NovelToon NovelToon

Cinta Ini Membunuhku

bab 1 awal

Seorang wanita nampak meringkuk di pojok ruangan sebuah penjara.

Wanita itu duduk dengan memeluk erat kedua kakinya yang ia tekuk hingga menyentuh dadanya.

Ingatannya melayang pada putusan peradilan yang memutuskan ia bersalah beberapa hari yang lalu.

Flass on

" nona Amara Santya Raharja...anda di nyatakan bersalah dan di hukum penjara selama 35 tahun di tambah denda sebesar 35 milyar rupiah karena telah mengakibatkan kerusakan fasilitas umum " suara Hakim terdengar menggema ke seluruh ruang sidang.

Terjadi sedikit keributan di belakang sana, Namun wanita cantik berusian 28 tahun itu hanya diam seolah tak mendengar keributan itu.

Tatapannya menatap kosong lurus ke depan. Deretan para Hakim di hadapannya sama sekali tak terlihat olehnya saat ini.

Tok tok tok.....

Suara palu di ketuk oleh hakim tanda putusan peradilan benar benar telah si sahkan.

Amara menarik nafas dalam dalam kemudian menghembuskannya dengan perlahan.

Inilah akhir dari cintanya yang ia pupuk selama bertahun tahun yang lalu kepada seorang laki laki yang telah menjadi sahabatnya sejak kecil.

Wanita cantik dengan postur tubuh tinggi semampai itu bangkit dari duduknya kemudian menundukkan kepalanya guna memberi hormat kepada para dewan hakim yang telah memimpin persidangannya selama ini.

Kemudian wanita itu beralih menundukkan kepalanya kepada para jaksa dan pengacara yang telah berusaha keras mati matian membelanya hingga akhirnya ia bisa terlepas dari hukuman mati yang di tuntutkan tim jaksa penuntut umum kepadanya.

Seorang pria sontak bangkit dari duduknya ketika mata wanita itu sampai kepadanya.

Nampak jelas mata laki laki itu menyiratkan sejuta penyesalan.

Dia adalah Ricky Heriawan Sasmita, pengacara yang menangani perkara Amara saat ini.

Ia adalah putra tunggal pengacara pribadi mendiang ibunya, Cokro Heriawan Sasmita.

Ricky di tunjuk sang ayah mendampingi dirinya karena saat ini sang ayah juga sedang menangani kasus lain.

Ricky juga salah satu teman Amara saat masih kuliah di Jerman dulu.

Sepak terjang Ricky tidak dapat di remehkan meski ia terbilang pengacara muda.

Buktinya...

Pria itu berhasil meloloskan seorang Amara Santya Raharja dari tuntutan hukuman mati karena tindak pidana pembunuhan berencana kepada Shelia adik sepupunya dan sejumlah nepotisme yang ia lakukan kepada sekelompok aparat kepolisian.

Ricky dan Amara terbilang dekat dari dulu meski keduanya tidak berada di jurusan fakultas yang sama.

Hal itu karena ayah Ricky yang merupakan pengacara pribadi mendiang mama Amara di masa lalu.

Ricky mengambil jurusan hukum sementara dirinya mengambil jurusan bisnis dan manajemen.

Mata Ricky sempat terpejam sejenak kala tatapan Amara mulai beralih darinya.

Sakit sekali rasanya hatinya melihat wanita yang kini tengah menjadi pesakitan itu gagal ia bela sesuai yang ia harapkan.

Amara adalah sosok istimewa di matanya meski kerap kali wanita itu bersikap menjengkelkan.

Amara tak bergeming sedikitpun dari tempatnya berdiri hingga akhirnya ia kembali bergerak dan kali ini ia memutar tubuhnya kebelakang dan menatap ke arah orang orang di bangku pengunjung.

Tatapan Amara jatuh pada deretan bangku orang orang yang telah ia sakiti.

Keluarga sang paman...

Keluarga Sudibyo.

Ya...

Amara telah membunuh adik sepupunya yang merupakan wanita yang di cintai oleh laki laki yang juga sangat ia cintai dengan merancang sebuah kecelakaan yang memang sengaja ia rancang.

Amara kini menyandang gelar sebagai seorang pembunuh.

Pembunuh dari mendiang Shelia Liliana Hanung Sudibyo atau juga di kenal sebagai Shelia Carter.

Tubuh Amara tiba tiba bergetar ketika ia mengingat kebaikan orang orang yang telah ia sakiti itu.

Dulu...

Ketika ia menjadi seorang piatu karena ibunya yang tiada karena terkejut mengetahui drama perselingkuhan sang ayah.

Juga ketika sang ayah bersikeras membawanya ke Asrama. Sang pamanlah yang bersikeras melarangnya.

Keluarga sang paman juga yang selalu ada untuknya, termasuk saudara sepupunya yang telah ia bunuh atas nama cinta.

Jauh di sudut hatinya, sungguh Amara menyimpan sejuta sesal.

Andai waktu bisa ia putar kembali...ia ingin tak jatuh cinta kepada sosok Ryuga Sean Carter.

Ia bahkan berharap tak akan pernah jatuh cinta kepada siapapun.

Karena baru ia pahami kini....cinta begitu menyakitkan.

Cinta...bisa membunuh siapapun...

Dan sangking menyakitkannya...cinta itu seolah mampu membunuhnya secara perlahan dan pasti.

Seperti saat ini, jasadnya memang masih nampak tegak berdiri.

Namun yang nyata adalah...jasadnya kini hanya seonggok daging tanpa nyawa.

Kata kata terakhir laki laki yang ia cintai hingga mampu membuatnya menjadi seorang pembunuh. Telah sukses membutnya seperti tubuh tak bernyawa.

" aku tidak kejam padamu Amara..kaulah yang tidak waras karena tidak bisa mengendalikan obsesimu padaku.

Dan cinta....cinta yang kau katakan itu bukan cinta...

kau hanya tidak ingin kalah dari siapapun "

Sungguh kata kata terakhir Ryu kepadanya begitu menyakitkan.

Perlahan Amara menundukkan kepalanya kepada seluruh kelurga sang paman yang menatapnya sendu.

Lama Amara menundukkan kepalanya tanda permintaan maafnya.

Kini wanita itu kembali mengangkat kepalanya, tatapannya beralih pada seseorang di deretan lain pengunjung.

" Amara..." desis seseorang itu seperti bergumam.

Seseorang itu menatap sendu dan penuh penyesalan kepada Amara.

Dia adalah tuan Agustin Raharja, ayah Amara.

Amara menarik nafas dalam dan wajahnya segera berubah datar.

Kehadiran laki laki itu di sidangnya selama ini sama sekali tak ia harapkan.

Meski ia tahu laki laki itu mati matian berusaha menolongnya.

Bagi Amara...semua yang laki laki itu lakukan untuknya saat ini tidak ada gunanya sama sekali.

Bagi Amara, laki laki itu adalah sumber dari segala sumber kehancurannya.

Tatapan mata Amara beralih mengedar ke seluruh ruangan berharap seseorang hadir di sana.

Namun Amara harus rela menelan pil pahit kekecewaan kala ia tak menemukan seseorang itu di ruangan ini meski itu hanya bayangannya saja.

" Ryu...kau bahkan tak datang di sidang putusanku atas kematian istrimu...." desis wanita itu di dalam hatinya.

Amara berniat menarik kembali pandangannya ketika netranya tiba tiba bertubrukan dengan mata seseorang yang berdiri tegak di sisi pintu ruang sidang.

Tatapan mata pria dengan postur tubuh tinggi menjulang itu sukses membuat tubuh seorang Amara Raharja terasa meremang dan tremor seketika.

" Mattew..." desis Amara pelan dengan suara bergetar.

Amara dengan cepat memutar tubuhnya kembali menghadap para hakim agar ia tak perlu menatap mata laki laki itu lebih lama sebelum akhirnya beberapa petugas datang menghampirinya.

Rasa takut seketika mencekam jiwanya, siapa yang tidak tahu sosok Mattew Qiang Shin Nix.

Salah satu putra kembar keluarga konglomerat di China.

Bagaimana Amara tahu ?!

jawabannya Adalah tentu dia tahu dengan sosok Mattew dan kembarannya Michael karena mereka memang pernah berada di satu kampus yang sama dengannya dulu di Jerman.

Walau mereka tak pernah terlibat interaksi secara langsung sekalipun.

Jantung Amara seketika terasa berhenti berdetak ketika ia sadar...

Ia telah menyinggung laki laki itu. Tanpa sadar ia telah membuat urusan dengan laki laki itu.

Ia telah menjadikan adik perempuan satu satunya laki laki itu sebagai umpan demi terciptanya kecelakaan yang menimpa adik sepupunya.

Shelia...

Amara tanpa sadar menggigit bibirnya kuat kuat.

" apa yang di lalukan laki laki itu di sini ?! Apa..dia ingin memastikan hukumanku...?! " cicit Amara di dalam hati dengan di dera rasa takut.

Bodoh kau Amara...bagaimana bisa kau berurusan dengan laki laki mengerikan itu.

Amara masih bermonolog di dalam hati.

" nak..." tiba tiba sebuah panggilan menyadarkannya dari lamunannya.

Seorang pria berdiri di hadapannya dan menghentikan langkahnya juga beberapa petugas yang memegangi dan menyertainya.

" jangan khawatir, papa tidak akan menyerah...

papa akan carikan pengacara yang lebih bagus untukmu "

tuan Agustin Raharja yang ternyata adalah seseorang itu semakin mendekat ke arah Amara yang saat ini tengah di bawa beberapa petugas untuk kembali ke sel sebelum akhirnya nanti ia benar benar di penjara.

Amara menatap wajah sang apa yang telah sangat lama tidak ia lihat sejenak.

" tidak perlu, pakai saja uang itu untuk biaya bulan madu mu yang entah sudah kesekian kalinya dengan wanita itu...

Aku sedekahkan uang itu untuk kalian " jawab Amara dingin kepada sang papa kemudian segera wanita itu melanjutkan langkahnya,

Yakni...

Berlalu dari ruangan itu.

Tuan Raharjo terdiam membisu melihat kepergian sang putri.

Hatinya terasa sakit bagai di remas remas.

flass off

Amara masih meringkuk di pojok ruang penjara itu dengan memeluk tubuhnya ketika seorang wanita datang menghampirinya.

" makanlah...ku lihat, kau tidak makan sejak kemaren "

Kata seseorang itu yang tak lain adalah salah satu teman satu ruang penjara dengan Amara.

Wanita itu duduk di sisi Amara sambil menyodorkan sebungkus roti kepada Amara.

Amara mendongak dan menatap wajah wanita itu.

bab 2 seorang kawan

Amara mendongak dan menatap ke arah wanita yang tengah mengulurkan sebungkus roti ke padanya itu.

Kemudian tatapannya agak menurun karena wanita itu yang kemudian duduk di sisinya.

" apa kau mengenalku ?! " tanya Amara.

" tidak...aku baru melihatmu sejak kau di pindahkan ke sini " jawab wanita itu sambil menggeleng.

" kau juga tidak tahu siapa aku ?! " tanya Amara lagi.

" tidak...memangnya kenapa ?! "

" lucu...kau tidak mengenalku dan kau juga tidak tahu siapa aku tapi kau baik padaku " kata Amara dengan tersenyum sinis.

Wanita di sisinya menatapnya aneh.

" apakah berbuat baik kepada orang harus lebih dulu kita mengenalnya ?! " tanya wanita itu sambil menatap Amara lekat.

Amara tersenyum miring.

" dengar...aku ini seorang pembunuh, kau tidak perlu bersikap baik padaku " kata Amara kemudian dengan tersenyum kecut.

" memangnya kenapa jika kau seorang pembunuh ?!

apa seorang pembunuh tidak punya rasa lapar ?ku lihat....kau juga seorang manusia yang pasti juga punya rasa lapar.

Sejak kemaren aku tidak melihat kau memakan bagianmu.

Jagalah kesehatanmu, di sini kita di larang untuk sakit..." jawab wanita itu lembut.

Amara menoleh dan kembali menatap ke pada wanita itu.

Kelembutan wanita itu membuat Amara teringat dengan sosok adik sepupunya yang telah ia buat meninggalkan dunia ini.

Tak lama, Amara membuang pandangannya ketempat lain.

" tidak perlu bersikap baik apalagi kasian padaku,

aku tidak butuh itu " jawab Amara kemudian dengan ketus.

Wajah wanita itu berubah semakin muram.

Sungguh kelembutan wanita itu membuatnya kian tersiksa.

( Shelia...)

Desis Amara di dalam hati.

" terserah padamu, aku hanya ingin mencoba berkawan denganmu.

Tapi jika tidak mau...tak apa, mungkin bagimu aku tak pantas untuk jadi kawanmu " kata wanita itu kemudian.

Tak lama wanita itu bangkit dan meninggalkan Amara.

Ia kembali ke arah kasur lantai tipis dan keras yang sudah menjadi bagiannya.

Sepeninggal wanita itu Amara terdiam membisu, namun netranya mengikuti pergerakan wanita itu.

Tak lama Amara pun bangkit dan melangkah mendekat ke arah wanita itu yang kini telah berbaring.

" ada apa ?! " tanya wanita itu setelah Amara duduk di sisinya.

Di sel itu di isi dengan tujuh orang dan mereka yang lainnya telah terlelap di buai mimpi.

" siapa namamu ?! " tanya Amara

" April..."

" kau ingin berkawan denganku ?! Kenapa ?! Aku ini seorang pembunuh....kau tidak takut aku akan membunuhmu juga ?! " tanya Amara lagi.

Wanita bernama April itu kemudian bangkit dari berbaringnya dan duduk seperti Amara.

" aku ingin berkawan dengan banyak orang, siapapun itu asal dia mau berkawan denganku juga.

Kau tanya kenapa ?! karena aku berharap dengan punya banyak kawan, mungkin salah satunya akan mau membantuku.

Takut di bunuh olehmu ?! Ha ha..." April tertawa lirih.

" dengar...aku percaya satu hal, kematian itu adalah satu hal yang pasti begitupun dengan kapan dan bagaimana caranya.

Jika berkawan denganmu bisa membuatku mati, maka aku yakin mungkin itu memanglah jalan kematianku " jawab April dengan lugas dan membuat Amara menatapnya dalam.

" apakah itu bentuk keikhlasan atau ketidak berdayaanmu ?! " tanya Amara.

" entahlah.....

aku tidak tahu,

tapi menurutku pengartiannya hanya perkara sudut pandang kita " jawab wanita bernama April itu.

Hening...

Amara tak lagi bersuara, tapi kemudian ia duduk di sisi April.

" kemarikan rotimu " pinta Amara kemudian dan April pun memberikannya.

" Katakan padaku, kenapa kau bisa di sini ?! " tanya Amara sambil mulai menyuap roti pemberian April itu dengan menawarkan kembali roti itu kepada empunya yang memiliki roti.

" tidak..aku sudah makan sore tadi " tolak April sambil menggeleng.

" kau belum menjawab pertanyaanku " kata Amara lagi.

April terdengar menghela nafas.

" seseorang memasukkan aku ke penjara karena aku hamil dan mengandung anak dari suaminya " jawab April kemudian pelan.

Amara menatap wanita berwajah lembut itu dengan melotot.

Rasanya sulit di percaya jika wanita itu adalah seorang pelakor.

" kau pelakor ?!! " sengit Amara kemudian.

Ah....

kata kata itu hampir cocok di sematkan padanya juga jika saja ia berhasil menggoda dan memiliki seorang Ryuga Carter.

" aku tidak tahu jika laki laki yang menikahiku secara siri itu ternyata seorang laki laki bersuami..." jawab April penuh penyesalan.

" andai aku tahu lebih awal...tentu aku tidak akan mau di dekati olehnya.

Aku hanya seorang yatim piatu, mendapat sebuah perhatian dan kasih sayang dari seorang pria tentu aku sangat senang.

Apalagi aku tak memiliki pengalaman apapun dengan seorang laki laki.

Aku kira itu cinta....dan ketika ia menawarkan sebuah pernikahan siri,

aku pun mengiyakan " lanjut Apri sambil menunduk.

Amara diam diam meremas roti yang ia pegang.

Lagi lagi atas nama cinta dan akhirnya menjadi korban cinta...

Cinta memang bangsat...

Umpat Amara di dalam hati.

" lalu di mana sekarang anakmu ?! " tanya Amara lagi.

" satu bulan setelah aku melahirkan, suamiku dan istrinya mengambil anakku.

Namun dua bulan kemudian mereka mengembalikannya padaku.

Aku sangat bahagia saat itu.

Tapi beberapa hari kemudian aku di datangi petugas kepolisian.

Sebuah tuduhan di tudingkan padaku.

Dengan tuduhan perselingkuhan dan perzinahan, aku di penjarakan.

Terpaksa aku menitipkan anakku kepada panti asuhan di mana aku di besarkan dulu " kata April dengan wajah sendu dan sangat sedih.

" lalu laki laki itu ?! "

" entahlah...aku tak lagi bertemu dengannya sejak ia mengembalikan anakku bersama istri pertamanya waktu itu "

" ckk....menyedihkan sekali hidupmu....semoga saja laki laki itu mati agar tak lagi ada korban korban wanita bodoh sepertimu " kutuk Amara ikut jengkel mendengar cerita April itu.

April hanya diam.

" Amara..." panggil April tiba tiba sambil memegang kedua jemari Amara.

" ada apa ?! Kau membuatku kaget " omel Amara

" maukah kau membantuku ?! "

" memban..tu...mu...?! " cicit Amara tak paham kata kata April.

" iya..." jawab April.

" Membantu apa ?! Kau tidak lihat aku juga di penjara sama sepertimu ?!

memangnya apa yang bisa aku lakukan untukmu ?! "

April mengambil sebuah amplop berwarna coklat dari bawa bantalnya.

Kemudian ia mengeluarkan isi di dalamnya.

sebuah foto bayi berusia tiga atau empat bulanan,

April kemudian memberikannya kepada Amara berikut beberapa berkas berkas yang turut di keluarkan oleh April.

Sepertinya surat surat tentang kelahiran bayi itu.

" dia anakku..namanya Arista Zivilya " terang April.

Amara mengerutkan keningnya menatap foto yang kini telah berada di tangannya itu.

" lalu...kenapa kau tunjukkan ini padaku ?! " tanya Amara bingung.

bab 3 kepercayaan seorang kawan

April menatap sendu foto bayi mungil di tangannya.

Kemudian ia nampak mengusap foto itu.

" usianya masih tiga bulan saat aku terpaksa meninggalkan anakku itu.

satu tahun lebih sudah aku mendekam di penjara, dan sejak itu aku tak lagi bisa melihatnya.

Saat ini ia pasti sudah berusia satu tahun setengah " kata April dengan wajah sendu.

" Amara..." panggil April.

" ya..."

" kumohon...jika suatu hari nanti kau keluar dari penjara ini lebih dulu dariku.

Maukah kau mewakiliku menemui anakku ?!

Dia aku tinggalkan di sebuah rumah panti asuhan kecil di desa Trawas.

Namanya panti asuhan Kasih Ibu "

Amara menatap lekat dengan wajah chengo kepada sosok April di hadapannya.

Seumur hidupnya baru kali ini ada orang minta tolong dan seperti begitu berharap kepadanya. Tatapan mata April menyiratkan sebuah kepercayaan.

Amara sedikit tergugu. Ia yang selama ini di kenal jahat dan suka tak peduli dengan orang lain.

Kenapa ada orang yang mau berharap belas kasih dan pertolongannya.

Apa sekarang wajahnya telah berubah seperti orang baik dan penolong sejak di penjara ?!

Cicitnya di dalam hati.

" memangnya kau di hukum penjara berapa tahun ?! " tanya Amara kemudian.

" sepuluh tahun " jawab April.

" ha ha ha......" tawa Amara sontak menggelegar mendengar jawaban wanita di hadapannya itu.

April sontak menutup mulut Amara dengan telapak tangannya.

" apa kau sudah gila ?! Kenapa tertawa keras sekali ?!!! " hardik April sambil menatap ke arah teman teman satu selnya yang sudah tidur.

" kau yang gila....hukumanmu bahkan tidak ada setengah dari hukumanku tapi kau malah berpikir aku akan keluar lebih dulu ?!

Dengar April...kau tahu berapa tahun masa tahananku ?! tiga puluh lima tahun...." jawab Amara dengan tawa menyeringai di bibirnya.

" setelah aku menjadi nenek nenek baru aku bisa keluar dari penjara ini.

Kau masih mau minta tolong padaku ?! Yang benar saja kau...." kata Amara dengan masih tersenyum terkekeh kepada April di sisinya.

April menghela nafas,

" hukumanmu boleh lebih lama dariku, tapi takdir Tuhan siapa yang tahu..." jawab April yang sontak membuat Amara terdiam seketika.

Wanita itu diam diam menelan ludahnya sendiri, seketika Amara tenggelam dengan pemikirannya sendiri akan kata kata April tadi sebelum wanita itu pamit tidur lebih dulu.

Perbincangan dengan April telah berlalu sejak beberapa jam yang lalu.

Tapi Amara masih nampak tenggelam dengan pemikirannya akan ucapan wanita yang kini telah nampak terlelap di sisinya itu.

Adakah kemungkinan seperti itu...?! Cicitnya di dalam hati.

Perbincangannya dengan April membuat Amara tak bisa berhenti berpikir hingga ia semakin merasa kesulitan untuk memejamkan matanya. Memang sejak masuk ke dalam penjara, Amara kesulitan untuk tidur.

Ketika Amara larut dengan pemikiran akan kemungkinan adanya suatu keajaiban untuknya.

Sementara itu di tempat lain,

Seorang pria tampan dengan postur tubuh yang tinggi menjulang nampak menatap berkas berkas dan beberapa foto di hadapannya.

" tuan muda...tuan besar menghubungi anda dan menanyakan tentang keberadaan anda sejak tadi, begitu juga dengan tuan muda Michael " seorang pria berkata dengan sopan kepada sosok yang tinggi menjulang.

Sosok laki laki dengan postur tubuh tinggi menjulang itu adalah Mattew Qiang Shin Nix. Salah satu putra kembar pengusaha asal China bernama Qiang Shin Nix.

Pemilik kerajaan bisnis Nix Corporation.

Saat ini Mattew tengah berada di rumah besarnya yang ada di negara ini.

Tepatnya saat ini ia tengah berada di ruang kerjanya yang ada di rumah ini.

Siang tadi ia lebih dulu meninggalkan acara yang di adakan oleh sang ayah untuk menemui seseorang yang ia sewa untuk memata matai seseorang.

Seseorang yang ia anggap telah berani mengusik bahkan memperalat adik kesayangannnya.

Selain itu...

Mylea Cassandra Quang Shin Nix.

Selain itu,

Ia juga merasa memiliki urusan dan dendam pribadi yang belum tuntas terhadap seseorang itu sejak sembilan tahun yang lalu.

Seseorang itu adalah Amara Santya Raharja. Mattew begitu geram dan menyimpan dendam kepada wanita itu.

Keberanian Amara menjadikan adiknya sebagai umpan dan alat untuk mencelakai orang lain hingga tiada,

Benar benar membuatnya geram.

Amara menggunakan Mylea sebagai alat untuk terjadinya sebuah kecelakaan yang akhirnya menewaskan seorang Shelia Lyliana Hanung Sudibyo.

Istri seorang pebisnis muda Ryuga Sean Carter.

Pada akhirnya, Mylea menjadi sang tertuduh dan berakhir dengan di tahan kebebasannya oleh seorang Ryuga Carter.

Bahkan sang adik harus rela menjadi seorang ibu susu karena kecelakaan itu.

" jadi... hukumannya hanya 35 tahun dan denda 35 milyar rupiah saja ?! " Mattew tak menanggapi kata kata sang assistan tadi. Ia malah sibuk mengomentari hukuman seorang Amara Raharja.

" benar tuan...35 tahun dan denda 35 milyar rupiah " jawab Liong sang assistan pribadi Mattew Nix.

Tadi ia memang datang ke pengadilan, tapi ia tak tahu hasil dari putusan pengadilan karena ia datang setelah putusan pengadilan di bacakan.

Mattew masih menatap tajam ke arah foto Amara di masa lalu.

Tepatnya ketika wanita itu masih menjadi seorang mahasiswa di Jerman.

Perlahan ingatannya melayang pada kenangan bertahun tahun yang lalu.

Kenangan di mana dirinya untuk pertama kalinya bertemu dan melihat seorang Amara Santya Raharja.

Saat itu,

Ia sedang bersama kawan kawannya berada di salah satu koridor di kampusnya ketika tiba tiba seorang gadis dengan tubuh tinggi semampai dan rambutnya yang panjang lurus dan di cat agak kecoklatan ia biarkan tergerai tiba tiba datang dan berdiri tak jauh darinya sambil mengutak atik ponselnya.

Gadis itu di kemudian hari Mattew tahu bernama Amara Santya Raharja.

Wajah cantik Amara yang campuran China dan Jawa membuat wajah gadis itu nampak berbeda. Walau tak dapat di pungkiri wajah Amara terlihat begitu sombong dan angkuh.

" siapa dia ?! " tanya Mattew sedikit penasaran dengan sosok Amara yang menurutnya sangat berbeda.

Di mata Mattew, Amara seolah menyimpan segudang misteri yang mampu membuatnya ingin tahu.

Jika kebanyakan gadis gadis di kampus ini lebih cenderung banyak yang bule atau se ras dengan dengan dirinya.

Maka wajah Amara jauh berbeda dengan kebanyakan gadis gadis di kampus ini.

" Amara Santya Raharja " jawab salah seorang teman Mattew.

Dan ternyata jawaban teman Mattew itu terdengar juga oleh Amara.

Secara spontan Amara menoleh ke arah Mattew dan kawan kawannya.

Tak sengaja matanya bertemu dengan mata Mattew yang sejak tadi memang sudah mengawasinya.

Degh....

Tatapan itu begitu dalam dan seakan penuh arti.

Jantung Amara tiba tiba terasa mau copot, ia tak tahu menahu dan tak kenal siapa laki laki itu.

" Amara..." seorang pria membuat Amara memutus tautan matanya dengan Mattew.

" hei...lama sekali datangnya, aku sampai jamuran menunggumu..." kata Amara kepada seseorang yang baru saja datang itu

" Sorry girl....kelasku baru kelar " jawab laki laki itu.

" it's Ok...ayo..." ajak Amara pada laki laki itu dan kemudian keduanya segera berlalu dari tempat itu dengan di iringi oleh tatapan mata seseorang tanpa mereka sadari.

" siapa laki laki itu ?! " tanya Mattew lagi kepada kawan kawannya dengan tatapan mata yang masih terus mengikuti gerak langkah Amara dan laki laki tadi.

" Ricky Heriawan Sasmita, mahasiswa fakultas hukum " jawab Federik yang memang tahu siapa sosok Amara dan Ricky.

" mereka pacaran ?! " tanya Mattew.

" entahlah...tapi kurasa tidak, aku dengar Amara menyukai Carter "

" Carter....?! " cicit Matte.

Kali ini ia tahu nama itu meski ia tak kenal dengan orangnya.

Kembali ke masa kini,

Mattew menarik nafas panjang....ada satu ingatan lagi di kepalanya tentang Amara yang membuatnya menyeringai.

" Amara....kita bertemu lagi...." kata Mattew pelan dan nyaris tak terdengar.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!