NovelToon NovelToon

The Heaven

001

Tahun 2074, sebuah permainan baru diperkenalkan pada dunia. Menggunakan alat baru, visualisasi yang lebih nyata dan memiliki keunikan tersendiri. Sebuah permainan yang menggemparkan dunia pun muncul. Arcadia Online, sebuah permainan bertema Mmorpg pertama yang diperkenalkan pada dunia dengan menggunakan alat bantu Heaven (Virtual Reality).

Arcadia online mengusung tema abad pertengahan dan dunia di mana sihir dan pedang ada. Para pemainnya memiliki kebebasan tersendiri untuk memilih ingin menjadi apa dan bermain dengan cara bagaimana. Selain itu, yang membuat seluruh gamer dunia tertarik adalah fakta bahwa mata uang di dalam game itu bisa ditukar dengan uang dunia nyata.

Jelas hal itu menarik minat semua kalangan, terlebih lagi mereka yang ingin mendapatkan uang dengan cara bersenang-senang. Hanya butuh waktu 3 bulan untuk lebih dari 5 juta orang memainkannya. Dan hingga saat ini, Arcadia online masih menempati peringkat pertama sebagai game paling diminati di dunia.

11 Mei 2074

Bermandikan teriknya sinar mentari, seorang anak tengah memamerkan keahlian dalam bermain sulap. Beragam trik ia tunjukan di pinggiran jalan. Mata yang terpejam dengan setelan khas seorang pesulap—dia dengan ahli terus saja melainkan trik–tanpa ada seorang pun yang memerhatikan.

Hanya sedikit lagi, hanya butuh 100.000 ribu lagi saja, maka aku akan bisa membeli alat itu. Dan dengan begitu, aku tidak perlu lagi menjadi pengemis jalanan, batinya penuh harap.

Namun sayang, bahkan setelah matahari tenggelam, masih tak ada seorang pun yang memberikannya uang, walau hanya serupiah. Begitu topinya dilepas, rambut hitam sedikit merah di beberapa bagian, terurai. Rasa lapar ia tahan hanya dengan meminum air dari sebuah keran yang tersedia di taman.

Kemudian ia mendekati bangku taman, dan berbaring perlahan. Wajahnya semakin pucat karena merasakan rasa sakit pada bagian perut. Ketika ia hendak tidur di taman, seorang pria datang memberikannya sebuah roti dan sebotol minuman. Selain itu, pria itu juga meninggalkan 500.000 Ribu rupiah tepat di bawah botol minuman, dan pergi tanpa meninggalkan sebuah kata.

Astaroth, seorang anak yatim piatu. Ia tak memiliki keluarga, diusir dari panti tempatnya tinggal dan terbengkalai seorang diri di jalanan tanpa bakat yang mempuni. Dipaksa turun ke jalanan oleh beberapa preman, membuatnya harus pergi dari kampung halaman. Ia hanya tinggal di sebuah gubuk yang telah ditinggalkan. Bangunan yang sudah tak lagi layak dihuni oleh manusia.

Begitu terbangun dari tidurnya, ia terkejut ketika melihat sebungkus roti dan sebotol minuman yang mana di bawahnya terdapat uang. Dia menoleh kesana-kemari, tetapi tetap tidak mendapati seorang pun di sekitarnya. Mentari pun masih belum terbit, karena itu taman masih belum ada pengunjung.

Ia benar-benar gembira karena bisa membeli apa yang selama ini ia damba-dambakan. Usahanya sama sekali tak mengkhianati dirinya. Sebelum beranjak dari sana, Lucia membungkukkan badannya ke segala arah sebagai ucapan terima kasih dan rasa syukur.

Ia tanpa ragu langsung pergi ke toko permainan yang menyediakan alat Heaven untuk bermain Arcadia Online. Namun, alih-alih mampu membeli apa yang ia inginkan, Astaroth malah dihina oleh penjualnya dan diusir dari sana. Ia semakin bingung dan tak tahu arah, bahkan hanya bisa terduduk sayu di depan toko permainan itu.

"Hei, apa kau ingin membeli konsol game untuk bermain Arcadia Online?" tanya seseorang yang ke luar dari dalam toko tersebut.

002

Seseorang mendatangi dan lekas bertanya kepada Astaroth. Ia pun hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya, karena dia sendiri tak tahu harus menjawab apa. "Hanya konsol game, kan? Tunggu sebentar," ujarnya kembali masuk ke dalam toko itu.

Beberapa saat kemudian, dia ke luar tanpa membawa apa pun dengan raut wajah penuh kebingungan. "Ngomong-ngomong, kau tinggal di mana?" tanyanya.

"Eh?"

"Jangan hanya eh doang. Aku bertanya kamu tinggal di mana?" tanyanya lagi.

"Aku tidak punya tempat tinggal. Jika kusebut sebagai rumahku, itu bukan milikku. Benar juga, aku tidak memiliki tempat tinggal," balas Astaroth. "Terima kasih atas bantuannya," imbuhnya lekas pergi.

Apa-apaan bocah ini? Apa dia benar-benar tidak memiliki tempat tinggal? Dilihat dari penampilannya sih ... mungkin saja? Apa dia anak dari panti atau anak orang kaya yang kabur dari rumah? Tapi kalau dipikir-pikir lagi, kayaknya mustahil deh kalau anak orang kaya yang lari dari rumahnya, batin Salivan.

"Haa ... kau ini. Namaku Salivan. Aku punya saran untukmu. Daripada harus membeli alat ini, lebih baik untuk sementara kau mencari tempat tinggal dan bermain di tempatku saja. Kebetulan aku menjalankan bisnis sampingan," ujarnya.

Astaroth hanya memiringkan kepalanya karena tidak mengerti dengan perkataan Salivan. "Apa maksudmu?" tanya Astaroth.

Eh? Serius ni? batin Salivan.

"Seben–lupakan. Ikut denganku," ajak Salivan.

Jelas Astaroth enggan, karena ia tak tahu orang seperti apa Salivan itu. Selain itu, ini kali pertama mereka bertemu. Tentu saja Astaroth tidak akan percaya begitu saja, terlebih setelah apa yang ia lalui selama ini. "Terima kasih atas sarannya," ujar Astaroth pergi dari sana. "Ini alamatku. Kamu bisa mengantarkannya ke sana, dan ini uangnya. Terima kasih," imbuhnya kembali membungkukkan kepala.

Astaroth memberikan semua uangnya kepada Salivan, karena ia tidak punya pilihan selain percaya. "Kau bisa pulang duluan, aku akan mengantarkannya secepat yang kubisa," kata Salivan sembari tersenyum.

Jelas Astaroth tidak langsung pergi seperti yang dipinta oleh Salivan. Ia terus memperhatikan dari kejauhan, hendak memastikan kebenaran. Namun, ketika barang telah diletakkan di atas mobil, Astaroth sudah tak memiliki pilihan lain selain pulang, karena mustahil baginya untuk mengejar mereka.

Ketika kembali ke gubuknya, Salivan telah berdiri di depan pintu rumahnya. Sungguh sebuah tempat tinggal yang benar-benar tak layak untuk dihuni. Di mana-mana ada sampah berserakan, bau tak sedap bahkan tikus dan kecoa dapat ditemukan di mana pun.

"Yo!" sapa Salivan ketika melihat Astaroth dari kejauhan.

Anak ini ... apa dia benar-benar tinggal di tempat seperti ini? Selain itu ... apakah ini bisa disebut sebagai rumah? pikirnya dipenuhi tanya.

Rumah yang begitu tua, bahkan terdapat begitu banyak lubang di mana-mana. "Apa kau benar-benar tinggal di sini?" tanya Salivan.

Astaroth hanya mengangguk.

Gila! Aku tak mengira jika anak ini ... dia adalah orang yang begitu ....

"Hei, Astaroth. Aku tahu kalau ini pertama kalinya kita bertemu. Tapi ... apa kau berminat untuk tinggal di tempatku?" tanya Salivan karena tak tega.

"Aku tak butuh belas kasihanmu!" jelas Astaroth.

"Hmm ... bagaimana kalau begini? Aku akan membiarkanmu tinggal di tempatku, tetapi kamu harus membayar uang sewa perbulan. Untuk bulan pertama ... kau bisa membayarnya di akhir bulan dan bahkan boleh melakukan pembayaran bertahap. Bagaimana?"

"Tidak, terima kasih!" tegas Astaroth menolaknya dengan tegas.

003

Lagi dan lagi Astaroth menolak tawaran yang diberikan oleh Salivan. “Aku sungguh berterima kasih atas niat baikmu, tetapi aku sudah merasa lebih dari cukup nyaman untuk tinggal di sini. Walau begini, di sini masih ada listrik. Dan tempatnya juga sepi, cukup pas untukku,” kata Astaroth.

Aku benar-benar tidak bisa mengerti dengan apa yang ada di dalam kepala bocah ini? Tapi ... haa ... sudahlah, dipaksa pun juga percuma, pikir Salivan.

“Jika kau berubah pikiran, kau tahu kan harus mencariku di mana?”

Astaroth hanya diam, dan dengan bantuan Salivan serta temannya, dia lekas memasukkan konsol game ke dalam rumahnya. Begitu berada di dalam, dia langsung membukanya. Astaroth sama sekali tidak menyangka jika konsol game berbentuk sebuah kapsul, bahkan dengan bahan yang begitu lembut serta nyaman.

Tepat setelah kepergian Salivan, dia langsung mencoba untuk memainkan Arcadia Online. Untuk sejenak pandangannya menggelap, sebelum sebuah suara terdengar di kepalanya.

Memulai proses penyesuaian dan identifikasi Player. Selesai!

Memulai pembentukan karakter. Selesai!

Silakan pilih nama Player?

(Sins)

Silakan pilih Ras Player.

(Manusia/Elf/Dwarf/Beasman)

Pemilihan selesai. Memilih Ras Manusia.

Memulai penyesuaian karakter. Selesai.

Player Sins akan dikirim ke kota pemula dalam 10 detik.

Semoga harimu menyenangkan.

Begitu dia membuka mata, Sins telah berada di dunia baru yang sangat berbeda dengan dunia nyata. Begitu ramai dan banyak orang yang lalu-lalang memenuhi jalanan. Di pundak mereka membawa beragam jenis senjata dengan penampilan indah dan ciri khas tersendiri. Matanya bulat membesar, takjub akan keindahan dunia itu.

“Status Windows!” kata Sins.

Status Windows :

Nama : Sins

Ras : Manusia

Health: 10/10

Mana : 5/5

Attack Power : 10

Magic Power : 10

Attack Speed : 2

Casting Speed : 2

Movent Speed : 2

Critical : 1

Physical Defense : 5

Magic Defense : 5

Physical Penetration : 0

Magic Penetration : 0

Keberuntungan : 1%

Kebal debuff : 0

Core : 100

Senjata : Tidak ada

Keterampilan : Tidak ada

Strength : +1

Agility : +1

Intelegensi : +1

Vitalitas : +1

Dexterity : +1

Lucky : +1

Sisa poin status 10.

“Hmm ....” Astaroth terus menatap layar status miliknya, karena kebingungan akan beberapa hal. “Physical penetration , Magic Penetration, Core? Apa maksudnya dengan ketiga ini? Apakah core itu maksudnya mata uang? Lalu ... haa, terserahlah,” ujar Astaroth.

Dengan penuh semangat dia terus berkeliling untuk memanjakan mata. Seseorang terus memperhatikannya dari kejauhan, entah apa maksud dan tujuannya. Semua tampak baik-baik saja awalnya, sebelum beberapa pemain datang menghampirinya.

"Apakah kamu pemain baru?" tanya salah satu dari mereka.

"Iya, lalu?" balas Astaroth.

"Jika kamu mau, kami bisa membantumu meningkatkan level dengan bayaran hanya 100 core per jam," kata mereka menawarkan sebuah bantuan.

Astaroth yang sadar akan sikap mereka yang begitu aneh, sama sekali tidak memedulikan mereka. Ia dengan senyum ramah menolaknya. Namun, tentu saja mereka tidak membiarkannya begitu saja. Mereka menarik paksa Astaroth untuk pergi ke suatu tempat.

Di saat yang bersamaan, seseorang langsung menerjang tubuh mereka hingga terpental cukup jauh. "Berhentilah mengganggunya, kalian para badji*an sialan!" tegas seseorang itu.

Para pemain itu lekas kabur tak lama setelah datang seseorang yang membantu Astaroth. "Jika saja tidak ada larangan membunuh, tidak! Seandainya saja bisa membunuh mereka di zona aman, sudah pasti kuratakan badji*an sialan itu!" tegasnya jengkel.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!