Ratu Ananta Prayoga, lahir dari pasangan Anandita Mikhaela dan Ananta Prayoga ini memiliki penglihatan yang berbeda dengan anak sebayanya. Kemampuan sang Bunda turun kepada Anta dalam melihat hal yang tak kasat mata.
Namun anehnya, Anta tak pernah merasa takut jika harus berhubungan dengan para hantu. Baginya berteman dengan para hantu maupun makhluk gaib lainnya lebih menyenangkan dibandingkan dengan para kawan sebayanya yang selalu membandingkan dan memilih teman.
"Menurut Bunda, terkadang manusia bisa lebih jahat dari hantu dibandingkan hantu itu sendiri."
Anta memiliki adik laki-laki yang bernama Raja Ananta Prayoga. Nama pemberian ayahnya sebelum Raja lahir. Janin Raja dititipkan pada rahim Tante Dewi karena Dita dan Anan ditakdirkan harus pergi. Mereka terbunuh oleh racun Ratu Masako.
Akan tetapi, karena Dita merupakan titisan dari Ratu Kencana Ungu, terkadang dengan kemampuannya ia datang bersama Anan menemui Anta dan Raja. Tapi hanya terbatas, karena takdir mengharuskan mereka berbeda alam.
Anta harus belajar mandiri menjaga adiknya meskipun ada Tante Dewi, Tasya dan Doni yang selalu siap sedia membantu dan menjaga kedua anak Dita dan Anan. Meskipun usia Anta tergolong muda, namun kemampuannya dan gaya bicaranya sudah seperti anak yang usianya lebih tua lima tahun dari usia Anta sebenarnya.
Jangan lupa dengan penjaga gaib Anta, Ratu Sanca. Ular besar yang memiliki wajah seorang perempuan dan dua tangan itu. Dia akan berbentuk boneka ular saat bertemu manusia, dan berubah menjadi ular besar kembali jika bertemu dengan makhluk gaib yang menganggu Anta.
***
Kejadian Tante Dewi dan Andri di rumah sakit setelah melahirkan Raja.
"Dewi, kamu sudah sadar? ahhhh syukurlah," ucap Andri yang langsung menghampiri Tante Dewi dan menggenggam tangan wanita itu.
Tante Dewi dengan ketus menepis tangan Andri.
"Ngapain kamu pakai bilang aku itu istri kamu?" lirikan tajam itu tepat menghunus ke arah Andri yang langsung salah tingkah.
"Ummm... jadi gini, Bos tempat agen model aku tuh perempuan sudah bersuami, dan dia—"
"Dia kenapa?" tanya Tante Dewi masih dengan tatapan sinisnya.
"Dia suka sama aku, terus akunya enggak mau lah, dia kejar-kejar aku terus gimana, dong?"
"Kamu kali yang mulai menggoda bos kamu, titisan kamu sebelumnya juga gitu kan, playboy!"
"Titisan aku sebelumnya? Maksudnya gimana?" tanya Andri masih tak mengerti.
"Udahlah enggak usah dibahas, tolong ambilkan aku minum!"
Andri segera meraih botol plastik berisi air mineral dan menaruh sedotan ke dalamnya lalu memberikan botol tersebut pada Tante Dewi.
"Makasih," ucap Tante Dewi setelah menghabiskan setengah botol air itu.
Andri menyeka sisa air di sudut bibir Tante Dewi dengan sentuhan lembut. Rasa kikuk langsung menjalar di tubuh wanita itu sampai ia bingung harus bicara apa lagi.
"Aku memang suka menggoda para gadis muda tapi itu dulu sebelum aku mulai suka sama kamu, beneran deh aku enggak pernah ngegoda Bos aku," ucap Andri.
Jantung Tante Dewi berdegup kencang, padahal sebelumnya ia tak ingin merasakan cinta maupun jatuh cinta lagi setelah kecewa pada Andri yang dulu dan juga kecewa pada Kevin. Akan tetapi mendengar penuturan Andri membuat jantungnya memompa darah lebih kencang dan berdegup lebih cepat.
Wanita itu menepis tangan Andri.
"Jangan ngegombal udah males aku digombalin cowok kayak kamu," cetusnya.
"Cowok kayak aku? Maksudnya gimana? Aku kurang ganteng, kurang tajir, apa kurang tua, gitu?"
"Udahlah, Ndri, aku lagi males ngomongin cinta, bantu aku turun, aku mau lihat Raja," pinta Tante Dewi.
"Kamu tuh udah hampir dua minggu enggak sadarkan diri tau, si Raja udah sehat udah dibawa pulang sama Tasya dan Doni. Anta juga tinggal sama mereka," sahut Andri.
"Ya udah kalau gitu aku mau pulang aku mau ketemu mereka," ucap Tante Dewi.
"Aku enggak mau beranjak sampai kamu mau terima lamaran aku," ucap Andri.
"What? Lamaran? Aku enggak punya perusahaan buat nampung kamu kerja."
"Hahaha garing banget lawakannya, aku tuh mau melamar kamu jadi istri aku, bukan melamar pekerjaan."
"Apa untungnya aku jadi istri kamu?" tanya Tante Dewi berusaha meyakinkan diri.
"Kamu pikirin Anta sama Raja, kalau kamu bawa mereka tinggal sama kamu yang sendirian kamu belum tentu bisa memberi mereka kehidupan yang layak, masa iya kamu mau menyerahkan mereka sama Doni dan Tasya?"
Ucapan Andri membuat Tante Dewi terdiam dan berpikir tentang masa depannya kelak dengan suami atau tanpa suami.
"Lalu apa kamu yakin dapat membuat hidupku, Anta dan Raja hidup layak?" Tante Dewi buka suara menoleh ke arah Andri.
"Beuh... dia meremehkan saya. Aku udah buat rumah makan modalnya juga ditambahin sama Anan, nanti Doni dan Tasya juga ikut gabung. Gimana aku calon pengusaha muda lho, mau ya nikah sama aku?" Andri masih berusaha keras meyakinkan Tante Dewi.
"Kamu emang pengusaha muda, tapi aku kan udah tua," ucap Tante Dewi.
"Cuma beda tujuh tahun enggak akan keliatan, apalagi wajah kamu awet muda banget, cantik."
Andri berharap rayuan awet mudanya ini berhasil. Ia harus menikahi Tante Dewi demi menghindari Bos agency-nya atau kalau tidak dia berhadapan dengan suami bosnya serta anak buahnya yang siap menghajarnya dan menghabisinya nanti. Lagipula wanita di hadapannya itu memang terlihat makin cantik dan membuatnya terpesona.
"Bagaimana? Mau ya menikah denganku?" tanya Andri.
"Tapi aku udah enggak bisa kasih kamu anak lho, Ndri. Aku takut kamu kecewa," ucap Tante Dewi.
"Tenang ada Anta sama Raja, udah cukup buatku punya mereka asal kamu selalu ada di sisi aku."
"Oke, aku terima demi Anta sama Raja," ucap Tante Dewi.
"Yesss!"
Andri langsung berjingkrak-jingjrak dengan penuh kebahagiaan. Ia ingin memeluk Tante Dewi, tapi tak jadi karena wanita itu segera menghadangnya dengan bantal.
Satu minggu kemudian, Tante Dewi dan Andri menikah. Semenjak saat itu Anta dan Raja memanggil mereka dengan sebutan Mama dan Papa.
***
Lima tahun berlalu, kini Anta tumbuh menjadi gadis yang cantik, pintar, periang namun suka menyendiri. Ia lebih memilih menulis di buku catatan harian mengenai kejadian yang selalu muncul di hidupnya semenjak satu tahun yang lalu.
Tadinya buku itu hanya ia gunakan untuk menulis alamat teman dan kata-kata mutiara. Bahkan ia pernah mencatat daftar belanjaan saat diberi perintah oleh sang Mama Dewi. Akan tetapi, anehnya tulisan-tulisan Anta malah menghilang. Buku itu kembali kosong.
Sampai Anta menuliskan kisah seorang hantu perempuan yang selalu mengikutinya pulang. Wajahnya pucat tertutup rambut hitam yang lurus sebahu. Dia memakai seragam sekolah dasar yang sama dengan Anta. Namun, saat gadis itu mencoba untuk melihat ke arah wajah hantu itu, ternyata bola mata yang sebelah kanan sudah hilang. Bagian hidungnya juga sobek separuh.
"Duh, Anta nyesel ngintip wajah kamu, Kak, tutup lagi deh," gumam Anta.
Gadis itu duduk di kursi depan meja belajarnya dan membuka buku diary bersampul biru itu.
10 Agustus 2020.
Dear Bunda dan Yanda.
Namanya Kak Ratih. Awalnya Anta bingung kenapa ia selalu mengikuti Anta pulang. Habisnya dia enggak pernah ngomong sama Anta. Mana badannya basah semua airnya netes kemana-mana sampai habis aku dimarahi Mama Dewi disuruh ngepel terus. Parahnya lagi tuh hantu suka minum susu cokelat punya Anta. Untung aja ada Ratu Sanca, dia bilang Kak Ratih minta di keluarin dari sumur belakang sekolah. Dia jatuh tenggelam dan gak ada yang tau. Keluarganya malah mengira dia diculik. Akhirnya Kak Ratih diangkat dari sumur tapi sudah berbentuk tulang. Tau enggak Bunda, Kak Ratih kasih Anta hadiah, pas Anta ke minimarket punya Baba Ncang, Anta dapet kupon susu cokelat 10 dus. Sampai jumpa lagi Bunda, di kisah Anta berikutnya. Love you Bunda love you Yanda.
Setelah Anta tuliskan kisahnya mengenai para hantu yang ia temui, tulisannya tak pernah hilang. Ada saja cerita hantu yang datang dan pergi serta hadiah-hadiah yang diberikan oleh para hantu.
******
To be continue...
Kira-kira Anta bawa cerita apa lagi ya buat kita? Dan siapakah pocong tampan kali ini ya?
Jangan lupa di Like dan masukkan ke favorit kamu supaya bisa terus tau kapan lanjutan. Aku baca semua komentar kalian lho, so please komen... Jangan lupa juga bayar pakai Vote...
Vie love you All... 😘😘😘
"Kak Antaaaaaa... Raja mau pipis tuh ada Abang Item gangguin Raja," rengek Raja.
Anak laki-laki yang kini berusia lima tahun itu juga memiliki kemampuan yang sama seperti Anta. Sayangnya, Raja masih sedikit takut jika bertemu hantu yang menyeramkan. Meskipun Anta berkali-kali mencoba memberinya pengarahan.
"Siapa sih? jangan-jangan Lee yang gangguin kamu," ucap Anta.
Kaki kecilnya melangkah menemani Raja menuju toilet tersebut. Di dalam sana terlihat Lee anaknya Shinta dan Om Item sedang berjongkok mencari sesuatu di balik kloset.
"Lee, kamu ngapain?" tanya Anta.
"Hehehee... ini tikus enak...," sahut Lee.
Meskipun tubuhnya besar dan mulai tumbuh rambut di sekujur tubuhnya tapi sifat Lee sangat kekanak-kanakan. Gaya bicara dia juga masih seperti anak berusia di bawah lima tahun. Lee sedang berkunjung ke rumah Doni dan Tasya bersama orang tuanya. Hebatnya Lee, dia bisa menembus dinding seperti ayahnya.
"Idih, Lee lepas, gak?" pinta Anta.
"Gak mau, ini enak!" Lee langsung melahap tikus di tangannya itu dan mengunyahnya.
Sontak saja Raja langsung mual dan menyemburkan isi makanan dalam perutnya ke wajah Lee. Giliran Anta yang mencoba bertahan. Tapi ia tutup segara pintu kamar mandi tersebut dengan lantangnya.
"Lee jorok! menyebalkan, Anta gak suka!"
Anta melangkah dengan kesal menuju ruang TV. Malam itu Tante Dewi sedang pergi bersama Andri untuk memenuhi undangan pernikahan rekan bisnis Andri. Tante Dewi sendiri sudah kembali bekerja di Rumah Sakit Keluarga yang dulh milik Arjuna, kakaknya. Bahkan ia sudah mempunya saham dua puluh persen di rumah sakit tersebut.
"Kak, Raja mau pipis tadi kan belum pipis," ucap Raja yang sedari tadi memegangi juniornya itu, menahan air seninya keluar.
"Oh iya, Kak Anta lupa, yuk kita ke rumah..."
Belum selesai Anta berucap, Raja sudah melangkah menuju beranda apartemen dan menumpahkan air seninya di sana karena sudah tak tertahankan.
Hantu Susi yang baru saja menjalin hubungan dengan hantu pria bernama Tomo, hantu pria yang meninggal sebulan lalu, sedang duduk berdua dengan mesra di beranda yang terletak di bawah apartemen Anta dan Raja. Hantu pria itu meninggal karena tak sengaja terjatuh dari lantai dua puluh lima. Ia tergelincir saat sedang membenarkan posisi tiang pemancar sinyal di lantai paling atas tersebut.
Wajahnya hancur dan bagian tempurung kepalanya juga pecah. Namun, hal tersebut sangat menggemaskan buat hantu Susi. Apalagi saat bola mata sebelah kanan si pria hampir lepas dari sarangnya, Susi langsung cekatan menahan bola mata tersebut dan meletakkan kembali dengan benar.
"Mas Tomo, besok kita nonton yuk, di bioskop Mall sana!" pinta Susi.
"Iya, Dek. Kita nonton paling depan ya," sahut Tomo.
"Terus cemilannya apa?" tanya Susi.
"Cicak sama kecoa kecil dalam bioskop kan lumayan banyak sayang, kita makan itu aja, gratis."
"Wah, romantis banget sih... makin sayang sama Mas Tomo."
Hantu Susi memeluk lengan lelakinya itu dengan erat. Sesekali ia menyeka tetesan darah yang membasahi wajahnya.
Tiba-tiba percikan air yang ditumpahkan Raja memercik ke lutut hantu Tomo. Tangan hantu pria itu menengadah dan meraih percikan air tersebut.
"Hujan, Dek," ucap Tomo.
"Uhhh... biar aja, Mas. Jadinya kan romantis," ucap Susi.
"Iya ya, jadi romantis," ucap Tomo.
Padahal dia sempat mencium percikan air tersebut yang baunya terasa beda dengan air hujan. Namun, karena Susi menyukainya ia biarkan saja air tersebut membasahi lututnya.
***
"Raja, gak boleh gitu, kamu mah jorok banget!" pekik Anta.
"Habisnya Raja gak tahan, Kak."
"Nanti kalau netes ke orang lain gimana?" Anta menarik lengan Raja lalu menutup pintu kaca di beranda apartemen tersebut.
"Masa bisa kena orang lain, kita kan di lantai dua puluh," sahut Raja berusaha membela diri.
"Aduh, Kan Anta pegang tangan kamu bekas pipis iyuuhhh, jorok! Ayo cuci tangan di wastafel dapur aja, takutnya Lee masih sibuk cari tikus kecil."
Raja mengikuti Anta menuju ke dapur untuk mencuci tangannya.
***
Anta kini duduk di kelas 6 sekolah dasar, umurnya di tuakan dua tahun dan Tante Dewi lupa merubah data kelahiran Anta. Lagipula, kecerdasan Anta memang melebih kawan sebayanya dan bisa menyamakan pemikirannya dengan anak yang berada di atas usianya.
Sementara Raja tetap berada di sekolah taman kanak-kanak. Akan tetapi karena sifat Raja yang hiperaktif dan suka menjahili teman-temannya ia selalu saja berulah. Dan selalu Tasya yang mewakili Tante Dewi untuk hadir ke sekolah Raja jika dipanggil oleh guru karena ulah nakalnya.
Pernikahan Tasya dan Doni sudah berjalan tabpa kehadiran anak. Tiga kali Tasya mengalami kehamilan, tapi semuanya tak berhasil. Menurut dokter, rahim Tasya terlalu lemah untuk membuat janin kuat dan bertahan. Tapi tekadnya dan Doni tak pernah padam untuk punya anak. Berbeda dengan Tante Dewi yang sudah menyerah untuk punya anak. Toh Andri juga sudah bahagia merawat Anta dan Raja.
Tasya menjemput Anta di sekolahnya bersama Raja. Sosok Nenek dengan lidah panjang sampai ke lantai mengikuti Anta saat keluar dari gerbang sekolah.
"Haduh, itu mau ditampung juga?" tunjuk Tasya ke arah belakang Tasya.
"Oh, ini mah cuma nganter doang sampai gerbang, awalnya dia jahil, sukanya ngejilat cowok-cowok di kamar mandi," ucap Anta.
Raja langsung menyembunyikan dirinya di balik jok kursi Tasya. Ia takut dijilat oleh hantu nenek itu.
"Tenang, Ja. Dia sukanya sama cowok dewasa bukan anak kecil kayak kamu," sahut Anta.
"Dah, Nenek..." Anta melambaikan tangannya pada hantu Nenek lidah panjang itu lalu masuk ke dalam mobil yang dikendarai Tasya.
Hantu Nenek itu balik melambai lalu menyeret lidahnya kembali ke dalam sekolah Anta.
"Jadi, kali ini Raja buat ulah apa di sekolah?" tanya Anta menoleh pada Raja yang duduk di kursi belakang.
Anak laki-laki itu meringis, menunjukkan deretan giginya yang mulai karies dan menghitam.
"Tadi kan ada hantu kepala botak yang tingginya lebih pendek dari Raja, dia suka ambil uang di sekolah, eh si Bobby gak percaya sama Raja, malah dia nuduh Raja yang mencuri."
"Terus?" tanya Anta.
Sementara Tasya menyimak seraya fokus menyetir.
"Terus aku suruh si hantu botak itu nakutin Bobby, celana Bobby ditarik sampe burungnya kena jepret hahahaha, terus dia nangis ketakutan sama kesakitan, eh dia nyalahin Raja, hahahaha..."
Anta kini menatap Raja dengan tatapan tajam dan mematikan. Menurut Anta, cukup dirinya yang dibilang aneh oleh para kawan-kawannya, tapi tidak dengan Raja. Anta ingin adiknya itu punya teman dan bermain dengan sebayanya, tidak seperti dirinya yang selalu dijauhi. Akan tetapi Raja sering sekali tak menyadari kalau dia itu berbeda.
"Maafin Raja, Kak Anta. Jangan melotot seperti itu lagi, Raja takut lihat Kak Anta seperti itu," lirihnya.
"Udah, udah jangan dibahas lagi, lagian Anta dulu juga kamu seperti itu suka keceplosan kalau lihat hantu. Udah ya sekarang kita makan siang, mau makan apa?" tanya Tasya mencoba menenangkan kakak beradik itu.
"Ayam bakar!"
Keduanya menyahut bersamaan.
*******
To be continue...
Mohon dukungannya, mampir juga ke Novelku lainnya.
- Pocong Tampan
- With Ghost
- 9 Lives
- Kakakku Cinta Pertamaku
- Forced To Love
- Diculik Cinta
Sekilas info.
Reader : Thor siapa pocong berikutnya?
Vie : Nanti ya, ikuti alurnya dulu, nikmati petualangan Anta dan Raja.
Lagipula pocong tampan itu juga selalu hadir kok, di hati dan di sisi kalian. eyaaakkkk... 😁😄
Hiyyyy auto serem ya kalau membayangkan ada pocong di samping kita hehehe...
Vie Love You All...😘😘😘
Hai Hai Hai sobatnya Vie, mohon dukungannya ya buat rate bintang lima, favorite, like, komen dan pastinya Vote.
Happy Reading 😊
*******
Hari ini adalah hari pelepasan Anta dari sekolah dasar. Bukannya saling bermaafan dan mengucapkan selamat kepada kawan satu angkatannya, malah Anta berpamitan dengan para makhluk gaib penunggu sekolah.
Mama Dewi datang dengan seikat bunga mawar putih di tangannya. Papa Andri berdandan ala pangeran di buku komik favorit Anta. Akan tetapi karena ia terlihat makin tampan seperti raja dari negeri timur tengah, alhasil Papa Andri malah jadi rebutan para ibu-ibu wali murid untuk diajak berfoto.
"Maaf ya, Dewi..." ucap Andri lirih.
"Hadeh... Udah biasa, tapi jangan buat keributan," ancam Mama Dewi.
Sementara Doni dan Tasya membawa satu gerobak es krim untuk dibagikan pada kawan-kawannya Anta. Hal ini dijadikan Doni sebagai ajang promosi produk terbarunya di restoran miliknya bersama Andri.
"Udah habis cup es krim berapa, Ja?" tanya Doni pada Raja.
"Umm... sepuluh!" serunya seraya memamerkan deretan giginya yang menggemaskan itu.
"Udah, stop! Tante gak mau ya kalau kamu nambah lagi," ancam Tasya pada Raja.
Setelah acara di sekolah Anta selesai, semuanya pergi mengunjungi makam Dita dan Anan untuk berdoa dan mensyukuri kelulusan Anta. Malam tetapi, bukannya berdoa dengan benar, Raja malah asik bermain dengan para tuyul dan hantu anak kecil di sana.
Hari-hari libur Anta dilalui dengan menolong para hantu yang ia temui. Bahkan kali ini berbeda, bukan hanya ingin kembali ke alam masing-masing, melainkan ada saja hantu nyeleneh yang ingin bertemu dengan jodohnya.
Anta duduk di hadapan makam kedua orang tuanya. Lalu dia keluarkan buku diary biru itu dari dalam tasnya. Tulisan tangannya mulai menari di atas lembaran kertas dalam buku tersebut.
Dear Bunda dan Yanda.
Masa sekarang Anta jadi mak comblang buat para hantu sih. Tuh om pocong muka merah yang giginya gak ada, masa minta dijodohin sama hantu perempuan yang ada di pohon mangga taman SD Anta, hadeh... Udah gitu mereka gak jodoh lagi Bunda, habisnya Tante hantu itu udah punya pacar, Om Buto Kuning yang ada di pohon beringin. Kasian deh om pocong jadi galau. Besok Anta mau daftar SMP terus Raja masuk SD, kata Tante Tasya kita mau didaftarkan satu yayasan sekolah aja biar Anta bisa pantau Raja juga. Siapa tau besok Anta dapat jodoh buat Om Pocong.
Sosok Kuntilanak bergaun merah hadir mengejutkan Anta. Wajahnya menyeringai menyeramkan dan mencoba menakuti Anta dengan tawanya yang khas. Bola mata hantu perempuan itu berubah memerah dan mengeluarkan tetesan darah.
"Hihihihi... Halo gadis manis, sedang apa kau dimakam sendirian seperti ini?"
Tawanya makin menjadi dan berusaha menyentuh pipi Anta dengan jari tangannya yang mempunyai kuku panjang dan hitam.
"Mbak, hantu baru, ya?" tanya Anta menepis tangan hantu kuntilanak merah itu.
"Kau tak takut kepadaku?" tanyanya lalu tertawa melengking dan mengerikan.
Anta menggelengkan kepalanya. Gadis itu mengamati si hantu kuntilanak merah dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Gaun merahnya bagus tau, beli dimana?" tanya Anta.
"Hah, masa sih? Waktu itu aku beli di butik artis terkenal lho, tapi sayangnya pas aku pakai gaun ini di lomba fashion show, aku mati."
"Duh, kasian... yang sabar ya Mbak, Anta kirim doa deh, namanya siapa?" tanya Anta.
"Nama aku Silla," sahutnya.
"Kamu matinya pas peragaan busana gitu, lenggak - lenggok pas bergaya?" tanya Anta.
"Iya, aku kejatuhan lampu panggung pas di kepala, nih lihat!" Hantu itu membelah rambutnya dan menunjukkan tempurung kepala belakangnya yang berongga pada Anta.
"Wah parah ya, terus kamu langsung tewas di tempat?"
"Iya, mana ada artis idolaku dan aku pakai baju rancangan dia ini, eh tau enggak nama artisnya? Namanya Mbak Matahari, itu lho artis penyanyi sama bintang sinetron itu?" ucap si kuntilanak merah itu dengan wajah mulai berubah antusias.
"Enggak kenal, Anta jarang liat tivi, tapi bajunya emang bagus banget lho, beda sama kuntilanak yang lain," ucap Anta.
Hantu perempuan di hadapannya itu malah berputar-putar seraya mengibas-ngibaskan gaun merahnya.
"Anta pulang ya, dah..." Anta melangkahkan kaki ke gerbang taman pemakaman umum itu meninggalkan si hantu kuntilanak merah itu.
"Kok aku jadi muter-muter gini ya, aku kan mau menakuti anak itu, hisss..."
Hantu perempuan itu terbang menghampiri Anta.
"Ada apa lagi?" seru Anta.
"Aku kan mau menakuti kamu, kok gak takut sih, nanti predikat lulus aku jadi hantu baru nilainya jelek lho," tegur Silla.
"Emang kamu sekolah perhantuan di mana?" tanya Anta menghentikan langkahnya.
"Di belakang Sekolah Karya Bangsa itu, kan ada pohon beringin besar dan kebun kosong, nah itu sekolah hantunya," ucap Silla.
"Sekolah Karya Bangsa? itu kan sekolah Anta sama Raja nanti, wah makin seneng aja nih Raja kalau ketemu bangsa kalian," ucap Anta.
"Siapa Raja?"
"Adik aku," sahut Anta.
"Adik kamu? Terus dia seperti kamu gitu enggak takut hantu?" tanya Silla.
"Iya, dan super usil, mau sama manusia atau sama hantu si Raja itu super, super usil. Anta sebel kalau Raja lagi kumat usianya," ucap Anta.
Silla masih mengikuti Anta yang melangkah ke luar area makam. Hari mulai malam kala itu.
"Dah Om Item, dah Nenek Baskom, dah adek tuyul," Anta melambaikan tangan pada para hantu yang ia sering temui dalam makam.
Hantu kuntilanak merah itu berdecak tak percaya.
"Kamu sama adik kamu aneh ya, dimana-mana itu anak kecil takut sama hantu, ini malah..."
"Malah apa?" Anta menoleh pada hantu Silla dengan tatapan tajam.
Deg.
"Enggak kenapa-kenapa hehehe...," ucap Silla dengan nada lumayan gugup, hatinya ciut juga melihat tatapan tajam Anta.
"Hei, anak kecil, awas...!!!"
Silla mencoba melindungi Anta tanpa sebab.
Tin... Tin...
Mobil sedan berwarna putih langsung menghentikan lajunya secara mendadak tepat di hadapan Anta. Hampir saja bagian depan mobil itu menghantam Anta karena telat sedikit saja menginjak pedal rem, Anta sudah terhempas.
Seorang pria dan anak laki-laki turun dari mobil tersebut. Wajah pria itu tampak panik dan segera menghampiri Anta.
"Apa kau tak apa-apa?" tanya pria itu.
"Dasar dungu, dia mau mati mungkin, yah!" seru si anak laki-laki itu.
"Arya, jaga ucapan kamu!" seru si pria itu.
Sementara Anta masih melongo memandang wajah pria di hadapannya tersebut. Mulut Anta terbuka lebar dengan kedua mata melebar memandang laki-laki di hadapannya itu.
*******
To be continue...
Mohon dukungannya, mampir juga ke Novelku lainnya.
- Pocong Tampan
- With Ghost
- 9 Lives
- Kakakku Cinta Pertamaku
- Forced To Love
- Diculik Cinta
Vie Love You All...😘😘😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!