Disebuah sekolah TK ternama di kota Jakarta, dua orang anak sedang menunggu mobil jemputannya sambil melihat para penjual di depan gerbang.
"Rayyan.. kamu mau beli apa?" tanya Vandra kecil kepada teman TK nya
"Aku mau beli ikan itu buat adik aku sania" ucap Rayyan saat jam pulang sekolah TK
"Ohh.. " jawab Vandra datar
Vandra Adiwinata adalah anak tunggal dari seorang pengusaha properti yang cukup sukses di kotanya bernama Hendra Adiwinata dan sang istri Vania Safira.
Saat Vandra berumur 3 tahun ibunya sempat hamil anak kedua, namun karena sebuah insiden kecelakaan membuatnya keguguran dan rahimnya harus di angkat.
Vandra bukan tak ingin memiliki adik tapi dia tahu keadaan sang mama jadi dia tidak mau membuat mamanya sedih. Vandra kecil hanya bisa menatap iri saat melihat teman temannya membelikan sesuatu atau bisa bermain dengan adik mereka.
"Vandra... Ayo pulang sayang" ucap sang mama yang sudah menunggu di depan sekolah.
"Ayo ma.. ma boleh tidak Vandra beli ikan itu" tunjuk vandra pada penjual ikan di depan sekolah
"Boleh, ayo kita lihat kesana biar kamu bisa pilih mana yang kamu mau" jawab sang mama dengan senyum teduhnya
"Mang, ikannya berapa harganya?" tanya mama Vania
"Oh ini beda beda Bu harganya,ada yang 10rb sampai 30rb Bu" jawab sang penjual
"Kamu mau yang mana sayang?" tanya mama Vania
"Aku mau yang warna merah ma" jawab Vandra
"Ya udah, yang merah itu satu ya mang sama pakannya sekalian"pinta mama Vania
"Baik Bu, ini semuanya 50rb" jawab mang penjual sambil menyodorkan ikan tersebut "di rawat yang baik ya dek ikannya biar tambah bagus warna sama biar cepat besar" ucap mang penjual pada vandra
"Iya mang akan Vandra rawat dengan baik" jawab Vandra
Skip rumah.
"Vandra ganti baju dulu ya, mama mau masak dulu buat makan siang nanti" ucap sang mama
"Iya ma, nanti Vandra simpan si ikan dulu" jawab Vandra
Sepulang sekolah tadi vandra dan mamanya sengaja mampir membeli akuarium kecil untuk rumah si ikan.
(Ikannya ikan cupang ya gaess)
Setelah mengganti seragam sekolah, Vandra langsung ke ruang keluarga untuk menonton tv sambil menunggu sang mama selesai memasak.
Keluarga Adiwinata memang tergolong keluarga kaya tetapi karena sang istri menyukai kesederhanaan makanya mereka tidak terlalu mengumbar kekayaan mereka.
Di rumah hanya ada beberapa asisten rumah tangga yang membantu membersihkan rumah atau membantu memasak, karena mama Vania tidak suka ada yang memasak untuk anak dan suaminya kecuali kalau dia sedang sakit baru asisten rumah tangga yang memasak.
Setelah selesai memasak mama Vania langsung memanggil vandra untuk makan.
Mereka hanya menghabiskan waktu makan siang berdua karena sang papa sedang bekerja di kantor.
Selesai makan siang Vandra dan sang mama akan menghabiskan waktu untuk bercerita tentang kegiatan vandra di sekolah sambil menemani Vandra mengerjakan PR.
Tak terasa hari sudah beranjak sore.
"Assalamu'alaikum" sapa seseorang dari arah pintu
"Wa'alaikumussalam, wah tumben nih papa sudah pulang biasanya malam" jawab sang istri sedikit kaget karena biasanya suaminya pulang malam.
"Iya ma, kebetulan hari ini pekerjaan selesai lebih cepat jadi papa langsung pulang aja" jawab sang suami sambil mencium istrinya
"Vandra mana ma?" tanya papa Hendra
"Vandra tadi di kamar lagi main sama teman barunya" jawab mama Vania
"Teman baru? emangnya anak kita yang datar itu mau ngajak temannya kerumah?" tanya apa Hendra dengan senyum usilnya sambil memeluk sang istri.
"Sembarangan kalau ngomong, yang datar itu siapa? anak tampan gitu dibilang datar" protes mama Vania
"Hahaha... Bercanda ma, biasanya kan anak kita selalu gak nyaman kalau ada yang ganggu selain kita" kata papa Hendra yang masih setia memeluk istrinya
"Tadi pulang sekolah dia minta di beliin ikan,katanya teman temannya pada beli jadi dia mau juga" jawab sang istri
"Ya udah,papa mandi dulu gih, sama istirahat sebentar karena kan pasti cape pulang kerja" perintah sang istri
"Siap sayangku,," jawab papa Hendra sambil mencuri ciuman di bibir sng istri
"Ish,, kebiasaan banget sih" kata mama Vania sambil malu malu
Dan papa Hendra langsung lari sambil tertawa karena melihat wajah sang istri yang sudah memerah karena malu takut di lihat para asisten rumah tangga di rumah.
Makan malam pun tiba.
Tok..tok..tok
"Vandra sayang, makan malam yu sudah dulu mainnya" ucap mama Vania saat masuk ke kamar vandra.
"Iya ma" Vandra berdiri dan langsung mengikuti sang mama.
Di ruang makan,papa Hendra sudah duduk menunggu sang istri dan anaknya turun.
Rumah keluarga Adiwinata terdiri dari dua lantai tidak terlalu besar tapi juga tidak bisa di bilang kecil karena status keluarga Adiwinata yang cukup di kenal banyak orang. kesederhanaan keluarga itu juga banyak di sukai.
Rumah dengan halaman yang cukup luas dengan taman bunga di samping rumah dan ada kebun buah di bagian belakang.ya, keluarga Adiwinata menyukai suasana asri dengan banyak pepohonan oleh karena itu rumahnya memiliki halaman depan dan belakang yang cukup luas.
"Bagaimana sekolahmu boy? sebentar lagi kamu akan masuk SD,kamu sudah menentukan mau sekolah dimana?" tanya papa Hendra saat makan malam telah selesai dan keluarga itu sedang berada di ruang keluarga.
"Aku mau sekolah sama Rayyan aja pa" jawab Vandra
"Memangnya Rayyan sekolah dimana? kalau jauh dari rumah mending cari yang dekat saja supaya mama gak khawatir" tanya papa Hendra.
"Di SD.Bimasakti pa" jawab Vandra
"Itu lumayan dekat ko pa sama rumah kita,dan lagi kan nanti vandra di antar jemput pake supir jadi gak perlu khawatir" sambung mama Vania karena melihat anaknya yang menjawab pertanyaan sang ayah dengan wajah datar.
Vandra memang berbeda saat bersama mama ataupun papanya dia akan lembut saat bersama sang mama saja. mungkin karena sikap papa Hendra yang terlalu posesif pada anaknya jadi Vandra kadang suka kesal.
"Ya sudah kalau memang tempatnya tidak terlalu jauh dan ada teman Rayyan juga di sana,papa izinkan" ucap papa Hendra sambil mengusap kepala sang anak lembut.
"Sekarang waktunya tidur, ayo Vandra gosok giginya dan langsung tidur ya besok kan harus sekolah" ucap mama Vania sambil menuntun vandra.
Di pagi hari yang cerah tepat pukul 06:00.
"Pa, sarapan dulu ini sarapannya udah siap!" teriak mama vania.
"Iya sayang" ucap papa Hendra yang sudah sampai di ruang makan
"Vandranya gak di bangunin ma?" tanya papa Hendra
"Tadi habis solat subuh dia tidur lagi,katanya masih ngantuk"jawab mama Vania.
"Ma, nanti papa pulangnya mungkin agak telat soalnya mau jenguk teman papa di rumah sakit" kata papa Hendra meminta izin pada sang istri
"Memang siapa yang sakit pa?" tanya mama Vania.
"Irsyad ma sama istrinya Karina kemarin kata Samuel mereka kecelakaan waktu pulang dari Surabaya" jawab papa Hendra.
"Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un, ya udah pa mama izinin, tolong jaga kak Irsyad ya pa" ucap mama Vania.
"Iya ma, papa juga kasihan mana mereka bawa anaknya yang masih kecil, aku belum tau keadaannya semoga baik baik aja" ucap papa Hendra sedih.
Setelah sarapan,papa Hendra langsung berangkat ke kantor,tak lupa dia masuk ke kamar vandra dan mencium anaknya yang masih terlelap tidur.
Jam 07:30 vandra sudah siap dengan seragam sekolahnya.
"Ayo berangkat sayang" ucap mama Vania.
"Iya ma" Vandra langsung masuk ke dalam mobil dan berangkat sekolah
Setelah sampai di sekolah vandra Salim pada sang mama dan masuk ke kelas
"Selamat pagi Vandra!" Sapa Rayyan teman vandra.
"Hmmm" jawab Vandra datar
"Vandra sudah mengerjakan PR dari ibu guru?" tanya Rayyan
"Sudah" jawab Vandra
"Vandra...pulang sekolah main ya ke rumahku, kan udah lama vandra gak main ke rumah Rayyan buat main" ajak Rayyan pada vandra
"Nanti izin mama dulu" kata vandra.
"Nanti aku yang minta izinnya, soalnya kalau kamu kalau ngomong suka sedikit" kata Rayyan polos dan di balas tatapan dingin Vandra.
Pulang sekolah.
"Vandra, ayo aku minta izin sama mama kamu buat main ke rumahku" ajak Rayyan menarik tangan vandra
"Tante, Rayyan izin ajak Vandra main kerumah ya? nanti Vandra pake baju Rayyan aja sama nanti kerjain PRnya di rumah Rayyan" pinta Rayyan pada mama Vania dengan wajah polosnya.
"Kamu lucu banget sih".ucap mama Vania sambil mengusap rambut Rayyan "ya udah boleh,tapi jangan terlalu lama,nanti sore di jemput pak Jamal ya" ucap mama Vania
"Terima kasih Tante" ucap Rayyan senang
"Vandra pamit ke rumah Rayyan dulu ya ma" pamit Vandra pada sang mama
"Iya sayang,nanti di sana jangan nakal ya sama titip salam buat Tante Sari" jawab mama Vania
Rayyan menatap Vandra heran karena saat bicara pada mamanya tidak datar seperti pada yang lain.
"Apa" datar Vandra pada Rayyan
*****
Sampai di rumah Rayyan.
"Assalamu'alaikum mama Rayyan pulang" teriak Rayyan saat masuk rumah
"Wa'alaikumussalam.. Rayyan gak usah teriak teriak mama gak lagi di kutub Utara" jawab sang mama
"Eh ada Vandra, ayo sini sayang, udah lama loh gak main ke rumah" ucap mama Sari saat melihat Vandra
Vandra menghampiri mama Sari dan mencium tangannya dengan sopan.
"Ma,mana adek?" tanya Rayyan pada sang mama
"Adek lagi tidur tadi agak demam jadi biar istirahat dulu" jawab sang mama.
"Yaa.. padahal Rayyan mau ajak adek main sama Vandra" ucap Rayyan sedih
"Nanti kalau adek udah bangun, Rayyan sama Vandra boleh ajak main tapi di kamar aja ya biar adeknya gak kecapean"ucap mama Sari karena tak tega melihat anaknya dan Vandra yang ingin bermain dengan Sania.
Nama adik Rayyan adalah Sania.
Setelah bermain dengan Rayyan dna adiknya tak terasa waktu sudah beranjak sore dan waktunya Vandra pulang.pak Jamal sudah menunggu di depan kediaman keluarga Rayyan.
Setelah berpamitan pada keluarga Rayyan dan tentunya diwarnai dengan drama dimana Sania tidak mau kalau Vandra pulang,akhirnya vandra pulang ke rumahnya bersama supir keluarga Adiwinata.
Saat sampai di rumah
"Assalamu'alaikum" ucap vandra saat masuk rumah
"Ma, Vandra pulang" Vandra heran karena rumah terasa sepi dan tak ada sang mama di ruang keluarga.
Saat menuju kamar sang mama,vandra tak sengaja mendengar tawa seseorang.
Deg.
Flashback on
Setelah berpamitan pada sang istri akhirnya papa Hendra berangkat ke kantor dan menjalankan aktivitas nya seperti biasa.menandatangani berkas dan meeting dengan beberapa klien. Saat hendak kembali ke kantor papa Hendra mendapat telepon dari asistennya Samuel.
"Ya Sam ada apa?" Tanya papa Hendra pada asistennya.
"Dra, istrinya Irsyad meninggal dan Irsyad saat ini pengen ketemu Lo" jawab Samuel
Samuel adalah asisten sekaligus sahabat Hendra dari sejak bangku SMA, sama dengan Irsyad mereka sangat dekat bahkan dulu mendirikan geng di sekolah bernama Dark Dragon yang masih aktif sampai sekarang. Irsyad adalah salah satu anggotanya, hanya saja setelah lulus kuliah dia memilih tinggal di kota kelahirannya dan menetap di sana bersama keluarga kecilnya, Irsyad datang ke kota tempat tinggal Hendra karena ada urusan bisnis sekaligus hendak bersilaturahmi dengan sahabatnya itu, tapi sebelum hal itu terealisasi, kecelakaan itu terjadi. saat di perjalanan tiba tiba sebuah truk bermuatan pasir oleng dan menyenggol mobil milik Irsyad sehingga mobil yang di kendarai Irsyad menabrak pembatas jalan dan terguling. saat kejadian Irsyad, istri dan juga anaknya langsung di bawa ke rumah sakit terdekat, namun sehari setelah menjalani perawatan di rumah sakit istri Irsyad di nyatakan meninggal karena benturan di kepala yang cukup kuat.
"Gue ke sana sekarang, Lo urus semua administrasi rumah sakit setelah itu Lo gantiin gue di kantor" ucap Hendra pada Samuel
Di rumah sakit.
"Di mana Irsyad sam?" tanya Hendra
"Dia masih di IGD, masih dalam perawatan tapi dia kekeh pengen ketemu Lo" jawab Samuel
"Udah ada izin dari dokter buat bisa jenguk Irsyad?" tanya papa Hendra
"Sebenarnya sih kata dokter gak boleh ada yang masuk karena kondisi Irsyad masih belum stabil tapi sepertinya ini keinginan terakhir Irsyad dra" jawab Samuel dengan raut sedih
Kesedihan tak bisa di tutupi dari raut wajah mereka berdua.
"Ayo kita kesana, sapa sahabat kita sam" ajak Hendra pasrah.
Tak lama Hendra dan Samuel sudah sampai di ruangan Irsyad.
"Syad... Ini gue Hendra" ucap Hendra saat melihat sahabatnya yang terbaring tak berdaya dengan alat-alat medis di tubuhnya.
Irsyad membuka matanya dan tersenyum "Assalamu'alaikum dulu bodoh" ucap Irsyad sambil tersenyum.
"Wa'alaikumussalam sorry gue lupa karena lihat Lo yang kayak gini" kata Hendra membalas senyum Irsyad
"Lama tak jumpa dra... Sam" ucap Irsyad
"Lo istirahat aja syad kondisi Lo masih belum stabil" ucap Samuel khawatir.
"Gue gak bisa lama lama disini, istri gue nungguin gue" kata Irsyad dengan sedikit terbata
"Syad.... " Hendra dan Samuel bingung bagaimana cara menjelaskan pada Irsyad bahwa sang istri telah tiada.
"Gue udah tau dra... Sam... Gue tahu istri gue udah gak ada" jawab Irsyad sedih
"Waktu gue udah gak banyak, gue cuma mau titipin anak gue ke lu dra... Jaga dia dan sayangi dia seperti anakmu sendiri. apakah boleh gue titip anak gue?" tanya Irsyad pada Hendra dengan penuh harap
"Keluarga gue udah gak ada semua dan istri gue juga anak yatim piatu, yang gue punya cuma safira. tolong jaga dia, gue percaya sama kalian" ucap Irsyad yang merasa sudah tak kuat lagi
"Dra..... "
"Gue akan jaga Safira dan lu juga harus kuat buat Safira biar kita jaga dia sama sama" ucap Hendra dengan air mata yang mulai jatuh
"Maaf Dra... Sam gue harus merepotkan kalian" ucap Irsyad
Tak lama monitor di sebelah ranjang pasien berbunyi,dokter segera masuk dan meminta Hendra dan Samuel menunggu di luar.
30 menit berlalu.
Dokternya keluar dengan raut wajah sedih "Maaf pasien tidak bisa di selamatkan" ucap dokter tersebut
Hendra dan Samuel tak bisa menahan air mata mereka, mereka hanya bisa berusaha tetap kuat untuk sahabat mereka.
"Sam... Urus semua administrasinya dan kita urus semua proses pemakaman Irsyad dan istrinya" ucap Hendra dengan masih menahan kesedihannya
"Iya dra akan gue urus semuanya" jawab Samuel
"Dimana ruangan rawat Safira Sam" tanya Hendra
"Ayo gue antar Lo kesana dulu sebelum mengurus pemakaman Irsyad" jawab Samuel
Merekapun menuju ruangan tempat Safira di rawat, Saat pintu di buka seorang anak tampak sedang menangis dan ada dua orang suster yang mencoba menenangkannya.
"Maaf suster biar saya yang gendong" ucap Hendra sambil membawa Safira ke dalam pangkuannya
"Safira kenapa? jangan nangis lagi ya nanti matanya bengkak dan kepalanya tambah sakit" bujuk Hendra sambil mengusap air mata Safira
Dia tak tega melihat Safira yang menangis. Dalam kecelakaan itu, Safira tidak mengalami luka yang serius karena langsung di dekap oleh sang ibu sehingga benturan kuat itu hanya menimpa sang ibu. Safira hanya mengalami luka lecet di bagian kaki dan goresan di kepala.
"Yayah... Unda... Hiks.. hiks" ucap Safira yang tak henti menangis
Sepertinya ikatan batin yang kuat yang membuat Safira menangis dan ingin bersama ayah dan bundanya.
"Sabar ya sayang nanti Safira ikut papa ya ketemu sama mama, mau?" Tanya Hendra pada Safira.
"Papa.. mama?" tanya Safira dengan raut bingung
"Iya ini papa, papa Hendra dan di rumah ada mama Vania, ada kakak Vandra juga" ucap Hendra menenangkan Safira.
"Yayah...unda ana? (Ayah bunda mana?)" Tanya Safira polos
"Ayah sama bundanya Safira lagi pergi dulu sebentar" jawab Hendra yang tidak tahu harus mengatakan apa lagi untuk menenangkan Safira
"Mau kan ikut papa ketemu mama sama kakak" ajak Hendra
"Iya Fila au (iya Fira mau)" jawab Safira dengan ceria
Usia Safira masih dua tahun dan belum lancar berbicara.
"Suster, apa pasien ini bisa pulang hari ini?" tanya Hendra pada suster yang merawat Safira.
"Bapak bisa tanyakan pada dokter, nanti akan saya panggilkan. permisi pak" jawab suster tersebut
"Iya suster" jawab Hendra
Tak lama dokter pun datang dan langsung memeriksa kondisi Safira.
"Pasien bisa di bawa pulang dengan catatan harus rutin minum obatnya dan jangan terlalu lelah karena kondisi badannya masih lemah" ucap sang dokter yang bernama Dion
"Baik dokter akan saya ingat dn terima kasih sudah mengizinkan Safira pulang" ucap Hendra kepada dokter Dion.
"Sama sama pak, semoga Safira cepat sembuh ya.. jangan lupa minum obatnya biar bisa main lagi" ucap dokter Dion pada Safira.
"Fila dak au minum obat pait" jawab Fira cemberut
"Haha... Kalau Safira gak mau minum obat berarti Safira gak boleh pulang" jawab dokter Dion dengan menahan gemas melihat pipi Safira yang tembem dan bibirnya yang manyun karena merajuk.
Hendra pun ikut gemas dengan tingkah Safira
"Aku akan jaga Safira syad.... Kamu dan istrimu bisa tenang sekarang" batin Hendra.
"Fila mau Puyang doktel" jawab Safira sambil berkaca kaca "Fila atan minum obatnya.. dak Atan natal lagi hiks" dengan air mata yang kembali turun.
"Ya sudah dokter izinkan Safira pulang, jangan sedih lagi ya" jawab sang dokter tak tega
"Yeee Fila Puyang... Mau tetemu mama cama tata" ucap Fira yang sekarang berubah ceria
(Dasar bocah )
Safira masih dalam gendongan Hendra dan bersiap untuk pulang. untuk urusan pemakaman dan rumah sakit Hendra mempercayakan pada samuel. Hendra akan pulang sebentar mengantarkan Safira dan kembali untuk membantu Samuel setelahnya.
*******
Sampai di rumah.
"Assalamu'alaikum.. .ma" panggil Hendra masuk ke dalam rumah.
Safira masih di gendong dan bersembunyi di dada bidang Hendra karena merasa takut saat tadi masuk gerbang disana banyak para bodyguard yang berjaga.
"Wa'alaikumussalam... Loh pa ini siapa?" tanya Vania kaget karena sang suami membawa anak kecil
Vania menghampiri suaminya dan Salim lalu menatap anak kecil dalam gendongan Hendra.
"Ini Safira ma.. anaknya Irsyad sama Karina, nanti aku jelasin semuanya sekarang aku harus balik ke rumah sakit, gak apa apa kan ma?" ucap Hendra pada sang istri
Meski kaget Vania sudah mulai faham dengan apa yang terjadi.
"Iya pa coba sini mama gendong Safiranya" ucap Vania
"Safira sayang... Coba lihat depan, tuh ada mama Vania, tadi katanya mau ketemu mama" bujuk Hendra merayu Safira agar mau turun
Safira yang di panggil menoleh ke arah Vania dan Hendra dengan ekspresi ragu ragu.
"Gak apa apa sayang ini mama Vania, yuk sini mama gendong, ikut mama ya mama lagi bikin kue, Safira mau nggak?" ajak Vania pada Safira
Safira yang awalnya ragu, mendengar kata kue langsung mau di gendong Vania.
"Safira sama mama dulu ya... Papa mau pergi sebentar ketemu om Samuel" ucap Hendra pada Safira
"Tetemu on camuey cama Yayah cama unda?" tanya Safira polos (ketemu om Samuel sama ayah sama bunda)
"Iya sayang" jawab Hendra dengan wajah sedih tapi dia tahan
Vania yang melihat ekspresi sang suami dan tatapan sedihnya sepertinya tahu apa yang terjadi.
"Papa pergi dulu ya ma tolong jaga Safira" ucap Hendra pada sang istri
"Iya pa... Hati hati dan jangan ngebut" kata Vania
Hendra mengangguk dan langsung pergi setelah mengucapkan salam. hari mulai beranjak sore saat Safira datang dan pak Jamal sedang menjemput Vandra.
"Papa pasti belum makan, semoga dia gak apa apa" lirih Vania karena tau ketika suminya sedih atau panik dia sering lupa makan.
Vania mengajak Safira ke dapur untuk makan dan minum obat meski susah karena Safira tak mau minum obat. baru ketika di rayu dengan kue Safira mau minum obatnya.
Setelah minum obat Safira masih enggan turun dari gendongan Vania karena masih malu dengan orang orang yang ada di rumah itu.
"Bi Inah... Ini makanannya di simpan aja ya, bapak kayanya pulang telat nanti dan Vandra pasti makan di rumah Rayyan" ucap Vania pada bi Inah, asisten rumah tangga yang sudah lama bekerja di keluarga Adiwinata
"Baik Bu" jawab bi Inah
Vania meminta asisten rumah tangga yang lain untuk membeli kebutuhan Safira dan sebagian lagi untuk membersihkan kamar yang ada di sebelah kamar Vandra yang kosong.
Vania pergi ke luar dan menemui beberapa bodyguard untuk menemani Tari membeli kebutuhan Safira dan pakaiannya, karena Safira tak membawa pakaian ganti.
Di kamar Vania memandikan Safira dengan hati hati karena masih ada luka lecet di kaki dan keningnya. Safira tidak rewel justru tertawa bahagia saat memainkan air. setelah selesai Vania memakaikan handuk untuk Safira.
Karena kasihan pada Safira yang hanya memakai handuk, Vania masuk ke kamar Vandra dan mencari baju Vandra yang sudah kekecilan
Safira duduk di kasur Vandra sambil sesekali beguling guling.
Setelah dapat baju yang dikira cukup muat meski masih kebesaran Vania menghampiri Safira.
"Safira pakai baju ini dulu ya sementara nunggu baju Safira datang" ucap Vania menahan tawa karena baju yang kegedean.
Safira memakai baju atasan Vandra tanpa celana karena bajunya saja sudah menutupi badan Safira sampai kakinya.
(Entah ide darimana mama Vania ini)
"Selesai" ucap Vania
"To bajunya dini ci ma?" tanya Safira (ko bajunya gini sih ma?)
"Maaf ya sayang sementara pake baju kakak dulu nanti kalau baju Safira sudah ada langsung di ganti" ucap Vania dengan sedikit menahan tawa
"Iya deh baju tata juga baddus to" ucap Safira (iya deh baju kakak juga bagus ko)
"Kamu ko lucu banget sih mama jadi gemes pengen nyubit pipi gembul kamu ini loh" ucap Vania sambil menoel pipi gembul Safira
Mereka bercanda dan tertawa bersama sampai tak menyadari ada seseorang yang melihat interaksi mereka.
"Mama"
Flashback off
"Mama" sapa Vandra di depan pintu kamar.
"Astagfirullah.. Vandra maaf mama tadi gak tau kamu sudah pulang sayang" kaget sang mama saat melihat Vandra di depan pintu.
"Tadi Vandra sudah ucap salam tapi rumah sepi banget ma" jawab Vandra.
"Mama lupa tadi para asisten mama suruh ke mall buat beli kebutuhan Safira dan yang lain mungkin lagi sibuk beresin kamar sebelah" ucap mama Vania menjelaskan
"Ohh.." jawab Vandra dengan pandangan yang tak lepas dari sosok Safira.
"Sini sayang... Kamu pasti penasaran dengan anak ini kan?" tanya mama Vania karena dari tadi Vandra terus menatap Safira.
Vandra menghampiri mamanya dan duduk di sisi ranjang sebelah Safira. Safira yang di tatap hanya sembunyi malu dengan wajah merona.
"Kenalin.. ini Safira, anaknya om Irsyad dan Tante karina. nanti saat papa pulang kita jelasin semuanya ya karena mama juga lagi nunggu papa" ucap mama Vania menjelaskan tentang Safira.
"Safira sayang gak mau kenalan sama kakak Vandra? ko dari tadi sembunyi terus sih" goda mama Vania pada Safira
Safira mulai menoleh pada Vandra tapi sedetik kemudian sembunyi lagi di perut mama Vania.
"Ayo dong cantik.. kakak Vandra udah nunggu tuh buat kenalan" ucap mama Vania gemas.
"Kak.. ayo ajak Safiranya kenalan, dia pasti malu" ucap mama Vania pada sang anak.
Vandra yang mendengan panggilan "kak" dari sang mama merasakan sesuatu di hatinya, perasaan hangat.
"Halo Safira, nama saya Vandra" ucap Vandra yang masih kaku dan bingung.
Safira menoleh dan tersenyum, lalu menghampiri Vandra dan berkata "tata panda takep Fila cuka tata" ucap Safira sambil memeluk Vandra (kakak Vandra cakep, Fira suka kakak)
"Hahaha... Pandanya cakep ya Fira" ledek mama Vania.
"Iya mama tata panda takep" jawab Safira dengan ekspresi polosnya.
Yang di ledek mah datar aja gak peduli
"Ya udah sekarang kakak mandi dulu gih terus istirahat sebentar sambil nunggu Maghrib" perintah mama Vania pada Vandra.
"Iya ma" jawab Vandra
"Ayo sekarang Safira ikut mama.. kakaknya mau mandi dulu biar wangi" ajak mama Vania pada Safira.
"Yaaa.. Fila maunya dicini cama tata ma (yaaa... Fira maunya disini sama kakak ma)" rengek Safira yang tak mau pergi.
"Safira kan harus istirahat sayang tadi habis minum obat, tapi nanti Bobonya habis Maghrib ya" bujuk mama Vania
"Bobo dicini ya ma?" tanya Safira polos
"Nggak sayang, bobonya nanti sama mama dulu nunggu kamar Safira beres" ucap mama Vania
"Fila dicini aja cama tata ya ma ya (Fira disini aja sama kakak ya ma ya)" rayu Safira dengan puppy eyes nya.
"Aduh kamu ini ko gemesin banget sih Safira" ucap mama Vania yang tak kuat dengan tatapan Safira
"Gak apa ma, biar Safira di sini nanti Vandra bawa baju gantinya ke kamar mandi aja sekalian" ucap Vandra.
Lalu mama Vania meminta Safira agar diam di kasur dan tidak turun karena mama Vania harus turun ke bawah untuk menyiapkan makan malam.
Setelah lima belas menit Vandra selesai mandi dan sudah mengenakan pakaiannya. saat keluar kamar mandi, Vandra melihat Safira yang sudah terlelap tidur di kasurnya, mungkin karena efek dari obat yang dia minum. Vandra terus menatap Safira dengan pandangan yang tak bisa di artikan. Vandra lalu membenarkan posisi tidur Safira dan menyimpan guling di pinggiran kasurnya agar Safira tak jatuh.
Tak lama adzan Maghrib berkumandang dan Vandra bersiap untuk solat.
Di dapur Vania sibuk menyiapkan makan malam bersama bi inah setelah melaksanakan solat magrib.
"Bu..apa makan malamnya disiapkan sekarang atau nanti nunggu bapak" tanya bi Inah.
"Sekarang aja bi soalnya tadi bapak telepon katanya masih mengurus pemakaman temannya" jawab Vania pada bi Inah.
"Baik Bu" lalu bi Inah mulai membawa makanannya ke ruang makan.
"Terima kasih ya bi... Padahal saya lebih senang kalau bibi panggil saya Vania saja karena bibi sudah lama bekerja di rumah ini" ucap Vania pada bi Inah.
"Tak apa Bu.. saya lebih nyaman seperti ini, saya juga sudah menganggap keluarga ini seperti keluarga saya sendiri" ucap bi Inah dengan tulus, bi Inah sudah lama bekerja di keluarga Adiwinata karena hidupnya sebatang kara. bi Inah juga selalu makan bersama keluarga Adiwinata di satu meja karena sudah di anggap keluarga.
"Baiklah kalau bibi kekeh... Saya panggil Vandra dulu di kamarnya ya bi" ucap Vania dan langsung di angguki bi Inah.
Tok tok tok
"Kakak.. ayo makan dulu sayang ajak Safiranya sekalian" ajak Vania sambil membuka pintu kamar vandra. tapi saat masuk mama Vania kaget karena ternyata Safira sudah tidur.
"Safiranya udah bobo, mau di bangunin kasihan" bingung Vania yang melihat Safira sudah tidur nyenyak.
"Terus gimana ma?" tanya Vandra
"Gak apa kita makan aja dulu, pasti Safira lelah karena dari rumah sakit tadi juga belum tidur" ucap Vania.
Vania pun memanggil Tari, salah satu asisten rumah tangganya yang tadi sudah pulang dari membeli perlengkapan Safira untuk menjaga Safira di kamar, setelah memintanya untuk makan malam terlebih dahulu.
Vania, Vandra dan bi Inah hanya makan bertiga malam ini karena Hendra masih di tempat pemakaman.
Tepat pukul 08:15
"Assalamu'alaikum.." sapa papa Hendra yang sudah pulang.
"Wa'alaikumussalam.. pa" jawab mama Vania dan Vandra "papa sudah pulang, mau mandi apa makan malam dulu pa?" tanya Vania menghampiri suaminya yang terlihat lelah.
"Papa mau mandi aja dulu ma" jawab Hendra lalu mencium kening sang istri dan putranya.
"Safira mana ma?" tanya Hendra yang tak melihat Safira.
"Safira tidur pa di kamar Vandra, tadi Maghrib ketiduran sepertinya efek dari obatnya" jawab Vania pada sang suami.
"Ko di kamar Vandra ma, gak di kamar kita dulu tidurnya?" tanya Hendra karena heran kenapa Safira tidur di kamar anaknya.
"Safira tadi merajuk, gak mau keluar dari kamar Vandra, katanya mau sama kakak cakep aja" jawab Vania sambil terkekeh.
Vandra hanya menatap kedua orang tuanya acuh karena sedikit malu dengan ucapan sang mama.
Hendra langsung pergi ke kamarnya untuk mandi dan setelah selesai langsung makan malam di temani sang istri.
Safira bangun dan langsung mencari keberadaan Vandra.
"Hiks...hiks... Tata panda ana tenapa da ada dicini.(kakak Vandra mana kenapa gak ada disini)" tanya Safira pada Tari. Tari yang bingung dengan cara bicara Safira yang belum jelas mengira Safira mencari bonekanya.
"Cup..cup sebentar ya sayang nanti kita cari bonekanya" bujuk Tari yang langsung menggendong Safira.
"To boneta cih.. Fila tan cali tata panda (ko boneka sih.. Fira kan cari kakak Vandra)" ucap Safira cemberut dengan air mata masih mengalir.
"Gemes banget sih pengen cubit pipinya tapi takut kena amuk ibu Vania" batin tari
Tari lalu memilih membawa Safira ke ruang keluarga menemui tuannya.
Di ruang keluarga.
Tari datang dan mengatakan kalau Safira menangis mencari pandanya. Vania yang mendengar itu langsung tertawa karena tau panda yang di maksud Safira.
"Besok kita beli boneka panda ya buat Safira" bujuk Hendra lalu membawa Safira ke pangkuannya. Vania semakin tertawa "mama apaan sih.. ini Safira nangis malah di ketawain" heran Hendra pada Vania.
"Papa nih.. panda yang di maksud Safira itu Vandra pa" ucap Vania pada suaminya.
"Hah..." Hendra hanya bisa bengong karena ketidak tahuannya.
Safira turun dari pangkuan Hendra dan menghampiri Vandra "tata... Tenapa tata tindalin Fila? Fila tan jadi cedih...hiks... Nanti tata tindalin Fila cama taya Yayah cama unda (kakak .. kenapa tinggalin Fira? Fira kan jadi sedih.. hiks .. nanti kakak tinggalin Fira sama kaya ayah sama bunda)" tanya Safira dengan tatapan sedihnya pada Vandra.
Hendra dan Vania merasa sedih mendengar Safira mengatakan itu. mereka masih tak tahu bagaimana cara menjelaskan tentang orang tua Safira yang sudah meninggal.
"Saya tidak pergi... Tadi saya hanya pergi untuk makan saja" ucap Vandra menenangkan Safira, lalu mendudukkan Safira di sampingnya.
"Tata da Atan tinggalin Fila cendilian tan? (Kakak gak akan tinggalin Fira sendirian kan?)" tanya Safira masih dengan mata yang berkaca kaca.
"Gak akan" jawab tegas Vandra sambil menghapus air mata Safira. Safira yang bahagia dengan kata kata Vandra langsung memeluk Vandra.
"Kenapa kamu gak panggil diri kamu kakak sayang?" tanya Vania pada sang anak "apa kamu gak suka di panggil kakak" tanya Vania lagi.
Hendra juga bingung karena Vandra hanya mengucapkan kata "saya" tadi saat Safira memanggilnya kakak.
"Vandra mau tanya" ucap Vandra pada kedua orang tuanya.
Vania yang mengerti meminta Tari untuk membawa Safira ke ruang makan karena Safira belum makan malam dan harus meminum obatnya.
"Safira sama mbak tarii dulu ya, mam dulu sama minum obatnya biar bisa main sama kakak" bujuk Vania pada Safira dan Safira menurut saja karena ingin main dengan Vandra.
Setelah itu... Hendra menjelaskan semua yang terjadi dari awal ayah Safira kecelakaan dan menitipkan Safira agar di rawat dan di jaga oleh Hendra. Hendra juga menjelaskan bahwa Safira tidak punya siapapun karena keluarga Irsyad dan istrinya sudah tiada semua, sanak saudara pun tak ada karena Irsyad adalah anak tunggal sementara istrinya adalah anak yatim piatu di panti asuhan.
"Jadi gimana mama sama Vandra apa mau menerima Safira menjadi keluarga kita?" tanya Hendra pada istri dan anaknya.
"Mama sih setuju aja pa, makanya mama tadi sudah beli kebutuhan Safira sama nyiapin kamarnya. mama sudah menyayangi Safira dari pertama datang ke rumah" jawab Vania karena sudah tahu saat sang suami mengatakan harus ke rumah sakit kembali pasti sudah terjadi sesuatu, terlebih saat di telepon mengatakan sedang di tempat pemakaman.
"Mama memang terbaik, papa beruntung punya istri seperti mama" ungkap Hendra yang selalu bisa membuat sang istri tersipu.
"Ekhem..." Vandra membuka suara dan membuat dua orang bucin itu sedikit malu (cuma sedikit).
"Vandra juga setuju kalau Safira tinggal disini dan jadi adik Vandra" tegas Vandra pada kedua orang tuanya.
"Alhamdulillah" ucap Hendra dan Vania bahagia "terus kenapa kamu manggil diri kamu saya tadi" tanya sang ayah sedikit kesal karena mengira Vandra tak mau punya adik.
"Vandra gak mau di panggil kakak" jawab tegas Vandra dan langsung pergi menuju ruang makan menemui Safira membuat orang tuanya heran.
Di ruang makan
Safira sedang makan ditemani Tari. melihat Vandra datang Safira langsung turun dari pangkuan Tari dan menghampirinya.
"Tata panda ayo tita main! (kakak Vandra ayo kita main!)" ajak Safira yang meraih tangan Vandra.
"Sudah selesai makannya?" tanya Vandra pada mbak Tari.
"Belum den ini masih sedikit lagi dan belum minum obat juga" jawab Tari sambil memperlihatkan piring yang masih tersisa sedikit makanan.
"Safira habisin dulu makannya ya terus minum obatnya" perintah Vandra pada Safira dengan tersenyum manis. Tari yang melihat anak majikannya tersenyum sampai di buat bengong karena belum pernah melihat Vandra tersenyum. Vandra memang ramah tapi sedikit bicara dan jarang sekali tersenyum.
"Iya tata" jawab Safira dan segera menghabiskan makanannya juga meminum obatnya tanpa drama penolakan.
Hendra dan Vania yang mengintip interaksi antara Vandra dan Safira mengernyit heran melihat anaknya bersikap lembut tapi tidak mau di panggil kakak.
Setelah selesai makan dan minum obat Vandra mengajak Safira ke kamarnya karena Safira ingin tidur dengan Vandra. Vania yang mendengar itu agak sedikit khawatir karena takut tidur anaknya terganggu jika Safira bangun tengah malam, maklum kan Safira masih minum susu.
"Mama gak usah khawatir nanti kalau Safira bangun aku yang bikinin susunya tadi sudah di ajarin mbak Tari" ucap Vandra menenangkan Vania agar tidak khawatir.
"Ya sudah nanti mama minta mbak Tari siapin termos sama susu juga botol bersihnya Safira ke kamar kamu" pasrah Vania karena melihat anaknya yang tidak keberatan.
Di kamar Vandra dan Safira sudah bersiap untuk tidur karena jam sudah menunjukkan waktunya anak kecil tidur.
"Tata panda" ucap Safira sambil menoel tangan Vandra di sampingnya.
"Jangan panggil kakak, Safira" ucap Vandra lembut pada Safira.
"Tenapa? Tan tata, tatanya Fila (kenapa? kan kakak, kakaknya Fira)" tanya Safira yang mulai sedih.
"Mulai sekarang Fira panggil Vandra dengan sebutan Abang ya!" pinta Vandra pada Safira dengan lembut. Safira masih bingung.
"Abang Vandra itu panggilan sayangnya Safira buat Abang dan hanya Abang yang boleh di panggil seperti itu, Safira ngerti?" ucap Vandra tegas pada Safira karena melihat Safira bingung.
"Iya nelti, Fila cayang Abang (iya ngerti,Fira sayang Abang)" balas Safira dengan ceria juga memeluk Vandra
"Seenggaknya Safira bisa nyebut Abang dengan jelas bukan tata" batin Vandra bahagia
"Abang.... Mau cucu" pinta Safira dengan puppy eyes nya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!