawab Aluna sembari menurunkan tangan Bryan.

Bryan dan Aluna sudah berjanji bahwa tidak ada ciuman bibir selama mereka pacaran. Mereka bertekad akan melakukannya pertama kali dimalam pertama mereka dan keduanya bisa menjaga janji mereka sejauh ini.

"Sayang sudah malam, aku balik dulu. " kata Bryan.

Aluna hanya bisa memajukan bibirnya pertanda dia tidak rela jika kebersamaan mereka berakhir.

"Nanti besok dan besoknya lagi aku kesini. kata Bryan lagi.

"benarkah? " Aluna sontak tersenyum bahagia.

"Iya sayang. Bryan kembali mencium lembut kening Aluna.

"Pokoknya selama kamu liburan disini, aku akan setia menemanimu." Bryan mencubit gemes pipi Aluna.

" asiiikkk," teriak Aluna sambil menghamburkan kembali pelukannya didada Bryan.

"Ya udah ayo kita kedalam pamitan sama yang lainnya. " Aluna menarik tangan Bryan kedalam rumah nenek Ami.

Semuanya senang melihat raut wajah bahagia sepasang kekasih yang baru masuk keruang tamu rumah nenek Ami. Kecuali Richo tentunya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!