NovelToon NovelToon

Mendadak Menikah

01

Ia menatap dirinya di pantulan cermin. Cantik dan anggun. Dua kata yang hampir sempurna mengenai dirinya saat ini yang masih berbalut kebaya modern hasil rancangan seorang designer ternama di negri ini.

Secantik dan sesempurna apapun kata orang mengenai dirinya hari ini, tak membuat mood nya membaik. Baru saja beberapa jam ia resmi menjadi seorang istri dari tuan muda yang sangat di segani oleh setiap orang. Tak membuat dirinya bangga atau mungkin bahagia.

Pernikahan yang terjadi sangat mendadak buatnya. Apalagi saat ini dirinya baru saja naik ke kelas XII di sebuah SMA tempat nya mencari ilmu.

Kejadian beberapa minggu lalu ketika ia tak sengaja menolong seorang kakek yang tengah mengalami serangan jantung mendadak di dekat panti asuhan tempatnya tinggal. Karena merasa iba ia membawa kakek itu kerumah sakit dengan cepat, sehingga kini kakek tersebut keadaannya sudah kembali setabil.

Sebagai rasa terimakasih nya, kakek tersebut memintanya untuk menikah dengan cucu nya. Awalnya ia menolak namun kakek tersebut menjanjikan akan membantu biaya adik adik pantinya dan ia akan menyekolahkan dirinya setinggi tingginya.

Ia pun terpaksa menyetujui pernikahan yang tidak di dasari cinta tersebut. Gadis itu menghembuskan napas berat. Akan seperti apa rumah tangganya nanti, ia dan suaminya tidak saling mengenal sama sekali.

Bahkan kini setelah ijab qhabul tadi pagi di rumah sakit di depan kakek. Suaminya itu hanya mengantarkan dirinya pulang kerumahnya dan pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Ashallina Cerry, gadis yang sering di panggil Cerry tersebut. Besar di sebuah panti. Menurut orang panti yang mengurusnya orang tuanya telah meninggal sehingga dirinya harus terdampar di tempat itu.

~

Pemuda tampan, gagah dan mapan tersebut. Kini tengah duduk di sofa yang terdapat di sebuah kafe milik sahabatnya, beberapa gelas kosong berjajar di depannya.

Pikiran nya kalut. Bagaimana ia menghadapi gadis yang kini telah menjadi istrinya itu. Sejak kakek memintanya menikah dengan gadis yang tidak jelas asal usulnya, menurutnya?

Ia yang tidak bisa menolak permintaan sang kakek hanya bisa pasrah, mau tidak mau ia menerima gadis kecil itu menjadi istrinya. Walau hatinya menolak.

Umurnya yang sudah menginjak 27 tahun namun tak satu pun perempuan yang memikat hatinya. Ia hanya fokus mengurus bisnis keluarga nya. Karena hanya dirinya satu satunya yang memikul tanggung jawab perusahaan. Sang adik yang sudah menikah pun tak mau ikut campur dalam mengelola bisnis tersebut, sedangkan adik iparnya pun memiliki bisnis sendiri.

Sejak ijab qhabul tadi, ia langsung meninggalkan gadis itu di rumahnya. Ia masih enggan untuk berduaan bersama gadis itu. Bagaimana mengahadapi gadis aja ia tak lupa apa lagi untuk berdua duaan, bermesraan layaknya pasangan suami istri lainnya.

Terakhir ia berpacaran ketika SMA dan itu sudah sepuluh tahun yang lalu, sampai kini ia masih tidak terpikirkan untuk berpacaran kembali apalagi kini ia menikah.

Darrel Arka Prasetya. Nama yang sempurna sesuai dengan kepribadiaan orangnya. Namun tidak dengan kehidupan percintaannya.

Kini jalan hidup dan kisah percintaanya baru saja di mulai. Bagaimana ia akan menjalani rumah tangga tanpa cinta ini? Apa ia bisa menerima gadis itu sepenuhnya sesuai keinginan keluarganya terutama kakeknya?

Siall, ia terus merutuki nasibnya. Padahal dulu dia bermimpi bisa menikah dengan gadis yang ia cintai bukan dengan orang yang sama sekali tidak ia kenal, di tambah gadis itu masih bocah. Ah.. Ia bukan pedofil!!!

02

Darrel kembali ke rumahnya hampir tengah malam. Keadaan rumah sudah sepi, semua lampu sudah padam. Tinggal sebuah lampu kecil di samping tempat tidurnya.

Ia menghembuskan napas berat saat melihat gadis yang tadi siang ia nikahi, tengah tertidur membelakanginya. Ia mengerutkan keningnya saat melihat gadis itu masih memakai kebaya bekas tadi akad.

Ia menghampirinya dengan hati hati, karena tak mau membuat tidur gadis yang baru beberapa jam lalu ia nikahi itu terbangun dari tidurnya.

"Kenapa dia gak ganti baju? " katanya heran. Ia berkacak pinggang menatap sebentar gadis itu, kemudian ia berlalu ke kamar mandi.

Hampir setengah jam ia membersihkan badannya di kamar mandi. Ia keluar dari kamar mandi dengan pakaian casual dan wajah lebih segar.

"Hei! Bangun!! " Darrel perlahan membangunkan gadis itu.

Merasa ada yang mengusik tidurnya gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia melihat wajah Darrel sangat dekat dengan wajahnya. Ia membulatkan matanya dan sepontan mendorong Darrel hingga jatuh terjerembab ke belakang.

Darrel tak kalah terkejut akan respon agresif dari Cerry. Ia tersenyum sinis, merutuki kesialannya yang datang bertubi tubi hari ini.

Cerry, gadis itu beringsut mundur. Merapatkan dirinya pada kepala ranjang. Wajahnya terlihat ketakutan. Kedua tangannya menyilang memeluk tubuhnya sendiri.

"Om mau ngapain? " Matanya mulai berkaca kaca.

Darrel mendengus dengan keras, ia bangkit dengan cepat menghampiri gadis itu.

"Kamu fikir aku mau ngapain hah!! " Bentak nya.

"Ta-tadi Om, ma-mau apa?? " Air mata Cerry mulai menetes ia sangat ketakutan di tambah melihat wajah marah Darrel.

"Buka baju kamu! " Darrel menarik sedikit baju yang di kenakan Cerry.

"Hah.. " Cerry semakin ketakutan, ia menggeleng beberapa kali. Tangannya memegang erat bantal yang ia dekap.

"Heh otak mesum, " Darrel menyentil kening Cerry "buka baju kamu dan ganti sana! Emang gak gerah apa tidur pake kebaya kayak gitu?? "

Air mata Cerry mendadak berhenti. Matanya kicep seketika mendengar perkataan Darrel barusan. Sesaat ia masih diam mencerna ucapan laki laki itu. Tiba tiba wajahnya terasa panas, ia sangat malu karena sudah mikir terlalu jauh.

"Kenapa masih diam? Apa mau aku yang gantiin? Kamu menginginkan malam pertama kita sama seperti malam pertama pengantin normal di luar sana, hah? " Darrel menatap jail gadis itu. Cerry menggeleng dengan cepat ia turun dari tempat tidur, melesat masuk ke kamar mandi.

Darrel menggeleng dengan sebelah bibir terangkat "dasar bocah. "

Setelah gadis itu masuk ke dalam kamar mandi ia mengambil bantal dan selimut yang ada di lemari, kemudian ia meletakan di sofa. Mulai malam ini ia akan tidur di sana. Walau gadis itu sudah menjadi istrinya namun ia masih belum bisa jika harus berbagi tempat tidur dengannya.

Hampir setengah jam gadis itu di kamar mandi, namun tak menunjukan tanda tanda ia keluar. Darrel yang sudah berbaring di sofa pun terpaksa kembali berdiri dan menghampiri pintu kamar mandi.

"Hei bocah! Kamu masih hidup kan?? " Darrel mengetuk pintu dengan keras beberapa kali.

Ia takut jika terjadi sesuatu dengan gadis itu, bagaimana ia menjelaskan pada keluarganya nanti. Di tambah mereka baru beberapa jam menikah, masa dirinya harus menjadi duda tapi masih perjaka. Kan tidak lucu.

Ceklek

Tidak berapa lama gadis itu keluar masih dengan pakaian yang tadi. Membuat kening Darrel semakin mengerut bingung.

"Kenapa belum ganti baju? " Ia menatap lekat wajah Cerry yang tengah menunduk.

"I-itu a-anu.. " Cerry meremas ujung kebayanya, wajahnya menunduk dalam.

"Muter! " Perintah Darrel, sepertinya ia mengerti apa yang ada di fikiran Cerry.

"Hah!! " Cerry mengangkat wajahnya menatap manik hitam milik Darrel.

"Jangan mikir ke jauhan, " Darrel memutar paksa tubuh itu membelakanginya "kalo gak bisa buka sendiri, minta tolong kan bisa! " Tangannya membuka satu persatu kancing kebaya putih yang membalut tubuh mungil Cerry.

Cerry bergeming, ia membiarkan Darrel membantunya karena memang ia sangat kesusahan membuka baju itu dari tadi. Tepat di kancing yang terletak di pinggang Cerry, Darrel menghentikan tangannya. Matanya tak lepas menatap punggung putih dan mulus gadis di hadapannya. Dengan susah payah ia menelan salivanya.

Merasa Darrel berhenti, Cerry segera merapatkan baju bagian depannya.

"Udah Om, aku bisa sendiri. Makasih! " Cerry berlalu masuk kembali ke kamar mandi, meninggalkan Darrel yang masih mematung di tempatnya, sebelum sesuatu yang tidak di inginkan terjadi ia lebih memilih pergi dari sana.

Darrel tak menjawab ia membiarkan gadis itu meninggalkan dirinya yang tengah susah payah mengatur rasa aneh yang tiba tiba menghinggapi dirinya.Darrel berbalik melangkah kembali ke sofa, ia menggeleng pelan mengusir fikirkan kotor di otaknya.

"Om! " belum juga ia menormalkan kembali hawa panas dalam dirinya, gadis itu kembali membuka pintu, namun ia hanya memunculkan kepala nya saja.

"Kenapa? " Ia mengangkat wajahnya.

"Baju aku masih di panti semua, " jawab Cerry terdengar ragu, ia dangat malu saat ini.

Dari mulai tadi ia berfikiran yang tidak tidak pada Darrel sampai laki laki itu mau membantunya membukakan kancing kebayanya, di tambah sekarang ia tidak mempunyai baju ganti.

"Tunggu!! " Darrel beranjak masuk ke dalam walk in closet. Ia mengambil kemeja putih miliknya karena memang ia tidak memiliki baju yang pas untuk gadis itu.

"Pake ini, besok aku beliin!! " Ia memberikan baju itu pada Cerry.

Darrel kembali ke sofa, ia mengambil ponsel dan mengirimkan pesan pada asistennya agar besok pagi membeli banyak baju untuk istri kecil nya itu. Tidak berapa lama gadis itu keluar, dengan kemeja putih yang kebesaran, rambut yang sudah ia ikat asal dan bertelanjang kaki.

"Om, " Darrel mengangkat wajahnya, ia baru menyadari gadis itu sudah berdiri tepat di hadapannya "kenapa Om tidur di sini? "

Glekk

Darrel menatap gadis itu dari atas sampai bawah, dengan susah payah ia menelan salivanya. Napasnya mulai memburu, jantungnya pun berdegup dengan cepat.

"Om, " Cerry membungkuk, ia melambaikan tangannya di depan wajah Darrel.

"Hah, ke-kenapa? " ia memalingkan wajahnya, menghindari kontak langsung dengan gadis itu.

"Kenapa Om tidur di sini? Biar Cerry aja yang tidur di sini! " Cerry bersiap duduk di samping Darrel.

"Mau ngapain kamu? Sana kembali ke tempat tidur!! Lagian masa iya aku ngebiarin cewek tidur di sofa. "

"Bener nih, Om gak papa tidur di sofa? " Cerry kembali mendekat kan wajahnya.

"Iyaaaa.. Sana balik tidur!! " Darrel mendorong pelan tubuh mungil Cerry.

"Ya udah, Cerry tidur ya. Selamat malam Om! " Cerry melangkah kembali ke tempat tidur.

"Hm, " jawab Darrel asal, ia masih kesusahan mengendalikan hawa aneh itu.

"Baru malam pertama aja gue udah kesiksa kayak gini, gimana bisa gue bertahan dalam waktu yang lama dengan gadis itu. Arrggghhhhhh.. "

.

.

.

03

"Bocah! "

Waktu sudah lewat tengah malam. Tapi Darrel sama sekali tak bisa memejamkan matanya. Berulang kali ia menutup matanya, namun tidak berapa lama kembali terbuka.

"Bocah!! "

Ia menambah volume suaranya, karena gadis itu tak kunjung menjawab.

"Woi, kamu udah tidur? "

"Apa sih Om, aku ngantuk. Besok harus sekolah. " Cerry beringsut duduk, dengan mata sedikit terpejam.

"Sini ada yang mau aku bicarain, " ia menepuk sofa di sebelahnya.

"Gak bisa besok aja apa? " Cerry berulang kali menguap, pertanda ia sangat mengantuk.

"Aku gak bisa tidur, sini dulu. Kita bicara!! "

Dengan langkah gontai Cerry melangkah menghampiri Darrel di sofa. Ia menjatuhkan tubuhnya tepat di samping pemuda tersebut. Ia menyilang kakinya membuat sebagian kakinya terekspose.

"Tutup kaki kamu!! " Darrel melempar selimutnya tepat di wajah gadis itu. Cerry mendengus tapi tetap menurut.

"Mau bicara apa sih Om, "

"Pertama jangan panggil aku Om. Aku belum setua itu. "

"Terus harus panggil apa dong? " Cerry melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ya apa kek, mas, abang atau kakak gitu. "

"Abang atau kakak, ih gak cocok. " Cerry bergidig membuat Darrel menatapnya tajam "iya deh aku panggil mas, mas, mas.. "

"Lebay. " Darrel menyentil kening Cerry. Gadis itu cemberut dengan sebelah tangan mengusap keninggnya.

"Mau bicara apa sih mas, udah jam 2 pagi loh ini. " Cerry melirik malas pemuda di samping nya.

"Nama kamu siapa? " Cerry menatap tidak percaya pemuda itu. Bukankah tadi siang dia mengucapkan ijab qhabul atas nama dirinya? Kenapa sekarang ia malah bertanya siapa namanya? Wah bener nih udah pikun??

"Kenapa lihat aku segitunya, aku tau aku tampan tapi gak usah ampe begitu juga kali lihatin aku!! " Cerry memutar bola matanya malas.

Cerry meletakan punggung tangannya di kening Darrel.

"Apaan sih? " Darrel menepis tangan gadis itu dari keningnnya.

"Om sehat kan? "

"Sehat lah! Kamu fikir aku sakit? "

"Ya kali aja, soalnya baru aja tadi siang Om ngucap ijab qhabul atas nama aku kenapa sekarang malah nanya siapa nama aku. Om pikun ya?? " Cerry mendekatkan wajahnya.

"Apaan sih bocah, aku gak pikun aku cuma lupa aja. " Darrel mendorong pelan wajah Cerry dari hadapannya.

"Sama aja kali Om, "

"Ck, sekali lagi panggil aku Om. Awas kamu!! " Cerry mencebikkan bibirnya, mendengar ancaman laki laki yang kini sudah menjabat sebagai suaminya itu.

"Iya iya masss.. " pada akhirnya ia pun mengalah.

"Ulang, kita kenalan lagi. Di mulai siapa nama kamu?"

"Aku Cerry O- eh mas,, " jawab Cerry dengan malas.

"Nama panjang? Males aku manggil nama itu. "

"Hah kenapa, nama aku lucu loh? "

"Ya pokonya aku gak suka. "

"Ashallina cerry. "

"Oke Asha ah Lina, ah ribet nama kamu. "

"Ih terserah mas aja mau manggilnya apa? "

"Oke Asha, apa kamu bahagia dengan pernikahan ini? "

"Bahagia? Ya enggak lah! Gimana bisa bahagia di saat aku masih sekolah dan tiba tiba harus nikah dengan Om-Om pula. "

"Bocah reseee, " Darrel menggeram "sudah ku bilang aku bukan Om-Om!! "

"Hehe.. Iya deh, mas Darrel yang tampan. "

"Gini ya, karena kita sama sama tidak bahagia atas pernikahan ini, gimana kalo kita bikin perjanjian aja?"

"Perjanjian? " Darrel mengangguk.

"Setahun pernikahan kita cerai, aku bakal tetap penuhi semua janji kakek, untuk membiayai sekolah kamu dan adik adik panti. Gimana? "

"Deal!! " Tanpa berpikir dua kali Cerry langsung setuju.

"Satu lagi, kita gak boleh ada yang ikut campur urusan pribadi masing masing. Tapi kalo di depan keluarga, kamu bisa kan akting, biar mereka gak curiga. "

"Oke, siapp. Berarti mulai sekarang mas jangan tidur di sini dong. "

"Gak bisa lah, di rumah ini banyak pelayan. Entar mereka ngadu lagi ke keluarga aku. "

"Ck. Ya udah terserah mas aja deh, aku mau lanjut tidur. "

Setelah percakapan itu, Cerry beranjak kembali ke tempat tidur. Karena waktu sudah menjelang pagi dan ia sudah sangat mengantuk.

~

"Bocah resee, "

Tok Tok Tok

"Buruan aku udah terlambat nih!! "

Darrel tak henti mengetuk pintu kamar mandi, karena sudah lebih dari setengah jam gadis itu tak kunjung keluar. Padahal waktu sudah semakin beranjak siang.

Ceklek

"Awas-awas.. " Darrel mendorong Cerry supaya tidak menghalangi jalannya. Kemudian ia masuk ke dalam kamar mandi dengan gerakan kilat.

Tok Tok

"Mas, seragam sekolah aku mana? " Pekik Cerry karena ia tidak mendapatkan seragamnya diantara baju baju yang tadi subuh di antar asisten Darrel.

"Hari ini kamu libur dulu!! " Sahut Darrel dengan suara tinggi dari dalam kamar mandi.

"Gak bisa mas, aku harus sekolah. "

Tidak ada sahutan kembali dari dalam kamar mandi. Hanya suara air yang terdengar sampai ke luar. Membuat Cerry bedecak kesal.

"Sha.. Tolong siapin baju kerja aku donk, " Darrel keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang melilit area bagian bawahnya.

"Kyaaaaa.. Mas, kenapa kamu telanjang sih? " gadis itu menutupi wajah dengan kedua tangannya.

"Ck, kamu harus terbiasa dengan pemandangan ini. Karena sekarang kita sudah suami istri. Mana baju aku? " Dengan santainya pemuda itu duduk di samping Cerry yang tengah duduk di pinggir tempat tidur.

"Itu di sofa." Cerry menunjuk sofa dengan mata masih terpejam.

Darrel bangkit dari tempat duduknya, ia mengambil baju kemudian kembali masuk ke kamar mandi.

"Selamat, " Cerry menghembuskan napas pelan. Berulang kali ia mengusap dadanya.

"Sha, hari ini kita jenguk kakek ke rumah sakit. Baru nanti kita beli baju sekolah buat kamu? " Ucap Darrel sambil merapihkan dasinya di depan cermin. Ia melirik sekilas gadis yang tengah sibuk dengan ponselnya.

"Gak usah beli lah mas, seragam aku masih pada bagus kok, kita tinggal ambil aja ke sana? " Pandangannya masih fokus pada benda persegi panjang di tangannya.

"Serah kamu deh. Nanti siang aku jemput kamu!! " gadis itu diam. Ia hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Heh, bocah rese.. " Darrel mengambil ponsel di tangan Cerry "apaan ini, kamu lagi chating-an sama cowok. " Matanya menatap tajam ponsel ditangannya, kemudian tatapannya beralih pada gadis di sampingnya.

"Itu temen aku mas, ih siniin ponselnya. Aku cuma titip absen doang sama dia. " Cerry berdiri hendak menjangkau ponsel di tangan Darrel, namun dengan sengaja meninggikan tangannya membuat gadis mungil yang tingginya setara dengan bahunya itu kesusahan mengambil benda pipih tersebut.

"Bener cuma temen, " mata Darrel menyipit. Cerry mengangguk.

"Awas kalo bohong. " Darrel mengembalikan ponsel itu pada pemiliknya "Aku cium kamu. "

Cerry mengerjapkan matanya beberapa kali mendengar ucapan Darrel barusan. Ia bergeming melihat punggung laki laki yang telah menghilang di balik pintu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!