NovelToon NovelToon

My Perfect Husband

Part 1

"Kamu kapan mau kuliah?" tanya Fajar pada anak semata wayangnya, Clara.

"Tahun ajaran baru besok aja yah," jawab Clara sekenanya sambil menatap layar smartphonenya dan earphone yang tersumpal di telinganya.

"Kamu makin tua! Kamu dah mau 21 loh sekarang!" ucap Fajar mengingatkan anak perempuannya.

"Hmm," sahut Clara acuh tak acuh.

"Kamu perlu nikah, punya keluarga, pekerjaan, dan pendidikan tinggi. Paling enggak kalo kamu gak mau kerja kamu bisa jadi ibu dan istri yang baik. Ayah sama bunda gak selamanya bisa nemenin kamu!" kata Fajar yang sudah bingung mau bagaimana lagi mendidik anaknya ini.

"Iya," jawab Clara lalu mengubah posisinya hingga memunggungi ayahnya dan kembali asik dengan ponselnya.

"Clara kalo kamu masih malas-malasan gitu ayah masukin ke asrama loh!" ancam Fajar yang sudah kesal.

"Dih ayah kok gitu!" sahut Clara yang akhirnya memperhatikan Ayahnya.

"Emang kamu mau kalo dipaksa ngurus ternak di kampung?" tanya Fajar.

"Mas, udahlah. Jangan maksa gitu," ucap Caca yang akhirnya melerai pertengkaran suami dan anaknya.

Fajar hanya diam, lalu merangkul pinggang istrinya. Sementara Clara terlihat sangat bangga dan puas dengan pembelaan dari bundanya.

"Ayahmu juga benar loh nak," ucap Caca lembut.

"Ck bunda!" decak Clara kesal.

"Kalo zaman dulu cewek itu cuma punya dua pilihan, sekolah lalu kerja atau nikah terus jadi ibu rumah tangga," ucap Caca lalu mendekati anak perempuannya sambil mengelus rambutnya.

"Yaudahlah bun, kan aku mau kuliah tahun depan!" ketus Clara pada Caca lalu bangun dan masuk ke kamarnya diiringi dengan bantingan pintu yang cukup keras.

Caca hanya tersenyum maklum pada sikap anaknya, sementara Fajar hanya mengelus dadanya menahan marah pada Clara. Fajar sendiri heran bagaimana bisa Clara yang dulunya alim dan lemah lembut bisa jadi searogan dan kasar seperti ini.

"Mas Adam sama istrinya itu gimana ya mas cara didik anaknya. Kok bisa nurut gitu," ucap Caca lalu bersandar di dada suaminya.

"Iya ya, padahal kemarin si Bara sempat nakal gak ketulungan loh. Ceweknya banyak, skandal sama gosipnya juga numpuk. Kayak gitu bisa jadi anak baik. Katanya tahun ajaran depan dia jadi dosen tetap, kan?" ucap Fajar.

"Iya, kapan Clara bisa kayak dia hm," jawab Caca lalu menyalakan TV.

***

Bara yang sudah dapat kampus untuk mengajar dan juga lulus dengan predikat cumlaude, lulus dengan predikat terbaik. Diminta mengajar di salah satu kampus negeri ternama di kotanya, di fakultas managemen.

Bara memang tidak terlalu serius dalam menanggapi pekerjaannya dan gajinya yang bahkan tak sampai setengah dari uang jajannya dari orang tuanya. Bara tetap mau menerima tawaran menjadi dosen hanya agar ada alasan menghindar dari pertanyaan orang tuanya "Kapan mau nyusul kakakmu?" atau pertanyaan dari adiknya "Kak kapan kakak punya bayi? Aku bosen bayinya kak Rey dah gede!".

"Aku pulang," ucap Bara saat memasuki rumah orang tuanya.

Anna langsung menyambutnya lalu celingak-celinguk seolah mencari sesuatu saat Bara datang.

"Gak bawa calon bun," ucap Bara yang sudah hafal apa yang akan diucapkan Bundanya.

"Bukan! Tadi cucunya bunda katanya mau kesini. Gak bareng?" tanya Anna lalu mengecup pipi anak keduanya.

"Enggak, ini kan senin bun. Biasanya kan pada kesini kalo jumat, baru diambil hari minggu," ucap Bara lalu masuk ke dalam.

Anna hanya mengangguk dan mengikuti anaknya masuk. Bara terlihat bosan dan cenderung tidak suka bila orang tuanya terus menerus menanyakan masalah percintaannya.

"Gimana?" tanya Adam yang berpapasan dengan Bara.

"Gimana apanya?" ucap Bara yang balik tanya.

"Gak usah sok lupa si Via gimana?" tanya Adam lalu merangkul Bara masuk ke ruang kerjanya.

"Via? Via Valen?" tanya Bara.

"Novia itu loh, gimana hubunganmu?" tanya Adam lalu duduk di sofa berhadapan dengan Bara.

"Ya gitu aku kemarin mau kenalin ke sini tapi kalah cepet ya hehe," jawab Bara sambil tertawa palsu.

"Kamu mau akting minta diajarin bunda sana. Kamu kalah cepet gimana?" tanya Adam penasaran.

"Ya kalah cepet," jawab Bara lalu mengeluarkan undangan pernikahan dari tasnya.

'Dimas & Via'

Adam cukup terkejut melihat undangan yang ditunjukkan Bara. Padahal Adam cukup berharap anaknya ini bisa mulai serius pada hubungan asmaranya.

Bara yang melihat ekspresi ayahnya yang terkejut, langsung keluar dari ruang kerja ayahnya dan pergi ke kamarnya. Tidak banyak yang Bara ucapkan, bahkan Bara tak banyak bereaksi saat adiknya memeluknya dari belakang dan berusaha mengejutkannya. Begitu pula bundanya saat mengajaknya makan malam.

"Kakak kenapa bunda?" tanya Lisa yang jadi sedih saat reaksi Bara tak seperti biasanya.

"Gak tau tadi bunda ajak makan juga lesu gitu," jawab Anna yang mengambilkan makan untuk princessnya.

Lisa hanya diam menunggu sampai anggota keluarganya berkumpul sebelum makan. Tak lama Adam datang sambil membawa undangan yang ditunjukkan Bara tadi.

"Siapa yang nikah yah?" tanya Anna pada suaminya.

"Pacarnya Bara mau dikenalin ke sini dah keburu ditikung orang," jawab Adam sedih.

Lisa langsung berlari ke kamar kakaknya begitu tau apa yang baru saja dialami kakaknya.

Brak!

Suara pintu kamar Bara yang dibuka secara mendadak, cenderung seperti didobrak oleh Lisa hingga menatap tembok dengan keras.

"Aaaa!" pekik Bara terkejut karena kaget dan handuk yang ia gunakan untuk menutupi pinggang merosot ke bawah, lebih tepatnya kejantanannya.

"Aaaa!" pekik Lisa yang ikut kaget.

"Cepet keluar! Tutup pintunya!" perintah Bara lalu cepat-cepat menutupi kejantanannya dengan handuk sambil berjongkok.

Lisa cepat keluar lalu menutup pintu kamar Bara dengan cepat hingga terdengar suara pintu kamar Bara yang dibanting lagi, diiringi Lisa yang ngos-ngosan.

"Kenapa?" tanya Anna sambil mendekati Lisa yang berhasil membuat keributan.

"Gak tau bunda kakak kaget aku ikutan aja," jawab Lisa lalu nyengir.

Aduh! Lisa! Untung burungku gak terbang. Huft bikin kaget aja. Batin Bara sambil memakai pakaiannya.

Bara tentu tau adiknya tidak mungkin melihat fisiknya. Tapi ia tetap saja malu bila adiknya melihat tubuhnya saat telanjang. Bukan hanya pada Lisa tapi Bara juga malu saat bundanya melihat tubuhnya terutama saat telanjang, hingga saat ia disunat ayahnya yang full mengurusnya karena malu di tititnya dilihat bundanya atau orang lain.

"Lisa ada apa tadi?" tanya Bara sambil mendekati Lisa yang masih berdiri di depan kamarnya.

"Kakak gak papa?" tanya Lisa takut-takut.

Bara hanya mengangkat sebelah alisnya mendengar pertanyaan adiknya.

"Dah dah nanti lagi aja. Kita makan dulu aja dah ditunggu ayah," ajak Anna lalu menggandeng Lisa dan Bara ke ruang makan.

Ternyata Bara masih normal. Gak ada tanda-tanda nangis. Sip. Gak depresi. Batin Adam saat melihat Bara dan reaksinya saat bersama Lisa tadi.

***

Seperti biasa, aktivitas hari sabtu Adam ia habiskan untuk berenang dengan Fajar dan beberapa teman lainnya, kadang ia juga mengajak Bara dan Rey. Tapi berhubung Rey sudah beristri dan tengah menunggu kelahiran anak keduanya setelah sekian lama menunggu. Akhirnya Adam hanya mengajak Bara. Sementara Anna dan Lisa asyik di rumah bersama Rey dan keluarga yang tengah dibangunnya.

"Nanti pasti di rumah banyak makanan deh," ucap Bara pada Ayahnya.

"Wah percuma ya jadinya kalo kita capek renang sampai rumah dah dikasih banyak makanan sama kakakmu," jawab Adam menanggapi Bara.

"Kayaknya enak ya dah jadi kakek, mana belum tua-tua amat gini," komentar Fajar.

"Iya dong tapi masih anak angkatnya Rey. Ini nunggu anak keduanya lahir," jawab Adam "Kamu kapan mau nyusul?" sambung Adam sementara Bara sudah asyik berenang lagi sekalian cari gebetan baru.

"Tau Clara susah diatur. Boro-boro mau nyusul. Nyuruh dia kuliah aja susah banget. Kayaknya mau kupaksa nikah aja biar dia bisa jadi lebih dewasa," jawab Fajar sambil menerawang mengingat pertikaiannya semalam dengan anak semata wayangnya.

"Hahaha lucu kamu!" tanggap Adam yang malah terbahak-bahak "Emang dia ada calon? Atau kamu gitu udah cari calon?" tanya Adam saat sudah mulai bisa menahan tawanya.

"Kalo Clara sih calonnya gak bener mulu. Yang terakhir pacaran sama Iyan, anak balap liar gitu, bad boy bener seleranya. Jadi sebelum anakku jadi cabe-cabean aku ciduk aja tuh grombolannya. Kelar langsung," jawab Fajar dengan kesal dan berapi-api.

Adam kembali tertawa terbahak-bahak hingga perutnya sakit dan memilih untuk keluar dari kolam renang.

"Kayak gitu kok mau jadi mertua. Hadeh mau cari calon pula mana ada yang berani," tanggap Adam mengejek teman dekatnya tersebut.

"Ye namanya juga usaha," sungut Fajar lalu memilih untuk berenang meninggalkan Adam yang masih terbahak-bahak dan selalu ingin pamer perihal keberhasilannya menjadi mertua dan akan menjadi kakek sebentar lagi.

"Om males ya sama ayah? " tanya Bara yang duduk di tepi kolam.

"Iye tu babemu suka banget pamer ngeselin," jawab Fajar apa adanya yang malah membuat Bara tertawa.

"Ayah emang gitu, sejak dapet kabar dari kak Rey. Ayah pamer ke semua orang, instruktur yoga, temen bisnis, seniman favorit Ayah. Dah lah om semuanya dipamerin kalo dia mau punya cucu lagi," jawab Bara sambil tersenyum geli mengingat betapa senangnya Ayahnya yang akan memiliki cucu lagi.

"Eh kamu sendiri kapan nyusul kakakmu? " tanya Fajar.

"Lah om sendiri kapan nyusul ayah?" tanya Bara yang langsung menskak Fajar.

"Sialan!" umpat Fajar lalu tertawa bersama Bara "Kamu kan tau Clara orangnya gimana," ucap Fajar setelah puas tertawa.

"Ya namanya juga masih masa nakal om. Dulu aku juga gitu. Wajarlah," jawab Bara membela Clara secara tidak langsung, lalu berjalan ke arah Ayahnya untuk mengambil handuk dan kembali ke kamar di hotelnya untuk mandi dan bersiap pulang, sambil tebar pesona tentunya.

Fajar ikut menyudahi renangnya lalu duduk di kursi santai yang disediakan sambil mengeringkan rambutnya.

"Jar, Bara itu habis ditikung. Pacarnya malah nikah sama orang lain. Mana nikahnya di hotelku lagi. Sialan kan," ucap Adam yang langsung curhat.

"Terus gimana si Bara? " tanya Fajar.

"Ya gitu. Keliatannya dia normal tapi pasti hatinya sakit," jawab Adam.

"Dia diundang? " tanya Fajar.

"Iyalah!" jawab Adam kesal dan emosi.

"Kok ada yang nolak Bara ya? Apa gak tau kalo dia kaya?" tanya Fajar.

"Hm kalo dari cerita si Bara, dia gak tunjukin kalo dia anakku. Dia cuma jadi dirinya sendiri, berusaha untuk berdikari, berusaha diterima apa adanya dia tanpa ada aku. Dia bilang dia dosen baru di kampusnya. Makannya dia kalah saing sama calon dokter," ucap Adam menceritakan sedikit curhatan Bara semalam padanya.

"Kasian si Bara," ucap Fajar mengomentari.

"Apanya yang harus dikasihani dari aku? Aku baik-baik saja! Via bukan satu-satunya cewek!" bentak Bara yang mendengar komentar Fajar.

"Udah rapi aja kamu kak," ucap Adam berusaha mengalihkan perhatian dan pembicaraan Bara.

"Ayah kenapa cerita ke orang lain?" tanya Bara yang kesal dan merasa dipermalukan lalu pergi begitu saja meninggalkan ayahnya dan Fajar.

Adam berusaha mengejar Bara, tapi Bara terlalu cepat dan sudah pergi duluan.

"Duh sorry ya," ucap Fajar yang merasa bersalah.

"Dah lah gapapa santai aja," jawab Adam sambil tersenyum "Eh jadi gimana kamu mau cari calon yang kayak gimana?" tanya Adam sambil berjalan bersama dengan Fajar.

"Kayak Bara " jawab Fajar dengan mantap.

"Hahaha Bara itu gak siap jadi suami. Apalagi buat panutan anakmu," jawab Adam sambil terbahak-bahak seolah lupa masalah Bara barusan.

"Aku serius. Clara api, Bara api. Kayak biasanya, dulu kita lawan api dengan api, air dengan air. Apa bedanya dengan ini?" ucap Fajar serius.

Adam terdiam. Memikirkan ucapan Fajar yang tak ada salahnya juga dicoba. Setidaknya itu akan membantu Bara move on atau paling tidak membantunya untuk dapat pasangan saat datang di acara pernikahan Via nantinya.

"Aku sangat setuju. Tapi aku perlu pertimbangan istriku dan Bara," jawab Adam pada akhirnya.

Part 2

Adam terus membicarakan masalah tawaran Fajar dengan istrinya hampir selama seminggu, sebelum menyampaikannya pada Bara. Sebenarnya Adam sangat ingin memberitahu Bara secepatnya. Tapi Adam tidak pernah dapat momen yang pas.

"Ayah!" pekik Lisa mengagetkan ayahnya yang tengah menemani bundanya yoga.

"Aduh princess bikin kaget aja," ucap Adam yang kaget karena pekikan si bungsu.

"Ayah dah cerita sama kakak?" tanya Lisa lalu duduk di pangkuan ayahnya yang duduk bersila.

"Belum," jawab Adam sambil berbisik agar tidak mengganggu Istrinya.

"Ayah bilang aja waktu mabar sama kakak," saran Lisa sambil berbisik.

"Boleh tuh. Nanti kak Bara pulang ke sini apa enggak tapi," ucap Adam mempertimbangkan saran Lisa.

"Aku telfon kakak aja biar ke sini. Ayo yah!" ajak Lisa semangat sambil berdiri dan menarik-narik tangan ayahnya.

"Iya," jawab Adam lalu bangun dan mengecup kening Anna sebelum pergi menuruti Lisa.

Adam segera berjalan mengikuti Lisa ke ruang keluarga lalu menekan nomor telepon Bara sementara Lisa sudah siap menunggu jawaban dari kakaknya.

"Ayah minum dulu ya. Kamu telfon kakak aja dulu," ucap Adam lalu mengecup kening Lisa.

"Oke bos!" jawab Lisa dengan ceria "Halo kakak," ucap Lisa saat sambungan teleponnya dijawab Bara.

"Iya apa Sa?" jawab Bara.

"Kakak nanti pulang ke mana? " tanya Lisa antusias.

"Lisa kangen?" ucap Bara yang balik tanya.

"Iya dong. Sama kak Rey juga. Aku kangen semuanya. Setiap hari begitu," jawab Lisa lalu bersandar ke tembok.

"Yaudah nanti kakak pulang," ucap Bara.

"Beneran kak?" tanya Lisa tak percaya.

"Iya dong," jawab Bara "Nanti mau di bawain apa?" sambung Bara.

"Bawain kak Rey bisa?" tanya Lisa yang langsung membuat Bara terbahak-bahak.

"Kak Rey lagi keluar kota dek. Nanti juga balik," jawab Bara.

"Kakak bawa martabak dong. Biar kayak yang di tipi-tipi kalo lagi ngapel cewek," jawab Lisa sambil tersipu-sipu sendiri.

"Hihihi iya siap," jawab Bara "Dah dulu ya dek. Kakak mau cari makan dulu," pamit Bara sebelum mematikan sambungan teleponnya.

"Kakak jangan cari cewek ya," pesan Lisa lalu mematikan sambungan telponnya.

***

Bara hanya tersenyum geli mendengar ucapan adiknya.

"Yaudah sana pergi," perintah Bara pada dua wanita sexy di kanan dan kirinya yang tengah menemaninya makan siang.

"Loh kenapa?" tanya wanita sexy tersebut nyaris bersamaan.

"Princess bilang gak boleh cari cewek," jawab Bara sambil melanjutkan makannya ditemani wine dan pasta yang di pesannya.

"Ayolah tapi princess gak di sini kan?" bujuk salah seorang wanita.

"Princess itu panggilan sayang keluargaku buat Lisa, adikku," ucap Bara sambil melanjutkan makannya "Dah sana pergi!" usir Bara.

"Kan princess bilang gak boleh cari cewek, bukannya kita cuma teman 'main'?" bujuk wanita yang lainnya.

Bara enggan menjawab, ia terus melanjutkan makannya hingga habis lalu meminum winenya langsung dari botolnya.

"Lisa, itu prioritas semuanya. Apa yang Lisa mau kuturuti. Apapun," ucap Bara lalu berdiri dan pindah tempat.

Setampan apapun aku. Sehebat apapun aku. Sekuat apapun aku. Adik kecilku gak pernah lihat aku. Sekaya apapun ayah sama kak Rey, adekku gak bisa liat aku. Lisa gak tau apa itu cantik. Apa itu tampan. Hanya gelap dan abu-abu yang di lihat Lisa. Batin Bara sedih.

Bara jelas tidak menjadikan pasangan yang selama ini ia pacari secara serius. Ada hal lain yang Bara inginkan dari para pasangannya. Bukan hanya kepuasan bercinta saja. Bara tidak senaif Rey.

"Kalo saja aku jagain Lisa lebih baik lagi. Semuanya gak bakal kayak sekarang," gumam Bara sambil menenggak winenya yang tinggal setengah.

Flashback~

"Adek, jagain babynya ya," perintah Adam pada Bara yang terlihat cuek pada adik kecilnya.

"Hmm," jawab Bara lalu pergi ke ruangan adiknya yang belum ada sehari di dunia, bahkan adik perempuan kecilnya itu baru akan dibersihkan.

Dia bukan adikku! Dia jahat! Dia cuma mau rebut ayah sama bunda! Egois! Batin Bara saat melihat adiknya yang tengah di bersihkan.

"Cantik ya adikmu 'Kak' Bara? " tanya Rey sambil merangkul bahu adiknya.

"Biasa!" jawab Bara ketus "Dia cuma mau rebut bunda sama ayah!" sambung Bara sinis lalu pergi meninggalkan kakak dan adik yang harusnya ia awasi.

Flashback off~

Menjelang petang Bara baru meninggalkan restoran milik keluarganya yang mulai di kelolanya beberapa hari ini. Bara tentu tidak mau cari ribut dengan keluarganya.

Jadi Bara memutuskan untuk pulang dulu ke apartemen milik Rey yang sekarang jadi miliknya. Bara langsung mandi dan bersiap-siap pulang ke rumah orang tuanya. Tak lupa memesan martabak pesanan Lisa. Martabak manis dengan toping coklat, kacang, dan keju.

Bara memilih pulang dengan menaiki ojek online agar lebih cepat sampai.

"Ini mau ngelamar kerja mas?" tanya si driver saat mengantar Bara sampai gang kompleks perumahannya yang elit dan mewah.

"Bukan," jawab Bara singkat.

"Ngapel ya?" tanyanya lagi dengan kepo.

"Bisa jadi," jawab Bara sekenanya saat turun sambil melepaskan helmnya.

"Gede ya mas rumahnya," kagum si driver.

"Hmm," jawab Bara sambil mengeluarkan uang lembaran lima puluh ribu dari kantongnya "Sisanya buat uang tip," jawab Bara lalu memasuki rumah orang tuanya yang langsung disambut para pelayan.

Belum sempat si driver berterima kasih Bara sudah masuk ke dalam rumah dan pintu langsung ditutup.

"Ternyata bos," kagum si driver tak percaya lalu tancap gas setelah ditegur satpam.

***

"Lisa, adek," panggil Bara sambil mencari Lisa di kamarnya atau di taman belakang.

"Kakak!" pekik Lisa yang malah keluar dari dapur.

"Kamu ngapain di dapur?" tanya Bara lalu memeluk Lisa, "Eh iya ini martabaknya," sambung Bara.

"Aku mau masak. Biar semuanya terkejut," jawab Lisa polos.

Bara langsung menatap tajam ke arah para pelayan yang membiarkan adiknya memasak.

"Aku ambil piring ya kak?" tanya Lisa.

"Gak usah biar Mukti aja," jawab Bara lalu memberikan martabaknya pada pelayan rumahnya agar disajikan di ruang keluarga.

"Eh kak Bara dah pulang," sapa Adam basa-basi.

Bara hanya tersenyum menanggapi ayahnya.

"Eh kamu berani gak tanding PS sama ayah. Ayah habis beli game Taken 8 loh tadi," ucap Adam yang langsung mengajak anaknya tanding PS.

Bara langsung siap-siap menolak. Karena tujuan awal ia ingin menemani Lisa saja. Baik bermain jadi princess dan prince, jadi monster atau naga yang merangkap jadi pangeran, masak-masakan, jadi pasien atau korban di salon Lisa.

"Tapi kalo kamu berani aja sih kak," pancing Adam saat tau gelagat penolakan Bara yang akan segera meluncur.

"Berani! Ayo!" jawab Bara dengan semangat karena merasa direndahkan ayahnya.

"Aku jadi suporter!" ucap Lisa sambil mengacungkan dua tangannya.

Dah masuk pancingan. Tinggal nanti dibicarakan. Batin Adam senang.

Part 3

Adam dan Bara bertanding cukup sengit. Adam selalu memakai character pria tangguh seperti 'Jin Kagama' untuk melawan Bara, sementara bara memakai character wanita seperti 'Nina' untuk melawan ayahnya sesuai permintaan Lisa.

"Ayah jangan pukul cewek dong yah!" omel Lisa saat mendengar suara KO dan pekikan kesakitan dari character wanita yang dimainkan kakaknya.

"Tau tuh ayah," imbuh Bara yang mengompori adiknya.

"Tapi kan yang mainin kak Bara, ayah gak salah dong!" jawab Adam membela diri.

"Tau ah ayah gak seru! Aku gak suka!" ucap Lisa yang duduk di tengah lalu pindah duduk di samping Bara.

"Iya sama aku juga. Ayah bukan gentleman," ucap Bara lalu memeluk Lisa yang langsung digeplak Lisa sekenanya.

"Ih kakak! Aku gak suka peluk. Kakak juga habisin martabakku sendirian!" omel Lisa pada kakaknya.

Adam langsung tertawa terbahak-bahak melihat Bara yang dimarahi Lisa juga. Lisa yang hanya kebagian dua potong jelas kesal karena kakaknya main ngabisin martabaknya sendiri. Lisa langsung pergi ke bundanya yang tengah menonton acara talk show.

"Sip habis ini aku gak bakal ngalah!" ucap Bara yang memilih character pria dan melanjutkan pertandingan sengit dengan ayahnya.

"Pak Heru! Kripik singkong pedes lagi pak!" pekik Adam saat cemilannya habis.

"Aku juga pak!" ucap Bara.

Pertandingan sengit terus berlangsung, sembari ngemil dan minum lemon tea. Adam yang awalnya ingin memberitahu Bara bahkan hampir kelupaan saking asiknya bermain.

"Eh dek, kamu masih ingat anaknya om Fajar gak?" tanya Adam memulai pembicaraan.

"Ya inget lah yah. Kan sering ketemu," jawab Bara sambil mengganti kaset PS nya dengan game lain.

"Kalo kamu besok ngajak dia ke nikahannya Via gimana?" tanya Adam.

"Ya gapapa nanti aku telfon om Fajar deh," jawab Bara santai.

"Kalo kamu dijodohin sama Clara?" tanya Adam.

"Apa?" ucap Bara kaget.

"Bukan apa-apa," jawab Adam menarik pertanyaannya tentang perjodohan.

Bara terdiam sejenak, mengurungkan niatnya untuk kabar lagi.

"Aku telfon om Fajar sekarang aja lah yah biar Clara bisa siap-siap juga," ucap Bara lalu pergi ke kamarnya.

Aku jelas gak salah dengar, kalo Ayah tawarin buat aku dijodohin sama Clara. Batin Bara lalu melihat ayahnya sebentar sebelum masuk kamar.

Bara tak kunjung menghubungi Fajar. Ia malah membatalkan ajakannya pada Tina teman kencannya yang cantik dan sexy untuk menemaninya ke pernikahan Via.

"Maaf ya ayah yang suruh soalnya. Tapi gimana kalo besok kita langsung ketemu aja waktu nikahannya Via," ucap Bara.

"Kamu ajak Robi?" tanya Tina.

"Dia sama aku dah kayak permen karet yang menempel di celana," jawab Bara menghibur Tina.

"Kamu bisa aja," jawab Tina kalem.

"Robi itu selain sahabat dia juga sekretarisku sejak aku kerja di resto," ucap Bara "Nanti pakek baju yang sesuai seleraku ya," sambung Bara.

"Idih kan kamu gak jadi sama aku perginya," jawab Tina dengan lembut dan manja, benar-benar selera Bara.

"Udah ah gak usah coba merayu. Matamu aja gak cocok sama Lisa," ucap Bara menanggapi ucapan Tina.

"Hahaha iya nanti aku cari gaun sesuai seleramu," jawab Tina sambil terkekeh.

"Pakek warna pastel ya," pinta Bara.

"Aku maunya warna merah hati," jawab Tina.

"Kamu mau aku nyerang kamu di resepsi? " tanya Bara sambil terkekeh.

Tina langsung mematikan sambungan teleponnya tanpa menjawab pertanyaan Bara.

Dia tumor. Matanya gak bisa buat Lisa. Batin Bara.

***

Tina tertawa cukup keras setelah mematikan sambungan teleponnya dengan Bara.

Tina yang seorang dokter optik yang menangani Lisa sejak mengenal Bara tentu tau betul bagaimana Bara. Apalagi ia sempat menjalin hubungan asmara dengan Bara bahkan saat Bara gonta-ganti pasangan hanya Tina yang tidak dibuang Bara.

Awalnya Bara sangat ingin memperistri Tina, tapi begitu tau Tina memiliki tumor di payudaranya saat tengah bercumbu. Akhirnya Bara memutuskan untuk berteman baik saja dengan Tina. Dokter muda cantik yang menderita mata minus dan tumor di payudaranya.

Tidak parah, bukan pula tumor ganas. Tumor jinak. Tapi Bara jelas tidak menyukainya lagi. Bahkan meskipun Bara suka melihat mata Tina yang besar dan selalu terlihat cerah.

Flashback~

Bara terus melumat bibir Tina saat ia tau Tina ke toilet sendirian. Semua orang sibuk dengan expo yang berlangsung, apa lagi juga ada bazar buku dan makanan ala anak kost yang selera kuli.

"Bara jangan. Nanti ada yang lihat gimana?" tanya Tina menahan Bara yang sudah menatapnya dengan sayu.

"Kamu mau dimana?" tanya Bara yang kembali melumat bibir Tina, lalu beralih mengecup pipinya dan mulai menyusuri leher Tina meskipun saat itu Bara juga berstatus sebagai pacar Via saat itu.

"Dimana saja asal jangan di sini," jawab Tina dengan nafasnya yang sudah terengah-engah karena bergairah.

Tanpa pikir panjang Bara langsung menurunkan Tina yang dari tadi duduk di wastafel saat bercumbu. Beruntung tubuh Tina langsing terjaga. Bara langsung menggandeng Tina ke parkiran dan masuk ke dalam mobil Rubiconnya.

Dengan tidak sabaran Bara membukakan pintu untuk Tina. Mengabaikan tatapan semua orang, bahkan Bara juga sudah tidak perduli lagi bila Via melihat apa yang ia lakukan bersama Tina. Hanya kepuasan birahi yang ada di otak Bara saat ini.

Bara terus melumat bibir Tina layaknya ini hari terakhirnya bersama Tina dan untuk mencumbu Tina. Bara bahkan sudah bertelanjang dada saat mencumbu Tina di mobilnya. Hingga akhirnya saat nakal Bara tertahan.

"Bara jangan!" tahan Tina saat tau kemana arah cumbuan Bara yang makin ke bawah.

"What happen babe?" tanya Bara dengan suaranya yang serak sementara Tina mulai menjauh dan menutupi dadanya dengan bajunya yang sudah setengah terbuka.

"Kamu nikahi aku. Atau tidak sama sekali," jawab Tina.

"Oke! Kamu mau kita nikah kapan? Besok? Lusa? Kapan?" ucap Bara sudah tak sabar bahkan celananya juga sudah ia buka agar kejantanannya yang begitu kuat tak tersiksa di dalam sempitnya celana Bara.

"Kamu sempurna. Wajah, tubuh, bahkan kejantananmu pun terlihat sangat perkasa. Bukan aku mesum. Tapi saat kau tau aku. Kau pasti enggan denganku," ucap Tina terbata-bata dengan air matanya yang berlinang.

"Ada apa sayangku? Kenapa? Kamu minder sama Via? Devi? Sendi? Sebut yang mana saja. Aku akan singkirkan. Tapi jangan menangis," ucap Bara panik sambil memeluk Tina erat untuk menenangkannya.

Tina terus menangis dalam dekapan Bara. Terisak entah pada apa, yang jelas Tina tidak hamil karena Bara hingga ia menangis begini.

Kejantanan Bara juga Bara sendiri sudah kehilangan gairahnya. Bara membenarkan kembali pakaiannya. Celana, baju, hem, dan menyisir rambutnya hingga rapi lalu membersihkan wajahnya dengan tisu basah dari tas milik Tina. Hingga tak ada bekas lipstik lagi di wajah tampannya.

Tina hanya diam. Bara jadi merasa bersalah bila Tina mendiamkannya. Dengan inisiatifnya sendiri Bara membenarkan penampilan Tina hingga rapi lagi. Sedikit canggung, apalagi Bara juga memoleskan lipstik ke bibir Tina.

"Bara kita jadi teman saja. Kita sudahi semuanya. Aku ingin kamu jadi temanku. Teman baikku. Sahabatku," ucap Tina setelah lama diam.

"Kenapa?" tanya Bara terkejut.

Ini bukan kali pertama ia bercumbu bahkan bercinta dengan Tina pun ini sudah kali ketiga, bila malam ini jadi. Bara sangat merindukan Tina. Tak hanya Tina, tapi juga lubang surgawinya yang selalu menjadi candu dan membuat Bara sakau setelah mencobanya.

Ini pertama kali Tina menolaknya. Pasti ada yang salah. Tapi apa? Apa Tina punya calon suami? Atau pacar baru? Bara kalap dalam pikirannya yang kacau sendiri.

"Kamu yakin mau sama aku?" tanya Tina meyakinkan Bara.

Bara mengangguk dengan cepat lalu menarik Tina ke pelukannya lagi sambil mengecup keningnya beberapa kali.

"Yakin sayang," jawab Bara.

Tina menatap Bara dengan serius lalu menghela nafasnya dan memejamkan mata. Seolah mempertimbangkan apa yang akan disampaikannya, lalu tina mulai membuka jaketnya. Bara yang deg-degan dibuat bingung oleh Tina yang buka jaket. Tina menghentikan aksinya.

"Aku hanya mau jadi temanmu. Tolong ijinkan aku. Hanya itu yang aku mau," ucap Tina lalu membuka kaosnya yang begitu ketat.

Payudara milik Tina yang padat dan begitu berisi langsung terpampang nyata di depan Bara. Bara langsung membayangkan saat-saat ia menikmati waktu menikmati kedua ****** yang menghiasi payudara montok milik Tina. Bara menenggak ludahnya sendiri saat pada akhirnya Tina melepas bra yang ia kenakan.

"Kenapa?" tanya Bara bingung dengan apa yang di lakukan Tina.

Tina menarik jari Bara dan di arahkan mengitari payudaranya dengan sedikit menekan.

"Rasakan ada benjolan di sana," ucap Tina sesak "Itu tumor. Masih tumor jinak. Tapi cepat atau lambat. Ini akan jadi ganas," sambung Tina dengan air matanya yang kembali membasahi pipinya.

Bara menarik tangannya perlahan. Sesak, Bara mengetahui kenyataan yang ada. Tina terkena tumor payudara!

"Aku blank. Kamu kuantar pulang sekarang ya" ucap Bara linglung lalu pindah ke kursi kemudi meninggalkan Tina di belakang dan tengah memakai pakaiannya lagi.

Flashback off~

Aku hanya dokter biasa yang jatuh cinta pada seorang pngeran seperti Bara, bisa bercinta dengannya saja sudah menjadi berkah bagiku. Batin Tina.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!