NovelToon NovelToon

Bukan Lagi Gadis Lemah

Bab 1. Shanum yang Malang

Plakk

Brukk

Seorang wanita muda terjatuh, dia tersungkur ke lantai marmer yang dingin. Dengan kedua tangan merah seperti terbakar. Dan dengan wajah yang babak belur.

"Dasar tidak berguna! aku menyuruhmu memasak air. Kenapa lama sekali?"

Seorang wanita berambut panjang keriting tampak menendang wanita yang jatuh itu.

Wanita muda di yang sudah tergelak di lantai itu sudah terisak. Dia sangat kesakitan.

"Ampun kak, sakit. Aku mohon maafkan aku"

"Dia sepertinya sudah tidak berguna lagi! lagipula dia sudah tanda tangan surat itu kan? semua peninggalan ibunya akan jadi milik kita. Kalau begitu kita singkirkan saja dia!"

Shanum membelalakkan matanya. Wanita muda itu sangat ketakutan.

Kepalanya terus menggeleng, meminta ampun pada kedua kakak tirinya yang punya niat menyingkirkannya itu.

"Tolong jangan lakukan itu, aku sudah menjadi pelayan kalian. Aku menuruti apapun yang kalian katakan. Jangan bunuh aku..."

Shanum memang sudah sangat menderita selama ini. Usianya baru 23 tahun, tapi dia sudah 5 tahun ini mendapatkan penyiksaan yang sangat kejam dari kedua kakak tirinya itu. Ayahnya juga tahu, tapi memilih menutup mata. Karena memang ibunya Shanum, bukanlah wanita yang ayahnya cintai dengan tulus. Kasih sayang ayahnya itu, meski ayah kandung, sepertinya juga tidak terlalu besar pada Shanum. Tidak seperti pada Dion, dan Diana. Anak kandung Ricky dengan Yuyun istrinya saat ini.

Namun, meski Shanum sudah memohon. Dion tampaknya tidak perduli. Pria itu menyerat satu tangan Shanum menuju ke arah pintu.

Diana bahkan tertawa begitu keras melihat Shanum tersiksa dan menangis serta meminta tolong di lepaskan. Tangannya sakit, rasanya seperti mau putus.

Tangannya itu ditarik dengan sangat kuat, bahkan tangan satunya lagi ingin mencoba melepaskan tapi tetap saja tidak bisa. Jadinya malah membuat tubuh Shanum melintir kesakitan.

Bahkan ketika akan menuruni anak tangga. Dion tidak melepaskan Shanum. Para pelayan yang melihat bagaimana Shanum berteriak kesakitan, hanya bisa menahan tangis. Mereka ingin membantu, tapi mereka juga tidak berdaya.

Anak buah Dion sudah menunggu di dekat mobilnya. Bahkan saat tubuh Shanum yang lemah itu terjatuh di bebatuan atas rumah. Dion sama sekali tidak berhenti menarik Shanum.

Jejak berwarna merah terlihat jelas di lantai marmer dengan warna putih gading itu. Bahkan rerumputan yang hijau di jalan menuju ke dekat teras juga penuh dengan bercak merah yang terlihat masih segar.

"Sakit kak, tolong lepaskan. Sakit..."

Rintihan dan permintaan Shanum yang sangat merasa kesakitan di seluruh tubuhnya itu sama sekali tidak di dengar oleh Dion.

Brukk

Hingga saat mereka tiba di dekat mobil. Dion baru melepaskan tangan Shanum.

"Kamu ikut tidak?" tanya Dion pada Diana.

Adik kandung Dion yang hanya berbeda satu tahun dengan Shanum itu mengangguk dengan cepat.

"Tentu saja, siapa yang akan melewatkan pemandangan menarik. Saat dia tenggelam di danau"

Mata Shanum sudah tak sanggup lagi melebar. Meski dia masih bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh Diana. Dan dia sangat terkejut akan hal itu. Tapi dia sungguh tidak dapat melakukan apapun. Dia benar-benar tidak sanggup melakukan apapun. Dia sudah tidak berdaya.

"Masukkan dalam bagasi!" kata Dion pada anak buahnya.

Sungguh tidak punya hati. Bukan memasukkan Shanum di tempat duduk bagian penumpang belakang mobil itu. Dion memasukkan Shanum di dalam bagasi. Sungguh manusia yang sangat kejam.

Shanum hanya bisa menangis. Saat tubuhnya di masukkan paksa, bukan seperti memperlakukan manusia. Tapi seperti sebuah barang yang jika tidak bisa masuk, ditekan dan didorong dengan paksa.

Rasa sakit di sekujur tubuhnya, membuat Shanum terus menangis. Dia benar-benar menyesali semuanya. Semua yang terjadi.

Setelah ibunya meninggal, dia setuju ayahnya menikah lagi. Karena memang dia ingin mendapatkan kasih sayang dari sebuah keluarga.

Awal-awal masuk ke dalam rumah ibunya itu. Yuyun dan kedua anaknya juga bersikap sangat baik. Katanya masih saudara jauh dari sang ayah. Tidak disangka, ternyata wanita itu adalah wanita simpanan ayahnya, bahkan dua anak itu juga anak kandung ayah Shanum dengan wanita itu. Setelah pernikahan itu terjadi. Sikap ketiga orang itu berubah pada Shanum. Bahkan ketika Shanum mencoba mengadukan sikap berbeda dan cenderung kasar dari ibu tiri dan kedua kakak tirinya itu pada ayahnya. Ayahnya Shanum malah marah pada Shanum.

Ayahnya kerap mengatakan Shanum terlalu manja. Tidak bisa di ajak bercanda. Tidak baik pada saudara. Selalu Shanum yang disalahkan. Apalagi kedua kakak tirinya itu juga pandai sekali berakting. Bahkan di mata semua orang di luar. Baik itu di sekolah, atau di kampus. Shanum memang yang suka cari masalah, karena terlalu manja. Dan tidak mau kalah pamor dengan Diana.

Shanum berusaha mengalah selama ini. Dia berusaha untuk lebih sabar. Lebih pengertian pada Diana dan Dion. Tapi pada akhirnya, mereka juga menginjak-injaknya. Dan sekarang, setelah memaksa menyerahkan semua aset warisan ibunya Shanum pada ayahnya. Kedua orang kakak tirinya itu ingin menyingkirkannya.

Tangis penyesalan semakin membuat sekujur tubuh Shanum terluka. Membuatnya semakin lemah dan lemah setiap detiknya.

Hingga kepala terbentur salah satu dinding bagasi mobil. Mobil itu sudah berhenti.

Pintu bagasi itu terbuka. Tapi meskipun gelap di sekitarnya berubah menjadi terang. Itu adalah awal kegelapan lain bagi Shanum.

"Keluar!" kata salah satu anak buah Dion.

Pria berusia 25 tahun itu sudah berada di dekat mobil. Menunggu anak buahnya mengeluarkan Shanum dari bagasi dengan sebuah tongkat golf di tangannya.

Brukkk

"Kak, tolong ampuni aku. Aku sudah menyerahkan semua asetku pada kalian. Tolong lepaskan aku!"

Shanum benar-benar hanya ingin hidup. Jika dia diusir dari rumah itu. Dia bahkan tidak masalah. Dia benar-benar hanya ingin hidup.

Namun dua kakak beradik serakah di depannya malah terkekeh.

"Mengampunimu? jangan mimpi. Aku sudah kesal sejak lama padamu. Karena kamu dan ibumu itu. Ayah meninggalkan kami belasan tahun. Ibuku menangis setiap malam merindukan ayah. Itu sangat menyedihkan. Yang jahat itu kamu dan ibumu. Kalian perusak keluargaku!" kata Diana.

"Oh ya, karena kamu sudah mau mati. Biar aku katakan satu rahasia padamu. Sebenarnya ayahku yang mengganti obat ibumu dengan racun, ha ha ha" Dion terkekeh.

Seolah apa yang dia lakukan itu bukan sesuatu yang salah.

Tubuh Shanum semakin lemas mendengar apa yang dikatakan oleh Dion.

"Apa katamu?" lirihnya merasa tidak bisa mempercayai perkataan Dion itu.

"Kamu tuli ya? aku yang mengatakan ayah yang telah membunuh ibumu! ha ha ha"

"Ha ha ha"

Shanum melihat kedua kakak beradik itu dalam keadaan lemahnya, secara bergantian. Keduanya tertawa sangat puas. Seolah kematian ibunya adalah sesuatu yang sangat membahagiakan bagi mereka dan patut di tertawakan seperti itu.

Hancurnya hati Shanum tak terkira. Sang ayah yang ternyata membunuh ibunya. Ayahnya? kenapa? kenapa ayahnya begitu kejam?

***

Bersambung...

Bab 2. Terlahir Kembali Setelah Mati Mengenaskan

Ternyata ibunya selama ini sakit, itu yang meracuninya adalah ayahnya sendiri. Bagaimana seorang suami bisa melakukan hal seperti itu pada istrinya? Shanum masih tidak bisa habis pikir.

Tapi jangankan untuk bisa memikirkan semua itu. Sebuah pukulan keras kembali dia rasakan.

Bughh

"Agkhhh!" pekik Shanum.

Kakinya terasa begitu panas, Dion memukul kakinya dengan tongkat golf yang ada di tangannya itu.

"Sudah tahu kebenarannya kan? sekarang pergilah ke neraka menyusul ibumu yang bodohh itu!"

Bagh Bugh

Bagh Bugh

Semua orang yang ada di sekeliling Shanum tertawa terbahak-bahak. Melihat Shanum kesakitan dan terus memohon ampun. Hingga kedua kaki yang awalnya sangat sakit itu, sampai mati rasa. Shanum sudah tidak merasakan kedua kakinya lagi.

"Aku sudah mengalah pada kalian. Kenapa kalian tidak aku melepaskan aku!" Shanum bicara dengan sisa tenaga terakhir yang dia miliki.

Diana segera mendekati Shanum dan menamparr wajah Shanum dengan keras.

Plakkk

"Karena aku sangat membencimu dan ibumu. Karena kalian sudah lama hidup enak sementara kami hidup di kampung dan terus dihina orang, disebut anak haramm!"

"Semua itu bukan salahku..."

Plakkk

"Lalu salah siapa? salahku? heh... semua ini salahmu, salah ibumu. Jadi, matilah kamu!"

"Aughk"

Cairan merah keluar dari kedua sudut bibir Shanum. Wajahnya yang babak belur bertambah menyedihkan. Diana menendang perut Shanum dengan high heels yang dia pakai. Membuat Shanum tidak bisa bergerak lagi. Seluruh tubuhnya telah mati rasa, karena sebelumnya memang merasakan sakit yang luar biasa. Rasa sakit yang tidak bisa ditahan lagi, sampai membuatnya mati rasa.

"Lemparkan dia?" kata Dion pada anak buahnya.

Kedua tangan terbakar tak bisa bergerak, kaki pun sudah dipatahkan oleh Dion. Dan tubuhnya sudah babak belur di hajar, di tendang, di pukul dan diseret sampai berdarah-darahh.

Shanum melihat ke arah Dion dan Diana.

Byurr

Sudah pasti Shanum akan tenggelam.

'Aku tidak rela' batinnya.

Semua yang dia lihat, saat ini benar-benar kegelapan. Nafasnya semakin tercekat, karena dia semakin tenggelam.

Diana dan Dion masih terdengar tertawa.

'Aku tidak rela, aku ingin balas dendam'

**

Pranggg

Shanum membuka matanya. Dia mendengar suara benda pecah. Shanum terhuyung ke arah belakang. Tangannya bersandar pada sebuah meja yang berisi banyak sekali kue dan makanan, juga minuman.

Terdengar suara musik dan dia melihat banyak orang melihat ke arahnya dengan tatapan tidak senang.

"Masih tidak mau minta maaf?"

Shanum melihat ke arah orang yang membentaknya. Itu adalah ayahnya, Ricky. Orang yang telah meracuni ibunya.

Pria itu mengenakan jas yang sangat bagus. Di sebelahnya tampak seorang wanita merangkul lengan ayahnya itu.

"Mas, sudahlah. Pasti Shanum tidak sengaja. Jangan dimarahi seperti itu"

Shanum melihat ke arah wanita itu. Dia adalah Yuyun. Wanita yang menjadi penyebab, ayahnya meracuni ibunya.

Shanum melihat ke arah dirinya. Gaun yang dia pakai, adalah gaun malam dimana Diana memberikan gaun itu padanya untuk pesta satu tahun anniversary ayahnya dengan istri barunya itu.

'Ini, ini empat tahun yang lalu. Ini saat anniversary ayah dan wanita jahat itu. Aku, aku terlahir kembali?' gumamnya yang masih merasa bingung.

Shanum melihat ke arah semua orang. Memang benar, ini adalah malam dimana dia akan di hukum oleh ayahnya di gudang karena dituduh mendiri gaun Diana, hadiah dari ibunya untuk dipakai di anniversary ibunya itu.

Padahal, gaun itu Diana sendiri yang memberikannya pada Shanum. Semua tidak ayang mendengarkan penjelasan Shanum. Apalagi Diana yang selalu berperan seperti bawang putih di rumah dan di hadapan semua orang. Membuat image Shanum semakin buruk.

Setelah di tampar, dan di pukul oleh ayahnya. Shanum di seret ke gudang bawah tanah di depan semua tamu. Hal itu bahkan menjadi pembicaraan semua orang lebih dari enam bulan. Bukan hanya itu, selain Shanum di pandang buruk oleh semua orang sejak saat itu. Uang bulanannya juga dikurangi setengahnya dan diberikan pada Diana. Katanya untuk ganti rugi moril Diana. Padahal dia tidak bersalah.

Shanum mengepalkan tangannya. Di depannya sudah ada dua manusia yang telah menghabisinya dengan sangat kejam di kehidupannya yang sebelumnya. Dia tidak akan membiarkan dua orang itu hidup tenang.

Dan ayahnya yang sudah meracuni ibunya, dia juga tidak akan membiarkan ayahnya itu bisa hidup dengan damai seperti apa yang dia inginkan. Bahkan perusak rumah tangga ibunya itu, dia juga akan buat perhitungan satu persatu.

"Malah bengong, minta maaf pada Diana! kamu keterlaluan ya! kamu sudah diberikan ayah kartu sendiri untuk beli gaun. Tapi kenapa kamu malah mencuri gaun Diana. Dan tanpa tahu malu memakainya di depan umum!" bentak Dion.

Shanum melihat ke arah pria itu. Pria yang sudah memukulnya dengan sangat kejam. Membuat kedua kakinya patah. Menyakitinya setiap waktu, dia tidak menyia-nyiakan satu detik pun kesempatan untuk bisa melukai Shanum.

'Aku akan balas kalian semua!' pekik Shanum dalam hati.

"Apa katamu?" tanya Shanum membuka suara.

Bahkan tatapannya berubah seratus delapan puluh derajat. Kalau dulu, dia sangat takut melihat Dion. Tak berani menatap pria itu. Kini Shanum dengan tegas menatap Dion, dengan sangat berani.

"Kamu tulii? minta maaf pada Diana sekarang juga!" bentak Dion lagi.

Dan kali ini wajahnya lebih merah dari sebelumnya. Tandanya dia lebih marah dari sebelumnya. Sayangnya Shanum bukan lagi Shanum yang dulu. Dia ingat semua yang orang-orang jahat itu lakukan padanya.

"Ingin aku minta maaf pada Diana? aku salah apa?" tanya Shanum dengan berani.

Diana memperhatikan Shanum dari belakang kakaknya itu.

'Ada apa dengannya? apa dia sudah banyak minum sampai mabukk. Berani sekali dia melawan kak Dion. Cari matii!' gumam Diana dalam hati.

Diana yang ingin menggiring opini semua orang. Segera merangkul lengan kakaknya itu.

"Kakak, sudahlah. Jangan menyuruh Shanum untuk minta maaf lagi. Aku tahu, aku hanya anak tiri ayah. Dia anak kandung ayah, aku tentu saja tidak berhak atas uang ayah. Gaun itu dibeli dari uang ayah. Mungkin Shanum merasa lebih berhak memakainya, makanya dia mencurinya. Saat aku bertanya padanya tadi, dia malah marah. Dan memukulku!" kata Diana dengan mimik wajah sedih dan terisak pura-pura.

"Wah, dia keterlaluan sekali!"

"Meski dia anak kandung, seharusnya sudah begitu kan?"

"Iya, dia benar-benar sombong dan arogan"

Shanum melihat ke arah orang-orang yang mencelanya, karena termakan sandiwara Diana.

Bahkan ayahnya sendiri menghampirinya, mencengkeram lengannya dengan kuat.

"Cepat minta maaf!" pekik ayahnya pada Shanum.

Shanum tersenyum.

"Ayah, kenapa ayah begitu membela Diana. Ayah dengar dia bicara seperti itu langsung marah padaku. Ayah tidak mau dengar penjelasanku. Sebenarnya yang anak kandung ayah, aku atau Diana?" tanya Shanum pada ayahnya.

"Kamu..." ucapan Ricky terjeda. Dia melepaskan cengkraman tangannya dari lengan anaknya itu.

"Jangan keterlaluan, kamu sudah mencuri gaun Diana. Masih mau menjelaskan apa?" tanya Ricky marah.

"Dia yang memberikan gaun ini padaku. Jika tidak, apa aku akan sebodoh itu menggunakan gaun hasil curian di depan semua orang. Lagipula aku adalah Shanum Megantara. Apa mungkin aku mencuri sebuah gaun?"

Mata Diana melebar.

'Dia, sejak kapan dia berani membantah ayah?' batinnya bingung.

***

Bersambung...

Bab 3. Ada Bukti atau tidak Tetap akan Disalahkan

Diana yang melihat ayahnya mulai berpikir, segera mendekati ayahnya itu. Dia tidak ingin ayahnya terpengaruh ucapan Shanum.

"Ayah, sudah ayah. Ini memang salahku. Aku selalu berusaha bersikap baik pada Shanum. Tapi dia tidak pernah mau menerimaku. Aku tahu ayah, aku hanya orang asing yang datang ke rumah ini. Tapi, ini pertama kalinya ibu membelikan aku gaun yang harganya cukup mahal, aku sama sekali tidak punya kesempatan memakainya. Ibu pasti sedih, aku juga..." Diana menjeda ucapannya, lalu pergi ke ibunya dan memeluk ibunya dengan sedih.

"Mas, aku tidak masalah dengan gaun itu. Tapi masalah Shanum memukul Diana, apa memang kami bisa diperlakukan seenaknya begitu mas disini?" tanya Yuyun.

Shanum sebenarnya sangat emosi. Dia masih mengingat bagaimana semua orang di depannya itu memperlakukannya dulu. Tapi, dia harus bisa mengendalikan dirinya. Mereka bermain trik bawang putih. Shanum juga bisa.

Brukk

Semua orang melihat ke arah Shanum. Shanum menjatuhkan dirinya ke lantai.

"Ayah, aku sungguh tidak pernah memukul kak Diana. Aku sungguh tidak pernah melakukan itu. Dengan tangan lemah ini, bagaimana aku bisa memukul kak Diana. Gaun ini sungguh kak Diana yang berikan padaku. Dia bilang, dia tidak suka. Kalau tidak percaya, periksa saja rekaman cctv. Kak Diana yang mengantarkan gaun ini sendiri ke kamarku!" kata Shanum sambil menangis.

Diana tersenyum menyeringai.

'Dasar bodohh, aku tentu saja sudah menghapus rekaman cctv saat aku mengantarkan gaun itu ke kamarmu. Bodohh sekali!' batin Diana yang merasa kalau hal yang akan dilakukan oleh Shanum itu sia-sia saja.

"Maksudmu adikku berbohong? heh, mana mungkin. Baiklah, periksa rekaman cctv sekarang juga. Supaya kita bisa lihat siapa yang berbohong sebenarnya!" kata Dion dengan arogan.

Tentu saja dia sangat berani. Semua ini memang rencana mereka untuk menyalahkan Shanum, juga merusak citra Shanum. Karena saat usianya nanti 21 tahun. Dia akan mewarisi semua aset ibunya. Sebelum itu, tentu saja mereka harus sepenuhnya menguasai Shanum.

Tapi, Shanum bahkan tidak perduli tentang semua itu. Dia tahu, Dion dan Diana yang licik pasti sudah menghapus rekaman cctv itu. Dia hanya mengulur waktu.

Karena seingatnya, sebenarnya paman angkatnya. Adik angkat dari ibunya memang datang malam ini untuk mencari Shanum di kehidupan sebelumnya. Tapi karena Shanum sudah di kurung di ruang bawah tanah. Ricky mengatakan Shanum tidak mau bertemu dengan paman angkatnya itu. Bahkan meminta Shanum menandatangani surat kosong di malam itu. Sebagai syarat agar Shanum bisa keluar dari gudang itu. Meski sebenarnya setelah tanda tangan, Shanum juga tidak dilepaskan.

Ricky dan istrinya yang licik itu menulis di surat itu, kalau Shanum memutuskan hubungan apapun dengan keluarga Megantara. Keluarga ibunya, jadinya paman angkatnya itu meninggalkannya.

Kalau tidak salah, dari pelayan yang waktu itu membicarakan hal ini. Seharusnya sebentar lagi pamannya itu datang. Saat itulah, Shanum akan mengakhiri sandiwara bawang putihnya ini.

"Kasihan sekali kalau benar ya, anak kandung sendiri malah di salahkan. Padahal dia difitnah!"

"Parah banget sih, kalau orang asing yang hidup enak karena menikah di keluarga ini. Malah memutarbalikkan fakta begini"

"Iya ya, sebenarnya mana yang benar sih?"

Banyak sekali yang bergunjing. Itulah kenapa, terkadang masalah yang muncul itu sebenarnya tidak terlalu besar. Hukuman dari masyarakat itu yang lebih besar dampaknya. Terkadang yang tidak kuat menanggungnya, lebih memilih menyerah dan mengakhiri hidupnya. Karena memang kita hidup di masyarakat, tidak mungkin bisa menutup mata dan telinga dari cemoohan orang.

Diana tetap tidak gentar. Dia takut apa? memang rekaman cctv itu tidak ada. Dan Shanum sendiri, sebenarnya dia tahu. Mau ada atau tidak rekaman cctv itu. Nantinya yang akan dibela ayahnya adalah Diana.

Hanya saja, karena ada banyak orang disini. Ayahnya pasti akan mengecek terlebih dahulu. Ayahnya sangat perduli pada imagenya. Dia tidak mungkin membiarkan orang lain menilai dia tidak adil.

Setelah lama menunggu. Dion datang bersama dengan operator keamanan di ruang besar ini.

"Semuanya, mari kita lihat! sebenarnya yang berbohong itu siapa!" kata Dion yang begitu percaya diri.

Dia sendiri sudah melihatnya terlebih dahulu tadi di ruangan cctv. Kalau memang tidak ada rekaman jika Diana mengantarkan gaun itu ke kamar Shanum. Karena memang Dion sendiri yang menghapusnya setelah peristiwa itu terjadi.

Rekaman itu di putar, Shanum juga ikut melihatnya. Dia berdiri dan ikut melihat apa yang terjadi.

"Mana rekaman adikku membawa pakaian itu ke kamarmu? semuanya jelas kan! siapa yang berbohong sekarang?" tanya Dion yang merasa sangat senang.

Dia sudah membuktikan pada semua orang, kalau adiknya tidak bersalah. Dan yang berbohong sebenarnya adalah Shanum.

Sayangnya, saat melihat rekaman itu. Shanum justru menemukan sesuatu. Dia terkekeh pelan.

"Kak Dion yakin sekali?" tanyanya.

Diana kembali merasa heran. Alih-alih merasa takut, dan sangat panik seperti seharusnya seseorang yang ketahuan berbohong. Shanum malah masih bisa terkekeh. Dan masih sangat tenang saat bertanya pada Dion.

"Apa maksudmu? kamu sudah ketahuan Shanum. Ayah lihat! dia sudah ketahuan, sekarang dia mau berpura-pura bodohh. Kurung saja dia di gudang bawah tanah, ayah. Biar tahu rasa, biar dia merenung!"

Dion mencoba memprovokasii ayahnya.

"Shanum, kamu keterlaluan. Sudah tidak menyesal, tidak mau minta maaf. Sekarang bukti sudah ada kamu masih berkelit. Ayah harus memberi kamu pelajaran. Jika tidak..."

"Jika tidak apa?" tanya Shanum menyela, "Ayah lihat tidak rekaman cctv itu. Semua sudah lihat belum rekaman cctv itu. Perhatikan baik-baik. Darimana teorinya, rekaman yang diambil selama 24 jam itu. Kehilangan 20 menit waktu, tapi kalian tidak menyadarinya?" tanya Shanum.

Mata Dion dan Diana melebar.

"Kalian lihat ini, dari jam 3 sore, pukul 15.23. Kenapa selanjutnya bisa menjadi 15.43. Tidak ada pergerakan? kalian yang hidup di jaman modern, apakah tidak menyadari kalau rekaman video ini di potong?" tanya Shanum pada semua orang.

Pada akhirnya semua orang kembali berpikir. Mereka kembali bergunjing. Diana yang merasa rencana mereka mungkin tidak akan sukses dengan mulus. Segera mendekati ibunya.

"Ibu, cepat bujuk ayah untuk menghukum Shanum. Jika tidak, kita yang akan malu" bisik Diana pada Yuyun.

Yuyun mengangguk paham. Lalu merangkul lengan suaminya.

"Mas, sudahlah. Kita hentikan saja sampai disini. Tidak minta maaf ya sudahlah. Daripada keluarga kita jadi tontonan orang mas, gara-gara Shanum" bisik Diana pada Ricky.

Ricky yang melihat semua orang seperti sedang menggunjing kelurganya. Pada akhirnya memilih mendekati Shanum dan minta anaknya itu diam.

"Cukup! alasan apalagi yang kamu mau katakan? mau bikin malu keluarga? berhenti bicara, minta maaf pada Diana. Atau ayah akan mengurungmu di ruang bawah tanah!" bentak Ricky dengan mata merah dan tangan terkepal di depan Shanum.

Shanum mendengus kesal. Ayahnya itu memang munafik. Sudah dia duga sebenarnya, mau dia menunjukkan bukti, atau tidak. Hasilnya akan sama. Dia yang akan tetap disalahkan.

"Tidak mau" kata Shanum lantang.

Mata Ricky melotot. Itu kalo pertama Shanum membantah ayahnya.

"Dasar ajak kurang ajarr!" pekik Ricky yang sudah mengangkat tangannya hendak menamparr Shanum.

"Coba pukul kalau berani?"

Sebuah suara membuat Ricky menahan gerakannya. Langkah kaki seorang pria berjas hitam, dengan tubuh tinggi berkarisma masuk ke dalam ruangan itu.

Shanum tersenyum.

'Paman Dimas, paman datang di waktu yang tepat' batinnya.

***

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!