Seorang gadis tengah mondar mandir di depan pintu rumahnya. Matanya tak lepas menatap ke arah gerbang dimana ia sedang menunggu seseorang.
"Tissa..." Seorang pria paruh baya keluar dari dalam rumah. Pria itu menepuk pundak sang putri dengan sangat pelan.
"Ayah..
"Kamu masuk aja dulu nak.. " Kata pria itu dengan suaranya yang terdengar begitu lemah lembut. Tissa tersenyum, Ia akhirnya masuk ke dalam rumah dan duduk di salah satu sofa. Wajahnya murung, Ini sudah dua jam, Dan orang yang nanti-nanti kedatangannya belum juga menunjukkan batang hidungnya..
"Mana kekasih kamu? Katanya mau datang hari ini?" Tanya Arifin, Ayah sekaligus paman dari Tissa. Tissa hanya diam saja, Matanya mengembun menatap pria yang telah merawatnya mulai sejak bayi itu.
"Gak tahu Yah.. Katanya, Dia mau datang dan lamar aku hari ini. Tapi ini udah dua jam, Dia belum datang. Nomernya juga aku udah hubungi tapi gak aktif Yah.." Air mata Tissa mengalir juga. Ini bukan untuk pertama kalinya Tissa di Kecewakan oleh kekasihnya yang bernama Elfan itu. Padahal mereka sudah menjalin hubungan selama lima tahun dan saat ini berjalan enam tahun.
"Mungkin saja dia gak jadi datang.." Kata Arifin membuat Tissa semakin menangis. Arifin peluk tubuh keponakan yang sudah ia anggap sebagai anak kandung itu.
Dulu Arifin punya seorang adik laki-laki, Namanya Surya. Mereka dulu tinggal di sebuah desa yang terkenal dengan kesejukannya. Sejak usia tujuh belas tahun, Surya pergi ke kota untuk bekerja. Adik dari Arifin itu ikut salah satu tetangganya bekerja di sebuah pabrik.
Selama lima tahun Surya memang jarang pulang. Di hubungi juga begitu sulit, Hingga di tahun ke enam Surya pulang dengan membawa seorang wanita yang bernama Aryani yang katanya adalah istri dari Surya. Mereka sudah menikah katanya. Saat itu Aryani tengah hamil tua, Kalau tidak salah sekitar delapan bulan.
Sepasang suami dan istri itu tingga desa. Aryani juga melahirkan di sana, Seorang gadis cantik yang di beri nama Tissa Andriana.
Nama yang indah yang di ambil dari ibu kota. Setelah bayi itu berusia satu bulan lebih. Surya dan istrinya kembali ke ibu kota dengan alasan bekerja. Karena ternyata, Surya telah pindah bekerja. Pria itu menjadi seorang supir sementara Aryani ART. Untuk Tissa di titipkan dan di rawat oleh Arifin dan juga istrinya.
Satu bulan
Dua bulan
Tiga bulan
Satu tahun
Dua tahun
Tiga tahun
Bahkan sampai dua puluh lima tahun lamanya. Surya dan Aryani tidak pulang sama sekali ke desa. Jangankan untuk pulang, Memberi kabar pun tidak sama sekali. Mereka sudah tak bisa di hubungi lagi, Semuanya lepas kontak.
Arifin membiayai Tissa dari sekolah Taman kanak-kanak hingga lulus sekolah SMA. Karena kepintarannya, Tissa mendapatkan beasiswa di ibu kota. Di sanalah, Tissa kuliah sambil bekerja di salah satu butik yang terkenal. Mulai dari menjadi karyawan biasa sampai saat ini Tissa di angkat menjadi asisten sang Bos.
Tissa pulang karena menurutnya dia sudah sukses. Tissa mengajak Arifin dan istrinya untuk tinggal di ibu kota bersama, Dan sekarang mereka telah dua tahun tinggal disana.
Tissa menjalin hubungan dengan seorang pria yang bernama Alfan Septian. Pria itu bekerja di salah satu perusahaan dan di angkat sama seperti dirinya yaitu menjadi asisten.. Sayangnya, Hubungan yang berjalan selama bertahun-tahun seakan lurus-lurus saja.
Pasalnya, Elfan seperti enggan men-seriuskan hubungan mereka. Setiap Tissa mengajak Elfan kapan hubungan mereka di resmikan, Elfan selalu mengelak dan mengatakan belum siap karena masih belum sukses..
Tapi bukan itukan yang di mau Tissa. Sebagai seorang wanita yang sudah dewasa, Tissa tidak mau punya hubungan yang itu-itu saja. Dia butuh kepastian, Kalau memang Elfan tidak ingin membawanya ke jenjang yang lebih serius lebih baik Tissa mundur saja. Lebih baik ia cari pria yang lebih menghargainya. Terlebih sekarang, Sikap Elfan sudah tak hangat seperti dulu lagi. Pria itu bersikap dingin dan kadang terkesan tak peduli sama sekali.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah lelah menangis karena rasa kecewanya kepada sang kekasih, Siang harinya Tissa keluar dari kamarnya dengan menenteng tas.
"Tissa mau kemana Nak?" Ayumi, Istri dari Arifin bertanya. Wanita itu baru saja selesai cuci piring. Berjalan tergopoh-gopoh sembari mengelap tangannya yang basah.
"Tissa mau berangkat kerja Bu.. Daripada di rumah gak ngapa-ngapain.." Ucapnya, Ayumi mendekati keponakannya itu.
"Kamu mau kerja atau mau ketemu sama Elfan?" Tissa menggelengkan kepalanya.
"Tissa mau kerja Bu.. Gapapa berangkat siang, Nanti aku kasih alasan yang masuk akal sama Nyonya Ayra..
"Yaudah, Kamu hati-hati ya.. Ibu cuma ngasih doa yang terbaik buat kamu.. " Tissa mengangguk. Ia pamit untuk pergi bekerja siang ini.
Sesampainya di butik, Tissa langsung di berondong pertanyaan oleh Ina sang Manager sekaligus sahabat dekatnya.
"Kamu kok masuk kerja? Bukannya tadi izin ya gak masuk lagi?" Tissa meletakkan tasnya di tempat yang biasanya.
"Daripada di rumah Mbak.. Gak ada kerjaan mending aku masuk aja kerja.." Jawabnya agak lesu. Tissa duduk seraya memijit pelipisnya.
"Terus lamarannya?
"Gak jadi mbak..
"Hah? Gak jadi gimana?" Ina ikut duduk di hadapan wanita cantik itu.
"Ya gak jadi lamaran lah.. Elfan gak datang. Padahal Ayah sama Ibu udah siap, Ibu udah masak banyak loh.. Bisa-bisanya dia gak datang. Di hubungi juga gak bisa.." Ina menutup mulutnya terkejut dengan apa yang di sampaikan sahabatnya itu.
"Ya, Ampun kamu ini serius?" Tissa mengangguk.
"Iya mbak.. Mana mungkin aku bohong sih." Ina mengepalkan tangannya.
"Emang dasar itu si Elfan. Aku udah bilang kan? Dari awal itu dia itu emang gak serius sama sekali..
"Udahlah mbak.. Aku mau kerja lagi aja.." Tissa bangkit. Wanita dua puluh lima tahun itu mulai bekerja. Meski ia juga di tanyakan oleh Ayra namun berbagai alasan telah Tissa sampaikan.
Tepat pukul 21.00 Ina mengajak Tissa untuk pulang bersama. Ina yang menyetir mobil, Sementara Tissa melihat keluar jendela.
Hingga di luaran sana ada sesuatu yang menarik perhatiannya.
"Mbak In..Stop deh!" Ina akhirnya mengerem secara mendadak.
"Ada apa Tiss?
"Bentar aku turun dulu.." Tissa akhirnya turun lalu berlari masuk ke dalam cafe yang sempat di lewati. Ina pun ikut menyusul sahabatnya yang sedang menemui seseorang.
"Elfan!
Elfan menoleh, Ia cukup terkejut karena Tissa tahu dia ada disini. Bersama seorang gadis pula..
"Jadi ini alasan kamu gak datang ke rumah.. Karena kamu sama wanita ini? Aku, Ayah sama Ibu udah nungguin kamu loh di rumah.. Kamu bohongin aku! Kamu bilang kamu akan temui orang tua aku buat lamar aku.." Elfan menghela nafas panjang. Pria itu berdiri dari tempatnya duduk tadi. Sementara gadis yang bersama Elfan tadi habis diam saja tak peduli.
"Tissa.. Tissa.. Lagian kamu ya, Aku itu cuma asal ngomong aja kenapa kamu seriusin sih? Lagipula aku belum siap buat nikah. Kamu tahu sendiri, Tabunganku belum cukup untuk itu.. "
"Kurang ajar!! PLAAAK!
•
•
•
TBC
...Bismillahirrohmanirrohim.....
Assalamualaikum.. Othor kembali dengan karya baru.. Novel ini adalah Kisah Joe Erlangga. Satu Circle dari Nalendra, Brian, Dan Devano. Karena yang Tiga sudah ada kisahnya, Sekarang Othor bahas kisah Joe.. Setelah kisah ini selesai. Othor akan lanjut nulis kisah anak-anak mereka.. Mulai dari Keluarga Sanjaya / Abraham atau bisa kisah anak-anak dari keluarga Ibrahimi. Kalian bisa komen kisah anak siapa dulu yang di rilis..
Untuk Novel ini Othor juga mohon dukungan nya ya, Para readers tercayang🥰🍁
"Kurang ajar!!
PLAAAK!
Tamparan keras mendarat di pipi Elfan. Bukan dari Tissa tapi dari Ina.
"Kau!?
"Lo itu laki gak punya otak ya? Bisa-bisa nya lo bilang kalau semua yang lo katakan itu cuma candaan.." Tissa yang di sakiti, Tapi Ina yang marah. Tissa meraih tangan Ina..
"Mbak.. Mending kita pergi aja.. " Tissa tak mau ambil pusing dan berdebat lagi. Ia butuh ketenangan dulu..
"Tapi Tiss..
"Udah yuk kita pergi aja.." Tissa sudah terlanjur kecewa. Bukannya minta maaf, Elfan tetap diam saja.
Tissa dan Ina berbalik badan hendak pergi. Namun langkah Tissa kembali terhenti ketika Elfan meraih pergelangan tangan Tissa.
"Lepas! Aku mau pulang..
"Kita belum selesai bicara.. Biarkan teman kamu itu yang pergi.." Ina menatap sebal Elfan yang mencegah Tissa untuk pergi.
"Mbak Ina tunggu di depan aja dulu.. Aku masih mau bicara sama Elfan.." Ina mendengus. Ia pasrah dan lebih memilih untuk menunggu di depan cafe saja.
" Jadi bener apa yang kamu bilang tadi? Lamaran yang kamu katakan kemarin cuma bercanda?" Ucap Tissa menatap Elfan dengan tatapan yang berkaca-kaca. Ia tak menyangka kalau Elfan akan mengatakan itu.
Tissa sudah bahagia kemarin saat Elfan mengatakan akan datang ke rumahnya hendak melamarnya. Dan sekarang? Pria itu tanpa merasa bersalah bahwa apa yang Elfan katakan kemarin adalah bercanda? Sungguh tega sekali..
"Iya, Aku cuma bercanda aja Tissa.. Lagian kamu yang terlalu baper. Aku ngomong gitu aja langsung di kira beneran.." Tissa menggelengkan kepalanya, Hatinya sakit saat pria yang ia cintai itu kembali berkata bahwa dianya yang terlalu terbawa perasaan.
Apa salah kalau Tissa mengharapkan lebih? Hubungan mereka telah berjalan selama lima tahun lebih wajarkan kalau Tissa ingin hubungan mereka lebih serius lagi..
Usia Tissa sudah dua puluh lima tahun, Dia sudah dewasa dan ingin segera menikah. Bukan karena dia kebelet atau sudah tidak tahan, Namun apa gunanya punya hubungan kalau berjalan di itu-itu saja.
Tissa menghapus air matanya kasar. Helaan nafas kasar Tissa kembali terdengar. Tissa menghempaskan tangan Elfan dengan kasar.
"Kamu tahu El? Saat kamu bilang hari ini mau datang ke rumah untuk melamar aku.. Aku itu udah bahagia banget El.. Karena apa? Aku ngerasa kalau kamu itu memang serius dengan hubungan ini.. Aku bilang sama Ayah dan ibu, Mereka bahagia.. Ibu udah siapin semuanya tadi demi menyambut kedatangan kamu dan keluargamu mu.. Tapi apa El? Kamu gak datang setelah aku nungguin kamu hampir tiga jam lamanya. Kamu gak bisa di hubungi.. Aku gak tahu kamu ada dimana? Dan malam ini, Aku ngeliat kamu sedang sama dia?" Tissa menunjuk seorang wanita yang sedang duduk seolah abai dengan perdebatan di sekitarnya..
"Astagaa Tissa.. Kamu tahu sendiri kan Tiss? Aku ini belum siapin biaya nikah.. Aku masih ingin fokus kerja.. Aku masih mau kumpulan uang yang banyak untuk kita nanti.. Coba kamu pikir deh. Biaya pernikahan itu mahal.. Belum lagi Biaya dekor, Biaya mahar, Semuanya itu butuh dana..
"Kita bisa nikah dengan konsep yang sederhana El.. Aku gak butuh kemewahan. Yang aku mau cuma kepastian. Aku ini seorang wanita dan aku sangat butuh bukti dalam hubungan ini.. Dan aku rasa akhir-akhir ini kamu berubah ya.." Tissa melirik Wanita yang sedang duduk itu.
"Atau karena sekarang udah ada dia? Kamu kayak gak peduli lagi ke aku.." Elfan meraup wajahnya dengan kasar. Wanita itu medongak, Ia tahu wanita yang di maksud oleh Tissa ada dirinya.
"Stop ya Tiss.. Jangan bawa-bawa Cecil dalam urusan ini.. Cecil gak tahu apa-apa.. Makin hari kamu itu makin cemburu gak jelas ya..
"Aku? Cemburu gak jelas? " Tissa menunjuk dirinya sendiri. " Tapi pada kenyataannya kamu lebih sering menghabiskan waktu sama dia dari pada sama aku.. Kamu bayangin gak sih kalo jadi aku? Aku itu sakit kamu abaikan mulu.. Tapi ya, Terserahlah.. Apa kata kamu. Aku gak peduli.." Setelah itu Tissa benar-benar pergi. Ia tak lagi menoleh ke belakang.
"Mas Elfan.." Wanita yang bernama Cecilia itu mengusap lengan Elfan. Pria itu menoleh..
"Maafin aku ya, Mas.. Gara-gara aku ngajak kamu jalan seharian ini kamu dan pacar kamu malah berantem..." Cecil memasang wajah sedih. Elfan tersenyum, Ia mengusap pipi wanita yang usianya satu tahun lebih muda dari Tissa itu dengan penuh perhatian.
"Kamu gak perlu khawatir..Tissa itu memang kayak gitu orangnya. Besok di rayu juga bakalan luluh lagi.. "
"Terus gimana kalau seandainya Mbak Tissa minta putus?"
"Dia gak bakalan minta putus kok.. Dia itu cinta banget sama aku. Kalau gak ada aku siapa yang mau peduli.. Udah kamu tenang aja. Mending sekarang kita pulang yuk, Ini udah malem.." Ajak Elfan pada Cecil. Wanita dua puluh empat tahun itu mengangguk. Cecil menggandeng lengan Elfan dengan mesranya.
Tanpa Elfan sadari, Bahwa ada sepasang pria yang menatap remeh Elfan.
"Cih.. Dasar cowok gak tahu diri. Pakek bilang ceweknya cinta banget lagi.. Basi!" Monolog pria tampan berjas rapi itu. Pria itu baru saja mampir di cafe ini, Tak lama ada pemandangan yang membuatnya geleng-geleng kepala.
"Emang lo kenal sama itu cewek?" Pria itu menoleh ke arah temannya.
"Gak kenal sih.. Tapi gue tau. Kalau gak salah sih dia itu asisten adek bos gue.. Lupa gue siapa namanya..
"Gila.. Kayaknya cowoknya itu selingkuh deh..
"Iya.. Dan si cewek kayaknya setia banget. Gue yakin sih.. Setelah ini si cowok pasti nyesel.." Ujar pria itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sesampainya di rumah, Tissa langsung masuk ke kamarnya. Wanita itu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Selain itu, Tissa ingin mendinginkan kepalanya agar lebih fress.
Setelah mandi dan memakai piyama. Tissa merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Ingatan Tissa kembali melayang dimana sikap Elfan yang semakin lama semakin membuatnya muak.
"Aku yakin kalau mereka itu selingkuh.. Cuma Elfan aja yang gak jujur. " Tissa sangat yakin sekali, Kalau Elfan dan wanita yang bernama Cecil itu punya hubungan di belakangnya. Tak jarang Tissa melihat keduanya jalan dan bergandengan mesra.
Ting..
Tissa meraih ponselnya. Dia melihat siapa yang mengirim pesan malam ini.
"Aku minta maaf..Tolong maafkan aku ya.. Besok aku jemput kamu. Ibu mau ketemu kamu katanya..
Pesan itu dari Elfan. Pria itu minta maaf setelah membuat batin Tissa sakit tadi. Jika dulu Tissa senang melihat dan bahagia mendapatkan pesan semacam itu tapi tidak sekarang. Tissa tak merasakan apapun. Semuanya hambar seperti sayur tanpa garam.
Tissa hanya membaca pesan itu tanpa ada niat untuk membalasnya.
"Setelah apa yang dia katakan tadi dengan mudahnya dia minta maaf? Andai ada pria yang minta aku untuk jadi istrinya pasti langsung aku terima.. Ngapain perjuangin cinta untuk pria yang gak peka.."
•
•
•
Tbc
👇Joe Erlangga 👇
👇Tissa Andriana👇
👇Elfan Septian👇
👇Ayunda Cecilian👇
Ini Visual versi Othor ya.. Kalau kalian punya versi sendiri bisa bayangkan versi kalian masing-masing 🥰
Sepasang pria dan wanita tengah bergemul di atas ranjang. Sang pria tengah memompa tubuhnya di atas wanita yang saat ini sedang kenik-mati sentuhan pria yang saat ini sedang bekerja di atasnya.
"Ooouuggh! Cecil.. Kamu nik-mat sekali. Ini baru pertama kalinya tapi sungguh ini enak..Aaah!" Pria yang tak lain adalah Elfan itu semakin menyentak inti Cecil. Wanita itu memekik namun kembali mende-sah enak.
Cecil mengalungkan kedua tangannya di leher sang pria yang masih berstatus kekasih Tissa itu. Andai Tissa tahu, Entah apa yang akan terjadi. Sudah pasti Tissa akan marah besar kalau bisa akan memutuskan hubungan dengannya.
"Mas.. Aku, Mau sampai..
"Sebentar lagi.. Seben.. Aaaaarrrggg!
Cecil membusungkan dadanya ketika sebuah semburan hangat itu masuk ke dalam rahimnya. Tubuh Elfan ambruk di atas tubuh Cecil yang masih mengatur nafas.
"Huuufftt!" Elfan berguling dari atas tubuh Cecil lalu tidur di samping wanita itu. Nafasnya masih ngos-ngosan. Elfan menatap langit-langit kamarnya, Dia tak menyangka jika malam ini dia berbagi peluh dengan wanita yang tak lain adalah satu rekan kerja dengannya.
Ya, Elfan bekerja di salah satu perusahaan di kota ini. Berprofesi sebagai asisten sementara Cecil sebagai sekretaris baru yang baru enam bulan ini masuk. Yang Elfan tahu, Cecil adalah putri dari sang pemilik perusahaan. Sebagai putri sang bos, Cecil memanfaatkan kedekatannya dengan Elfan.
Sejak kedatangan Cecil di perusahaan, Elfan memang sudah sangat tertarik dengan wanita dua puluh empat tahun itu. Selain itu, Yang membuat Elfan semakin tertarik ialah Cecil tipe wanita yang agresif.
Kedekatan mereka di mulai dari Cecil yang awalnya sering mengajak Elfan makan siang lebih dulu. Minta tolong kepada pria itu atau bahkan Cecil minta di antarkan pulang.
Elfan tentu saja tak menolak, Siapa yang berani menolak ajakan putri dari pemilik perusahaan?
Karena sudah terbiasa, Akhirnya Elfan perlahan nyaman berada di dekat Cecil. Pria itu mulai berubah sikap terhadap sang kekasih yang telah lama terjalin.
Sebenarnya sikap Elfan berubah bukan sejak ada Cecil. Sikap pria itu memang telah berubah terhadap Tissa hampir dua tahun ini.
Entahlah apa yang membuat Elfan berubah, Padahal Tissa adalah wanita baik yang tak pernah neko-neko. Apa yang Elfan butuhkan Tissa selalu ada. Wanita itu juga mandiri selalu membantu Elfan.
Bahkan tak jarang Elfan dan ibunya meminjam uang atau barang mewah milik Tissa. Meski hanya bekerja sebagai asisten di butik. Gaji Tissa nyatanya lebih besae dari gaji Elfan yang sebagai Asisten di salah satu perusahaan.
Tissa tak banyak ingin, Dia hanya ingin hubungan mereka berjalan selama lima tahun setengah itu bersatu. Tissa ingin mereka menikah karena dari segi umur sudah saatnya mereka berumah tangga. Tissa tak ingin hubungan keduanya hanya berkecimpung di dunia pacaran saja.
Sangat jauh berbeda dengan Tissa, Elfan justru belum siap untuk berumah tangga. Dalam pikiran Elfan, Kalau dia menikah tentunya dia tidak bisa bebas seperti sekarang.
Sudah pasti seluruh kesenangannya dan hobi nongkrongnya bersama teman-teman terkekang. Dan selain itu, Elfan berpikir kalau dia menikah sudah pasti gaji yang dia dapat di berikan terhadap sang istri. Elfan belum siap untuk itu, Namun di sisi lain. Hal yang membuat Elfan bosan kepada Tissa, Karena bagi Elfan Tissa terlalu monoton.
Tissa tidak pernah mau di ajak ciu-man. Berpelukan saja mereka jarang bermesraan. Tissa selalu mengatakan kalau dia mau di ajak seperti itu apabila sudah menjadi suami dan istri.
Elfan kesal, Dia bosan. Masa iya pacaran hanya itu-itu saja.. Sungguh tidak enak sekali rasanya..
Namun berbeda dengan Cecil. Wanita yang baru beberapa bulan kenal dengan Elfan itu punya sikap yang Elfan inginkan selama ini.
Hubungan keduanya semakin dekat, Sementara dengan Tissa semakin renggang. Dan anehnya, Elfan enggan mau melepas Tissa. Entah apa alasannya, Mungkin karena Tissa bisa di andalkan.
Sama seperti malam ini, Usai bertengkar dengan sang kekasih Elfan langsung mengirimkan pesan permintaan maaf.
Baru saja pesan itu terkirim, Cecil dengan lancang menggoda Elfan. Mereka berciu-man di dalam mobil. Sesuatu yang sering mereka lakukan secara diam-diam selama ini. Katakanlah mereka berselingkuh.
Karena kalau tidak selingkuh, Untuk apa mereka sampai sedekat itu. Hingga keduanya berciu-man hampir setiap hari apa kalau bukan mendua.
Elfan yang tak tahan dengan godaan Cecil segera melajukan mobilnya ke arah hotel. Menyewa kamar di sana dan terjadilah hal yang tidak seharusnya mereka lakukan.
Dan ini adalah pertama kalinya Elfan melakukannya. Dan ternyata, Pria itu ketagihan hingga dua ronde.
"Aku gak pernah melakukan hal seperti ini Cecil.. Dan malam ini kamu membuat aku melayang ke awan.." Cecil tersenyum malu, Dia peluk tubuh tegap Elfan dengan manja.
Pria itu diam tak bereaksi apapun. Ada setitik rasa bersalah dalam hati Elfan kepada sang kekasih.
"Untuk apa aku memikirkannya..Toh Tissa tidak bisa seperti Cecil yang liar dan mampu menyenangkan ku..
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi menjelang. Tissa meraih ponselnya melihat pesan dari Elfan yang lagi dan lagi masuk. Pria itu berulang kali meminta maaf atas kejadian yang kemarin.
"Okey.. Ini adalah yang terakhir... Sekali lagi kamu bikin aku kecewa, Mungkin udah saatnya aku akhiri semuanya.. Buat apa aku mempertahankan pria kayak gitu. Masih banyak pria yang mau sama aku.." Gumam Tissa meyakinkan diri sendiri. Tanpa Elfan Dia masih sanggup untuk berdiri.
Tok
Tok
"Nak.. Kamu udah siap apa belum?" Tissa meraih tasnya, Ia memasukan ponselnya dan beberapa barang barang penting untuk ia bawa.
Ceklek..
"Bu..
"Ada Elfan di bawah.. Kamu temuin gih.." Kata Ibu Ayumi. Tissa menghela nafas panjang, Ayah dan ibunya sepertinya juga kecewa dengan pria itu. Buktinya Ibu Ayumi tidak seantusias seperti biasanya.
Tissa turun, Di sana hanya ada Elfan seorang diri saja. Tak ada ayahnya yang biasanya menemani pria itu mengobrol.
Melihat Tissa, Elfan tersenyum. Pria itu hendak menyentuh tangan sang kekasih namun segera Tissa menghindar.
"Ngapain kamu kesini.. Aku gak ada waktu, Aku harus kerja hari ini.." Kata Tissa yang seolah paham dengan apa maksud Elfan. Ketika selesai bertengkar, Elfan biasanya mengajaknya pergi jalan-jalan. Meminta Tissa untuk pamit libur kerja dulu. Namun hari ini, Tissa tak mau lagi menuruti kemauan pria itu.
"Yaudah kalau kamu mau kerja, Aku antar kamu ya.." Tissa tak menjawab. Ia terpaksa mau ikut dengan Elfan pagi ini.
Kini keduanya telah masuk ke dalam mobil. Tissa hanya diam saja, Entah mengapa satu mobil bersama Elfan ia merasakan sakit.
Bagaimana tidak? Kemeja yang di pakai pria itu masih kemeja yang semalam. Dan ada satu lagi yang membuat Tissa tak tahu harus bereaksi seperti apa. Ada bekas lipstik yang menempel di pakaian Elfan, Belum lagi tanda merah di leher sebelah kiri pria itu..
"Ohya sayang.. Ibu ngajak kita makan malam nanti, Gimana? Kamu mau ya.." Tissa menghela nafas panjang.
"Terserah!" Tissa menghadap ke jendela dan tak peduli dengan Elfan lagi.
"Apa yang kamu lakukan semalam dengan wanita itu...
•
•
•
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!