NovelToon NovelToon

Tiba-tiba Menikah

Bab 1 ~ Tidak Ada Penolakan

" Assalamualaikum " , ucap salam Zira seraya membuka pintu.

" Wa'alaikum salam warohmatullah " , jawab semua yang ada dirumah.

 Zira membulatkan matanya ia sedikit kaget mendapati semua keluarganya berada diruang tamu , kedua matanya mengabsen setiap orang .

" Tumben banget ni jam segini udah pada kumpul dirumah " , batin Zira heran.

" Ayo sini duduk nak ! " , Ajak Bunda Zoya lembut dan Zira langsung menganggukan kepalanya seraya tersenyum kikuk .

 Sebelum duduk disamping sang bunda , tak lupa Zira pun mencium punggung tangan Ayah Syahdan dan juga bang Zidan , dan ia menyodorkan tangannya kepada sibungsu Zulfa .

" Pulang diantar siapa dek ? " , tanya bang Zidan dingin .

Zira yang baru duduk disamping sang bunda menjadi sedikit gugup .

" Mmm anu itu temen bang ? " , jawab Zira seraya menampilkan barisan giginya yang putih namun ternyata ada sisa cabe digigi atasnya .

" Temen perempuan ? " , tanya Ayah Syahdan seraya menatap ke arah Zira.

"Mmm ih ayah apaan sih ? , ya udah pastilah temen perempuan " , jawab Zira seraya memalingkan wajahnya karena takut dengan tatapan Ayah Syahdan .

" Ga usah bohong ! , Ayah udah tahu " , timpal Ayah Syahdan yang menatap Zira semakin lekat .

" Maksudnya apa yah ? , Zira tidak ngerti ? " , tanya Zira gugup .

" Udah kak kamu ga usah menjelaskan atau meminta maaf , yang jelas Ayah tahu semua tentang kamu , semuanya tanpa terkecuali " , ucap Ayah Syahdan yang membuat Zira kaget sekaligus takut .

" Maaf ", Zira menunduk seraya kedua matanya sudah berkaca-kaca .

" Ayah sudah memaafkan semuanya , tapi Ayah mau kamu harus menikah minggu depan " , Ucap Ayah Syahdan lantang.

" Degh Apa ? , menikah ? , kenapa harus menikah yah ? , tanya Zira beruntun , ia teramat kaget dengan apa yang diucapkan sang Ayah.

" Memangnya kenapa ? , apa kamu ga bakalan menikah ? " , tanya balik Ayah Syahdan .

" Bukan begitu yah , maksud Zira kenapa harus secepat ini ? , ijazah sekolah SMA aja Zira belum terima yah ? " , tanya Zira tak habis pikir.

" Itu tidak penting , pokoknya Minggu depan kamu harus menikah dengan laki-laki pilihan Ayah ! " , keputusan Ayah Syahdan final.

" Laki-laki pilihan Ayah ? , Siapa ? " , tanya Zira dalam hati dan kedua matanya sudah mengeluarkan cairan bening.

" Zira ga mau yah ! " , tolak Zira seraya mengusap air matanya.

" Tidak ada Penolakan ! , Ayah tidak butuh penolakan ataupun bantahan , keputusan Ayah sudah final tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun ! " , tegas Ayah Syahdan .

  Ayah Syahdan menatap sendu pada Zira sebenarnya ia tak tega melihat putrinya bersedih namun Ayah Syahdan harus melakukan ini demi menyelamatkan Zira .

" Bunda , Abang kenapa kalian semua diam aja ? , ayo bantu Zira buat bujuk ayah , Zira belum mau menikah " , Isak tangis Zira seraya meminta pertolongan kepada bunda Zoya dan Abang Zidan .

  Semuanya terdiam tak ada yang angkat suara sedikitpun mereka hanya terpaku dan membisu .

" Zira ga mau Ayah ! , Zira mohon jangan hukum Zira seperti ini ? , Zira mau melakukan apa saja demi Ayah asal jangan menikah yah " , mohon Zira terisak seraya mencium punggung tangan sang Ayah.

" Hummmmh " , terdengar Ayah Syahdan menghela nafasnya berat .

" Sudah Ayah katakan , Ayah tidak butuh penolakan atau bantahan dari kamu Zira ! " , ucap Ayah sedikit lembut seraya mengusap kepala Zira yang terbalut kerudung putih .

" Ayah jahat ! , Ayah sudah gak sayang lagi sama Zira ! " , Zira mendongak menatap Ayah Syahdan sekilas sebelum akhirnya ia masuk lari ke dalam kamarnya .

Semua cukup terkejut dengan tingkah Zira dan tidak menyangka Zira akan semarah ini .

Ayah Syahdan memberikan kode kepada bunda Zoya agar menyusul Zira dan menenangkannya .

" Zulfa kamu masuk kamar ya nak ! " , ucap sang Ayah kepada sibungsu .

Zulfa langsung mengangguk seraya kedua tangannya mengelap lelehan air mata yang berhasil membanjiri kedua pipinya .

Ternyata diam-diam Zulfa ikut menangis .

" Tidak seharusnya Zulfa ikut menyaksikan semua ini " , batin Ayah Syahdan yang melihat sibungsu ikut menangis .

Setelah kepergian Zulfa , Ayah Syahdan mengobrol dengan Zidan tentang kelanjutan dan persiapan pernikahan Zira.

Didalam kamar Zira terus menangis seraya memeluk boneka beruang besar kesayangannya .

" Zira boleh bunda masuk sayang ? " , Izin bunda Zoya seraya mengetuk pintu kamar Zira .

" Zira bunda ingin bicara nak , boleh ya bunda masuk ? " , Izin bunda Zoya lagi karena tidak mendapati jawaban dari Zira .

Bunda Zoya memutar kenop pintu nya dan ternyata pintunya terkunci .

" Zira " , panggil bunda Zoya lagi .

" Masuk Bun " , Zira membuka pintu kamarnya dan mempersilahkan bunda Zoya untuk masuk .

Penampilan Zira sudah tidak karuan , sebagian rambut sudah terlihat keluar dari kerudung bagian depan belum lagi muka sembabnya tidak bisa ia sembunyikan .

Bunda Zoya merasa sangat kasihan dan khawatir dengan Zira , Bunda Zoya tidak ingin melihat Zira dengan kondisi seperti ini namun bunda Zoya tidak bisa berbuat apa-apa dan bunda Zoya juga percaya dengan keputusan sang suami kalau semua demi kebaikan Zira .

Zira dan bunda Zoya duduk dipinggir tempat tidur .

" Sini nak peluk bunda , kakak boleh melampiaskan semua kekesalan , kemarahan kakak sama bunda " , ucap bunda Zoya seraya melebarkan kedua tangannya dan Zira langsung memeluk sang bunda.

" Bun da kenapa Ayah lakukan ini pada Zir a ? " , tanya Zira dengan suara isak tangisnya .

" Kak lebih baik sekarang kakak nangis dulu sepuasnya , keluarkan semua kekesalan dan kemarahan kakak biar kamu tenang dan setelah itu baru kita ngobrol baik-baik ya nak " , balas bunda Zoya seraya mengusap kepala Zira .

Zira terus memeluk bunda Zoya seraya terus terisak .

" Gapapa nak bunda lebih baik melihat kamu menangis sekarang dari pada melihat kamu menangis nanti karena penyesalan " , batin bunda Zoya yang terus memeluk dan mengusap kepala Zira .

            *********************

   Zira Azizah atau biasa dipanggil Zira , Zira lahir dari pasangan Ayah Syahdan dan Bunda Zoya .

 Zira mempunyai Abang yang bernama Zidan al-Fatih dan juga adik perempuan yang bernama Zulfa Humaira.

 Zira dan Zulfa sangat disayang dan dijaga oleh keluarga nya karena mereka anak perempuan .

Dan setiap sekolah atau pun berpergian Zira dan Zulfa selalu diantar jemput oleh Ayah Syahdan atau bang Zidan .

Umur Zira belum genap 18 tahun dan ia baru lulus SMA . Sedangkan sibungsu ia baru berusia 12 tahun dan akan masuk ke sekolah menengah pertama ( SMP ) .

Zidan al-Fatih ia sudah berusia 26 tahun , dan sudah lulus S2 sekitar 2 tahun yang lalu , ya bang Zidan lulus dengan cepat dan ia hanya membutuhkan waktu 3 tahun untuk mendapatkan gelar S1 begitupun dengan S2 nya .

Zidan membantu sang Ayah untuk menjaga kedua adik perempuan nya , sekaligus ia membangun usahanya sendiri .

Zira dan Zulfa mempunyai kepribadian yang sangat berbeda , Zira lebih terlihat ceria dan gampang akrab dengan siapa pun , orangnya suka bercanda dan juga sangat manja . Sedangkan sibungsu jika diluar rumah ia lebih terlihat sedikit pendiam dan juga tertutup namun ia selalu menyibukkan dirinya dengan mendalami ilmu bela diri namun jika didalam rumah Zulfa suka bercanda dengan semua keluarga dan juga sedikit manja .

~

Bab 2 ~ Hamil ?

Setelah puas menangis dipelukan sang bunda , Zira merasa sedikit lega , ia melepaskan pelukannya dan menghapus kedua pipinya yang basah karena air mata .

" Udah jauh lebih tenang sekarang ? " , tanya bunda Zoya lembut .

Zira mengangguk pelan .

" Minum dulu nak ? " , bunda Zoya menyodorkan segelas air mineral dan Zira langsung menerima dan meneguknya sampai hampir habis .

" Sekarang kakak boleh bertanya apa pun kepada bunda ? " , ujar bunda Zoya seraya tersenyum .

" Bunda kenapa Zira harus menikah secepat ini ? " , tanya Zira dengan masih sesenggukan .

Bunda Zoya tersenyum.

" Kak menikah itu ibadah sayang dan untuk menyempurnakan agama kita dan juga bisa menjaga kehormatan diri nak , selain itu bukannya hal yang baik harus disegerakan " , tutur bunda Zoya .

" Iya Bun Zira tahu tapi tidak harus secara tiba-tiba begini kan Bunda " , balas Zira dengan cemberut .

" Kenapa tidak sayang kalau untuk kebaikan kamu sendiri nak " , jawab bunda Zoya seraya mengusap pipi Zira lembut .

" Demi kebaikan Zira apa Bun ? , justru semua ini membuat Zira tersiksa , Zira tidak bisa menikmati masa muda Zira seperti orang lain , belum lagi bagaimana kalau calon suami Zira orang jahat bunda " , tanya Zira beruntun .

Bunda Zoya tersenyum lagi , ia mengerti kekhawatiran putrinya .

" Sayang semua itu tidak akan terjadi nak , percaya deh sama bunda , calon suami kamu bukan orang jahat nak dan kamu masih bisa kok menikmati masa muda kamu nak " , tutur bunda Zoya meyakinkan Zira .

Zira menggelengkan kepalanya pertanda ia tetap tidak bisa menerima keputusan sang Ayah .

" Kak , Ayah melakukan semua ini demi kamu nak suatu hari nanti kamu bakal mengetahui semuanya dan mungkin kakak bakal berterimakasih sama Ayah " , ucap Bunda Zoya seraya mengelus lembut bahu Zira .

" Maksudnya ? " , tanya Zira yang tidak mengerti dengan perkataan sang bunda .

" Sudah sekarang kakak bersih-bersih ya udah itu istirahat ya nak ! " , ujar sang bunda yang membuat Zira sedikit kesal karena tidak menjawab pertanyaannya .

" Oh ya bunda mohon minta tolong sama kakak , tolong sudahi hubungan dengan laki-laki itu ya nak ? " , pinta Bunda Zoya sebelum benar-benar bangkit dari duduknya .

" Degh.. " , Zira terdiam menatap sang bunda .

"Jadi benar semuanya udah tahu tentang hubungan aku dan Adrian ? " , batin Zira kaget .

Adrian adalah teman sekelas Zira , menurut Zira dia laki-laki yang baik dan juga cukup pintar belum lagi Adrian juga ganteng , disekolah Adrian cukup terkenal karena ia ketua OSIS , banyak yang mengidolakannya bahkan para perempuan banyak yang mengejar-ngejar Adrian ingin menjadi kekasih nya .

Sudah hampir setahun Zira menjalin hubungan dengan Adrian walau sembunyi-sembunyi dan itu pun hanya disekolah .

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

" Dek tolong panggilkan kak Zira ya ! " , pinta bunda Zoya kepada sibungsu karena semua sudah berada dimeja makan terkecuali Zira yang belum terlihat batang hidungnya .

" Iya bunda " , Zulfa langsung bangkit dari duduknya dan ia segera melangkah ke kamar Zira .

Tak lama Zulfa sudah kembali ke meja makan disusul oleh Zira .

Zira terlihat sangat lesu tidak seperti biasanya tak lupa dengan bibirnya yang maju beberapa centi meter , mungkin Zira masih kesal dengan Ayah Syahdan .

Semua membaca doa makan dan setelah nya mulai menikmati makanannya masing-masing .

" huek huek huek " , baru saja suapan pertama tiba-tiba Zira merasa mual dan ingin muntah .

Zira langsung berlari ke kamar mandi yang ada di dapur .

" Kak " , Bunda Zoya langsung menyusul Zira diikuti sibungu .

" Hamil ? " tanya Ayah Syahdan dalam hati .

" Ayah jangan berpikir yang aneh-aneh , abang percaya Zira tidak akan melakukan hal itu " , Ucap bang Zidan yang mengerti dengan lamunan Ayah Syahdan .

" Coba kamu hubungi dokter keluarga kita bang ! " , printah Ayah Syahdan .

Bang Zidan langsung mengangguk dan ia segera merogoh ponsel disaku bajunya .

" Ayah yah " , teriak Bunda Zoya dari arah dapur .

" Astaghfirullah iya Bun kenapa ? " , kaget Ayah Syahdan dan langsung menghampiri bunda Zoya .

" Abang gimana dokter Lisa bisa kesini ? " , tanya Ayah Syahdan dan ia menggendong tubuh Zira yang pingsan .

" Astaghfirullah ini Zira kenapa yah ? " , tanya bang Zidan kaget dan ia memang sedari tadi kesulitan untuk menghubungi dokter Lisa dan setelah bisa dihubungi ternyata dia tengah berada diluar kota .

" Zira pingsan " , jawab Ayah Syahdan apa adanya .

" Ya udah yah kita langsung bawa ke rumah sakit aja , dokter Lisa lagi diluar kota " , jawab Zidan cepat .

" Ya udah cepat kamu siapkan mobilnya ! " , perintah Ayah Syahdan dan Zidan langsung mengangguk dan segera pergi ke garasi .

Sementara Bang Zidan menyiapkan mobil , Ayah Syahdan membaringkan Zira disofa , bunda Zoya dan Zulfa membantu mengoleskan minyak angin untuk membangunkan Zira .

" Emmm aduh sakit " , keluh Zira yang baru siuman dan ia berusaha langsung bangun dari berbaring nya .

" Kak pelan-pelan nak " , khawatir bunda Zoya .

" Minum dulu kak " , ujar Ayah Syahdan menyodorkan segelas teh hangat .

Zira meminumnya perlahan namun lagi-lagi ia merasa mual .

" huek huek " .

" Kamu kenapa nak ? " , tanya bunda Zoya yang khawatir .

" Zira tidak apa-apa bunda , hanya saja Zira merasa sedikit pusing dan mual " , jawab Zira pelan .

" Ya udah kita ke rumah sakit sekarang ! " , Ajak Ayah Syahdan yang sudah tidak karuan .

Iya tidak bisa memaafkan jika hal itu benar-benar terjadi kepada salah satu putri nya .

" Tidak usah yah , Zira tidak apa-apa kok , Zira hanya butuh istirahat aja ", tolak Zira pelan .

" Ga kamu harus diperiksa oleh dokter kak , Ayo ayah gendong " , balas Ayah Syahdan yang langsung memangku Zira .

Zira hanya pasrah dan mengikuti permintaan sang Ayah lagian ia tidak punya tenaga untuk menolak lagi .

Zira duduk di bangku belakang bersama bunda Zoya dan Zulfa , sedangkan Ayah duduk di bangku depan disamping sang pengemudi yang tak lain adalah bang Zidan .

Sepanjang perjalanan Zira duduk menyender dibahh bunda Zoya , kedua matanya terpejam namun ia tidak tertidur , Zira hanya mengurangi rasa pusing dan mual yang ia rasa .

Tak lama mobil bang Zidan sudah terparkir di kawasan rumah sakit , Ayah Syahdan langsung keluar dan membuka pintu belakang dan bersiap menggendong Zira namun dengan cepat Zira menolak .

" Zira bisa jalan kok yah " , tolak Zira cepat .

" Yakin kamu kak ? " , tanya Ayah Syahdan khawatir .

" Iya " , Jawab Zira mengangguk .

" Kalau digendong sama Abang aja gimana ? " , tawar bang Zidan.

" Ya udah boleh " , jawab Zira setuju .

Bang Zidan langsung membawa Zira ke UGD untuk segera diperiksa .

Tak lama Zira langsung mendapat penanganan ia langsung ditangani oleh dokter dan dua orang suster.

" Jadi bagaimana dok kondisi anak saya ? " , tanya Ayah Syahdan cepat .

" Anak bapak terkena penyakit asam lambung " , jawab sang dokter .

" Tapi tidak usah khawatir nanti saya akan resepkan obatnya " , ucap sang dokter lagi .

" Baik dok , terimakasih banyak dok " , jawab Ayah Syahdan , ada rasa lega karena kekhawatiran nya tidak terjadi.

" Sama-sama " , balas sang dokter ramah .

~

Bab 3 ~ Tiba-tiba Menikah

  Malam setelah Zira dilarikan ke rumah sakit , Zira tidak diizinkan untuk berpergian ia harus benar-benar dirumah dan beristirahat apalagi pernikahannya akan segera dilangsungkan dalam beberapa hari lagi .

 Zira merasa kesal , sudah beberapa hari ia seperti dikurung tidak boleh keluar dari rumah , kini disaat suasana rumah yang mulai ramai karena sudah kedatangan keluarga dari Ayah Syahdan dan juga bunda Zoya bahkan kini banyak tukang yang mulai merias rumah nya , iya acara pernikahan akan diadakan dirumah Ayah Syahdan .

Zira menggunakan kesempatan tersebut untuk melarikan diri dari rumah , Zira tidak mau kalau ia harus menikah dalam waktu dekat apalagi Zira belum pernah bertemu dengan calon suaminya ditambah Zira juga merasa berat untuk meninggalkan pacarnya .

Zira membuka pintu kamar nya mengintip situasi diluar dan ya semua orang tengah sibuk . Zira mulai melangkahkan kakinya keluar dari kamar .

Tep tep tep Zira berjalan perlahan , namun baru juga jalan beberapa langkah tiba-tiba ada suara yang memanggilnya .

" Kak " ,

" Aduh " , Zira menepuk jidatnya perlahan dan mulai membalikan badan menoleh ke sumber suara .

" Hai Bulan " , Sapa Zira kepada adik sepupunya .

" Hallo kak " , jawabnya seraya melambaikan tangan .

" Cie yang bentar lagi jadi istri orang " , canda Bulan seraya menyenggol bahu Zira .

" Apaan sih bul ? " , balas Zira sedikit sewot .

" Dih ko sewot sih kak ? " , tanya bulan lagi aneh .

" Udah udah aku mau keluar pusing " , Timpal Zira dan itu kesempatan nya untuk melarikan diri melanjutkan misinya .

Zira meninggalkan Bulan dan ia mulai kembali melangkahkan kaki seraya menundukkan kepala .

Akhirnya Zira sampai dipintu depan rumah , ia tersenyum senang artinya tinggal sedikit lagi ia bisa keluar dari rumah .

Beruntung semua orang tengah sibuk dengan tugasnya masing-masing , Bahkan Zira tidak melihat keberadaan bunda Zoya , Ayah Syahdan , Zulfa dan juga bang Zidan .

Zira tidak peduli yang terpenting ia bisa melarikan diri dari rumah .

Zira sudah sampai dipintu gerbang rumah , namun baru saja tangannya memegang kunci pintu gerbang ia dikagetkan oleh suara bang Zidan yang entah dari mana datang nya .

" Kak mau kemana ? " , bang Zidan sedikit berlari menghampiri Zira .

" Mmm ngga kemana kok cuman mau cari angin aja " , jawab Zira berbohong .

" Udah masuk kamar lagi aja , anginnya lagi ga bagus nanti kamu sakit lagi " , timpal bang Zidan lembut .

" Ya bagus dong kalau aku sakit , biar nikahnya ga jadi sekalian " , balas Zira sekenanya .

" Kak kok ngomong nya gitu ? , itu tandanya kamu tidak bersyukur dikasih kesehatan sama Allah SWT , banyak loh orang sakit yang lagi berjuang ingin sehat " , timpal bang Zidan mengingatkan .

" Mmm iya iya deh " , jawab Zira malas dan ia akhirnya kembali masuk ke dalam rumah karena tidak mau diceramahi lebih panjang oleh abangnya.

Zira masuk kamar dan kembali mengurung diri didalam kamar , Zira harus memikirkan cara lain agar ia bisa pergi dari rumah .

#

Malam hari sekitar pukul 10 malam , keadaan rumah mulai sepi mungkin semua orang sudah beristirahat .

Zira sudah menyiapkan dirinya untuk pergi dari rumah , ia hanya membawa tas gendongnya yang berisikan 2 potong pakaian gantinya , dompet dan juga ponsel .

Zira tidak membawa barang banyak karena itu bisa mempersulit untuk dirinya kabur dari rumah .

Walau ada perasaan takut harus keluar malam-malam seorang diri tapi Zira harus mengalahkan rasa takutnya karena tidak ada cara lain .

Kali ini Zira memutuskan pergi lewat jendela kamarnya , beruntung ia tidak menempati kamar dilantai atas .

Zira mengintip ke arah luar , cukup sepi dan membuat bulu pundaknya merinding namun lagi-lagi Zira menguatkan niatnya dan harus memberanikan diri .

Setelah melihat situasi aman , Zira membuka jendela kamarnya sedikit lebar , lalu menjatuhkan tasnya terlebih dulu sebelum ia melompat dari kamar .

Zira berhasil keluar dari kamarnya , ia berdiri dan menatap rumahnya sejenak , kedua matanya berkaca-kaca , rumah yang ditempati nya selama belasan tahun bahkan dari ia bayi sampai sekarang dan dengan berat hati ia harus meninggalkan nya .

" Ayah , bunda maaf Zira harus pergi , maaf kalau Zira membuat Ayah dan bunda kecewa " , ucap Zira dalam hati dan kedua matanya sudah tidak bisa menahan lagi untuk mengeluarkan cairan bening .

" Abang , adek tolong jaga Ayah dan bunda ya " , ucap Zira lagi dalam hati seraya mengelap air matanya yang tanpa permisi sudah membasahi kedua pipinya .

Zira menmbalikan badannya namun ia sangat terkejut karena harus bertabrakan dengan tubuh yang cukup besar dan kekar .

" Aahhh " , teriak Zira namun mulutnya langsung ditutup oleh telapak tangan .

" Kak jangan teriak ini Abang " , ucap bang Zidan seraya melepaskan Zira.

" Abang ? " , ucap Zira pelan seraya menatap bang Zidan memastikan kalau itu benar-benar bang Zidan .

" Hmmm" , dehem bang Zidan .

" Mau kemana malam-malam begini ? " , tanya bang Zidan dingin .

" Mmm itu bang mau pergi sama temen " , jawab Zira berbohong seraya menundukan kepala .

" Sejak kapan kamu suka pergi malam-malam kaya gini ? , dan kenapa harus lewat jendela kamar ? " , tanya bang Zidan beruntun .

Sejak kejadian tadi siang bang Zidan sudah menaruh curiga kalau Zira ingin melarikan diri dari rumah .

Zira menunduk , ia tidak bisa berkata apa-apa lagi karena seperti nya bang Zidan sudah mengetahui niatnya untuk melarikan diri dari rumah .

" Ekhem maaf bro sepertinya aku harus pamit masih ada urusan yang harus diselesaikan " , pamit seseorang yang sedari tadi ada dibelakang bang Zidan .

" Eh maaf bro jadi terganggu dengan adanya kejadian ini " , timpal bang Zidan merasa tidak enak .

" Santai santai gapapa " , jawab laki-laki tersebut seraya bersalaman dengan bang Zidan .

" Assalamualaikum " , ucap salamnya yang langsung dijawab oleh bang Zidan dan juga Zira .

Zira masih menundukkan kepala ia tidak berani menatap ke arah bang Zidan .

Bang Zidan mengajak Zira untuk duduk di bangku halaman , ia mengobrol dengan lembut dan juga memberi wejangan untuk Zira , Zira dibuat menangis dan mengakui kesalahannya , ia pun beberapa kali meminta maaf .

" Ya sudah sekarang kamu istirahat ya masuk kamar , udah jangan nangis lagi " , ucap Bang Zidan seraya mengusap lembut kepala Zira .

" Iya bang " , jawab Zira dengan mengangguk.

Sebelum Zira benar-benar pergi ia menyempatkan memeluk tubuh kekar abangnya , Abang yang selalu menjaganya , yang selalu ada , yang selalu sayang , yang selalu mengingatkan Zira dan yang selalu memanjakan nya , mungkin setelah menikah nanti Zira tidak bisa lagi sedekat ini dengan abangnya .

" Abang gak akan berubah kan walau Zira sudah nikah nanti ?, Abang akan tetap seperti ini ? " , tanya Zira beruntun .

" Abang akan tetap seperti ini kak " , jawab bang Zidan seraya membalas pelukan adiknya .

##

" SAYA TERIMA NIKAH DAN KAWINNYA ZIRA AZZIZAH AL-FATIH BIN SYAHDAN AL-FATIH DENGAN MAS KAWIN TERSEBUT DIBAYAR TUNAI " ,

" SAH " ,

" SAH " ,

" SAH " ,

" Alhamdulillah " ,

~

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!