NovelToon NovelToon

Angsa Putih

CHAPTER 1

Wanita bijak seperti angsa di atas air.

Anggun namun tetap bekerja,

Tetap tegar meski terluka

^^^-Mario teguh^^^

...----------------...

Siang hari yang terik di sebuah kantin SD elite ternama, terlihat anak-anak berseragam merah putih memenuhi tempat itu. Sebagian anak duduk santai mengobrol, sebagian menikmati makan siangnya, ada yang masih mengantri menunggu pesanannya, sebagian asyik bermain-main. Suasana yang sangat ramai dan ceria.

Tiba-tiba, kantin menjadi sunyi ketika seseorang berteriak dengan suara nyaring.

"Awas! Awas! Minggir! Minggir! Gajah bengkak mau masuukk!" Teriakan Andi menggema di seluruh penjuru kantin.

Sontak semua mata langsung menuju ke pintu masuk. Gisel dan Alex, dua bersahabat itu berdiri terpaku di sana karena menjadi sorotan seluruh siswa di kantin, tak hanya teman-teman sekelasnya, tetapi ada adik-adik kelasnya juga.

"Yak! Mari kita sambut, angka 10 akan memasuki arena!" sambung Sara tertawa melihat Gisel dan Alex. 

Semua anak-anak pun langsung tertawa mendengar cemoohan Andi dan Sara yang bagi mereka lucu. Ada yang tertawa dengan terang-terangan, ada yang berbisik-bisik, ada juga yang menatap mereka dengan kasihan. 

Gisel berdiri diam, kemudian berbalik badan hendak meninggalkan kantin. Tapi Alex menahan tangannya, "Udah Sel, biarin aja mereka," ucap Alex yang mengerti teriakan tersebut untuk menyindir Gisel.

"Gue dah males Lex. Lo aja deh yang makan," ucap Gisel kesal. 

"Sudah cuekin aja Sel," bisik Alex.

"Eh gajah kok diem aja! Gimana yang lain bisa masuk kalo badan gede lo ngalangin pintu!"  teriak Andi tertawa terbahak-bahak.

"Heh, mulut lo kaya banci ya. Nggak mengganggu Gisel nggak idup lo ya?!" maki Alex.

"Wah! Gila, gila. gila! Si Papan Tripleks belain pacarnya, coy! Lo makin gepeng aja deh deket-deket sama gajah gitu! Hahaha!" ledek Andi lagi, di ikuti tawa teman-temannya.

"Udah lah Lex, nggak usah diladenin," ucap Gisel sambil berjalan keluar kantin diikuti Alex.

Gisel dan Alex kemudian menuju ke taman belakang dan duduk di sebuah bangku di tepi taman.

"Sel, udah jangan sedih. Biarin aja mereka bicara apa,aku tetap sahabatmu," hibur Alex.

Gisella dan Alex berteman dari kelas 1 SD hingga sekarang mereka sudah kelas 6. Gisella memiliki pawakan tubuh yang montok, untuk ukuran anak seusianya. Dengan wajah putih bersih dan pipi yang gembil, Gisella memang terlihat lebih mencolok dibanding anak-anak lainnya. Sedangkan Alex, badannya kurus kering, kecil, dan berkacamata.

"Gue males aja jadi tontonan Lex," tutur Gisel.

"By the way, lo nggak laper Sel?" tanya Alex yang tau kalo Gisel suka sekali makan bakso di jam istirahat mereka.  

"Nggak Lex. Laper gue ilang liat muka Andi!" ucap Gisel sambil memajukan bibirnya. 

"Hahaha… Bibir lo napa sampe gitu Sel?" tanya Alex tertawa melihat gaya Gisel .

"Yah, malah diketawain. Orang lagi badmood juga." Gisel makin memajukan bibirnya. 

"Abis lucu bibir lo maju gitu. Iya, iya, maaf " ucap Alex geli.

###

Di ruang kelas 8 SMP, tampak Sherly, Mia dan Vina sedang asyik bersenda gurau. 

"Eh pulang sekolah kita ke mall yuk!"  ajak Vina.

"Ayo, cuci mata seger di sana!" pekik Mia yang memang paling heboh. 

"Sher, lo kok diem aja, ikut kan?" tanya Vina.

Sherly yang ditegur sedikit kaget.

"Ya? Iya, iya gue ngikut."

Padahal dalam otaknya dia sedang bingung, gimana nih duit gue tinggal tiga puluh ribu.

"Asyik! Tapi masa kita pake seragam ke mall? Nanti diusie Gimana?" tanya Mia bimbang.

"Ya nggak lah, kita balik rumah gue dulu, ganti dirumah gue." jawab Vina senyum-senyum.

Tiga serangkai ini terkenal sebagai geng centil di sekolah mereka. Sangat modis dan juga glamour. Tapi sayang nggak pintar. 

"Eh gue keluar bentar ya!" ucap Sherly yang berlari keluar kelas. 

"Eh mau kemane lo Sher!" teriak Mia bingung yang melihat Sherly berlari keluar kelas.

"Mau kemana dia Vin?" tanya Mia.

"Paling dia mau bajak Gisel, adiknya!" ucap Vina tertawa.

Mia yang paham hanya mengangguk-angguk.

###

"Gisel!! Susah amat sih nyariin lo!" tiba tiba Sherly sudah berada tepat di depan Gisel.

Gisel tentu saja kaget melihat kakaknya muncul mencarinya. 

"Emang ada apa Kak nyariin gue?"  tanya Gisel heran.

"Pinjemin duit dulu, gue kehabisan duit jajan nih!" ucap Sherly.

Gisel merogoh saku rok dan mengeluarkan dompet nya, tapi Sherly langsung merebut dompet itu.

"Dah gue pinjem sekalian sama ini dompet" ucap Sherly tersenyum ceria sambil berlalu Gisel.

"Yah jangan dong Kak. Kalau diambil semua nanti Gisel jajan pake apa?" jawab Gisel berdiri mengikuti Sherly.

"Nggak usah jajan, nggak makan dua hari juga badan lo nggak bakalan berkurang ini" cibir Sherly.

"Kok Kakak gitu sih" ucap Gisel kesal. 

"Sudah ah, puasa aja lo hari ini. Siapa tahu bisa langsing" Sherly menjawab sambil tertawa. 

"Kak, jangan gitu dong, kasian Gisel," tegur Alex yang diam dari tadi.

 

"Eh lo tripleks, ngapain ikut-ikut urusan gue!" bentak Sherly tak suka ditegur oleh Alex. 

"Ndut, lo cocok deh temenan ma nih Triplek, jadi angka 10!" ucap Sherly tertawa memperhatikan Gisel dan Alex.

"Kakak jangan gitu. Namanya Alex dia teman Gisel."

"Hihihi… Kalian cocok, sama-sama jelek" ucap Sherly sambil berlari meninggalkan mereka.

"Huff. Abis deh uangku, gimana nanti mau jajan," gumam Gisel.

"Nanti gue yang traktir deh, ngak usah dipikirin" ucap Alex menghibur Gisel.

"Kak Sherly kebiasaan. Tapi kalau nggak gue kasih ntar jadi panjang sampai ke rumah. Mama juga pasti marahin gue lagi."

"Kakak lo gitu banget ya Sel, untung bukan Kakak gue" ucap Alex tertawa mencoba mencairkan suasana.

"Ih lo ngetawain gue ya Lex" ucap Gisel sambil menatap Alex kesal. 

"Nggak, nggak gitu Sel, cuma gue juga ogah punya kakak kayak kakak lo tuh," ucap Alex.

"Ya mau gimana lagi, dia emang kakak gue, tapi dia nggak pernah akur sama gue."

"Ya udah, kita kelas yuk, bentar lagi bel masuk" ajak Alex.

###

Gisel yang sudah duduk di dalam mobil jemputan resah karena Sherly belum keluar juga. Diambilnya ponsel di dalam tasnya.

"Kakak, kok lama sih?"  tanya Gisel.

"Eh gue main kerumah Vina, lo pulang duluan aja!" 

"Yah bukannya dari tadi bilangnya, nggak tau apa ini panas!" ucap Gisel kesal lah mematikan panggilan telepon.

"Pak kita jalan ya" perintah Gisel.

"Baik Non" jawab Pak Ali sang sopir pribadi. 

"Pak, Papa kapan pulang dari luar kota?" Gisel membuka pembicaraan dengan sopirnya. 

"Waktu Bapak antar ke bandara kemarin, Pak Toni bilangnya tiga hari lagi pulang sih, Non."

"Oh gitu," balas Gisel sedih. Ia kangen dengan papanya.

###

Gisel melangkah memasuki rumah mewah dan besar, tapi entah kenapa hatinya terasa hampa.

"Siang, Ma," sapa Gisel begitu melihat mamanya sedang menonton TV. 

Amira acuh tak menjawab sapaan putri bungsunya tersebut. 

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...HAI!! Terima kasih buat para pembaca yang sudah mendukung saya hingga saya bisa merealisasikan karya kedua ini!!...

...Agar saya tetap semangat update, dukung saya terus dengan memberikan LIKE, dan VOTE sebanyak-banyaknya ya!!...

...Jangan lupa tinggalkan bintang lima...

...(⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️)...

...dan klik FAVORIT agar tak ketingalan episode selanjutnya ya!!...

...Terima kasih.❤...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

CHAPTER 2

Terkadang aku menangis ketika ada teman yang menceritakan kebahagiaan suasana keluarganya. Mungkin aku iri.

^^^-anonim^^^

...----------------...

Gisel melangkah memasuki rumah mewah dan besar, tapi entah kenapa hatinya terasa hampa

"Siang, Ma," sapa Gisel begitu melihat mamanya sedang menonton TV. 

Amira acuh tak menjawab sapaan putri bungsunya tersebut. 

Gisel sudah terbiasa akan sikap mamanya yang tak pernah menganggap ada keberadaannya. Ia hanya bisa menghela nafas, kemudian melanjutkan langkah kakinya menuju ke kamarnya.

Di sana, Gisel menghempaskan tubuh gempalnya, setiap hari ia merenung.

Kenapa Mama begitu tak menyukaiku.. Apa salahku.. Apa karena aku jelek, makanya mama nggak menganggapku sebagai anaknya.. Apa aku memang bukan putri kandungnya...

Sambil bangun dan berdiri di depan cermin, ia menatap lurus kepada seorang anak perempuan dengan tubuh gemuk penuh lemak, dan pipi yang gembul.

Mungkin aku memang bukan putri kandung mama... aku berbeda sekali dengan kak Rendy yang tampan dan atletis, dan kak Sherly yang cantik dan imut, batin Gisel tambah sedih.

Tuhan, aku putri siapa... isak Gisel perlahan. 

Tok tok tok

Terdengar suara pintu kamarnya diketuk dari luar.

Dengan langkah lesu Gisel membuka pintu kamarnya. 

"Non, sudah ditunggu Nyonya sama Den Rendy makan siang," terdengar suara Bi Sumi dari depan kamar

"Iya, Bi. Bentar lagi Gisel turun, makasih ya," jawab Gisel yang segera mengganti seragam sekolahnya. 

Di ruang makan, terlihat Mama yang tampak cantik dan anggun sedang menuangkan nasi dan lauk pauk ke piring Kak Rendy.

"Ayo Sel, makan," ajak Rendy begitu melihat Gisel sudah masuk ke ruangan tersebut. 

Gisel langsung menarik kursi dan duduk di seberang mama dan kakaknya. 

Perlahan, Gisel menyendokkan makanan ke dalam mulutnya. Sedangkan matanya masih melirik Mama yang terlihat sangat perhatian kepada Rendy.

"Sel, kata Mama, kamu pulang nggak bareng Sherly ya?" Rendy membuka pembicaraan.

"Iya Kak, Kak Sherly bilangnya mau mampir ke rumah Kak Vina dulu tadi."

"Kalau lagi makan jangan bicara, Gisel," tegur Amira.

"Maaf, Ma" Gisel menjawab sambil menunduk. 

"Mama, kan cuma kita bertiga disini, santai aja kenapa sih," ucap Rendy sambil tersenyum menatap mamanya. 

"Nanti jadi kebiasaan Ren, nggak baik buat Gisel," tangkis Amira. 

Seusai makan, Mama bertanya kepada Rendy, "Ren kamu yakin mau kuliah di luar negeri?"

"Yakin dong Ma. Cuma belum tau di Universitas mana, karena hasil pengumumannya belum keluar."

"Mama nggak bisa ketemu kamu tiap hari lagi dong," ucap Amira sedih.

"Yah, Mama. Kan cuma 4 tahun. Kalau liburan, Rendy pasti balik kok," hibur Rendy.

"Kamu kalau di sana hati-hati jaga diri ya, Ren," pesan Amira dengan wajah khawatir

"Beres, Ma," jawab Rendy sambil memeluk mamanya.

Gisel menitikkan air mata melihat pertunjukan tersebut. Mamanya belum pernah sekalipun memeluknya seperti itu.

"Ayo ikut ke kamar Mama." Amira menggandeng tangan Rendy menuju kamarnya.

Tinggal Gisel sendiri di ruang makan yang sangat luas tersebut.

"Non, kok ngelamun sih?"  tiba-tiba Bi Sum mengagetkannya.

"Eh Bibi, bikin Gisel kaget saja" jawab Gisel tertawa. 

"Sudah makannya Non? Biar Bibi beresin ya," ucap Bi Sum.

"Sudah Bi, Gisel bantuin ya."

Gisel pun membawa piring kotor ke dalam, ditaruhnya piring piring tersebut di tempat cucian. 

"Ngelamun lagi!" seru Bi Sum.

"Bi, kenapa Mama nggak pernah sayang sama Gisel, ya, kayak kalau Mama sayang ke Kak Rendy atau Kak Sherly.. Apa Gisel anak pungut ya?" tanya Gisel menatap sang bibik sedih. 

"Hush jangan bicara sembarangan! Non itu anak kandung Nyonya Amira dan Tuan Toni. Bibi yang lihat sendiri kok waktu Non lahir di rumah sakit!" Bi Sum kaget dengan pertanyaan Gisel.

"Bibi nggak bohong kan?"

"Ya Gusti, tentu benar Non. Dari Non Gisel masih bayi merah bibi yang merawat, mandiin, ganti popok,pokoknya semuanya deh."

"Jadi waktu Gisel bayi, yang mengurus dan merawat Bibi?" tanya Gisel jadi sedih lagi. Kenapa bukan Mama yang merawat Gisel?

"Benar Non."

"Berarti Mama nggak suka dengan kelahiran Gisel ya, Bi?"

"Itu... itu.. Ah sudahlah Non, pokoknya Non itu anak kandung Tuan dan Nyonya. Jangan mikir yang aneh-aneh lagi ya, Non."

###

Di ruang makan yang mewah, perabotan-perabotan perak di pajang menyilaukan ruangan tersebut. Tampak satu orang anak dengan wajah murung sedang menyendokkan makanannya sambil mencuri-curi pandang ke arah mamanya yang sedang menyuapi kakak-kakaknya.

Ma, apa salah Gisel sebenarnya, batin Gisel.

"Ma, papa kapan pulang?" tanya Rendy

"Lusa Papa sudah pulang kok Ren" jawab Amira. 

Begitu setiap saat keadaan di ruang makan bila Toni, Papa Gisel tidak di rumah.

"Ma, besok Gisel di kasih uang jajan ya" pinta Gisel

"Memang kemana uang jajanmu, bukannya Mama sudah berikan setiap minggu?" ucap Amira. 

"Em, itu Ma," sahut Gisel sambil menatap Sherly dibalas dengan pelototan mengancam.

"Uang jajan sudah diberikan setiap Senin. Jadi tunggu hari Senin lagi baru dapat uang jajan," ucap Amira sambil berlalu meninggalkan meja makan diikuti Sherly. 

Gisel cuma bisa menghela nafas mendengar jawaban Amira. 

"Sel, tumben kamu kehabisan uang jajan?" tanya Rendy heran. 

"Nggak habis kok uang jajan Gisel, cuma.. " Gisel tidak melanjutkan ucapannya cuma kembali menghela nafas kesal. 

"Nih, pake uang Kakak ya, sudah jangan cemberut lagi, uangmu dirampas Sherly kan?" ujar Rendy yang sepertinya paham situasi Gisel.

Gisel cuma mengangguk kepalanya. 

"Makasih Kak" ucap Gisel akhirnya bisa tersenyum. 

Rendy menatap kasihan kepada adik bungsunya. Dia tahu sikap mama berbeda, tapi Rendy juga bingung harus bagaimana, kecuali ada Papa di rumah ini, maka suasana lebih baik karena Papa akan membela Gisel.

###

Gisel melangkahkan kakinya menuju ruang kelas dengan hati riang. 

"Ndut.. Ndut.."

Gisel tahu ada yang memanggilnya, tapi cuek saja karena bukan namanya yang disebut. 

"Gisel bomber, budek ya!" bentak Windy teman sekelas Gisel.

Windy menepuk pundak Gisel dengan keras. 

"Aw!"pekik Gisel

"Apaan sih lo!" bentak Gisel menatap Windy. 

"Lo budek ya Ndut, dipanggil dari tadi nggak jawab jawab," ucap Windy yang sudah berdiri didepan Gisel. 

"Nama gue Gisel, bukan Bomber juga Ndut!" sahut Gisel kesal. 

"Hahahaha… Lo,kan lo emang gendut wajar dong dipanggil Ndut atau Bomber. Kok marah!" ucap Windy masih tertawa.

"Dasar mulut soak!" gerutu Gisel meninggalkan Windy dengan kesal. 

"Eh tunggu Ndut! Gue pinjem buku PR matematika lo!" ucap Windy. 

"Enak aja, emang lo siapa minjem minjem, kerjain sana sendiri," sungut Gisel berlalu.

"Dasar gendut, jelek, belagu! Gajah bengkak lo!" teriak Windy kesal. 

Alex melihat Gisel masuk dengan wajah ditekuk. 

"Sel, pagi-pagi gini kenapa udah ketekuk aja itu muka?" tanya Alex.

"Auh Ah Gelap."

Gisel menyeret kakinya ke bangkunya diikuti Alex.

"Hmm.. Kalau ditekuk gitu cantiknya hilang lo Sel," goda Alex tersenyum. 

"Ihh.. Apaan sih Lex, pagi-pagi sudah ngegombal aja," ucap Gisel akhirnya bisa tersenyum. 

"Nah gitu dong, baru Gisel namanya" celoteh Alex senang melihat sahabatnya bisa tertawa lagi. 

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...HAI!! Terima kasih buat para pembaca yang sudah mendukung saya agar tetap semangat melanjutkan cerita ini setiap harinya!!...

...Agar saya tetap semangat update, dukung saya terus dengan memberikan LIKE, dan VOTE sebanyak-banyaknya ya!!...

...Jangan lupa tinggalkan bintang lima...

...(⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️)...

...dan klik FAVORIT agar tak ketinggalan episode selanjutnya ya!!...

...Terima kasih.❤...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

CHAPTER 3

Hidup ini seperti piano, berwarna hitam dan putih.

Namun, ketika kuasa Tuhan yang memainkannya, semuanya menjadi indah.

^^^-anonim^^^

...----------------...

Teng teng teng

Bel masuk berbunyi. Semua murid kelas 6C masuk ke kelas dan duduk dengan rapi. 

"Pagi anak-anak," sapa Bu Widya, wali kelas mereka. 

"Pagi, Bu." serempak para murid menjawab. 

"Sebentar lagi Ujian Sekolah akan tiba, kemudian disusul dengan Ujian Negara. Mulai minggu depan, kita sudah akan memulai try out sebagai persiapan ujian. Jadi kalian harus giat belajar supaya bisa lulus dari sekolah ini, mengerti anak-anak?" ucap Bu Widya dengan suara nyaringnya. 

"Mengerti, Bu." jawab para murid

"Nilai kalian akan menentukan SMP mana yang bisa kalian masuki. Jadi kalau kalian ingin masuk ke SMP yang bagus, kalian harus belajar dengan benar mulai sekarang!" perintah Bu Widya.

"Iya Bu" kembali para murid menjawab bersama dengan suara lesu.

"Sekarang masukan semua buku-buku yang ada di atas meja. Hanya peralatan menulis yang boleh berada diatas meja!" perintah Bu Widya. 

Kelas menjadi ramai, murid-murid sibuk memasukan buku-buku mereka dan ada yang kasak kusuk ribut sendiri

"Tenang, semua tenang!" seru Bu Widya kembali menenangkan murid muridnya. 

Kemudian Bu Widya berjalan ke meja yang satu ke meja lainnya sambil membagikan soal-soal latihan ujian.

"Anak-anak, kerjakan soal-soal tersebut dalam waktu 60 menit. Yang sudah selesai

, segera bawa kemari. Kerjakan sekarang, jangan ada yang mencontek atau membuat keributan, atau akan Ibu kurangi nilainya." seru Bu Widya sambil mengawasi murid muridnya mengerjakan latihan ujian. 

Suasana kelas menjadi hening, anak-anak sibuk dengan kertas ujian di meja mereka masing-masing. 

Gisel menatap kertas tes tersebut, ditatapnya soal ujian yang berjumlah 40 butir tersebut. Setelah itu dia tersenyum, Ah ini mah mudah!

Gisel menyelesaikan ujian itu dengan cepat. 40 menit setelah ujian berlangsung, Gisel berdiri maju menyerahkan lembar jawabannya di meja Bu Widya. 

Bu Widya menatap Gisel tersenyum, lalu diamatinya lembar jawaban yang diserahkan Gisel.

"Sudah kamu periksa kembali semuanya, Gisel?" tanya Bu Widya. 

"Sudah Bu" jawab Gisel.

"Bagus, jaga terus rankingmu ya Sel, Ibu bangga menjadi wali kelasmu" ucap Bu Widya. 

"Iya Bu, terima kasih" jawab Gisel tersenyum. 

"Kamu boleh istirahat lebih dulu, jangan ganggu kelas-kelas lain ya, ke kantin saja," ucap Bu Widya. 

"Baik Bu," jawab Gisel berlalu menuju ke kantin sekolah. 

Gisel melangkahkan kakinya menuju kantin lalu membeli segelas orange juice dari uang pemberian kakaknya. Dicarinya tempat duduk yang menghadap lapangan.

Saat asyik menyesap minuman, Gisel dikejutkan dengan tepukan di pundaknya. 

"Melamun aja!"

"Sudah selesai juga, Lex?"

"Iya, selisih sedikit waktunya dengan lo, Sel."

"Lex, kita jadikan daftar ke SMP Garuda sama sama?"

"Maaf Sel, gue nggak bisa SMP bareng lo. Habis ujian selesai, gue ikut orang tua gue pindah ..." ucap Alex menatap ke bawah. Sudah lama ia ingin memberitahukan ini, tetapi ia tak enak rasa terhadap Gisel.

"Hah? Lo mau pindah kemana Lez?"

"Papa ditugaskan ke Malaysia, Sel."

"Kita nggak bisa sama-sama lagi dong Lex?"

"Iya, maafin gue ya, tapi kitakan masih bisa telepon atau chat...."

"Iya sih, tapi nggak enak Lex. Kita nggak bisa ngobrol kayak gini lagi."

Gisel terdiam sejenak, ia akan kehilangan sahabatnya.

"Kok malah diem sih, Sel?" tanya Alex.

"Nggak papa kok Lex, cuma aku merasa kehilangan kalau kamu pindah sejauh itu" jawab Gisel sedih. 

"Udah jangan sedih, aku janji akan selalu menjadi sahabatmu," hibur Alex.

"Bentar aku haus. Kamu mau nitip apa nggak?" tanya Alex

"Nggak, nih aku tadi beli juice" jawab Gisel.

Alex meninggalkan Gisel untuk membeli minuman dan donat. 

"Ini buatmu Sel" Alex menyodorkan donat kesukaan Gisel.

"Makasih Lex, tau aja kesukaanku" ucap Gisel senang. 

"Ya tahu lah, tiap hari kamu tuh makan donat, kalau nggak makan wah… wajahmu bisa berubah hitam!" canda Alex tertawa. 

"Bisa aja kamu Lex!" jawab Gisel ikut tertawa. 

Teng teng teng

Jam istirahat berbunyi, tak lama kantin mulai penuh murid-murid yang berdesakan berebut membeli makan di sana.

"Eh Bomber, minggir lo! nyempit-nyempitin tempat duduk aja!" sindir Windy yang masih kesal karena tak diberi contekan PR tadi pagi. 

"Ngapain lo Win, kita dari tadi sudah duduk disini, nggak usah sok sok an deh" ucap Alex kesal. 

"Krempeng jelek, lo emang cocok ya jadi pacarnya tuh gajah. Kayak gajah Sumatera sama pawangnya!" ledek Windy tertawa diikuti teman teman yang lainnya. 

"Win, bilang aja lo tuh kesel karena nggak gue kasih contekan jadi begini deh ya, blo'on banget sih jadi orang. PR aja nyontek. " cibir Gisel kesal. 

Mendengar ucapan Gisel, Windy tentu saja menjadi malu dan semakin marah. 

"Dasar gendut! Sudah jelek belagu lo!" maki Windy kesal. 

"Biarin gue gendut juga jelek, tapi IQ gue nggak jeblok kaya lo" jawab Gisel meleletkan lidahnya.

Semua anak di kantin tertawa melihat keributan antara Gisel dan Windy.  Windy menghentakkan kakinya berlalu dari kantin. 

"Sel, ternyata lo keren juga ya!" ucap Alex kagum karena baru ini dilihatnya Gisel membalas perkataan orang yang mengganggu dirinya. 

"Keren apa? Gue bosen denger omongannya Lex, " jawab Gisel bersungut-sungut.

"Hahaha." Alex malah tertawa. tetapi hal itu malah membuat Gisel ikut tertawa juga.

"Yuk ke kelas, sebentar lagi bel masuk" ajak Alex sambil berlalu diikuti Gisel.

###

Hari-hari telah berlalu, Ujian sekolah pun telah usai. Gisel merasa lega dan tinggal menunggu pengumuman hasil ujian.

Pagi ini di ruang makan, sudah berkumpul Toni Sang Papa, Amira Sang Mama, dan juga Kak Sherly. sedangkan Kak Rendy sudah berangkat ke Belanda mengurus pendaftaran kuliah di sana. 

"Pagi Pa.. Pagi Ma.." sapa Gisel. 

"Pagi putri Papa" jawab Toni tersenyum melihat putri bungsunya.

Sedangkan Amira diam saja tak acuh dengan keberadaan Gisel, begitu juga Sherly. 

Gisel duduk di dekat papanya. 

"Sel, kapan pengambilan ijazah?" tanya Toni. 

"Besok Pa. Ehm, Papa bisa datang ke sekolah Fira?" tanya Gisel pelan. 

"Pasti Papa datang, karena putri Papa pasti juara kan?"  jawab Toni bangga. 

"Hehe," Gisel tertawa kecil mendengar pujian papanya. Rasanya semua sakit hati yang diberikan mamanya terhapus sudah oleh perhatian papanya. 

"Jam berapa Papa harus datang ke sekolah Sel?" tanya Toni. 

"Jam 8 pagi baru mulai acaranya, Pa," jawab Gisel. 

"Oke, kalau gitu Papa ke kantor dulu sebentar, baru setelah itu ke sekolah Gisel ya," ucap Toni sambil membelai rambut Gisel dengan sayang. 

"Iya. Makasih ya, Pa" jawab Gisel bahagia. 

"Gisel pamit ke sekolah dulu, Pa, Ma.. "

"Sini cium Papa dulu" ucap Toni. 

Dengan hati senang, Gisel langsung mencium pipi papanya, yang dibalas pelukan hangat. 

Amira diam mengacuhkan semua itu, tak juga berkomentar. 

###

Di sekolah, Gisel selalu tersenyum. Alex yang berjalan di sisinya dibuat heran. 

"Sel lo baik baik saja kan? Nggak kesambet kan lo?" tanya Alex. 

"Ih.. Apaan sih lo Lex, gue baik-baik aja kali!" jawab Gisel senang. 

"Abisnya lo dari tadi senyum-senyum nggak jelas. Kan gue jadi takut Sel!" jawab Alex.

"Gue hari ini bahagia banget Lex, Papa besok bisa datang ke sekolah ambil ijazah!" jawab Gisel masih tersenyum senang.

"Oh.. kirain Sel" jawab Alex.

"Kirain apaan Lex?" tanya Gisel menatap Alex. 

"Kirain obat lo abis!" jawab Alex terbahak.

"Ih. Jahat amat sih lo!" ucap Gisel cemberut. 

"Becanda, becanda Sel" jawab Alex menahan tawanya. 

"Sel, lusa aku sudah berangkat, jangan lupain aku ya" ucap Alex tersenyum sedih.

"Cepat amat Lex?" tanya Gisel kaget. 

"Iya, kamu jaga diri baik-baik ya.." pesan Alex menggengam tangan Gisel.

"Kamu juga ya Lex, jangan lupain aku kalau dapat teman baru," ucap Gisel meneteskan air mata. 

"Jangan nangis dong Sel, kita pasti jumpa lagi kok!" hibur Alex sambil menghapus air mata di pipi Gisel yang gembul. 

"Ini Sel, buat kamu." Alex mengeluarkan sebuah kalung dengan liontin donat dari saku bajunya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...HAI!! Terima kasih buat para pembaca yang sudah mendukung saya agar tetap semangat melanjutkan cerita ini setiap harinya!!...

...Agar saya tetap semangat update, dukung saya terus dengan memberikan LIKE, dan VOTE sebanyak-banyaknya ya!!...

...Jangan lupa tinggalkan bintang lima...

...(⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️)...

...dan klik FAVORIT agar tak ketinggalan episode selanjutnya ya!!...

...Terima kasih.❤...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!