NovelToon NovelToon

I Love You Till Jannah

Merantau

Zalia Aliyanti, gadis muda berusia 19 tahun berasal dari kota kecil di bagian barat Indonesia. Dengan berat hati harus meninggalkan kota kelahirannya demi sebuah cita-cita di masa depan. Ya, benar Alia ingin menjadi seorang Pahlawan tanpa tanda jasa. Ini yang mengharuskan ia dengan tekad besar berpisah dari keluarganya.

Setelah lulus SMA, Alia mendapatkan beasiswa penuh selama 4 tahun dari Bidikmisi untuk menyelesaikan pendidikan Strata 1 nya.

Dengan prestasi yang ia capai selama di bangku sekolah, mengantarkan Alia dengan predikat Paralel 1 di sekolahnya dan mendapatkan beasiswa ini setelah mengikuti seleksi administrasi.

Tidak sedikit juga dari teman-temannya ikut serta dalam pendaftaran beasiswa tersebut. Namun nasib baik berpihak pada Alia. Dari sekian banyak siswa/siswi yang mendaftar, hanya Alia yang lolos seleksi tersebut.

Di kota yang baru ini, sebut saja kota Khatulistiwa. Ibu kota Provinsi Kalimantan Barat. Kota ini mempunyai Universitas Negeri satu-satunya di masa itu, sebut saja Universitas Tanjungpura.

Mungkin Universitas itu tidak setenar universitas-universitas lain yang letaknya di Ibu Kota Negara ataupun di kota-kota besar lainnya. Namun bagi Alia merupakan sebuah kehormatan baginya bisa menjadi bagian dari perguruan tinggi tersebut.

***

Kedatangan

Langit terlihat masih betah dengan kegelapannya. Udara subuh itu sangat dingin dan pekat. Alia baru saja sampai di kota dimana dirinya akan melanjutkan pendidikan di tingkat Perguruan Tinggi. Kota itu sangat jauh dari kota asalnya. Hal ini yang membuat Pak Harry, Ayah Alia memutuskan untuk ikut mengantar Alia ke kota tersebut.

Namun kali ini Pak Harry tidak sendirian, ia ditemani oleh istrinya, Ibu Ussy. Ibu Ussy memang istri Pak Harry, tetapi Ibu Ussy bukanlah Ibu kandung Alia. Ibu kandungnya masih hidup dan masih menjadi istri sahnya Pak Harry. Ya benar, katakan saja Ibu Ussy adalah istri keduanya.

Sebenarnya Alia tidak setuju dengan keputusan Ayahnya yang mengajak istri keduanya tersebut untuk mengantarkannya ke kota ini. Namun Alia juga tidak bisa membantah perkataan sang Ayah. Alia tidak ingin berdebat di situasi yang seperti ini. Bisa-bisa akan menambah buruk suasana hatinya.

Sejak kecil Alia sudah dikenal sebagai pribadi yang patuh dan takut kepada Ayahnya. Bagaimana tidak? Pak Harry adalah sosok yang sangat tegas, bijaksana, penyayang namun juga tempramental.

Beliau tidak suka jika anaknya melanggar titah ataupun aturan yang telah beliau buat. Lelaki paruh baya yang bertubuh tidak terlalu tinggi dan berisi itu, lebih menyayangi putrinya walaupun sebenarnya beliau juga memiliki putra yang lain yaitu Alan.

Saat ini Pak Harry, Alia, dan Ibu Ussy telah tiba di rumah kontrakan yang sebelumnya sudah di booking oleh Pak Harry. Mereka langsung membersihkan diri dan melepas penat di sana. Di kontrakan ini, Alia akan tinggal bersama dua orang teman lainnya. Namun, kala itu kedua temannya masih berada di kampung halaman.

Alia perlahan mengerjapkan kedua matanya, gadis itu terbangun dari tidurnya tatkala mendengar suara Adzan berkumandang. Suara itu berasal dari masjid yang terletak di depan kontrakannya.

Gadis yang berparas manis dengan balutan kerudung di kepalanya itu bangun dan keluar dari kamar tempatnya beristirahat menuju ke kamar mandi untuk berwudhu.

Keluarga Alia dikenal sebagai keluarga yang religius. Bagaimana tidak? Pak Harry dikenal sebagai seorang tokoh agama di lingkungan tempat tinggal mereka. Oleh karena itu, Alia dan adiknya memiliki pengetahuan yang cukup mumpuni dalam bidang agama.

***

Keesokan harinya

Pak Harry dan Ibu Ussy pamit pulang karena hari sudah hampir sore. Mereka mengejar waktu keberangkatan kapal yang akan mereka tumpangi.

Sebelum pulang Pak Harry mendekati Alia. Beliau meraih kedua pundaknya dan menatap manik mata putrinya itu dengan penuh kasih sayang. Sebenarnya, banyak hal yang ingin ia sampaikan sebelum berpisah, tetapi ia tak sanggup mengatakannya. Lalu ia membenamkan tubuh Alia ke dalam dekapannya.

"Alia anakku, bersungguh-sungguh lah dalam menuntut ilmu. Ayah dan Ibu tidak bisa menjagamu dari dekat, kami hanya bisa mendo'akanmu dari jauh. Semoga apa yang kau cita-citakan bisa tercapai ya, nak." Pak Harry berkata sembari mengusap lembut kepala Alia yang terbungkus kerudung.

Alia tak mampu lagi menahan air mata yang sedari tadi ia bendung. Cairan bening itupun tumpah bersamaan dengan isak tangis yang memilukan. Tangisan perpisahan dengan sang Ayah.

"Iya yah, terima kasih karena sudah mengantarkan aku sampai disini. Ayah hati-hati ya, sampaikan salamku kepada Ibu dan Alan." Alia menarik tubuhnya perlahan menjauh dari Ayahnya setelah Pak Harry memberikan beberapa ciuman di pucuk kerudungnya.

Kemudian Alia berpindah kepada Ibu Ussy dan memberikan salam perpisahan. Alia tahu sifat asli wanita itu. Mungkin di depan Ayahnya saja beliau bersikap manis. Namun entahlah, Alia tidak ingin terlalu berasumsi tentang wanita yang berusia lebih muda dari Ibu kandungnya itu.

"Ya sudah, Ayah dan Mama Ussy pamit ya..jaga dirimu baik-baik." Alia meraih tangan Ayah dan istrinya tersebut sembari mencium punggung tangan mereka. Setelah itu Pak Harry dan istrinya pergi meninggalkan Alia sendiri di Kota besar ini.

Kepulangan Pak Harry menyisakan sesak yang teramat di dada Alia. Bagaimana tidak? sejak lahir dia tidak pernah berpisah jauh dari kedua orang tuanya. Karena semua jenjang pendidikan yang sebelumnya ia selesaikan di kota kelahirannya.

Alia memandangi punggung Pak Harry dan Ibu Ussy yang semakin lama menghilang dari jangkauannya. Tak terasa pipinya basah kembali yang tadi sempat mengering sejenak.

"Ayah, Ibu, aku tidak akan pernah mengecewakan kalian," gumam Alia dalam hati dengan aliran air mata yang masih mengucur yang semakin lama semakin deras.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Hai readers💞 Ini karya pertamaku. Kritik dan saran terbuka lebar ☺️ Stay tune ya aku insyaAllah update setiap hari 🥰 healthy spirit 💪💪💪 untuk yang lagi karantina dan tetap semangat juga untuk yang harus tetap bekerja di luar rumah👍 jangan lupa selalu terapkan protokol kesehatan dengan baik ya maaan temaaaan🙏🥰

Kasi vote, like dan komen ya☺️ Terima kasih🙏🙏🙏

Istri Baru Ayah

Flashback

Hujan turun sangat deras menyirami bumi. Angin yang bertiup kencang menambah kabut tebal dalam hati Alia. Gadis itu nampak berdiri di samping jendela kamarnya dengan perasaan yang begitu kacau setelah mendengar tentang kebenaran yang disampaikan oleh Bibi Dora, adik dari Ayahnya. Air matanya mengalir deras yang beralun seirama dengan derasnya hujan.

PLAAAAAAK

Terdengar suara tamparan dan perdebatan yang teramat pelik yang berasal dari kamar Ayah dan Ibunya. Alia mencoba menyeka air mata yang membanjiri pipinya kemudian keluar dari kamarnya.

Ketika sampai di muka pintu kamar, ia memiringkan kepalanya dengan seksama memasang telinganya untuk mendengarkan kegaduhan apa yang sebenarnya terjadi di kamar sebelah.

"Kau berani sekali menamparku," teriak Ibu Nana. Tanpa basa basi Alia langsung membuka pintu kamar yang tertutup rapat tersebut.

Betapa tercengangnya Alia melihat Ibunya bersimpuh di lantai dengan isak tangis dan tangan kanan yang masih memegang pipi merahnya setelah menerima tamparan dari Pak Harry.

"Ibu ada apa ini?" Alia merangkul Ibunya yang masih terisak berat sembari menundukkan pandangannya. Karena merasa tidak mendapatkan jawaban dari Ibunya, Alia mengalihkan pandangan kepada Ayahnya.

"Ayah ada apa ini? Kenapa Ayah menampar Ibu?" Alia masih memasang wajah khawatir sambil menahan kegeramannya karena berita yang tadi pagi dia dengar dari mulut Bibi Dora.

Alia tidak habis pikir dengan sikap ayahnya yang dia rasa tidak seperti biasanya itu. Ya, selama 18 tahun hidup bersama orang tuanya Alia tidak pernah menyaksikan drama pertengkaran seperti yang ia saksikan saat ini. Jangankan bertengkar berdebat mulut saja tidak pernah.

Pak Harry dan Ibu Nana merupakan pasangan yang sangat harmonis. Mereka tidak pernah menampakkan permasalahan mereka kepada anak-anaknya. Dimata anak-anaknya mereka adalah sepasang suami istri yang baik-baik saja. Bisa menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing dan saling melengkapi.

Walaupun Ibu Nana berasal dari keluarga berada, namun ia tidak keberatan dan dengan sabar menjalani hidup sederhana di rumah tua dengan dinding dari kayu yang sudah rapuh dan berlubang itu.

Ibu Nana adalah sosok yang sangat sabar dan patuh kepada suaminya. Dia selalu melayani suaminya dengan baik dan memberikan kasih sayang yang berlimpah kepada kedua putra putrinya.

Seperti yang Alia ketahui Pak Harry sangat menyayangi istri dan anak-anaknya tersebut. Tetapi kenapa hari ini Alia harus menyaksikan drama pertengkaran antara Ayah dan Ibunya? Padahal dia tahu, selama ini Ayahnya tidak pernah main tangan.

"Ayah, tolong jelaskan apa yang sebenarnya telah terjadi?" teriakan Alia sangat keras tetapi dia yakin para tetangga juga tidak akan bisa mendengarnya karena suara gemuruh yang berasal dari hujan dan angin yang kencang.

Wajah Pak Harry yang awalnya merah membara terbakar amarah, tiba-tiba perlahan meredam setelah melihat anaknya itu menjatuhkan air mata di kedua pipi chubby nya.

"Ayah .... "

Belum sempat Pak Harry menyelesaikan kalimatnya. Ibu Nana sontak mengangkat wajahnya dan berteriak seraya menunjukkan jarinya kepada Pak Harry.

"Dia menampar Ibu karena wanita jalang itu. Ayahmu berani menukar Ibu dengan wanita murahan itu, naaak." Suara Ibu Nana memecah bersamaan dengan deraian air mata yang melukiskan betapa terlukanya hatinya.

Hati seorang istri yang mengetahui bahwa suami yang ia cintai selama ini telah berkhianat dan membagi cintanya dengan wanita lain.

Hati Ibu Nana serasa digores dengan sembilu. Setelah itu ditancapkan kemudian di geser kesana kemari. Dia tidak bisa lagi menyembunyikan kebenaran yang sudah dia ketahui beberapa waktu lalu dari kakak kandungnya.

Deg

Deg

Jantung Alia seperti berhenti berdetak, mendengar hal yang sama seperti yang ia dengar dari Bibi Dora.

"Jadi berita itu benar, Ayah?" Alia menatap ayahnya sendu. Kedua manik mata hitam bulat itu seakan menagih kilat pengakuan langsung dari Ayahnya.

Tanpa berpikir panjang Pak Harry yang kala itu tak kuasa menatap wajah anaknya hanya menganggukkan kepala menandakan tidak ada penolakan akan kebenaran bahwa dia memang memiliki istri lain selain Ibu Alia.

Alia yang sudah bersimbah air mata kemudian memeluk erat Ibu Nana dengan dekapan yang senyaman mungkin. Dia berusaha menenangkan wanita paruh baya yang sudah melahirkannya itu dengan mencium pucuk rambut Ibunya sambil membelai lembut punggung Ibu Nana.

Pak Harry yang tidak tega melihat Ibu dan anak itu langsung keluar meninggalkan luka yang teramat di hati istri dan putrinya. Alan, adik Alia yang kala itu masih duduk di bangku SD kelas 4 hanya menangis di ambang pintu kamar menatap sendu Kakak dan Ibu Kandungnya.

Flashback end

***

"Alia..."

Suara seseorang membuyarkan lamunan Alia yang duduk di samping jendela rumah kontrakannya.

Alia sesegera mungkin menyeka air mata yang membasahi pipinya berusaha menyembunyikan wajahnya.

"Kau sedang menangis ya?" Tanya Isni teman satu perantauan Alia. Isni adalah gadis berdarah melayu dan banjar, berparas cantik hidung mancung berkulit kuning langsat. Isni juga tidak lain adalah sahabat Alia sejak mereka duduk di bangku SMP.

"Kenapa menangis?" tanya Isni kembali sembari mengusap lembut pipi Alia.

"Aku hanya merindukan Ibu, Is..." Alia terpaksa berbohong untuk menyembunyikan alasan sebenarnya kenapa ia mendadak merindukan Ibunya. Tak tertinggal senyum teduh yang tersungging di bibir manisnya.

"Kita disini sama-sama jauh dari keluarga Al, kau tidak usah bersedih karena kau tidak sendirian. Kita disini berjuang demi masa depan. Semangat ya." Kata-kata Isni berhasil menenangkan kegundahan hati Alia saat itu.

"Ayo kita masak, aku sudah lapar nih." Ajak Isni sembari menarik lembut tangan Alia. Alia yang kala itu juga merasa lapar mengangguk patuh tanpa menolak. Ia sejenak kembali menatap ke luar jendela.

"Aku merindukanmu Ibu, semoga kalian baik-baik saja disana." Gumam Alia dalam hati. Kemudian Alia mengekori Isni ke dapur dan menyiapkan makan siang mereka bersama-sama.

.

.

.

.

Jangan lupa jempol dan sarannya ya man temaaan😉

Teman Kampus

"Aku sungguh bangga berada disini," gumam Alia dalam hati ketika kaki jenjangnya menapaki area parkir kampusnya. Ya, FKIP Untan (Universitas Tanjungpura) Pontianak.

Disini tidak ada yang dia kenal, semuanya terasa baru, tempat baru, orang-orang baru dan kebiasaan baru. Alia menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, sembari menutup kedua matanya dengan posisi kepala menengadah ke atas menikmati udara pagi.

Alia sangat bersyukur kepada Tuhan atas nikmat yang telah diberikan kepadanya dengan memberinya nikmat menjadi seorang mahasiswi yang bisa mengantarkannya pada masa depan yang cerah.

Dengan posisi kedua tangan siku-siku memegang tali ranselnya, Alia berjalan perlahan sambil melihat ke semua arah, ekor matanya menyapu rapih setiap sudut kampus tanpa ingin melewatkannya sedikitpun. Dia sangat bahagia menjadi bagian dari tempat ini, dimana dia akan mengukir sejarah hidupnya disini.

Sejak kecil, Alia memang ingin menjadi seorang Guru. Tak jarang ia mengajak adik-adik sepupu dan teman-temannya bermain peran sebagai guru dan murid. Alia tersenyum sambil menggelengkan kepalanya ketika mengingat memori masa kecilnya yang seolah terputar kembali bak layar lebar di hadapannya saat ini.

"Hei, senyum-senyum sendiri aja. Awas ntar dibilang orang gila loh"

Alia sangat terkejut dengan suara itu, ia memegang dadanya, terlihat sekali jika dia memang benar-benar terkejut.

"Dasar kau ini, bikin kaget saja" Alia mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara sambil mengusap halus rambut seorang gadis yang sedang merangkul bahu kirinya. Ya, terlihat Friska yang sedang tersenyum usil kemudian menutup mulut dengan tangan kanannya. Friska adalah teman baru Alia yang baru saja dia kenal beberapa hari yang lalu.

Flashback

"Perkenalkan, aku Friska." Ucap seorang wanita berdarah dayak dengan kulit putih seputih susu. Ia mengulurkan tangannya hendak berjabat tangan. Alia tersenyum ikhlas sembari menyambut tangan Friska.

"Aku Alia, FKIP Bahasa Inggris."

"Wah, kebetulan sekali. Aku juga dari prodi yang sama," jawab Friska.

Alia hanya membalasnya dengan senyuman, kemudian mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. Sepertinya Alia masih ingin menjaga jarak dengan orang-orang baru. Ia teringat akan pesan Ibunya agar berhati-hati dengan orang-orang baru yang ia temui. Mengingat ini adalah kota besar.

Sebenarnya itu bukan sifat asli Alia, tetapi untuk menjaga diri ia harus bersikap biasa-biasa saja sebelum mengenal orang baru lebih jauh lagi.

Hari ini, semua mahasiswa dan mahasiswi penerima beasiswa penuh bidikmisi melaksanakan pertemuan orientasi dengan Rektor Untan. Acara tersebut digelar di Aula Rektorat yang berada di lantai paling atas kantor Rektor Universitas Negeri itu.

Friska yang menyadari bahwa Alia tidak ingin berbicara banyak, ia ikut bungkam dengan berjuta pertanyaan dibenaknya. Belum selesai Friska berbicara dengan batin dan pikirannya, Alia mencoba memecah keheningan di antara mereka.

"Maaf, aku sedang mencari kelompokku, apa kau juga dari kota yang sama?"

Friska menyambar pertanyaan Alia secepat kilat. "Bukan, Aku dari kota Sintang. Apa kau tahu itu?" Alia menggelengkan kepalanya pertanda bahwa dia tidak mengetahui sedikitpun tentang kota tersebut. Wajahnya terlihat datar.

Alia memang sudah biasa melakukan perjalanan ke luar kota untuk beberapa kegiatan dan event yang dia ikuti, sebagai perwakilan kota kelahirannya. Ya, Alia adalah gadis yang cerdas dan multi talenta. Mungkin karena itulah, Tuhan sengaja menitipkannya hidup dalam keluarga yang sangat sederhana, bahkan jauh dari kata mewah. Tetapi hal itu telah membuat Alia tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, mandiri, serta pemberani.

Sejak duduk di bangku kelas lima Sekolah Dasar, Alia sudah sering mewakili sekolahnya untuk mengikuti beberapa perlombaan yang bersifat akademik maupun non akademik di luar kota. Tetapi dia memang belum pernah tahu dimana letak kota kelahiran calon sahabat kampusnya itu.

"Hmmm..tidak masalah Alia, kota kelahiran ku memang bukan kota besar, tapi ia juga merupakan salah satu kota berkembang seperti kota kelahiran mu." Dengan senyum lebar dan kepedeannya Friska meyakinkan Alia.

Alia hanya terkekeh mendengar jawaban Friska. Sepertinya ia sudah menemukan magnet di dalam diri Friska yang membuatnya ingin mengetahui lebih dekat tentang gadis berwajah tirus itu.

"Ya sudah, aku tinggal dulu mencari kelompokku ya Fris."

"Fris?" Dengan salah satu alisnya naik keatas Friska seakan aneh mendengar Alia memanggilnya dengan sebutan itu.

"Iya, mulai sekarang kita berteman kan? bukannya kau bilang kita satu prodi, jadi itu panggilan sayangku untukmu." Tukas Alia sambil menyunggingkan senyuman manisnya membuat kedua lesung pipi kecilnya terlihat jelas dipipi cubinya.

"Okedeh, Alia," sambil tersenyum lebar Friska mengangkat kedua jempolnya keatas. "aku panggil Al aja ya.." Friska bernegosiasi.

"Ya udah terserah kau saja."

Alia berlalu meninggalkan Friska melewati kerumuman orang-orang disana.

"Sepertinya dia gadis yang baik," gumam Friska dalam hati.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Mohon maaf atas keterlambatan Update dikarenakan Author punya giat mendadak dan sangat menyita waktu luang🙏🙏🙏 terima kasih untuk yang sudah sudi mampir di karya aku, tetep like dan komennya ya man temaan☺️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!