NovelToon NovelToon

ELEORA (Elio Aurora)

Bab 1

Sosok pemuda tampan dengan sorot mata setajam elang berjalan memasuki koridor sekolah elit dengan langkah penuh wibawa.

pemuda tampan dengan rahang tegas, sorot matanya yang tajam mampu membuat siapapun merasa terintimidasi saat berhadapan dengannya.

pemuda tampan bak jelmaan dewa mitologi Yunani, dengan iris mata coklat terang, badan Tegap, tinggi badan 185 cm, memiliki wajah blasteran itali dari sang ibu dan ayah Indonesia dari sang ayah, membuatnya banyak di elu elukan para perempuan yang menatapnya.

bersama dengannya 4 pemuda tak kalah tampan mengiringi langkah pewaris tunggal perusahaan raksasa dirgantara crop itu.

perusahaan yang mencangkup berbagai macam sektor industri dan sudah tersebar di berbagai daerah bahkan sudah sampai luar negeri, membuat nama dirgantara banyak di kenal dan di segani di berbagai kalangan pebisnis, banyak yang berebut, berusaha agar bisa menjalin kerja sama dengan perusahaan tersebut.

"El, hari ini jangan lupa ada rapat OSIS", ucap pemuda dengan lesung pipi berwajah oriental itu, Jerico bastara, nama lengkapnya,

"hemmmm", jawab singkat bin datar pemuda tampan yang bernama lengkap Elio Abigail dirgantara itu,

"nanti malam juga ada tawaran balap dari black lion, kita turun apa gak El?", tanya delano Pradipta,

"terserah Azka", jawab Elio,

"gue info lagi nanti", sahut si dingin bin datar Azka Milano, sepupu Elio dari pihak sang mami,

"pertandingan persahabatan antar sekolah juga dimajukan, kita harus segera mengumpulkan perwakilan ketua masing masing kelas", sahut Virzha Mahatma, sepupu Elio dari pihak sang Daddy,

"kita bahas nanti rapat", jawab Elio yang menjabat sebagai ketua OSIS.

Ke 5 lelaki sejuta pesona itu pun melanjutkan langkah ke kelas mereka karena bel sudah berbunyi dan pelajaran akan segera dimulai.

SMA mustika Dirgantara adalah sekolah milik keluarga dirgantara yang juga ada jenjang SMP dan SD, semuanya berada dalam satu kawasan yang hanya di sekat tembok per jenjangnya saja.

Elio dan ke 4 temannya tahun ini berada di kelas 12, mereka bersekolah di sana sejak mereka SD dan selalu bersama sama karena rumah mereka pun berada dalam satu komplek khusus keluarga mereka dan di komplek itu hanya ada 5 hunian besar, masing masing milik keluarga dirgantara, Milano,Pradipta, Mahatma dan bastara.

Kalau Azka adalah sepupu Elio dari pihak sang Daddy, dan Virzha sepupu dari pihak sang mommy, kalau orang tua jerico dan Delano adalah sahabat daddy-nya elio, tuan rajendra dirgantara. Sama seperti mereka, orang tua mereka juga bersahabat sejak kecil, bahkan persahabatan itu dimulai dari kakek nenek mereka, sehingga saat mereka sudah berkeluarga pun mereka membangun rumah berdekatan agar bisa sering berkumpul bersama kalau sedang penat bekerja dan bertahan hingga cucu mereka.

Elio, Azka, Delano, Jerico dan Virzha juga memiliki geng motor yang diberi nama the golden eagle, anggotanya, jangan ditanya, sudah ratusan dan tersebar di berbagai penjuru kota.

Bukan geng motor yang suka ugal ugalan atau membuat onar yang suka tawuran atau balapan liar gak jelas ya, tapi geng motor mereka lebih ke sekumpulan anak muda yang suka motor dan menyalurkan hobi mereka dengan ikut event balap di sirkuit resmi, membongkar pasang motor bahkan mereka pun punya bengkel motor yang lumayan besar dan pegawainya adalah anggota mereka yang kurang beruntung dalam segi ekonomi.

Kelas sudah dimulai, para siswa menyimak dengan seksama pelajaran yang diterangkan oleh guru di depan, sekolah itu kelas unggulan, hampir seluruh penghuninya adalah anak anak berotak cerdas dan haus akan prestasi, tak heran kalau pelajaran sudah dimulai yang tersebar hanyalah suara gurunya saja, yang lain fokus menyimak.

Di belahan bumi bagian lain, seorang gadis berparas cantik juga sedang menyimak dengan fokus pelajaran yang sedang di jelaskan oleh guru berhijab yang terlihat garang.

"Calista, silahkan kamu jelaskan apa yang dimaksud dengan soal nomor 5", perintah ibu guru, gadis yang akrab disapa Calista itupun dengan mantap menjawab dan menjelaskan jawaban dari soal yang di maksud Bu guru.

Teman temannya menyimak dan mencatat jawaban calista, Bu guru selalu puas dengan jawaban calista dan memuji kepintaran gadis itu.

Aurora calista Wibisono, gadis cantik ber body bak model, parasnya begitu cantik, wajahnya teduh, kulitnya putih mulus, pintar, sampai sampai dia dijuluki queen bee nya SMA darma bakti.

Tak heran, disekolah banyak sekali gadis gadis iri pada sosok Calista, ditambah lagi Calista juga sudah dijodohkan dengan pangeran sekolah SMA darma bakti yang tampan dan kaya raya, Geovano Abraham dan rencananya setelah lulus mereka akan bertunangan dan berkuliah bersama di luar negeri.

"Lo emang pinter cal", puji Bianca, salah satu sahabat Calista,

"paket lengkap pokoknya mah kata gue", sahut Mona, sahabat Calista juga,

"Lo kira Calista martabak, paket komplit", ucap Wenda, sahabat Calista juga, sedangkan Calista hanya menggelengkan kepala mendengar perdebatan sahabat sahabatnya.

Bel istirahat berbunyi, pelajaran berakhir dan semua anak anak berhamburan keluar kelas, ada yang langsung menuju kantin, ada yang ke toilet, dan juga ke perpustakaan.

"makan apa kita hari ini enaknya?", tanya wenda,

"gue dengar dengar ada menu baru di kantin, bakso mercon, pasti enak tuh", kata Mona berbinar,

"jangan aneh aneh Mon, ntar perut Lo mules ", ucap Calista,

"tau nih anak, gak bisa makan pedes juga sok sok an mau makan bakso mercon, perut Lo ntar meledak tau rasa Lo", julid Bianca,

mona hanya bisa cemberut mendengar ocehan para sahabatnya itu.

Keempatnya sudah duduk anteng di kursi kantin yang siang itu terlihat seperti biasa, ramai tapi tidak gaduh, tidak ada antrian panjang juga karena untuk memesan mereka akan dilayani dan diantar kemeja setalah pesanan siap.

"ya sudah kita pesan nasi goreng seafood aja ya", tawar Calista,

"oke deh".

Pesanan mereka diserahkan ke petugas kantin dan akan segera di buatkan, keempatnya pun menunggu sambil ngobrol ngalor ngidul, membahas apapun yang sedang viral belakangan ini.

"cal, bis ikut aku bentar", suara bariton itu cukup mengagetkan Calista dan yang lain, tapi mereka sudah hafal siapa pemilik suara itu.

"oke", jawab Calista, dia pun berdiri, tangannya di sambut sang pemuda yang tak lain adalah Geovano.

"ada apa van?", tanya Calista,

"nanti malam aku ada balap di jakpus, kamu mau ikut?", tanya geovano, Calista diam menatap Geovano,

"cal, katanya kamu pengen ketemu sama ibu kandung kamu, kalau kamu mau nanti aku akan izinin ke keluarga kamu", ucap Geovano lagi, dia paham sekali apa yang dirasakan gadis yang dijodohkan dengannya itu.

bagaimana pun mereka adalah bersahabat sebelumnya, dan Geovano adalah teman pertama Calista setelah dia dibawa sang papa, dari kedua orang tuanya geovano mengetahui semua cerita hidup Calista, yang dulunya dipanggil Aurora itu.

"aku takut van", ucap Calista lirih,

"apa yang kamu takutkan, gue jamin gak akan ada yang tahu kalau kamu nyari ibu kandung kamu, aku jamin", ucap Geovano sungguh sungguh,

"tapi kamu tahu kan Van kalau keluarga papa tidak akan membiarkan keluar begitu saja, pasti mereka menyuruh orang untuk mengikuti ku, dan kalau sampai ketahuan aku akan dimarahi habis habisnya lagi sama nenek dan mama", jawab Calista, Geovano hanya bisa menghela nafas dalam, kasihan sekali gadis dihadapannya ini.

Dulu kalau Calista sakit, pasti dia menyebut nama ibunya, dan bundanya geovano adalah orang yang selalu menemani Calista kecil, karena mama tiri calista tidak pernah perduli pada Calista dan hanya peduli pada anaknya sendiri, yaitu adik tiri calista.

Geovano memegang kedua bahu Calista, menatap dalam gadis cantik didepannya ini, dia merasa iba tapi tidak bisa berbuat apa apa, karena bukan kapasitasnya ikut campur urusan keluarga Calista.

Dia sendiri Tidak mengerti kenapa keluarga papa Calista tidak pernah memperbolehkan Calista untuk bertemu dengan ibu kandungnya, bertanya pada ayah dan bundanya pun jawaban mereka sama, tidak tahu.

"ya sudah, kalau kamu berubah pikiran kamu langsung hubungi aku oke", ucap Geovano dan Calista pun mengangguk paham.

"kembali makan gih, aku balik ke rooftop dulu", pamit Geovano seraya meninggalkan Calista yang masih berdiri ditempatnya.

"gue kangen banget sama ibu, tapi kapan gue bisa ketemu lagi sama ibu, gue kangen, benar benar kangen", ucap Calista lirih, matanya sudah berkaca kaca, tapi sebisa mungkin dia menyembunyikan kesedihannya, dia pun kembali ke meja teman temannya karena waktu istirahat tinggal beberapa menit lagi.

*hai hai hai readers setiaku, selamat datang di karya baru author, kali ini author kambali Dengan kisah cinta anak remaja, jangan lupa dukungan buat author ya, jangan lupa tinggalkan like dan komentarnya, maaf kalau makan ada typo, terima kasih*

Bab 2

Di sebuah sirkuit ternama, suara riuh dari para penyuka motor sport sudah berkumpul disana.

Malam ini akan diadakan balapan yang mana geng black lion sebagai penantang, dan sudah hadir beberapa geng motor dari berbagai penjuru kota bahkan ada yang dari luar kota juga.

Golden eagle sudah hadir disana, para 5 inti dan beberapa anggota yang lain, malam ini Delano yang akan turun.

"gue kira kalian gak bakal datang", sapa Fian, ketua geng black lion, sambil ber high five bersama inti golden eagle,

"jarang jarang bisa kumpul", jawab datar Elio,

"itu juga niat kita bikin acara balap ini", sahut Ello,salah anggota black Lion,

"Apa si geng chiki juga Dateng?", tanya Clio, Anggota Balck Lion,

"chiki, siapa?", tanya delano,

"king snake", jawab Clio,

"kalau mereka datang, pasti ada saja huru hara yang di lakukan", ucap Jerico,

"ya siapa sih yang gak tahu bagaimana tabiat geng chiki itu, makanya kalau ada event balap kayak gini mereka jarang di undang atau di kasih kabar", kata Clio,

Belum juga obrolan mereka usai, terdengar deringan suara motor yang seperti sengaja di bunyikan dengan keras, pelakunya, siapa lagi kalau bukan geng king snake, dengan Dion sebagai ketuanya.

"belum juga mingkem udah nongol aja mereka" decak Clio,

"yuk bersiap, kalian siapa yang turun?", tanya Fian,

"Delano", jawab Azka,

"ya udah kalian have fun, del Lo segera siap siap", kata fian lagi, dia dan teman temannya meninggalkan tempat golden eagle.

sepeninggal Fian cs, Delano bersiap dengan motornya, Anggota yang lain mengikuti Delano, memberikan dukungan untuknya, sedangkan Elio, Jerico, Virzha dan Azka tetap duduk di tempat mereka.

Balapan malam ini bukan balapan pertarungan untuk melihat siapa yang lebih unggul, atau balap dengan taruhan hadiah hadiah besar, tapi balapan malam ini adalah balap persahabatan antar geng motor saja, tetap ada hadiah tapi berupa uang bukan berupa wanita atau hal hal berbau kebebasan.

"itu Geovano kan?", tanya Virzha setelah menangkap bayangan seseorang yang dia kenal,

"iya, datang juga tuh anak malam ini", ucap Jerico,

tak disangka ternyata orang yang di bicarakan tiba tiba datang menghampiri mereka.

"datang juga Lo Van?", tanya jerico,

"mana pasukan Lo?", tanya Azka,

Geovano sudah duduk bersama Elio dan yang lain setelah mereka bersalaman ala cowok.

"mereka lagi nonton Pedro tanding", jawab Geovano,

"tumben Lo mau datang jauh jauh dari bandung?", tanya jerico, Geovano menghembuskan nafas kasar,

"sebenarnya niat gue datang buat ajak calon tunangan gue ke sini karena dia mau cari keluarganya, tapi karena suatu hal dia Tidak jadi ikut, dan gue udah terlanjur daftar, jadi ya datang aja", jelas Geovano,

"Lo jadi dijodohkan?", tanya Elio buka suara,

"hemmmm", jawab Geovano sambil menghembuskan nafas kasar

"kenapa, kayaknya Lo tertekan gitu?", tanya jerico,

"bukannya tertekan jer, gue sama calon tunangan gue ini bersahabat sejak kami kecil, perasaan gue buat dia sebatas sayang seperti adik dan kakak, begitu pun perasaan dia ke gue" jawab Geovano.

"kenapa kalian gak nolak?", tanya Azka,

"kalau gue nolak gue bakal di jodohin sama adik tirinya, karena perjanjian perjodohan keluarga itu sudah ada sejak kami belum lahir, jadi mau gak mau gue sama calon tunangan gue jalani aja, meskipun hubungan kita tidak dilandasi Dengan cinta", jelas Geovano,

"masih ada jaman kayak gini perjodohan keluarga kayak gitu", ucap Virzha,

golden eagle dan the diamond, geng yang dipimpin oleh Geovano menjalin hubungan baik, meskipun sama sama geng motor, tapi mereka bersahabat, bahkan jarak tidak menjadikan hubungan persahabatan mereka renggang.

"kapan kapan kalau gue butuh bantuan kalian untuk mencari keluarga tunangan gue, kalian mau bantu kan?", tanya Geovano,

"Lo ngomong kayak gitu kayak sama siapa aja van", ucap Jerico,

"ada data atau ciri ciri keluarga tunangan Lo?", tanya Azka,

"itu masalahnya, calon tunangan gue ini pisah sama keluarganya sejak kecil dan sejak saat itu dia tidak boleh bertemu atau pun berkomunikasi dengan keluarganya lagi",ucap Geovano,

Elio menggenggam liontin berbentuk bintang terbelah yang selalu dia pakai sejak kecil itu, cerita Geovano mengingatkannya pada seseorang yang selalu dia rindukan.

"kapan pun Lo butuh bantuan Lo tinggal chat kita Van", ucap Virzha,

"oke, thanks".

mereka melanjutkan obrolan seputar keseharian dan geng motor mereka masing masing.

Disebuah rumah lantai 2 bergaya klasik, Aurora atau Calista sedang sibuk membaca novel favoritnya, karena besok hari libur jadi dia tidak perlu belajar malam ini.

tiba tiba saja suara gedoran pintu kamarnya membuat Calista yang tadinya fokus terjingkat kaget,

"Calista keluar kamu", suara sang mama menggema, Calista pun segera membuka pintu kamarnya,

"ada apa sih ma, kenapa teriak teriak", ucap Calista, di samping mama tirinya sudah ada adik tirinya, Calista sudah bisa menebak, pasti sang adik tiri yang licik itu sudah mengadukan yang tidak tidak pada mamanya.

"apa yang tadi kami bicarakan dengan Geovano di sekolah?", tanya sang mama membuat Calista kaget, takut kalau sampai sang mama tahu kalau Geovano mengajaknya ke jakarta,

"kita Tidak membicarakan apa apa", jawab Calista berusaha tenang,

"gue udah bilang sama Lo ya kak, jangan dekat dekat kak Geovano, karena dia hanya akan jadi milik gue", ucap Hilda, adik tiri calista dengan nada sengit,

"Geovano itu pacar gue dan dia adalah calon tunangan gue, aneh banget kata kata Lo, gak malu Lo ngomong seperti itu?", tantang Calista,

plak...

Tamparan keras mendarat begitu saja di pipi mulus Calista hingga membuat wajahnya tertoleh seketika,

"berani kamu bantah ucapan adik kamu?", bentak Tina, mama tiri calista,

Plak...

"awsh...",

Kali ini ringisan terdengar dari Hilda, karena baru saja Calista membalas tamparan mamanya pada Hilda.

"anak kurang ajar, Berani kamu tampar anak saya hah", tangan Tika sudah hendak kembali memukul Calista tapi ditahan dan dicengkeram oleh calista membuat Tika meringis kesakitan,

"jangan pikir gue takut untuk malawan, gue bukan anak kecil yang dulu selalu bisa kalian perlakukan semena mena, anda dan anak nada Memang tidak tahu diri nyonya Tika, sepertinya jiwa pelakor dan perebut Hilda menurun dari anda hingga dia sampai tak punya urat malu mau merebut calon tunangan kakaknya sendiri", ucap Calista menohok,

"lepas, lepaskan tangan saya anak sialan", Calista melepaskan tangan Tika Dengan kasar dan sedikit dorongan hingga Tika sedikit terhuyung hampir terjengkang kalau saja Hilda Tidak menahan tubuh sang mama.

"Calista, keterlaluan ya Lo", tunjuk Hilda berapi api,

"keterlaluan, ngaca Hilda, selama ini siapa yang keterlaluan, Lo selalu ngadu ini dan itu sama nyokap Lo ini, bahkan sama papa juga, Lo dan nyokap Lo ini ngaduin hal hal yang gak gue lakuin sama papa dan nenek Sampai akhirnya gue kena marah bahkan dihukum, cewek manja dan manipulatif seperti Lo mau berharap Geovano mau sama Lo, NGACA WOY...", bentak Calista membuat Hilda gemetar, Selama ini Calista tidak pernah membantah atau membalas apapun yang dilakukannya dengan sang mama, tapi hari ini, dia bahkan berani menamparnya.

"ada apa ini?", tanya seseorang dengan nada tinggi yang datang menggunakan kursi roda,

"kak Calista nampar aku nek", Adu Hilda Dengan nada sok Sokan tersakiti,

"Calista, apa itu benar?", tanya sang nenek dengan nada tegas,

"mama nampar aku duluan nek gara gara dapat aduan dari Hilda kalau tadi disekolah aku ngobrol sama Geovano, apa salah kalau aku ngobrol sama pacar aku sendiri nek, kalau memang Hilda menginginkan Geovano, batalin saja pertunangan aku sama Geovano dan ganti sama Hilda", ucap Calista,

"jamu gila Hilda, ada hak apa kamu melarang Calista ngobrol sama tunangannya sendiri?", tanya nenek Kamila,

"nek, bukannya awal aku sudah bilang kalau aku mencintai kak Geovano, tali kenapa malah kak Calista yang dijodohkan sama dia nek, ini gak adil buat aku", ucap Hilda,

"Bu, Hilda yang mencintai Geovano, bukan Calista", bela Tika,

"kalian banyak sudah mendengar langsung jawaban Geovano dan orang tuanya saat itu kan?", tanya tegas nenek Kamila,

"tapi aku gak terima nek, aku yang kecil mencintai kak Geovano tapi kenapa kak Calista yang dijodohkan sama dia, aku akan minta papa buat batalin perjodohan ini, aku gak terima", ucap Hilda emosi,

"terserah Lo gue gak peduli, coba aj kalau bisa membuat Geovano Suka balik sama Lo, udah jangan bikin ribut di depan kamar gue, gue mau tidur", Calista menutup pintu kamar dan dia kembali masuk, muak juga lama lama menghadapi keluarga yang toxic seperti itu.

"heh anak kurang ajar Berani kamu bersikap seperti ini pada saya", ucap Tika sambil kembali menggedor pintu kamar Calista,

"sudah tika jangan ganggu Calista lagi, semuanya sudah menjadi pilihan Geovano dan keluarganya, kalau memang Hilda sangat menginginkan Geovano seharusnya dia berusaha membuat Geovano juga mencintainya bukan malah menyerang Calista", ucap nenek Kamila,

"sudahlah mama gak perlu ikut campur, aku akan ngomong sama mas indra, bagaimana pun caranya Geovano harus nikahnya sama Hilda bukan si Calista",

Ibu dan Anak itu meninggalkan nenek melati Dengan wajah kesal.

"dasar ibu dan anak sama saja, ternyata mereka benar benar kejam, dulu aku terlalu terhasut dengan ucapan mereka tentang Calista, dan sekarang saat aku tidak bisa apa apa aku baru menyadarinya, maaf kan nenek Calista", gumam nenek Kamila.

Bab 3

"hiks, hiks, ibu, ara kangen sama ibu, Ara mau sama ibu, disini Tidak ada yang sayang dan peduli sama Ara Bu, papa bahkan tidak pernah dirumah, ara mau sama ibu, mereka semua jahat Bu hiks, hiks",

Tangis itu pecah seketika setelah tubuhnya luruh didepan pintu.

kalau kalian pikir Aurora calista adalah gadis yang kuat, tegar dan bar bar, maka kalian salah,

Aurora hanya seorang gadis dengan sejuta luka yang dia peluk sendirian, ya, hanya sendiri, tidak ada tempat untuk sekedar berkeluh kesah membagi semua rasa dan derita yang dia rasa.

Sang papa, bahkan sejak dia membawa aurora pergi dari ibunya dan mengajak tinggal bersamanya, nyatanya dia selalu sibuk sibuk dan sibuk, jarang pulang kerumah.

Dalam satu tahun Aditama Wibisono, papanya Aurora, hanya pulang 3-4 kali saja, entah dia benar benar sesibuk itukah, atau hanya alibinya saja, yang terpenting bagi Adi, dia bisa memenuhi semua kebutuhan keluarganya tanpa memikirkan bagaimana keadaan anak anaknya dirumah.

bahkan setelah ikut dengannya, nama Aurora yang awalnya adalah Aurora Livia, dirubah Adi menjadi Aurora calista Wibisono, dan nama panggilannya yang semula aurora atau ara dirubah menjadi Calista.

Tujuannya, apalagi, agar ibu kandung Aurora, Shofia tidak bisa menemukan keberadaan Aurora.

Seolah sang papa tengah menghukum Aurora dan ibunya dengan tidak mengizinkan keduanya bertemu apapun alasannya, jahat dan egois bukan?

Aditama hanya beberapa kali menghubungi Aurora dalam satu bulan, sekedar bertanya apa uangnya kurang, atau dia mau dibelikan apa kalau dirinya pulang, tanpa mau pernah bertanya bagaimana hari hari Aurora, bagiamana dia hidup dengan mama dan adik tirinya.

Dan dirumah itu Aurora ditinggal hanya bersama nenek, ibu tiri dan adik tirinya yang jelas jelas membenci dirinya, entah apa salahnya, Aurora juga tidak tahu.

Setiap hari selalu ada saja hukuman yang diberikan pada Aurora, pukulan, cacian, hinaan selalu terlontar dari bibir nenek dan ibu tirinya, belum lagi Hilda sang adik tiri selalu saja memprovokasi mama tiri dan neneknya dengan mengadu hal hal yang tidak tidak.

Melawan, tentu saja dia mampu, hanya saja ancaman mencelakai ibunya selalu membuatnya menciut, karena pernah sekali dia berontak dan berakhir dia ditunjukan video sang ibu di tabrak motor, pelakunya, tentu saja Tika sang ibu tiri, dan sejak saat itu Aurora kembali tidak berani melawan.

Ponsel Calista berbunyi, tertera nama sang papa disana, dengan berat hati dia menjawab panggilan itu,

"hallo...",

"hai sayang, kenapa suara kamu kok serak seperti habis menangis?", tanya sang papa dan seketika panggilan berubah menjadi video call,

"sayang, pipi kamu kenapa, siapa yang mukul kamu?", tanya sang papa cemas,

"kalau aku bilang ini ulah istri dan anak kesayangan papa, apa papa akan percaya?", tanya Calista sinis,

"sayang, kenapa lagi, kalian bertengkar lagi?", pertanyaan itu membuat Calista muak dan mendengus,

"aku kadang bingung, apa benar aku ini anak papa, kalau iya, kenapa papa begitu tega sama aku, kalau aku anak papa, kenapa ibu papa sendiri sangat membenci aku, kalau aku benar anak papa kenapa papa bahkan Tidak pernah ada waktu untuk aku, kenapa papa ambil aku dari ibu tapi papa menjadikan hidup aku menderita bersama papa, apa papa pernah mau tahu apa yang terjadi sama aku, apa pernah mau tau apa yang aku rasakan, apa papa pernah mau tahu apakah ibu serta anak dan istri papa memperlakukan aku dengan baik, apa pernah peduli,HAH, APA PAPA PERNAH PEDULI", teriak Calista sambil terisak dan air mata mengalir deras,

Aditama di seberang tercengang mendengar semua ucapan Calista, selama ini Calista tidak pernah mengadu apapun, tidak pernah mengeluh apapun, dia kira Calista baik baik saja hidup bersama ibu dan istri barunya itu, tapi ini...

"papa Bahkan menelan mentah mentah semua ucapan Hilda kalau aku nakal, aku melakukan hal hal Tidak baik, padahal papa sendiri tidak tahu kebenarannya, SEBENARNYA AKU ANAK PAPA ATAU BUKAN, KALAU BUKAN KEMBALIKAN AKU PADA IBU, JANGAN SIKSA AKU DISINI".

tanpa menunggu jawaban sang papa, Calista menutup telponnya begitu saja, tangisnya kembali pecah bahkan kali ini terdengar lebih memilukan, dan lagi lagi dia hanya bisa memendamnya sendiri.

cukup sudah dia memendam semua kata kata yang ingin dia ucapkan untuk sang papa, selama dia diperlakukan tidak baik dan semena mena nenek dan mama tirinya pun Calista tidak pernah berniat mengadu, karena setelah papanya pergi mereka akan memperlakukan Calista lebih parah lagi.

"ibu, hiks, jemput Ara Bu, Ara sudah Tidak sudah tidak kuat Bu", lirih Calista.

Malam itu air matanya kembali tumpah dan dia hanya sendiri, hingga matanya terpejam dengan sendirinya karena terlalu lelah menangis.

ditempat lain,

"Shofia, kenapa belum tidur?",

"sejak tadi perasaan saya tidak enak nyonya, hati saya tidak tenang, saya terus kepikiran anak saya, apa mungkin sekarang dia sedang sakit nyonya, atau sekarang dia sedang sedih?",

ucapan lirih disertai luruhnya air mata itu membuat hati mencelos siapapun yang mendengarnya,

"sudah 10 tahun lamanya, tapi kenapa kami masih tidak boleh bertemu, apa salah saya nyonya, dulu katanya dia membawa Ara karena saya hanya seorang pembantu disini, dia ingin hidup Ara lebih baik, tapi kenapa setelahnya dia malah memutuskan hubungan kami begitu saja, bahkan untuk berkomunikasi saja kami tidak diizinkan, kenapa dia tidak punya hati sebagai seorang ayah, dia tega memisahkan kami, hiks hiks, saya senang merindukan Ara nyonya",

sang nyonya yang sudah ikut berkaca kaca itu memeluk tubuh rapuh shofia, dia tahu bagaimana terpuruknya Shofia setelah anaknya dibawa paksa mantan suaminya hanya karena dia yang bekerja sebagai pembantu.

Shofia yang tidak memiliki kuasa akhirnya hanya bisa pasrah saat anaknya dibawa, karena di pengadilan mantan suaminya menggugat hak asuh sang anak dengan alasan Shofia Tidak bisa memberikan kehidupan yang layak untuk anak mereka.

"Shofia, percayalah suatu saat ara pasti akan mencari dan menemui mu, selama ini dia pasti merindukan mu, tapi sama sepertimu, dia pasti juga dalam keadaan sulit, istri dan ibu mantan suaminya pasti menghalangi Ara, berdoa saja semoga Ara selalu baik baik saja", nyonya Wilona menenangkan Shofia,

"saya sangat merindukan Ara nyonya, saya ingin bertemu dengannya, pasti sekarang dia sudah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik kan nyonya, dia juga pasti sangat pintar, dulu saja dia selalu bersaing dengan tuan muda kalau belajar", ucap Shofia,

"pasti itu, ibunya saja begitu cantik sepertimu, dia juga pasti sangat cantik dan juga pintar, apa kau ingat dulu dia selalu berkata kelak kalau dewasa dia ingin membuatkan mu rumah yang mewah dan besar agar kau tidak perlu lagi berkerja, sungguh anak itu sangat menyayangimu Shofia", nyonya Wilona mencoba menghibur sang asisten rumah tangga kepercayaannya itu,

"iya nyonya dia Memang sangat menyayangi saya".

"bukan kamu saja yang selama ini hancur karena kehilangan Ara Shofia, ada hati yang sama hancurnya denganmu, bahkan demi terlihat baik baik saja dia selalu menyibukkan diri dengan hal hal diluar sana, aurora segeralah kembali, banyak hati yang menunggumu disini", batin nyonya Wilona menatap iba shofia yang masih berkaca kaca.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!