"Eh, kalian tahu nggak? Katanya kemarin malam acara jurit malam pramuka kacau. Ada kerasukan masal!" imbuh Erin. Seorang siswi dengan rambut di kepang ekor kuda itu tampak bicara serius.
"Yang benar?" Nina, teman dekatnya menyahut.
"Benar! Gue juga dengar ceritanya tadi dari Kak Zoya." Teman Erin yang satunya menyahut.
"Gue yakin, kuntilanak penghuni pohon belakang sekolah itu marah!" seru Erin yakin.
"Gue rasa bukan itu sih. Tapi karena hantu-hantu penghuni sekolah ini marah. Katanya tanah sekolah kita ini dulu kuburan..." bisik Nina.
Zara yang sejak tadi mendengarkan temannya itu berbisik, hanya bisa mendengus sambil memutar bola mata jengah. Dia capek mendengar segala gosip mistis yang sekarang sedang panas di bicarakan di sekolah. Semua itu tentu karena insiden kerasukan masal yang terjadi saat jurit malam pramuka tempo hari.
"Kuburan? Bukannya katanya sebelum sekolah ini di bangun, dulunya rumah sakit angker ya?"
"Rumah sakit apaan! Kuburan itu yang benar. Gue di kasih tahu sama Yona. Kalian tahu kan dia anak indigo?"
Pembicaraan Erin dan kawan-kawan berlanjut. Kuping Zara rasanya semakin panas. Dia yang sedang sibuk belajar, merasa sangat terganggu.
Perlahan Zara menoleh ke belakang. Tepat ke arah Erin dan kawan-kawan berada.
"Kalian bisa diam nggak sih? Kita bentar lagi ujian nih! Belajar kek, malah ngomongin setan," tegur Zara.
"Idih! Kita udah belajar kali di rumah. Lo aja yang bodoh, belajar nggak kelar-kelar. Dasar aneh!" timpal Erin. Lalu disambut dengan gelak tawa oleh teman- temannya.
Zara memutar bola mata kesal. Dia berdiri dan beranjak dari kelas. Seketika Erin dan kawan-kawan langsung bergosip tentangnya. Dari mulai fakta Zara yang pendiam, penyendiri, dan anak yatim piatu.
Bukan tanpa alasan Zara suka menyendiri dan sering diam. Itu karena dia memiliki kemampuan bisa melihat makhluk tak kasat mata. Bagi Zara, bisa melihat makhluk dua dunia terasa bising untuk mata dan telinganya.
Zara juga merupakan anak yatim piatu. Sejak kecil dia tinggal di panti asuhan.
Kini Zara duduk di bangku panjang depan kelas. Dia kembali mencoba belajar. Namun atensinya tak sengaja tertuju ke arah Yona. Gadis populer, cantik dan diketahui punya kelebihan seperti Zara. Yona tampak dikelilingi banyak orang. Sepertinya dia sedang jadi narasumber utama atas insiden kerasukan masal tempo hari.
Zara menarik sudut bibirnya ke atas, lalu menggeleng. Dia tahu, Yona bukan anak indigo. Gadis itu berpura-pura indigo karena ingin menarik perhatian banyak orang.
Zara sendiri tak mau ikut campur dan malas untuk mengatakan yang sebenarnya tentang Yona. Dia memilih diam karena tak mau ambil pusing. Zara sudah lelah dengan masalahnya sendiri yang tak pernah usai bahkan saat matahari tenggelam.
Hari itu ujian berjalan lancar. Zara langsung pulang dengan menggunakan angkot.
"Ini uangnya, Pak." Zara membayar ongkos angkot pada sopir.
"Biarkan saja, Dek. Nggak usah bayar," ujar Sopir dengan kumis beruban itu.
"Makasih kalau gitu ya, Pak." Zara sedikit membungkukkan badan. Dia tahu, selain sering dapat hinaan, menjadi yatim piatu juga membuatnya sering mendapat bantuan dari orang lain.
Zara mendengus dan segera membuka pagar panti asuhan. Sosok Dita langsung menyambut dengan raut wajah cemberut.
"Kenapa, Dit?" sapa Zara yang keheranan.
"Aku menemukan jepit rambutku di bawah kasurmu!" ungkap Dita.
Mata Zara membulat. Dia tahu betul kalau dirinya tak pernah mengambil jepit rambut Dita, apalagi sampai menyembunyikannya ke bawah kasur.
'Ini pasti ulah anak itu,' batin Zara. Dia langsung teringat dengan hantu anak lelaki yang sering mengambil barang orang di panti asuhan. Namun anehnya hantu anak itu selalu membawa barang curiannya ke kamar Zara.
"Dit! Kamu salah paham. Aku nggak pernah ngambil jepit rambut kamu. Itu bukan aku!" Zara mencoba membela diri. Tak peduli kalau dirinya tidak bisa membuktikan.
"Aku akan maafkan kali ini, Ra. Tapi kalau nanti kau ketahuan mencuri lagi, maka aku nggak akan tinggal diam!" omel Dita seraya beranjak masuk ke rumah lebih dulu.
Zara mendengus sambil melemaskan pundaknya. Ia lalu melangkah cepat karena ingin menemui hantu anak yang selalu mencuri itu.
Dari lorong, Zara bisa melihat hantu anak lelaki itu berdiri di depan pintu kamarnya. Hantu itu menatap ke arah Zara.
Selama ini Zara selalu berpura-pura tidak melihat hantu. Ia sengaja mengabaikan apa yang dilihatnya. Zara melakukan itu karena tak mau hidupnya semakin terganggu. Hantu yang tahu manusia bisa melihatnya pasti akan mengikuti bahkan meminta pertolongan.
Itulah alasan kenapa Zara mengabaikan sikap hantu penghuni di panti asuhan. Tapi kali ini dia tak bisa diam, karena apa yang dilakukan hantu anak lelaki itu sudah sangat mengganggunya.
"Hei! Berhentilah mencuri dan menyembunyikannya ke kamarku!" tegas Zara. Untuk pertama kalinya, dia memberanikan diri bicara dengan makhluk tak kasat mata.
Hantu anak lelaki itu tertunduk. Seolah merasa sedih karena di omeli Zara.
"Karena ulahmu, Dita mengira aku pencuri. Jangan sampai kebiasaanmu ini membuatku dianggap pencuri di panti ini!" lanjut Zara. Setelah itu, dia masuk ke kamar dan tak lupa menutup pintu.
Zara menghembuskan nafas dari mulut. Entah kenapa dia merasa lega setelah mengeluarkan kekesalan yang selama ini dipendam.
"Ternyata tidak seburuk itu," gumam Zara. Dia segera berganti pakaian.
...***...
Waktu menunjukkan jam lima sore. Zara kini sedang mandi di kamar mandi umum panti asuhan. Kala itu dia sedang sendirian. Lokasi kamar mandi sendiri berada di bangunan yang terpisah dari rumah panti.
Tok! Tok! Tok!
Terdengar ada seseorang yang mengetuk pintu kamar mandi Zara. Sontak Zara berhenti mengguyurkan air ke tubuhnya.
"Sebentar lagi!" pekik Zara. Dia mengira orang yang mengetuk adalah anak panti yang lain.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan kembali terdengar, dan kali ini bulu kuduk Zara merinding tanpa alasan. Ia punya firasat kalau yang mengetuk mungkin saja bukan manusia.
Zara jadi teringat hantu penghuni kamar mandi. Hantu itu berupa lelaki paruh baya, dengan tampilan berlumuran darah dan kepala yang penyok. Zara menyebut hantu itu adalah hantu kepala peyang.
Sebenarnya sudah lama Zara tak melihat hantu kepala peyang itu muncul. Makanya dia selalu santai saat mandi. Namun sepertinya sekarang hantu itu kembali entah karena apa.
Buru-buru Zara mengenakan handuk dan pakaian. Ia semakin tambah dikejar waktu saat melihat hari mulai semakin gelap.
Zara sudah berdiri di depan pintu. Bersiap untuk membuka pintu. Ia berharap tidak ada penampakan mengerikan yang menunggunya.
Perlahan Zara buka pintu kamar mandi. Dia mengintip terlebih dahulu. Saat yakin tidak ada apa-apa, barulah dirinya membuka pintu lebar-lebar dan melangkah keluar.
Zara berjalan cepat sambil menunduk. Namun langkahnya terhenti saat melihat darah berceceran di lantai. Sekali lagi, bulu kuduk Zara meremang.
Glek!
Zara menenggak salivanya dan memberanikan diri melangkah maju. Akan tetapi darah yang dia lihat di lantai berubah jadi jejak kaki darah.
Sekali lagi Zara berhenti. Dia merasa heran karena jejak kaki itu mengarah ke arahnya.
"Tunggu dulu," gumam Zara. Ia perlahan mendongak. Jantungnya berdetak sangat kencang.
Betapa kagetnya dia saat menemukan sosok hantu lelaki dengan kepala hancur dan berlumuran darah.
Zara tak berteriak, sebab dirinya sudah terbiasa melihat hantu. Dia mematung dan malah saling adu tatap dengan hantu itu.
Zara menelan salivanya satu kali. Dia berusaha tenang. 'Tenanglah, Zara... Ini sudah biasa untukmu. Kau tidak usah cemas. Mereka tidak ada apa-apanya selain hanya punya penampilan seram,' batinnya, berusaha menenangkan diri.
"Berhentilah menggangguku! Berhentilah mengganggu orang-orang panti! Sudah baik kau tidak pernah muncul selama beberapa tahun, kenapa kau muncul lagi?!" timpal Zara.
Hantu dengan kepala penyok dan berlumuran darah itu hanya diam. Ia hanya memperdengarkan suara seperti orang yang tercekik. Mendesis dan mengeluarkan bau anyir yang menyengat.
Setelah berucap begitu, Zara memaksakan dirinya melangkah melewati hantu tersebut. Dia terus berjalan sampai akhirnya tiba di kamar. Zara merasa lega karena hantu kamar mandi itu tidak mengikuti.
Ketika waktu menunjukkan jam tujuh malam, Zara dan anak-anak panti lain melakukan makan malam bersama yang diteruskan dengan kegiatan belajar dan berdoa. Saat kegiatan selesai, semua orang kembali ke kamar untuk tidur.
Zara sekarang sudah telentang di ranjang. Perlahan dia pejamkan matanya. Namun belum sempat dirinya tidur, suara sayup-sayup tangisan seorang perempuan terdengar.
Zara mendengus kasar. Dia tahu kalau itu adalah kuntilanak di atas lemari. Suara tangisannya begitu pilu, terisak seperti seorang perempuan yang kesakitan bercampur kesedihan.
Zara tahu hantu berambut panjang dengan baju putih itu memang selalu menangis saat malam hari. Selama ini Zara selalu mengabaikan hantu itu karena bersikap seolah tak melihat dan mendengar. Akan tetapi sekarang Zara tidak mau tinggal diam. Nampaknya setelah berani mengomeli hantu anak lelaki tadi siang, memberikan keberanian lebih pada diri Zara. Gadis tersebut tak mau membiarkan hantu-hantu mengganggu kehidupannya. Bahkan pernah di beberapa malam Zara sampai tak bisa tidur karena tangisan kuntilanak di atas lemari.
Zara membuka mata dan merubah posisi duduk. Tampaklah sosok kuntilanak yang duduk di atas lemarinya.
"Bisakah kau berhenti menangis di sini? Itu sangat menggangguku! Carilah tempat lain untuk menangis! Jangan di atas lemariku. Aku udah capek dengan hidupku, jadi tambah capek karena gangguan tangisanmu itu!" omel Zara. Ia tak tahu bagaimana dirinya bisa punya keberanian berucap begitu. Namun setelah berucap begitu, kuntilanak itu berhenti menangis dan menghilang.
"Harusnya ini aku lakukan dari dulu," gumam Zara yang senang. Sebab dipastikan malam itu dia akan tidur dengan tenang dan nyenyak. Tanpa gangguan tangisan pilu kuntilanak di atas lemari.
Kejujuran Zara pada para hantu penghuni panti ternyata sangat berdampak. Karena semenjak itu, hantu anak lelaki sudah tak terlihat lagi, hantu di kamar mandi bahkan tak pernah muncul atau mengganggu dengan ketukan pintu.
Zara senang, setidaknya hari-harinya di rumah panti bisa damai dari gangguan hantu. Tetapi itu tentu tidak berlaku saat di sekolah.
Di sekolah Zara melihat ada banyak sekali hantu. Beraneka ragam bentuk mengerikan, dari yang biasa sampai menyeramkan. Tapi setahu Zara, hantu yang paling kuat di sana adalah kuntilanak merah di pohon beringin.
Zara berpikir begitu, karena kuntilanak merah itu sudah beberapa kali mengganggu, dan menurutnya kejadian kesurupan masal kemarin terjadi karena kuntilanak merah.
Zara baru saja turun dari angkot. Kebetulan hari itu ada pengumuman hasil ujian. Zara melangkah menuju papan pengumuman. Di sana terlihat sudah banyak murid lain yang bergerombol.
Zara masuk ke dalam gerombolan itu. Sampai dia benar-benar tiba di depan papan pengumuman. Zara cari deretan namanya disitu.
Mulut Zara menganga saat melihat nilainya sendiri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!